Anda di halaman 1dari 16

PERLAWANAN KESULTANAN TERNATE PADA MASA

KEPEMIMPINAN SULTAN BAABULLAH TERHADAP


PORTUGIS 1550-1575

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

KELAS XI-MIPA 5
KELOMPOK 1
ANGGOTA
1. ADINDA NUR AZZAHRA
2. ARIE GUNAWAN PRIADJI
3. ERYSHA DWI PRASETIANI
4. M.RAFFI TAUFIQ
5. RINDIANI SEPTIANI
6. SINDRI KLAUDIA JUNIAR

SMAN 1 MAJALENGKA
TAHUN PELAJARAN 2022/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada tuhan yang maha esa, karna atas

berkat dan limpahan rahmatNya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah dengan tepat

waktu

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah tentang “perlawanan

kesultanan Ternate pada masa kepemimpinan Sultan Baabullah terhadap Portugis 1550-

1575”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk

mempelajari berbagai sejarah tentang cikal bakal bangsa indonesia dan bisa mengetahui

perjuangan dari rakyatnya itu sendiri.

Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Bapak Didin Mafrudin,

S.Pd., M.Si. yang telah membantu penulisan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada :

1. Terima Kasih Kepada Ibu Hj.Aah Suniah,M.Pd selaku Kepala SMAN 1

Majalengka.

2. Rekan-rekan siswa SMAN 1 Majalengka khususnya Xl MIPA 5.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karna itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Dengan ini kami mempersembahkan dengan penuh rasa terimakasih dan

semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan mnfaat untuk

semua pihak.

Majalengka, 6 Oktober 2022

Penulis

Kelompok 1
1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
B. Tujuan pembahasan........................................................................................................2
C. Perumusan masalah........................................................................................................2
D. Metode penelitian...........................................................................................................2
E. Sistematika penulisan.....................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN
Perlawanan kesultanan Ternate pada masa kepemimpinan Sultan Baabullah terhadap
Portugis 1550-1575
A. Latar belakang terjadinya perlawanan............................................................................4
B. Tokoh/Pemimpin perlawanan........................................................................................5
C. Proses perlawanan..........................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
LAMPIRAN............................................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bangsa Eropa memajukan teknologi di awal abad ke-16 terutama dalam bidang pelayaran.
keahlian baru bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan tidak
terlepas dari kekuatan besar pengetahuan Bangsa Arab yang sedang berkembang pesat di
kawasan Mediterania pada abad ke-15. Mereka mempelajari berbagai ilmu mengenai
geografi dan astronomi yang memungkinkan mereka berani mengadakan ekspedisi
penjelajahan dan ekspansi.
Ketika jalur Laut Tengah terputus akibat jatuhnya Konstatinopel 1453 oleh penguasa Muslim,
bangsa Barat mencari jalur alternatif lain untuk mendapatkan komuditas yang diperlukan.
Rempah-rempah menjadi komuditas penting ketika itu, khususnya cengkeh dan pala. Maluku
tengah dengan palanya dan Maluku utara dengan cengkehnya. Pada akhirnya bangsa Barat
yang diprakarsai Portugis melakukan ekspedisi ke timur. Mereka bertujuan mencari
Kepulauan Rempah-Rempah. Setelah menguasai kota Goa di India, Portugis menyadari India
bukanlah tempat yang dicari-cari. Akhirnya, Portugis mendengar kota Malaka yang ramai
perdagangan.
Malaka terletak di wilayah Semenanjung Malaya. Selat Malaka menjadi salah satu trayek
paling menentukan dalam sistem perdagangan internasional yang membentang dari China
dan Maluku sampai Afrika Timur dan Malaka di Laut Tengah. Malaka menjadi pusat transit
perdagangan pala, cengkeh, dan bunga pala dari Maluku ke India. Strategisnya Malaka
sebagai pusat perdagangan diincar Portugis. Ketika itu Portugis, yang dipimpin Alfonso de
Albuquerque (1509-1515), setelah menaklukkan Goa, langsung mengincar
Malaka. Albuquerque memutuskan Malaka harus menjadi pijakan selanjutnya dan pada 1511
dimulailah perjalannya. Dalam dua kali serang, Malaka takluk. Sejak saat ini, Portugis
menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa.
Penaklukan Malaka memberi pijakan bagi Portugis untuk lebih melangkah lagi ke timur
Nusantara. Tujuannya adalah wilayah Kepulauan Maluku di mana cengkeh dan pala tumbuh.
Kedua komoditas tersebut dikuasai oleh dua kerajaan Islam, yaitu Ternate dan Tidore. Selain
itu, Maluku juga ini menyediakan barang berharga yang menguntungkan jika dijual ke Eropa.
Perlawanan Ternate terhadap portugis didorong oleh tindakan bangsa portugis yang
sewenang-wenang dan merugikan rakyat. Perlawanan ternate dipimpin oleh sultan Hairun
dari Ternate. Seluruh rakyat dari irian sampai ke jawa diserukan untuk melakukan
perlawanan. Pada awalnya Portugis diterima dengan baik oleh raja setempat dan diijinkan
mendirikan benteng, namun lama-kelamaan, rakyat ternate mengadakan perlawanan.
Kesultanan Ternate yang pada saat itu sedang berselisih dengan Kesultanan Tidore. Keadaan
ini dimanfaatkan Portugis yang langsung mendukung Ternate. Akibatnya, Portugis diizinkan
mendirikan benteng (loji) dengan alasan untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore.
Bersamaan dengan itu, pada 1521 datang armada Spanyol yang mempunyai tujuan yang sama
dengan Portugis. Melihat kondisi di Maluku, Spanyol berusaha mendukung Tidore.
Persaingan di antara ke dua imperialis Barat tersebut dalam memperebutkan wilayah Maluku
tidak dapat dihindari. Persaingan tersebut dapat diselesaikan melalui Perjanjian Saragosa

