Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN MATERI

ANGGARAN BAHAN BAKU


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Penganggaran Bisnis”
Dosen Pengampu :
Eka Sulvijayanti, M.Pd

Di Susun Oleh :
Kelompok 6
1. Ana Tasha Nur Jannah (1860405223164)
2. Mila Fadilatul Naza (1860405222143)
3. Rafli Ardiansyah (1860405223147)
4. Teguh Wiraseta (1860405223180)

KELAS 4A
MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
FEBRUARI 2024
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Tujuan Anggaran Bahan Baku


Anggaran bahan baku adalah perencanaan rinci tentang penggunaan bahan baku
untuk produksi dimasa depan, terdiri dari anggran unit kebutuhan, pembelian, biaya, dan
persdiaan bahan baku. Bahan baku bisa langsung (yang penting untuk produk) atau tidak
langsung (pelengkap). Tujuannnya adalah memperkirakan kebutuhan dan pembelian
bahan bak, menghitung biaya produksi, dan menjadi dasar pengawasan produksi.1
Anggaran ini terdiri dari tiga bentuk anggaran, yang disusun berurutan yaitu :
a. Anggaran unit kebutuhan bahan baku.
Anggaran unit kebutuhan bahan baku (unit of direct materials used budget)
yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah unit bahan baku yang
dibutuhkan Untuk berproduksi selama periode yang datang.
b. Anggaran pembelian bahan baku.
Anggaran pembelian bahan baku (direct materials purchases budget), yang
Merencanakan secara lebih terperinci tentang pembelian bahan baku untuk memenuhi
Kebutuhan untuk berproduksi selama periode yang akan datang.
c. Anggaran biaya bahan baku.
Budget biaya bahan baku (cost of direct materials budget), yang merencanakan
secara Lebih rinci tentang besarnya biaya bahan baku untuk berproduksi selama
periode yang Akan datang.
d. Anggaran persediaan bahan baku.
Anggaran persediaan bahan baku (materials inventory budget), yang
merencanakan secara lebih terperinci tentang pengadaan persediaan guna menjaga
kelangsungan proses produksi tetap terjaga.
Bahan baku (materials) yang digunakan perusahaan dalam proses produksi
secara umum dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu :
a. Bahan baku langsung (direct materials).
Bahan baku langsung yang dimaksud adalah bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi sebagai bahan baku pokok, artinya kalau tidak ada bahan

1
Herispon, H.Anggaran dan Perusahaan : Analisis dan Aplikas (Pekanbaru : Akademi Keuangan & Perbankan
Riau (Akbar) Pekanbaru.,2015) hal 66

2
baku tersebut sebuah produk atau barang tidak akan terjadi. Bahan baku langsung
ini dapat terdiri dari satu, dua macam atau lebih.
b. Bahan baku tidak langsung / bahan penolong (indirect materials)
Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang sifatnya melengkapi
atau sebagai pelengkap dalam proses produski atau dalam penciptaan suatu
produk atau barang, lebih jelasnya tanpa adanya bahan baku tidak langsung ini
sebuah produk atau barang akan tetap dapat diproduksi, Bahan baku tidak
langsung ini juga dapat terdiri dari satu, dua macam atau lebih

Adapun tujuan dasar dari anggaran bahan baku yang memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
2. Memperkirakan pembelian jumlah bahan baku yang diperlukan.
3. Sebagai dasar penyusunan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian
bahan baku
4. Sebagai dasar penyusun produk costing, yakni memperkirakan komponen harga
pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
5. Sebagai dasar fungsi pengawasan bahan baku.

B. Komponen Anggaran Bahan Baku


Suatu anggaran baku terdiri dari empat komponen utama, yakni sebagai berikut:

1. Anggaran kebutuhan bahan baku


Anggaran kebutuhan bahan baku, yaitu anggaran yang disusun sebagai
perencanaan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk kebutuhan produksi pada
periode mendatang. Kebutuhan bahan baku diperinci menurut jenisnya, menurut
macam barang jadi yang akan dihasilkan, serta menurut bagian-bagian dalam pabrik
yang menggunakan bahan tersebut.
2. Anggaran pembelian bahan baku
Anggaran pembelian bahan baku, yaitu anggaran yang disusun sebagai
perencanaan kuantitas bahan baku yang harus dibeli pada periode mendatang. Bahan
baku yang harus dibeli diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
persediaan dan kebutuhan bahan baku.
3. Anggaran persediaan bahan baku

