3 Perilaku biaya
Biaya tetap dan biaya variable
Biaya Tetap (fixed cost): adalah suatu biaya yang konstan dalam total tanpa
mempertimbangkan perubahan-perubahan tingkat aktivitas dalam suatu kisaran relevan
tertentu. Bila suatu biaya tetap dinyatakan menurut biaya per unit, maka biaya tersebut
akan berubah secara terbalik dengan tingkat aktifitas.
Biaya tetap selanjutnya dapat dikelompokan sebagai committed fixed cost dan
discretionary fixed cost, dengan penjelasan sebagai berikut:
Commited fixed cost: meliputi biaya-biaya tetap yang berhubungan dengan
investasi dalam fasilitas, peralatan, dan struktur dasar organisasi sebuah
perusahaan. Biaya-biaya ini suliot ditelursuri hubungannya degan volume
output, seperti unit produksi.
Discretionary fixed cost: atau dikenal juga sebagai managed fixed cost
meliputi biaya-biaya tetap yang timbul dari keputusan-kepitisan tahunan
manajemen untuk membelanjai bidang-bidang biaya tetap tertentu seperti
iklan, dan penelitian. Contoh: untuk meningkatkan penjualannya dalam satu
periode tertentu manajemen memutuskan untuk meningkatkan biaya iklan
sampai pada jumlah tertentu. Begitu rencana dilaksanakan, misalnya
mengikat kontrak dengan sebuah stasiun televisi untuk iklan setahun penuh,
maka biayanya akan menjadi biaya tetap yang jumlahnya ditentukan
berdasarkan kebijakan.
Sebagai discretionary fixed cost biaya ini akan hilang jika kebijakan yang bersangkutan juga
ditiadakan. Demikian juga fluktuasinya akan dipengaruhi oleh kebijakan manajemen. Biaya
ini bisa melekat pada volume kegiatan dan atau perubahan lingkup organisasi. Oleh karena
itu, biaya ini hanya dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan kebijakan yang
menyebabkan keterjadian biayanya.
Biaya Variabel (variable cost): yaitu biaya yang secara total berubah secara proporsional
dengan perubahan dalam tingkat aktifitas. Suatu biaya variabel, konstan per unit.
Biaya variabel selanjutnya dapat dikelompokan sebagai engineered variable cost dan
discretionary variable cost, dengan penjelasan sebagai berikut:
Engineered variable cost atau true variable cost: yaitu biaya yang memiliki
spesifikasi hubungan fisik yang eksplisit dengan pelaksanaan suatu aktifitas.
Biaya ini timbul dalam rangka aktivitas operasi normal perusahaan. Contoh:
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang berubah volumenya
karena proses pembuatan produk.
Discretionary variable cost atau step variable cost: yaitu semacam biaya
kebijakan yang memiliki pola grafis variabel, tetapi bukan karena alasan yang
sama seperti bahan langsung atau tenaga kerja langsung. Pertambahan biaya
ini lebih berhubungan dengan otorisasi manajemen dalam membelanjainya.
Analisis biaya campuran
Mixed cost atau semi variable cost yaitu biaya yang didalamnya terdiri dari elemen-
elemen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini pada umumnya terdapat dalam komponen
biaya tidak langsung. Karakteristik perilakunya tidak konstan seperti dua kelompok biaya
yang diuraikan diatas. Dalam keadaan tertentu jumlah biaya semivariabel akan menjadi
lebih tinggi dalam satu tingkat aktifitas, akan tetapi dalam keadaan lain bisa terjadi biayanya
akan lebih rendah pada tingkat aktifitas yang sama. Untuk itu diperlukan cara tersendiri
untuk mengidentifikasi perilakunya.
Agar dapat dimanfaatkan dengan cara yang lebih baik, informasi biaya semi variabel
sebaiknya dipisahkan lebih dahulu unsur-unsur biaya variabel dari unsur-unsur biaya
tetapnya. Apabila pemisahan ini tidak dilakukan, maka alternatif keputusan yang dihasilkan
juga kurang memuaskan akurasinya terutama bila jumlah biaya semivariabel ini cukup
signifikan dibanding total biaya secara keseluruhan.