3
pada 22 April 1529. Isi perjanjian tersebut mengharuskan Spanyol meninggalkan Maluku,
sehingga Portugis dapat menguasai Maluku sepenuhnya. Kegiatan-kegiatan imperialis
Portugis, akhirnya mendapat perlawanan dari Raja Ternate, yaitu Sultan Hairun. Dengan
kelicikan Portugis, perlawanan Sultan Hairun dapat dipatahkan pada 1570. Namun,
perlawanan rakyat Ternate terus berlanjut di bawah pimpinan Sultan Baabullah. Dengan
perlawanan Sultan Baabbullah inilah, Portugis dapat diusir dari bumi Maluku pada 1575.

B. Tujuan pembahasan
Untuk mengetahui alasan perlawanan kesultanan Ternate dengan Portugis dan
Supaya kita dapat mengetahui susah payahnya para pejuang yang peduli akan
keadaan Bangsa Indonesia.
C. Perumusan masalah
1.Apa motif terjadinya Perlawanan Ternate dengan Portugis?
2.Bagaimana proses terjadinya?
D. Metode penelitian
Penulisan dalam karya ini adalah sebuah studi sejarah, maka metode yang digunakan adalah
metode penelitian historis. Semua kegiatan atau proses ini harus mengikuti metode dan aturan
yang benar. Adapun langkah-langkah yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Heuristik; mencari dan menemukan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh
peneliti untuk mendapatkan sumber-sumber, data-data, atau jejak sejarah yang
diperlukan, Penelitian ini menggunakan sumber-sumber pustaka berupa buku-buku
yang di dalamnya terdapat kisah-kisah mengenai Perlawanan kesultanan Ternate.
2. Kritik Sumber, adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh
agar memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel atau tidak, dan apakah
sumber tersebut autentik atau tidak. Kritik Sumber itu ada dua, yakni kritik intern dan
kritik ekstern. Kritik intern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk
melihat apakah isi sumber tersebut kredibel atau tidak. Sedangkan kritik ekstern
adalah kegiatan sejarawan untuk melihat apakah sumber yang didapatkan autentik
ataukah tidak.
3. Interpretasi adalah suatu upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang sumber-
sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji
autentisitasnya terdapat saling hubungan antara satu dengan yang lainnya atau tidak.
4. Historiografi (penulisan) ialah cara untuk merekonstruksi suatu gambaran masa
lampau berdasarkan data yang diperoleh, lalu menuliskannya kedalam bentuk tulisan
deskriptif dengan menggunakan susunan bahasa dan format yang baik dan benar.

D. Sistematika penulisan

4
Secara garis besar sistematika pembahasan ini disusun untuk mempermudah pemahaman
terhadap penulisan ini, uraian bab demi bab bukan hanya rentetan dan ringkasan dari
keseluruhan penulisan, melainkan suatu deskripsi tentang hubungan antara pasal demi pasal
atau bab demi bab. Untuk kejelasannya pembagian tiap bab yang terkandung dalam penulisan
ini akan diuraikan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, maksud pembahasan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab II ini menjelaskan tentang Latar terjadinya perlawanan kesultanan Ternate
dengan Portugis, tokoh atau pemimpin perlawanan kesultanan Ternate, proses perlawanan
hingga akhir perlawanan.
BAB III : Penutup, pada bab yang terakhir berisi kesimpulan-kesimpulan pembahasan dari
awal hingga akhir, dan saran.