3
Anggaran persediaan bahan baku, yaitu anggaran yang disusun sebagai
perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai
persediaan. Dalam kaitannya dengan hal Ini, jumlah bahan baku yang dibeli tidak
harus sama dengan jumlah bahan baku yang dibutuhkan karena adanya faktor
persediaan.
4. Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan dalam produksi
Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan dalam produksi, yaitu
anggaran yang disusun sebagai suatu perencanaan nilai bahan baku yang digunakan
dalam satuan uang. Dalam kaitannya dengan hal ini, sebagian bahan baku disimpan
sebagai persediaan dan sebagian dipergunakan dalam proses produksi.

C. Informasi Yang Terdapat Dalam Anggaran Bahan Baku


Adapun informasi - informasi yang terdapat dalam anggaran bahan baku adalah
sebagai berikut :
a. Jenis produk jadi yang akan dihasilkan
b. Jenis bahan baku yang digunakan
c. Departemen produksi yang dilalui dalam proses produksi
d. Standard Usage Rate
e. Waktu penggunaan bahan baku
f. Kualitas produk jadi
Dalam proses produksi penggunaan bahan baku adalah suatu hal yang sangat penting
diperhatikan, karena bila terjadi ketidak sesuaian dalam penggunaan bahan baku dengan
hasil yang telah diperoleh (barang jadi) akan berpengaruh kepada kualitas atau kuantitas
dari produk yang dihasilkan, dan juga biaya yang harus dikeluarkan dalam produksi akibat
penggunaan bahan baku tadi.
Untuk itu dalam memproduksikan suatu barang yang akan dihasilkan perlu
ditetapkan suatu ketentuan dan standard tertentu yang harus dipatuhi untuk
mempertahankan kualitas dari produk tersebut, ketentuan ini sering disebut “standard
usage rate”.
Standard usage rate adalah bilangan yang menunjukkan berapa satuan bahan baku
yang digunakan atau yang diperlukan untuk menghasilkan satau satuan produk jadi.
Maksud dari mengikuti standard ini adalah untuk menghidarkan perusahaan dari
pemborosan biaya-biaya yang berhubungan dengan penggunaan bahan baku dalam

4
berproduksi. Bila sebuah perusahaan mengikuti standard usage rate ini maka ada beberapa
manfaat yang diperoleh yaitu :
a. Penggunaan bahan baku pada tingkat ideal adalah untuk mempertahankan mutu, rasa,
dan atau kekuatan.
b. Penggunaan bahan baku pada tingkat ideal dapat menghindarkan pemborosan biaya
penggunaan bahan dalam proses produksi atau terjadinya efisiensi biaya produksi.
c. Akan dapat diukur waktu atau durasi dalam proses produksi, dan juga berapa jumlah
tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Dalam perjalanannya standard usage rate dapat saja terjadi penyimpangan, baik yang
dilakukan dengan sengaja atau dengan tidak sengaja penggunaan bahan baku dalam proses
produksi, sehingga akan berpengaruh pada hasil out put atau produk jadi, produk setengah
jadi.2

D. Faktor Yang Mempengaruhi Order Time


Untuk memastikan kelancaran proses produksi, perusahaan harus memperhatikan
waktu pemesanan bahan baku agar tidak mengalami keterlambatan atau kelebihan
persediaan. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pemesanan (order time) meliputi lead
time (waktu dari pemesanan hingga kedatangan barang), reorder point (titik pemesanan
kembali), prediksi penggunaan barang, safety stock, tingkat penggunaan pembelian, biaya
penyimpanan, ketersediaan barang, dan risiko kehilangan pelanggan. Manajer gudang
perlu memperhitungkan faktor-faktor ini untuk mengoptimalkan proses pemesanan bahan
baku.3
Dalam hal menentukan waktu pemesanan bahan baku yang memadai, perusahaan
perlu memperhatikan lead time, yaitu berapa lama jangka waktu sejak dilakukan
pemesanan, sampai saat datangnya bahan Baku yang dipesan, dan siap untuk digunakan
dalam proses produksi. Setelah diketahui lead time, maka perlu juga diketahui reorder
point, yaitu saat ‘kapan’ harus dilakukan pemesanan kembali. Diperlukan prediksi yang
tepat atas tingkat penggunaan barang, Dengan waktu yang diperlukan, untuk pemesanan
(order time) agar bahan baku tidak mengalami kekosongan dan berdampak pada
terganggunya aktivitas produksi. Untuk itu sebagai manajer gudang perlu memperhatikan
faktor-faktor yang dapat memengaruhi order time, yaitu 4:

2
Ibid.., hal 67
3
Suhardi, Budgeting, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2019), hal.65
4
Ibid..,hal 65

5
1. Lead time, adalah jangka waktu yang diperlukan sejak dilakukan pemesanan sampai
barang tersebut siap digunakan. Untuk mendapatkan probabilitas lead time ini perlu
dilakukan pengamatan data historis.
2. Safety stock, adalah persediaan pengaman, untuk berjaga-jaga apabila pesanan
terlambat datang.
3. Tingkat penggunaan pembelian.
4. Penambahan biaya penyimpanan bahan baku.
5. Kehabisan persediaan/tidak tersedianya lagi persediaan (langka).
6. Kehilangan pelanggan/berubah ke produk kompetitor lain.

E. Economic Order Quality


Economic Order Quantity adalah jumlah pembelian bahan baku yang paling
ekonomis (biaya yang paling rendah) setiap kali dilakukan pembelian, tetapi tidak akan
mengakibatkan kekurangan bahan baku dan tidak kelebihan bahan baku. Bahan baku
merupakan investasi yang diperlukan percepatan pengembalian investasi yang di
tanamkan berupa bahan baku, oleh karena itu diperlukan perhitungan jumlah yang paling
ekonomis, selanjutnya akan berkaitan penentuan harga pokok dari unsure bahan baku.
Biaya yang diperhitungkan agar jumlah pembelian tidak terlalu banyak dan tidak
terlalu sedikit maka diperlukan perhitungan antara biaya penyimpanan dan biaya
pemesanan.
1. Ordering Cost (Biaya Pemesanan)
Ordering Cost (Biaya Pemesanan) adalah biaya – biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku.
Yang termasuk biaya pemesanan diantaranya:
a. (Ongkos pengiriman (expedisi). Ongkos pengiriman biasanya tergantung
beratnya bahan baku. Perusahaan perlu memperhitungkan biaya/ongkos
pengiriman karena ini menjadi tambahnya harga bahan baku yan diipesan, yang
berakibat naiknya biaya produksi setiap satuan
b. Biaya untuk bongkar barang yang dipesan datang di gudang perusahan, dan ini
diperlukan biaya tambahan harga bahan baku yang dipesan.
c. Biaya pemeriksaan bahan setiap kali bahan yang dipesan datang di perusahaan,
barang perlu diperiksa apakah sesuai dengan mutu bahan yang dipesan,
jumlahnya apakah sesuai permintaan pesanan, kerusakan.
2. Carrying Cost (Biaya Penyimpanan)
6
Carrying Cost (Biaya Penyimpanan) adalah biaya – biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan jumlah bahan yang harus di simpan. Misalnya bahan baku berupa
daging ikan untuk perusahaan pengalengan ikan, perusahaan yang bahan bakunya
berupa buah – buahan.
Yang termasuk biaya penyimpanan :
a. Biaya pemeliharaan.
Karena bahan baku perlu ada pemeliharaan yang berhubungan dengan
kualitas agar tidak turun/ rusak kualitasnya.
b. Sewa gudang.
Bahan yang datang tidak seluruhnya diproses untuk produksi secara bersama
– sama dan ada sebagian yang harus disimpan untuk menunggu proses produksi
berikutnya. Perusahaan yang tidak mempunyai gudang penyimpanan barang atau
kapasitas gudang kurang memadai untuk menyimpan barang tentunya akan
diperlukan biaya sewa gudang untuk menyimpan bahan.
c. Biaya asuransi.
Untuk perusahaan besar diperlukan asuransi bahan yang di simpan di gudang,
tentunya akan menambah biaya penyimpanan karena untuk membayar asuransi
penyimpan bahan.
RUMUS yang dipakai untuk menentukan jumlah bahan baku yang dipesan
dan yang disimpan adalah dengan memperhitungkan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan. Antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan besarnya biaya
harus sama.
EOQ titik pertemuan keseimbangan antara biaya pemesanan dengan biaya
penyimpanan, besarnya biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan harus sama.
EOQ= √2xRxO/C
R = Kebutuhan 1tahun
O = Biaya pesanan/order
C = Biaya penyimpanan/unit