Pemisahan unsur biaya tetap dan biaya variabel dari biaya semivariabel dapat
dilakukan dengan menggunakan metode titik tertinggi dan terendah, analisis regresi
kuadrat terkecil, metode diagram pencar, dan metode analisis rekening:
Metode titik tertinggi dan tertendah, yaitu suatu metode pemisahan biaya
campuran dalam elemen-elemen biaya tetap dan biaya variabelnya dengan
mendasarkan analisis pada selisih biaya antara tingkat aktifitas tertinggi dan
yang terendah. Analisis regresi kuadrat terkecil, yaitu suatu metode yang
dapat digunakan dalam pemisahan biaya campuran kedalam elemen-elemen
biaya tetap dan variabelnya dengan mencocokan suatu kuadrat garis regresi
yang meminimumkan jumlah kesalahan.
Metode titik tertinggi dan terendah merupakan cara perhitungan yang relatif lebih
sederhana dalam memisahkan biaya tetap dan biaya variabel dari suatu kelompuk biata
semivariabel.
o Menghitung selisih jumlagh aktifitas dan selisih biaya dari dua titik
tertinggi dan terendah.
Sebagai ilustrasi misalkan PT JKS adalah sebuah pabrik sepatu yang menggunakan mesin
jahit Merk ZA. Berikut adalah data biaya pemeliharaan mesin selama bulan Januari sampai bulan juli
2001.
Dari data biaya pemeliharaan mesin PT JKS diatas, dapat dihitung elemen biaya tetap
dan biaya variabel dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Tentukan titik-titik tertinggi untuk volume aktifitas dan biaya pemeliharaan kemudian
hitung seliisihnya, tempatkan dimasing-masing titik dan selisih dengan susunan sebagai berikut:
Langkah 2: Masukan hasil perhitungan dari langkah satu kedalam formula berikut untuk
menghitung elem biaya variabel per jam pemeliharaan:
Langkah 3: Masukan hasil perhitungan dari langkah dua untuk menghitung elemen biaya
tetap per bulan pada titik tertinggi atau tutik terendah dengan formula sebagai berikut:
Jika tarif biaya variabel perjam diterapkan pada volume aktifitas tertinggi, maka elemen
biaya tetap perbulan akan menjadi Rp.900,- dengan perhitungan sebagai berikut:
Hasil perhitungan pada langkah dua dan tiga diaas berarti bahwa biaya tetap
pemeliharaan mesin bulanan berjumlah Rp.900,- dan biaya variabelnya Rp.6,- setiap jam
pemeliharaan. Jika formula baya tersebut dinyatakan dalam bentu persamaan linear,
sebagai berikut:
y= a + bx, dimana:
y= total biaya
a= biaya tetap
x= volume aktifitas
Maka total biaya pada tiap bulan akan menjadi y=Rp.900,- + Rp. 6,-(x). Bila formula
tersebut diterapkan pada data bulan Juni sebagai titik tertinggi dari daftar biaya diatas,
maka akan menghasilkan perhitungan y=Rp.900,0 + Rp.6,- (790 jam) = Rp. 5.640,- Jumlah
tersebut sama dengan total pemeliharaan pada bulan Juni dengan tingkat volume aktifitas
790 jam.
Jika tarif biaya variabel perjam diterapkan pada volume aktifitas terendah maka
elemen biaya tetap perbulan juga akan menjadi Rp.900,- dengan perhitungan sebagai
berikut:
Dalam persamaan linier garis biaya formula tersebut akan menghasilkan perhitungan
total bioaya y=Rp.900,-+ Rp.6,- (540 jam) = Rp, 4.140,-. Jumlah tersebut sama dengan biaya
pemeliharaan bulan Januari pada tingakt volime aktifitas 540 jam.
Untuk keperluan analisis sederhana , metode titik tertinggi terendah lebih mudah
penggunaannya karena analisisnya dapat dibuah dengan cara yang lebih mudah. Metode ini
sangat berguna dalam membantu memberikan gambaran sederhana dalam pengujian
secara cepat atas penaksiran perubahan biaya. Hasilnya memiliki akurasi yang lebih tinggi
karena menggunakan semua data volume aktivitas dan data biaya yang tersedia sebagai
dasar analisinya.
Metode ini praktis digunakan untuk menaksir biaya tetap dan biaya variabel bila
sebuah perusahaan menutup kegiatannya untuk sementara. Istilah biaya berjaga digunakan
untuk mewakili biaya tetap yang akan terjadi selama masa transisi tersebut. Metode ini
dimaksudkan untuk menghitung cadangan dana yang harus disiapkan untuk berjaga-jaga
selama tenggang waktu tanpa kegiatan normal.