BAB II
5
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Terjadinya Perlawanan
Perang Ternate-Portugis adalah peperangan antara Kesultanan Ternate dan
Portugis yang dilancarkan oleh Sultan Baabullah untuk membalas pembunuhan
Sultan Hairun dan mengusir Portugis dari Ternate.
Untuk mencukupi kebutuhan di negaranya, Portugis melakukan pelayaran ke
timur dengan maksud untuk mencari rempah-rempah. Pada 15 Agustus 1511,
mereka berhasil merebut Malaka, dan kemudian mengalihkan perhatiannya ke
Maluku karena mereka telah mengetahui bahwa Maluku merupakan penghasil
rempah-rempah besar. Setelah itu, mereka membangun kerja sama dagang
dengan kesultanan Ternate ketika kesultanan Ternate dan Tidore saling
bermusuhan. Bersamaan dengan itu, Armada Laut Spanyol datang ke Maluku
pada tahun 1521. Spanyol yang sedang bersaing dengan Portugis diterima di
Tidore. Karena diangap melanggar perjanjian Tordesillas, maka Armada
Spanyol pergi dari Maluku dan menetap di Filipina.
Di Ternate, terjadi pertempuran antara tentara Portugis melawan tentara Sultan
Hairun dari tahun 1550. Pada tahun 1570, Sultan Hairun dibunuh oleh Portugis.
Akibatnya, pengganti Sultan Hairun, yaitu Sultan Baabullah, bersumpah akan
terus memusuhi Portugis dan mengepung benteng Portugis di Ternate. Setiap
benteng-benteng kecil di wilayah Ternate seperti benteng Santo Lucia, Tolluko,
dan Santo Pedro dengan mudah ditaklukkan kecuali benteng São João Baptista.
Benteng ini berhasil bertahan selama empat tahun. Hingga pada tahun 1575,
tentara Sultan Baabullah berhasil menjebol pertahanan benteng dan membunuh
sebagian besar garnisunnya.Tersisa hanya 400 orang dengan keadaan
mengenaskan. Portugis tidak dapat mengirim bala bantuan karena Malaka
sedang dikepung oleh Kesultanan Aceh.Sultan Baabullah tidak membantai dan
menyiksa para tawanan portugis, namun ia memberikan kesempatan selama 24
jam untuk pergi ke Malaka dan Ambon. Bila masih ada orang Portugis di
Ternate, mereka akan dijadikan budak. Tidak hanya di wilayah ternate saja. Ia
juga melakukan banyak serangan diwilayah lain di nusantara. Ia juga
melakukan mobilisasi pasukan besar besaran untuk menyaingi kekuatan
portugal dan beberapa kerajaan kristen pribumi.

6
Serangan besar pun disiapan dibanyak wilayah seperti diwilayah buru, hitu,
seram bagian barat dan beberapa tempat di indonesia timur. Satu persatu pos
pos dan benteng milik portugis takluk dibawah naungan kesultanan ternate. hal
ini menyebabkan melemahnya kekuatan portugis di nusantara dan menjadi
tersaingi oleh kekuatan eropa lainnya.
Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini:
1. Portugis melakukan monopoli perdagangan.
2. Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan.
3. Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti
bertentangan dengan agama yang telah dianut oleh rakyat Ternate.
4. Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham
dengan mereka.
5. Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
6. Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka kehendak Portugis ditolak oleh raja
Ternate. Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun bersatu dengan Tidore
melawan Portugis, sehingga Portugis dapat didesak. Pada waktu terdesak,
Portugis mendatangkan bantuan dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo,
sehingga Portugis mampu bertahan di Maluku.

B.Tokoh / Pemimpin Perlawanan


Perlawanan Ternate Dipimpin Sultan Hairun
Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah pimpinan Sultan
Hairun. Raja Ternate yang sangat gigih melawan Portugis adalah Sultan Hairun
yang bersifat sangat anti-Portugis. Portugis berusaha menangkap Sultan Hairun,
namun rakyat bangkit untuk melawan Portugis dan berhasil membebaskan
Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Beliau dengan tegas menentang usaha
Portugis untuk melakukan monopoli perdagangan di Ternate. Rakyat Ternate di
bawah pimpinan Sultan Hairun melakukan perlawanan. Rakyat menyerang dan
membakar benteng-benteng Portugis. Portugis kewalahan menghada
piperlawanan tersebut. Dengan kekuatan yang lemah, tentu saja Portugis tidak
mampu menghadapi perlawanan. Oleh karena itu, pada tahun 1570 dengan licik
Portugis menawarkan tipu perdamaian.