7
Frekuensi Pembelian: berapa kali dilakukan pembelian bahan baku dalam 1
periode (1 tahun).

F. Persediaan Model Just In Time (JIT) Dan Model Tradisional


Dalam kegiatan manufaktur, terdapat 2 cara dalam melakukan pengelolaan
persediaan yaitu dengan menggunakan model Just In Time (JIT) dan model tradisional.
Model Just In Time (JIT) merupakan model yang menggunakan pebisnis sebagai rekan
bisnis, di mana mereka diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang di mana bahan
bakunya langsung dipasok oleh mereka, sedangkan model tradisional merupakan model
yang menggunakan pebisnis sebagai sementara karena perhitungan untung-rugi ditetapkan
mereka sehingga kemungkinan besar perusahaan akan mengalami gangguan produksi.
Model Just In Time (JIT) dapat diterapkan jika si pemasok merupakan orang yang
profesional dan telah tergabung dari perusahaan yang dipasok. Dalam model ini hal yang
paling utama bukanlah soal harga melainkan ketepatan waktu dan kualitas barang yang
dipasok ke perusahaan tersebut sehingga terjadilah efisiensi persediaan bahan baku dan
penghematan biaya persediaan barang jadi. Tujuan dari Just In Time (JIT) adalah
mengubah pola budaya perusahaan.

G. Prinsip Dasar Just In Time (JIT)


Prinsip dasar Just In Time (JIT) jika bisa terlaksana apabila buruh pabrik dan
peralatan pabrik diperlakukan dengan baik, di mana buruh pabrik harus bekerja secara
totalitas dan loyalitas dengan menjadikan perusahaan tersebut sebagai milik bersama yang

8
harus dijaga dan dirawat sebaik-baiknya, dan juga pemilik perusahaan harus
memperlakukan buruh pabrik sebagai keluarga dan sehingga buruh bekerja dengan
nyaman.

H. Tujuan Menggunakan Model Just In Time (JIT)


Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan mempunyai berbagai cara atau strategi
agar memperoleh laba sebesar-besarnya. Model Just In Time (JIT) merupakan salah satu
model yang digunakan berbagai perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang besar.
Konsep dari model ttini yaitu memproduksi jenis-jenis barang sesuai dengan permintaan
pasar.
Dengan menggunakan model Just In Time (JIT) ini produktivitas dari suatu
perusahaan akan meningkat karena perusahaan hanya akan berfokus pada barang-barang
yang diminta oleh konsumen. Sehingga biaya pemborosan dapat dikurangi oleh perusahaan
karena biaya pemborosan bila memproduksi suatu barang terlebih dahulu baru
didistribusikan ke konsumen. Pemborosan tersebut dapat dikurangi karena perusahaan
sudah mengetahui berapa banyak barang yang diperlukan konsumen.
Sistem Just In Time (JIT) pada dasarnya yaitu mengendalikan mutu total, pekerja
bertanggung jawab mulai dari proses awal hingga akhir. Sistem ini berbeda dengan sistem
model tradisional yang mengizinkan tingkat mutu yang diterima

9
DAFTAR PUSTAKA

Suhardi. 2019. Budgeting. Yogyakarta: Penerbit Gava Media

Adnyana, I Made. 2020. Penganggaran Perusahaan. Jakarta Selatan: Lembaga Penerbitan


Universitas Nasional

Herispon, H. 2015 Anggaran dan Perusahaan : Analisis dan Aplikas Pekanbaru : Akademi
Keuangan & Perbankan Riau (Akbar) Pekanbaru

Drs. Masyhuri, M.M. (2018). Anggaran Perusahaan Berbasis Industri.

Vincentia Wahju Widajatun, Astuti, Ady Inrawan, Hery Pandapotan Silitonga, Debi Eka Putri,
Sepbeariska Manurung, Nelly Ervina, Abdurohim, Neneng Susanti, Sakina Ichsani.
ANGGARAN OPERASIONAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR.

10

Anda mungkin juga menyukai