Selisih total biaya pada saar perusahaan menjalankan kegiatan operasi komersilnya
dengan biaya yang diperkirakan akan terjadi pada saat kegiatan komersil dihentikan
diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya variabel selanjutkan dapat dibebankan kepada
setiap unit produk atau satuan aktifitas dengan cara membagikan total unit produksi atau
satuan aktivitas dari total biaya variabel.
Hasil pembagian tersebut merupakan biaya produksi variabel per unit produksi atau
per satuan aktivitas. Misalkan karena krisis ekonomi PT CN mempertimbangan penghentian
kegiatan produkdinya untuk sementara. Pada bulan Mei 2001 volume produksinya 500 jam
mesin dengan total biaya produksi Rp.6.000,-. Jika tidak ada produksi yang diperhitungkan,
maka biaya yang akan terjadi berjumlah Rp.1.500,- tiap bulan. Selisih total biaya antara saat
berlangsung kegiatan produksi normal dengan biaya berjaga merupakan total biaya variabel
atau dengan perhitungan sebagai berikut:
Dengan demikian, biaya variabel per jam dapat dihitung dengan cara membagikan
jumlah jam mesin produksi dari total biaya variabel sebagai berikut:
= Rp.9,- / jam.
Cara lain yang cukup sederhana untuk memisahkan biaya tetap dan biaya variabel
dari biaya semivariabel adalah metode diagram pencar. Diagram seperti ini dapat digunakan
untuk melihat kecenderungan perubahan biaya tetap dan biaya variabel dari waktu ke
waktu.
Diagram pencar untuk memisahkan biaya tetap dan biaya variabel dari biaya
semivariabel dapat dibuat dengan prosedur sebagai berikut:
3. Berikan skala sepanjang garis x untuk menunjukan data volume aktifias yang
tersedia secara periodik.
4. Lakukan cara yang sama pada garis y untuk menunjukan jumlah biayan
periodik yang tersedia.
7. Tarik sebuah garis regresi yang lurus dari kanan atas ke titik tertinggi ke kiri
bawah titik terendah sampai memotong garis vertikal y. Kemiringan garis
regresi ini menunjukan tren perubahan biaya sejalan dengan perubahan
volume aktifitas dari waktu ke waktu.
8. Tarik garis lurus horizontal dari titik perpotongan garis regresi dengan sumbu
y ke kanan sampai sama panjang dengan sumbu x. garis ini menunjukan
tingkat biaya tetap periodik.
Misalkan jam kerja PT JKS dalam periode Januari sampai dengan Juli 2011 berjumlah
4.600 jam dengan total biaya Rp. 34.080,- dengan perincian seperti terlihat dalam Peraga 3-
1. Dengan menggunakan data tersebut, ilustrasi diagram pencar untuk analisis perilaku
biaya pemeliharaan mesin PT JKS dapat dibuat sebagai berikut:
Biaya
Bulan Jam Pemeliharaan
Pemeliharaan
Untuk menunjukkan total biaya tetap pada berbagai level aktifitas, dari titik
perpotongan tersebut dapat ditarik garis lurus yang mendatar ke kanan. Garis ini diberi
nama sebagai garis biaya tetap. Artinya, jika kegiatan pemeliharaan tidak dilakukan dalam
satu bulan tertentu, maka biaya pemeliharaan yang masih harus ditanggung perusahaan
akan berjumlah minimal sama dengan angka yang ditunjukan pada titik perpotongan ini,
penetuan angkanya dilakukan dengan cara menaksir angka yang paling mendekati dari skala
biaya yang ada pada sumbu y.
Misalkan pada peraga diatas, garis regresi berpotongan dengan titik Rp,965,- pada
garis biaya. Artinya, jika terdapat periode yang jumlah biaya semivariabelnya lebih dari
Rp.965,- maka selisihnya merupakan biaya variabel untuk periode yang bersangkutan.
Biaya variabel pemeliharaan pada titik yang dilalui garis regresi (tingkat aktfitas 4.600
jam dan biaya Rp.34.080,-) menjadi Rp.5,94 perjam yang dapat dihitung dengan prosedur
sebagai berikut:
Dikurangi:
Dengan demikian persamaan regresinya menjadi y=965+Rp 5,94 (x). Atau pada
jumlah biaya pemeliharaan setiap bulan terdapat Rp 965,- biaya tetap dan Rp 5,95 biaya
variabel per jam. Jumlah variabel pemeliharaan setiap bulan akan sama dengan jam
pemeliharaan pada bulan yang besangkutan dikalikan dengan Rp 5,94 tarif biaya variabel
per jam.