Sehari setelah sumpah ditandatangani, De Mosquito mengundang Sultan Hairun


untuk menghadiri pesta perdamaian di benteng. Tanpa curiga Sultan Hairun

7
hadir, dan kemudian dibunuh oleh kaki tangan Portugis. Peristiwa ini
menimbulkan kemarahan besar bagi rakyat Maluku dan terutama Sultan
Baabullah, anak Sultan Hairun.

Perlawanan Ternate Dipimpin Sultan Babullah


Perlawanan rakyat Ternate dilanjutkan di bawah pimpinan Sultan Baabullah
(putera Sultan Hairun). Bersama rakyat, Sultan Baabullah bertekad
menggempur Portugis. Pasukan Sultan Baabullah memusatkan penyerangan
untuk mengepung benteng Portugis di Ternate. Lima tahun lamanya Portugis
mampu bertahan di dalam benteng yang akhirnya menyerah pada tahun 1575
karena kehabisan bekal. Kemudian Portugis melarikan diri ke Timor Timur.
Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir
ke Hitu dan akhirnya menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai Tahun
1975.

C. Proses Perlawanan
Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat Ternate.
Tentu saja halitu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan
Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533.
Untuk menghadapi Portugis, sultan Ternate menyerukan agarrakyat dari Irian
sampai ke Pulau Jawa bersatu melawan Potugis. Maka berkobarlah perlawanan
umum di Maluku terhadap Portugis. Rakyat Maluku bangkit melawan Portugis.
Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu. Akibatnya Portugis terdesak.
Karenamerasa posisinya terdesak, Portugis mendatangkan pasukan bantuan dari
Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut
menyerbu beberapa wilayah KerajaanTernate. Rakyat Maluku di bawah
pimpinan Kerajaan Ternate berjuang penuh semangat,mempertahankan
kemerdekaannya. Tetapi waktu itu Ternate belum berhasil mengusirPortugis.
Untuk sementara Portugis dapat menguasai Maluku. Pada tahun 1565, rakyat
Ternate bangkit kembali melawan Portugis, di bawah pimpinan Sultan Hairun.
Portugis hampir terdesak, tetapi kemudian melakukan tindakan licik. Sultan
Hairun diajak berunding. Untuk itu Sultan Hairun diundang agar datang ke
benteng Portugis. Dengan jiwa kesatria dan tanpa perasaan curiga, Sultan
Hairun memenuhiundangan Portugis. Tetapi apa yang terjadi? Setiba di benteng
Portugis, Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan
rakyat Maluku.
8
Kematian Sultan Khairun memicu kemurkaan orang-orang Ternate serta raja-
raja Maluku lainnya. Dewan diraja Ternate, yang didukung oleh para kaicili dan
sangaji (penguasa daerah), mengadakan musyawarah di Pulau Hiri dan
menetapkan Kaicili Baab sebagai Sultan Ternate berikutnya, dengan gelar
Sultan Baabullah Datu Syah. Menurut satu riwayat yang tercatat di kemudian
hari, pada pertemuan itu mereka berikrar: "Apa yang mesti kita segani dari
Portugis jika kita menyadari kekuatan kita sendiri? Apa yang mesti kita takuti,
apa yang dapat membuat kita putus asa? Bangsa Portugis memuliakan orang
yang merampok paling banyak, dan yang bergelimang kejahatan serta dosa-dosa
besar ... Negeri kita adalah tanggungan kita, dan begitu pula perlindungan akan
orang tua, istri, anak-anak dan kemerdekaan kita. Sultan bermaksud untuk
berperang demi menegakkan kembali agama Islam di Maluku, membawa
Kesultanan Ternate menjadi kekuatan utama, dan mengusir orang-orang
Portugis dari negerinya."
Di Ternate, terjadi pertempuran antara tentara Portugis melawan tentara Sultan
Hairun dari tahun 1550. Pada tahun 1570, Sultan Hairun dibunuh oleh Portugis.
Akibatnya, pengganti Sultan Hairun, yaitu Sultan Baabullah, bersumpah akan
terus memusuhi Portugis Sebagai balasan atas pembunuhan Khairun, Baabullah
meminta agar Lopes de Mesquita dibawa ke hadapannya untuk diadili. Benteng-
benteng Portugis di Ternate, yaitu Tolucco, Santa Lucia, dan Santo Pedro jatuh
dalam waktu singkat, menyisakan São João Baptista (kediaman Mesquita)
sebagai pertahanan terakhir. Di bawah komando Baabullah, pasukan Ternate
mengepung São João Baptista dan memutuskan hubungan benteng tersebut
dengan dunia luar; suplai makanan dari luar tidak diperbolehkan masuk kecuali
sejumlah kecil sagu yang hampir-hampir tidak dapat membantu penduduk
benteng bertahan hidup. Walaupun begitu, pasukan Ternate sesekali
memperbolehkan pertemuan antara penduduk benteng yang dikepung dengan
masyarakat pulau lainnya—sebab banyak penduduk asli Ternate kala itu yang
memiliki hubungan kekerabatan dengan Portugis melalui pernikahan. Dalam
kondisi tertekan seperti ini, orang-orang Portugis mengangkat Alvaro de Ataide
sebagai kapten baru mereka menggantikan Lopes de Mesquita. Namun,
pergantian kepemimpinan ini tidak menggoyahkan niat Baabullah untuk
mengusir orang-orang Eropa Tersisa hanya 400 orang dengan keadaan
mengenaskan. Portugis tidak dapat mengirim bala bantuan karena Malaka
sedang dikepung oleh Kesultanan Aceh. Sultan Baabullah tidak membantai dan
menyiksa para tawanan portugis, tetapi ia memberikan kesempatan selama 24
jam untuk pergi ke Malaka dan Ambon. Bila masih ada orang Portugis di
Ternate, mereka akan dijadikan budak.

