Anda di halaman 1dari 37

PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI ASN

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

LITERASI DIGITAL
Jakarta, Maret 2024
HASIL BELAJAR
Peserta mampu memanfaatkan
dasar-dasar teknologi informasi dan
komunikasi untuk bekerja

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Apa itu Pola Pikir Digital ?

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Definisi Pola Pikir Digital

Pola pikir digital, atau sering disebut juga sebagai "digital mindset,"
adalah cara berpikir yang berfokus pada pemanfaatan teknologi
digital dan data dalam pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan inovasi.

Pola pikir ini mencakup pemahaman tentang teknologi, kemampuan untuk


beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi, dan kemampuan
untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam berbagai aspek kehidupan
pribadi dan profesional.
"kemampuan untuk “kemampuan untuk berpikir
memanfaatkan teknologi jangka panjang tentang
digital untuk menciptakan nilai bagaimana teknologi akan
baru dalam bisnis, memengaruhi bisnis dan
menggabungkan perubahan masyarakat, serta kesiapan
teknologi dengan perubahan untuk belajar dan beradaptasi
bisnis, budaya, dan individu” dengan cepat”
George Westerman, Charlene Li,
Profesor di MIT Sloan School Analis teknologi dan pendiri
of Management Altimeter Group

"sikap mental yang terbuka “kemampuan untuk melihat


terhadap teknologi, inovasi, dan peluang di dalam data,
perubahan, serta kemampuan menggabungkan teknologi
untuk berpikir secara strategis yang ada, dan berpikir kreatif
tentang cara menggunakan tentang cara menggunakan
teknologi untuk mencapai teknologi untuk memecahkan
tujuan bisnis” masalah”
David Rogers,
Paul Roehrig,
Pengarang dan Pakar
Kepala Inovasi di Cognizant
pemasaran digital
5 Hal yang Membuat
Pola Pikir Digital Penting

Kecepatan Inovasi dan Meningkatkan Akses ke Resilien


Perubahan Keunggulan Efisiensi dan Peluang Baru terhadap
Teknologi Bersaing Produktivitas Perubahan

Teknologi terus Perusahaan dan individu Penggunaan teknologi Pola pikir digital dapat Individu dan organisasi
berkembang dengan yang mengadopsi pola yang efisien dapat membuka akses ke yang memiliki pola pikir
cepat, terutama dalam pikir digital lebih meningkatkan peluang baru, termasuk digital yang kuat lebih
era digital. mungkin untuk menjadi produktivitas di berbagai peluang bisnis dan mungkin untuk
Perubahan teknologi inovatif. aspek kehidupan, pekerjaan di sektor beradaptasi dengan
memengaruhi berbagai Inovasi dapat termasuk pekerjaan dan teknologi. perubahan yang tidak
industri dan cara kita pendidikan. terduga, seperti krisis atau
memberikan keunggulan Individu yang memiliki
perubahan pasar.
bekerja bersaing dalam bisnis Institusi yang pola pikir digital dapat
dan karier. menerapkan pola pikir memanfaatkan tren
digital mencapai pasar dan peluang yang
efisiensi operasional muncul.
yang lebih tinggi.
Studi Kasus: Perubahan dalam Industri Fotografi

Sebuah perusahaan yang sukses dalam mengadaptasi pola pikir digital dalam
industri fotografi adalah "Canon". Canon adalah produsen kamera terkenal yang
telah berhasil menavigasi perubahan pasar dan teknologi dengan sukses.
Ketika industri fotografi mengalami pergeseran menuju era digital, Canon
mengadopsi pola pikir digital dengan cepat. Mereka tidak hanya memproduksi
kamera digital berkualitas tinggi, tetapi juga mengembangkan platform digital untuk
memfasilitasi berbagi foto, penyimpanan, dan pengeditan online.
Melalui inovasi produk dan layanan digital, Canon berhasil tetap relevan dalam
industri fotografi yang berubah dengan cepat. Mereka terus mengikuti tren teknologi
dan kebutuhan pasar, sehingga memungkinkan mereka untuk tetap bersaing dan
berkembang di era digital ini.
Studi Kasus: Kegagalan Kodak dalam Mengadopsi Pola
Pikir Digital