Dengan formula ini, maka manajemen dapat membuat ramalan biaya pemeliharaan
tiap bulan. Misalhakn pada bulan Agustus ditaksir pemeliharaan sebanyak 700 jam, maka
akan terjadi total biaya pemeliharaan sebesar Rp 9.948,- yang terdiri dari estimasi biaya
variabel 700 jam x Rp 5,94 = Rp 4.158,- dan biaya tetap sebesar Rp 5.970,-.
Pada umumnya analisis regresi dimulai dari asumsi bahwa terdapat hubungan yang linier
antara variabel terikat dan variabel bebasnya. Asumsi ini juga dapat diterapkan dalam
analisis hubungan perilaku biaya dengan faktor yang menyebabkan terjadinya biaya yang
bersangkutan. Analisis regresi juga membuat asumsi tentang sifat dan distribusi “error
term” dalam estimasi hubungan antara biaya everhead dan jam mesin. Atas dasar asumsi
tersebut, maka dianggap bahwa fluktuasi biaya sebagai variabel terikat (y) akan ditentukan
secara linier oleh perubahan volume aktifitas (x) sebagai variabel bebasnya.
b= n (∑xy)-(∑x)(∑y) persamaan 1
N(∑x2)-(∑x)2
a= (∑y)-b(∑x) persamaan 2
dimana:
Langkah 1: Hitung ∑x, ∑y, ∑xy, ∑x2 dan n dengan menggunakan tabel dibawah ini.
Langkah 2: Masukan nilai yang diperoleh dari perhitungan dalam langkah 1 ke dalam
formula untuk kemiringan (b) sehingga Persamaan 1 diatas menjadi:
b= 7 (22.705.200)-(4.600)(34.080)
7 (3.075.000)-(4.600)2
= 158.936.400 – 156.768.000
21.526.400 – 21.160.000
= 2 .168.400
366.400
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dari deretan biaya pemeliharaan mesin bulan
Januari sampai dengan Juli 2001 terdapat elemen biaya pemeliharaan variabel sebesar Rp
5,92 per jam pemeliharaan.
Langkah 3: Masukan nilai-nilai ∑x1, ∑y, ∑xy,∑2 dan n yang dihitung dalam langkah 1 dan
nilai b yang dihitung dalam langkah 2 ke dalam formula untuk perpotongan a dengan
menggunakan Persamaan 2, dengan demikian Persamaan 2 diatas berubah menjadi:
Dengan demikian, biaya tetap untuk pemeliharaan berjumlah Rp 978,29 per bulan.
Formula biaya untuk pemeliharaan dapat dinyatakan dalam persamaan linier sebagai
y=a+bx, atau y=978,29 + (5,92)(x). berarti biaya tetap pemeliharaan mesin setiap bulan
berjumlah Rp. 978,29 dan biaya variabelnya berjumlah Rp 5,92 setiap jam.
Bila hasil perhitungan ini diterapkan pada tingkat volume aktifitas pemeliharaan 790
jam, perincian biaya pemeliharaan menjadi y=978,29 + (5,92) (790)=Rp 5.655,09. Atau pada
tingkat volume aktifitas 540 jam pemeliharaan, maka biaya pemeliharaan menjadi
y=978,29+ (5,92) (540)=4.175,09. Penyimpangan dalam implementasinya mungkin saja
terjadi karena bagaimanapun juga hasil-hasil perhitungan tersebut sepenuhnya merupakah
hasil estimasi.
Dalam kasus diatas terlihat bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh kegiatan pemeliharaan
sebagai penyebab tunggal. Dengan kata lain variabel terikat tunggal digunakan untuk
menjelaskan perilaku suatu variabel terikat dan hubungan keduanyapun bersifat linier.
Dalam keadaan yang lain, biaya bisa terjadi karena lebih dari satu penyebab timbulnya biaya
secara bertahap dalam satu siklus hubungan sebab akibat.
