Judul:
Oleh :
DOSEN
1. Zuraidah, SKM, MKM/ NIDN 4017126601
2. Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes/ NIDN 4022047701
3. Bambang Soewito, SKM, MKM/ NIDN 400318740
4. Helbi Pratama/ NIM. 7120321029
5. Erik Romansyah/ NIM. 7120321078
6. Naurah Yuri Salsabillah /NIM. 7120321080
1
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN
Mengetahui
Ketua Jurusan /Ka Prodi Palembang, 24 November 2023
Ketua Pengabdi
Mengetahui
Ka. PUSAT P2M POLTEKKES POLTEKKES PALEMBANG
2
LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN PENGABMAS
Poltekkes Kemenkes Palembang
3
4
5
KETERANGAN UMUM
1. Judul Pengabdian : Pelatihan Hypno-Breastfeeding pada tenaga kesehatan untuk
meningkatkan produksi ASI Ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Beliti Kabupaten
Musi Rawas Tahun 2023
6
7. Lokasi Tempat Pengabdian
Lokasi Alamat Pemilik/Pengelola
Puskesmas Muara Beliti Musi Rawas Kepala Puskesmas
a) Analisis Situasi
Mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu hak azasi bayi yang harus
dipenuhi. Beberapa alasan yang menerangkan pernyataan tersebut, yaitu: setiap bayi
mempunyai hak dasar atas makanan dan kesehatan terbaik untuk memenuhi tumbuh
kembang optimal; setiap bayi mempunyai hak dasar atas perawatan atau interaksi
psikologis terbaik untuk kebutuhan tumbuh kembang optimal.
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi yang paling
sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang,
terutama pada 2 tahun pertama. ASI memberikan seperangkat zat perlindungan terhadap
berbagai penyakit akut dan kronis; memberikan interaksi psikologis yang kuat dan adekuat
antara bayi dan ibu yang merupakan kebutuhan dasar tumbuh kembang bayi. Ibu yang
menyusui juga memperoleh manfaat menjadi lebih sehat, antara lain menjarangkan
kehamilan, menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan, anemi, kanker payudara dan
indung telur.
Seringkali terjadi hambatan dalam pemberian ASI eksklusif. Anak yang tidak diberi
ASI memiliki risiko yang semakin meningkat untuk sakit, dan dapat menghambat
pertumbuhan, bahkan meningkatkan risiko kematian atau cacat. Jika sebagian besar bayi
usia 0 – 6 bulan hanya diberikan ASI – artinya hanya ASI dan tidak ada cairan lain atau
makanan lainnya, bahkan tidak juga air – maka diperkirakan paling sedikit 1,2 juta nyawa
anak dapat diselamatkan setiap tahunnya.
Menurut Azriani, 2012 dalam jurnal Bahriyah, 2017, WHO (World Health
Organization) dan UNICEF (United National Childen Fund) menyatakan kematian
perinatal di dunia sekitar 10 juta persalinan hidup dengan catatan bahwa sekitar 98% –
99% terjadi di negara berkembang, dimana angka kematian perinatal seratus kali lebih
besar. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah kurangnya akses keperawatan
kesehatan bagi neonatal. Jumlah kejadian tersebut antara lain BBLR (42%), sepsis klinis
7
(17%), kelahiran prematur (9,8%), asfiksia berat (4,6%), hipotermia (17%), dan masalah
menyusui (16%). WHO menetapkan target pemberian ASI pada bayi sekurang –
kurangnya 50 % pada tahun 2025. Di Indonesia capaian ASI Eksklusif baru sebesar
(35%), sedangkan di Sumatera Selatan capaian ASI Eksklusif sebesar (55 % ). (Riskesdas,
2018).
Kampanye pemberian ASI Eksklusif di Indonesia telah diatur dalam Undang-
undang no 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Menyusui merupakan suatu
kondisi yang alamiah/natural, meskipun menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya
namun pada praktiknya pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Masih banyak
ibu yang mengalami hambatan/kendala untuk menyusui bayinya secara eksklusif 6 bulan
penuh, Berbagai faktor memberikan andil terhadap gagalnya pemberian ASI Eksklusif,
diantaranya adalah Sikap dan Perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif serta produksi
ASI yang sedikit.
Di Kabupaten Musi Rawas yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Selatan, cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2019 sebesar (46,48%) (Dinas
Kesehatan Kabupaten Musi Rawas, 2020).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan petugas kesehatan untuk
membantu ibu dalam mengoptimalkan produksi ASI. Mengingat ASI merupakan nutrisi
yang sangat penting bagi bayi karena selain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi juga dapat
meningkatkan imunitas bayi. Peran ibu adalah bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi bayinya, namun ternyata masih didapatkan kondisi kegagalan
menyusui dan hambatan pengeluaran ASI. Kondisi hambatan pengeluaran ASI ini dapat
berdampak pada risiko kegagalan tercapainya ASI Eksklusif.