Kodak adalah perusahaan ikonik dalam industri fotografi yang mendominasi pasar selama beberapa dekade.
Namun, pada awal tahun 2000-an, Kodak gagal beradaptasi dengan cepat dengan perubahan teknologi digital, yang
pada akhirnya menyebabkan kebangkrutan dan penurunan drastis dalam industri fotografi.
1. Keterlambatan dalam Merespons Perubahan: Meskipun Kodak memiliki penelitian dan pengembangan yang
canggih, perusahaan gagal merespons perubahan pasar dengan cepat. Mereka tetap terpaku pada bisnis film
fotografi tradisional mereka dan terlambat dalam merancang dan memproduksi kamera digital yang kompetitif.
2. Kurangnya Inovasi Produk: Meskipun Kodak akhirnya memproduksi kamera digital, produk-produk ini seringkali
kurang inovatif dan tidak mampu bersaing dengan produk-produk dari pesaing seperti Canon dan Nikon. Mereka
juga tidak memanfaatkan potensi platform digital dan layanan online untuk memperluas bisnis mereka.
3. Pemahaman yang Kurang tentang Pasar: Kodak memiliki kesulitan untuk memahami perubahan perilaku
konsumen dan kebutuhan pasar dalam era digital. Mereka terus mengandalkan pendapatan dari penjualan film
fotografi, bahkan ketika permintaan akan film tersebut menurun secara signifikan.
4. Kesusahan dalam Beradaptasi: Meskipun Kodak memiliki teknologi dan aset yang cukup untuk bertransformasi,
mereka gagal untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk beradaptasi dengan cepat. Mereka
terlalu terikat pada model bisnis lama mereka dan enggan untuk mengambil risiko yang diperlukan untuk
berubah.
5. Kegagalan dalam Mengelola Hak Paten: Ironisnya, Kodak sebenarnya memiliki teknologi digital yang canggih
dan memiliki sejumlah paten yang berharga di bidang fotografi digital. Namun, mereka gagal memanfaatkan
potensi pendapatan dari hak paten ini dengan efektif.
Akibat dari semua ini, Kodak tidak hanya kehilangan pangsa pasar dalam industri fotografi, tetapi juga mengalami
penurunan keuangan yang signifikan. Mereka akhirnya menyatakan kebangkrutan pada tahun 2012. Kegagalan
Kodak dalam mengadopsi pola pikir digital menjadi pelajaran penting tentang pentingnya adaptasi dan inovasi
dalam menghadapi perubahan teknologi yang cepat.
Perbedaan antara Pola Pikir Tradisional dan Pola Pikir Digital

Karakteristik Pola Karakteristik Pola


Pikir Tradisional Pikir Digital

Mendasarkan keputusan pada Terbuka terhadap inovasi dan teknologi


kebiasaan dan tradisi. baru.
Kurangnya keterlibatan dengan Aktif mencari cara untuk memanfaatkan
teknologi baru. teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya tingkat adaptasi terhadap Siap untuk beradaptasi dengan
perubahan teknologi. perubahan teknologi yang cepat.
Cenderung menghindari risiko. Menggunakan data dan analisis untuk
pengambilan keputusan yang lebih
cerdas.
Contoh Perbedaan antara Pola Pikir Digital dan Pola Pikir
Konvensional
Pola Pikir Konvensional:
Seorang individu dengan pola pikir konvensional akan lebih cenderung
menggunakan metode konvensional untuk nelakukan perjalanan darat seperti
menggunakan taksi atau angkutan umum. Ketika ingin bepergian, mereka akan
pergi ke pinggir jalan untuk mencari taksi atau menuju terminal angkutan umum.
Mereka mungkin memiliki sedikit atau bahkan tidak ada informasi tentang rute,
jadwal, atau biaya yang akan dikeluarkan untuk perjalanan.

Pola Pikir Digital:


Seseorang dengan pola pikir digital akan cenderung menggunakan aplikasi
transportasi online seperti Grab atau Gojek. Mereka akan membuka aplikasi di
ponsel mereka, memasukkan lokasi awal dan tujuan, dan mendapatkan estimasi
biaya dan waktu kedatangan. Selain itu, mereka mungkin menggunakan aplikasi
navigasi seperti Google Maps untuk memantau perjalanan mereka secara real-
time dan memilih rute terbaik. Mereka juga dapat membayar perjalanan secara
digital tanpa uang tunai.
Perbedaan Utama :
Pemanfaatan Teknologi: Pola pikir digital melibatkan penggunaan teknologi
(aplikasi transportasi online, ponsel pintar, dan navigasi digital) untuk
membuat pengalaman perjalanan lebih efisien dan nyaman. Pola pikir
konvensional tidak memanfaatkan teknologi dalam hal ini.
Akses Informasi: Pola pikir digital memberikan akses cepat dan mudah ke
informasi seperti estimasi biaya, waktu kedatangan, dan rute yang dapat
dipilih. Dalam pola pikir konvensional, informasi tersebut mungkin kurang
transparan atau sulit diakses.
Kemudahan Pembayaran: Dalam pola pikir digital, pembayaran dilakukan
secara elektronik melalui aplikasi, sedangkan dalam pola pikir konvensional,
pembayaran biasanya menggunakan uang tunai atau kartu kredit fisik.
Pilihan yang Lebih Luas: Pola pikir digital dapat memberikan lebih banyak
pilihan, seperti memilih jenis layanan transportasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi pengguna.
Studi Kasus 1: Perbedaan dalam Pengambilan Keputusan Bisnis