Sebagai contoh, besarnya biaya overhead dapat dipengaruhi oleh jumlah jam mesin
sementara jumlah jam mesin sendiri juga dipengaruhi oleh jumlah order. Karena terjadi
hubungan yang tidak linier, maka untuk mengelompokan perilaku biaya dalam kondisi
seperti ini harus digunakan metode regresi berganda dengan menggunakan formula:
∑y=na+b1∑x1+b2∑x2 Persamaan 1
∑x1y=a∑x1+b1∑x12+b2∑x1x2 Persamaan 2
∑x2y=a∑x2+b1∑x1x2+b2∑x22 Persamaan 3
Dari data tersebut terdapat satu komponen biaya overhead sebagai variabel terikat
dan komponen jam mesin dan jumlah order sebagai dua variabel bebas. Dari data tersebut
selanjutnya dapat dibuat persamaan regresi yang menunjukan hubungan total biaya
overhead , dengan langkah-langkah 1-7 berikut ini.
Langkah 1: Tentukan nilai ∑y, ∑x1, ∑x2, ∑x1y, ∑x1x2, ∑x12, ∑22, ∑y2 dan n. nilai masing-
masing item tersebut dapat dihitung dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
Nilai ∑y, ∑x1, ∑x2, ∑x1y, ∑x2y, ∑x1x2, ∑x12, ∑x22, dan ∑y2 masing-masing pada baris
paling bawah dari tiap kolom dari tabel di atas. Nilai n dapat dilihat pada nomor urutan
periode terakhir dari sejumlah data yang diobservasi. Dalam kasus ini n=12 karena periode
yang diobservasi berjumlah 12 bulan.
Langkah 3: Hilangkan nilai a. kalikan Persamaan 4 dengan -145 yang berasal dari 1.740/12 (-
1), sehingga menjadi Persamaan 7. Jumlahkan Persamaan 7 dengan Persamaan 5. Hasilnya
akan menghilangkan a dan menghasilkan Persamaan 8.
-1.215.860 = -1.740 1 +-252.300b1 +-58.870b2 Persamaan 7
Langkah 4: Hilangkan a. Kalikan Persamaan 4 dengan -338,33 yang berasal dari (406/12(-1),
sehingga menjadi Persamaan 9. Jumlahkan Persamaan 9 dengan Persamaan 6. Hasilnya
akan menghilangkan a dan menghasilkan Persamaan 10.
Langkah 5: Hilangkan nilai b1 dan hitung nilai b2. Kalikan Persamaan 10 dengan 539,01
sehingga menjadi Persamaan 11. Jumlahkan Persamaan 8 dengan Persamaan 11. Hasilnya
akan menghilangkan b1 dan menghasilkan Persamaan 12.
623.670b2 = 2.567.835
B2= 4,11
Langkah 6: masukan nilai b2 ke dalam Persamaan 8 untuk mencari nilai b1 sebagai berikut:
30.349=9.810b1 + -24(4,11)
30.349=9.810b1 – 98,82
b1= 30.447,82/9.810
b1=3,10
8.384 = 12 a + 7.072,15
12a= 1.311,85
a= 1.311,85/12
a= 109,32
Langkah 8: masukan nilai a, b1, dan b2 ke dalam persamaan umum regresi dua variabel
(Persamaan 1). Subsitusi ini menghasilkan persamaan yang menjelaskan hubungn anatara
jumlah biaya overhead, jumlah jam mesin, dan jumlah pesanan dari bulan januari sampai
dengan Desember sebagai berikut:
= (12) (109,32)+(3,1)(1.740)_(4,11)(404)
= 8.374,50
Selisih 9,5 dari ∑y dalam tabel diatas yang berjumlah Rp 8.384 berasal dari akumulasi
selisih pembulatan angka pecahan di belakang koma sebesar pada tiap tahapan perhitungan
manual regresi. Persamaan ini menunjukan total biaya overhead Rp 8.384,- terdiri dari Rp
1.311,84 biaya tetap, biaya variabel Rp 5,394 per jam mesin dan Rp 1.668,66 tiap order
produksi. Dalam persamaan regresi pola regresi total biaya semivariabel menjadi y=1.311,84
+ 3,10 (x1) + 4,11 (x2)
Selain dengan cara manual, analisis regresi dapat dibuat dengan bantuan perangkat
lunak komputer. Penyelesaian dengan bantuan komputer memiliki akurasi yang tinggi dan
membutuhkan waktu yang lebih sedikit karena kecepatan proses yang jauh lebih tinggi.
Namun demikian, cara ini juga pada akhirnya membutuhkan suatu kebijakan berdasarkan
kepakarab untuk menerjemahkan hasil analisis yang akan diimplementasikan. Semakin
banyak variabel dalam satu kasus analisis regresi, maka penggunaan perangkat lunak
tersebut menjadi sangat diperlukan. Penyelesaian secara manual akan menghabiskan sangat
banyak waktu.