Alasan yang paling umum ibu memilih mengakhiri menyusui adalah bahwa susu
“kering” dan susah keluar, tetapi menurut beberapa penelitian, alasan – alasan yang tepat
terkait dengan ini adalah stress, kecemasan, dan bekerja diluar rumah yang menyebabkan
ASI sulit keluar sehingga ibu enggan menyusui dan memilih pengganti ASI untuk bayinya.
Ibu menyusui yang cemas dan stress dapat menghambat pengeluaran ASI, pengeluaran
ASI akan berlangsung baik dan lancar bila ibu merasa rileks dan nyaman. (Dennis dan
McQueen, 2009 dalam jurnal Dewi, 2016).
8
Salah satu solusi yang dapat membantu mengatasi hambatan dalam pemberian ASI
Eksklusif adalah dengan pemberian hypnobreastfeeding sehingga membantu para ibu agar
ibu menyusui bisa terus memberikan ASI, minimal secara ekslusif selama enam bulan
pertama.
Intervensi hypnobreastfeeding merupakan salah satu persiapan ibu dari segi pikiran
(mind) meliputi ketenangan pikiran, sehingga ibu percaya diri bahwa dirinya mampu
memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Persiapan dari segi jiwa (soul) meliputi niat yang tulus ikhlas untuk memberikan yang
terbaik bagi bayi. (Snyder, 2010).
Hypnobreastfeeding adalah teknik relaksasi untuk membantu kelancaran proses
menyusui. Caranya memasukkan kalimat-kalimat afirmasi yang positif yang
membantu proses menyusui di saat ibu dalam keadaan rileks atau sangat
berkonsentrasi pada suatu hal.
Rahajeng, dkk (2015) di Surakarta menemukan bahwa ada pengaruh
hypnobreastfeeding terhadap proses menyusui dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji f
12.250 mempunyai taraf signifikan yaitu 0,002 dimana angka tersebut <0,05 maka
hypnobreastfeeding berpengaruh terhadap proses menyusui. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati dan Prayogi, (2017) yang berjudul Hypnobreastfeeding Untuk
Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Yang Bekerja. Terdapat pengaruh
Hypnobreastfeeding terhadap produksi ASI pada ibu menyusui yang bekerja dengan nilai
rata – rata produksi ASI sebelum Hypnobreastfeeding 210 ml/hari setelah
Hypnobreastfeeding.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada saat penelitian pada tanggal 13
Maret 2020 pada 10 responden ibu menyusui di Puskesmas Muara Beliti Kabupaten Musi
Rawas dilakukan wawancara terdapat 4 diantaranya memberikan ASI eksklusif; 3 ibu
memberikan susu formula karena ASI nya tidak mau keluar dan bayinya tidak mau
menyusu ibu, dan 3 responden yang lain mengatakan memberikan ASI dan kombinasi
dengan susu formula selama karena ASI tidak keluar banyak dan tidak mencukupi untuk
balitanya.
Bidan sebagai ujung tombak tenaga Kesehatan di Desa yang paling dekat dengan
masyarakat khususnya ibu hamil yang datang melakukan antenatal care, membantu ibu
9
bersalin sampai dengan bayi baru lahir yaitu melakukan IMD dan seterusnya sehingga
dapat menunjang keberhasilan menyusui pada bayi sampai dengan pemberian ASI
eksklusif.
Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan pelatihan Hypnobreastfeeding pada
tenaga Kesehatan khususnya bidan.
b) Masalah Prioritas Mitra
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi yang paling
sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang,
terutama pada 2 tahun pertama. ASI memberikan seperangkat zat perlindungan
terhadap berbagai penyakit akut dan kronis; memberikan interaksi psikologis yang kuat
dan adekuat antara bayi dan ibu yang merupakan kebutuhan dasar tumbuh kembang
bayi. Ibu yang menyusui juga memperoleh manfaat menjadi lebih sehat, antara lain
menjarangkan kehamilan, menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan, anemia,
kanker payudara dan indung telur. Sehingga prioritas masalahnya adalah memberikan
motivasi dengan melakukan hipnobreastfeeding pada ibu menyusui di Puskesmas
Muara Beliti.
c) Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan Tenaga
kesehatan khususnya Bidan dalam melakukan hypnobreasfeeding kepada ibu
menyusui di wilayah kerja bidan. Teerlaksananya hypnobreasfeeding yang dilakukan
bidan yang pada akhirnya ibu -ibu yang menyusui jumlahnya meningkat di
Puskesmas Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas.