9
Selagi pengepungan tersebut berlangsung, pasukannya menyerang wilayah-
wilayah yang menjadi pusat misi Yesuit di Halmahera, dan memaksa penguasa
Bacan yang sudah dibaptis untuk beralih kembali ke Islam pada sekitar tahun
1571. Pada tahun 1571 sebuah armada Ternate dengan enam kora-kora besar di
bawah pimpinan Kapita Kalasinka menyerbu Ambon. Pasukan Ternate juga
berhasil menaklukkan wilayah Hoamoal (di Seram), Ambelau, Manipa, Kelang
dan Boano. Tentara Portugis yang dikomandoi Sancho de Vasconcellos
berusaha dengan susah payah untuk mempertahankan benteng-benteng mereka,
dan kehilangan kuasa mereka di laut atas perdagangan cengkeh.
Pada tahun 1575 sebagian besar tanah Portugis di Maluku telah diambil alih
oleh Ternate, dan suku-suku serta negeri-negeri yang mendukung Portugis telah
benar-benar tersudut. Hanya São João Baptista saja yang masih dalam
pengepungan. Selama lima tahun sebelumnya orang Portugis beserta keluarga
mereka mengalami kesulitan hidup di dalam benteng yang terputus dari dunia
luar tersebut. Sultan Baabullah menuntut agar orang-orang Portugis di dalam
benteng segera menyerahkan diri untuk meninggalkan Ternate, dan berjanji
akan memberikan kapal serta suplai agar mereka dapat mencapai Ambon.
Sementara itu penduduk benteng yang berasal dari Ternate diperbolehkan
tinggal selama mereka mengakui pemerintahan kesultanan. Kapten Nuno
Pereira de Lacerda menerima persyaratan tersebut.

BAB III

10
PENUTUP
A.Kesimpulan
Perang terus berlangsung selama 5 tahun, sampai akhirnya Portugis menyerah
dan meninggalkan Maluku pada tahun 1575. DI bawah Sultan Baabullah,
“Penguasa 72 Pulau”, Ternate mencapai puncak kejayaannya dengan wilayah
membentang luas dari Sulawesi Utara dan Tengah, Kepulauan Marshall, hingga
Filipina Selatan dan kepulauan Nusa Tenggara.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana
susahnya pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta
maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam
membela Indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari
mereka.

DAFTAR PUSTAKA
11
Buku :
Rachmawati Dwi Hesti. 2016. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA kelas Xl.
Jakarta : Erlangga
Lestariningsih Dwi Amurwani. 2017. Sejarah Indonesia kelas Xl. Jakarta :
Kemendikbud
Sudirman Adi. 2014. Sejarah lengkap Indonesia. Yogyakarta : Diva press
Internet :
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Ternate-Portugal?wprov=sfla1
https://www.pinhome.id/blog/perlawanan-ternate-terhadap-portugis/
https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/13/130000379/sultan-khairun-
pelopor-perlawanan-rakyat-maluku-terhadap-portugis

LAMPIRAN
12
Peta navigasi ke Nusantara Tugu Sultan Hairun ketika
dibunuh

Sultan Baabullah Perlawanan kesultanan Ternate


dengan Portugis

13
14

Anda mungkin juga menyukai