d) Manfaat Program
Terbentuknya sebuah motivasi dalam meningkatkan kecukupan ASI pada ibu
menyusui sehingga dapat tercapai tujuan selanjutnya yaitu pemberian ASI Eksklusif
pada bayi
10
I. Solusi Permasalahan
ASI merupakan hal yang penting bagi bayi, sehingga dibutuhkan tatalaksana yang mudah
diterima oleh ibu melalui komunikasi tenaga Kesehatan. Jika modifikasi gaya hidup tidak
mampu meningkatkan jumlah produksi ASI, maka harus diberikan cara lain. Tata laksana
yang dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu yang mempunyai bayi dengan
memberikan Penkes dan pelatihan hypnobreasfeeding pada ibu menyusui. Bidan sebagai
tenaga tenaga kesehatan yang lansung bertemu dengan ibu menyusui dapat menerapkan
hypnobreasfeeding, sehingga memberikan keyakinan dan motivasi kepada busui mereka
mampu memberikan ASI kepada bayi secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan dalam melakukan hypnobresfeeding
selanjutnya dilaksanakan pelatihan hypnobreasfeeding kepada tenaga Kesehatan (Bida) di
wilayah Kereja Puskesmas Muara Beliti.
1. Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program pada kegiatan pengabdian masyarakat di Puskesmas Muara Beliti di bagi
menjadi 3 tahapan:
Persiapan:
a. Koordinasi dan perizinan kepada Kepala Puskesmas
b. Menyiapkan alat dan bahan yang di perlukan untuk kegiatan pengabdian masyarakat.
Pelaksanaan:
Secara umum pelaksanaan kegiatan telah selesai pada bulan November dengan rincian
kegiatan sebagai berikut:
a. Metode sosialisasi dengan audiensi kepada tenaga kesehatan
b. Pelatihan hypnobreastfeeding
11
Monitoring dan evaluasi
Tahap akhir dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah di laksanakan yaitu dilakukan pada tenaga
kesehatan pada saat proses kegiatan berlangsung berupa pre dan post latihan dan
setelah kegiatan selesai dengan melakukan evaluasi kegiatan yang telah dicapai oleh
tenaga kesehatannya.
Ketua Bertugas:
1. Mencari Mitra yang bersedia untuk menerima kami dalam melakukan pengabdian
kepada masyarakat.
2. Melakukan survei kepada Mitra untuk mengetahui permasalahan apa yang mereka
hadapi, terkait dengan bidang kami.
3. Mencari solusi untuk mengatasi permasalahan Mitra.
4. Berkomunikasi dengan mitra untuk kelancaran kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
5. Mengkoordinir pembuatan proposal yang ditujukan ke P2M
6. Menyerahkan proposal ke P2M
7. Mengkoordinir pembuatan materi yang akan diberikan kepada Mitra.
8. Mengkoordinir persiapan awal pembekalan kepada Mitra.
12
9. Mengkoordinir pembelian perlengkapan yang akan digunakan di lokasi Mitra maupun
yang akan digunakan dalam pelaporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
10. Mengkoordinir persiapan akhir pembekalan kepada Mitra.
11. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pembekalan di Mitra sesuai dengan jadwal
kegiatan.
12. Mengkoordinir pembuatan laporan kemajuan untuk monitoring dan evaluasi.
13. Menyerahkan laporan kemajuan ke P2M sekaligus hadir saat pelaksanaan monitoring
dan evaluasi.
14. Mengkoordinir pembuatan modul, laporan akhir, dan laporan pertanggungjawaban
keuangan.
15. Menyerahkan laporan akhir untuk ditandatangani oleh Ka.Jurusan Keperawatan, Ka.
Pusat P2M dan Direktur Poltekkes Kemenkes Palembang.
16. Menyerahkan laporan akhir, laporan pertanggungjawaban keuangan, modul, logbook,
maupun CD yang berisi laporan kegiatan dan laporan pertanggungjawaban keuangan
ke P2M
17. Mengkoordinir pembuatan paper, yang akan dipublikasikan ke jurnal nasional.
Anggota bertugas:
1. Melakukan survei kepada mitra untuk mengetahui permasalahan yang mereka hadapi,
terkait dengan bidang kami.
2. Membantu ketua membuat proposal.
3. Membantu ketua untuk membuat materi pembekalan
4. Memperbanyak materi pembekalan yang akan diberikan kepada Mitra.
5. Menyiapkan konsumsi saat pelaksanaan
6. Bersama dengan anggota 2 memberikan pembekalan kepada Mitra.
7. Bersama dengan ketua membuat laporan kemajuan dan hadir saat pelaksanaan
monitoring dan evaluasi.
8. Bersama dengan ketua membuat modul, laporan akhir, dan paper.
Mahasiswa bertugas:
Membantu persiapan pelaksanaan pengabdian masyarakat.
13
4. Waktu Pengabdian
Waktu yang digunakan pada pengabdian masyarakat selama 4 bulan.
14
Pembukaan Pengabdian Masyarakat di PKM Muara Beliti
15
Pemberian Materi Asi Eksklusif
16
Team Pengabmas Hypnobreaseding di Puskesmas Muara Beliti
17
IV.
Pernyataan Kesanggupan
18