Pola Pikir Tradisional: Sebuah perusahaan retail besar yang mengandalkan


strategi tradisional mengelola toko fisik mereka. Mereka cenderung
mengabaikan tren e-commerce dan e-payment. Seiring waktu, penjualan
mereka melambat karena kurangnya adaptasi terhadap pasar online yang
berkembang pesat. Mereka berpegang pada cara lama mereka dalam
berbisnis dan akhirnya menghadapi penurunan pendapatan.

Pola Pikir Digital: Sebuah perusahaan retail yang lebih mengadopsi pola pikir
digital dengan cepat mengidentifikasi tren e-commerce. Mereka membangun
platform e-commerce yang kuat, menggunakan data pelanggan untuk
personalisasi pengalaman, dan melibatkan pelanggan melalui media sosial.
Sebagai hasilnya, mereka berhasil meningkatkan penjualan mereka secara
signifikan dan terus berkembang dalam era digital.
Studi Kasus 2: Pola Pikir dalam Pendidikan

Pola Pikir Tradisional: Seorang guru yang mengajar dengan metode


tradisional yang tidak banyak mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran.
Mereka mungkin menggunakan buku teks cetak dan papan tulis, tetapi tidak
memanfaatkan alat digital atau sumber daya online. Siswa dapat merasa
kurang terlibat dalam pembelajaran.

Pola Pikir Digital: Seorang guru yang memiliki pola pikir digital akan mencoba
mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran mereka. Mereka mungkin
menggunakan platform pembelajaran online, video, atau alat-alat interaktif
untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa. Ini dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dan efektivitas pengajaran.
Studi Kasus 3: Pengambilan Keputusan dalam Bisnis

Perusahaan A: Sebuah perusahaan ritel dengan pola pikir tradisional


mengandalkan intuisi pemiliknya untuk pengambilan keputusan. Mereka
jarang menggunakan data dan analisis. Akibatnya, mereka sering membuat
keputusan yang kurang efisien dan kurang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Ini menyebabkan peningkatan biaya operasional dan kehilangan
pangsa pasar.

Perusahaan B: Sebuah perusahaan ritel yang memiliki pola pikir digital


menggunakan data pelanggan, penjualan, dan tren pasar untuk mengambil
keputusan strategis. Mereka menggunakan sistem analisis data untuk
memprediksi permintaan produk dan menyesuaikan stok mereka. Sebagai
hasilnya, mereka dapat mengurangi biaya persediaan dan meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Studi Kasus 4: Pengambilan Keputusan dalam Kesehatan

Pola Pikir Tradisional: Seorang dokter yang mengandalkan pengalaman klinis


dan penilaian subjektif untuk diagnosis. Mereka mungkin kurang cenderung
menggunakan teknologi medis terbaru atau mendalami penelitian medis yang
terbaru.

Pola Pikir Digital: Seorang dokter yang memiliki pola pikir digital
menggunakan data pasien, hasil tes laboratorium, dan penelitian medis terkini
untuk mendukung pengambilan keputusan dalam diagnosis dan pengobatan.
Mereka juga dapat menggunakan teknologi seperti telemedicine untuk
meningkatkan akses pasien ke perawatan medis.
Studi Kasus: Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik
tentang Transportasi Umum

Pola Pikir Konvensional:


Sebuah kota menghadapi masalah kemacetan lalu lintas yang serius dan meningkatnya polusi udara
akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi. Dalam pendekatan konvensional, pemerintah kota ini
cenderung mengandalkan survei lalu lintas konvensional, data historis, dan pendekatan pengambilan
keputusan berbasis pengalaman.

Pola Pikir Digital:


Pemerintah kota ini memutuskan untuk mengadopsi pola pikir digital dalam pengambilan keputusan
kebijakan transportasi umum:
1. Pengumpulan Data Real-time: Mereka menginstal sensor lalu lintas pintar dan kamera CCTV di
seluruh kota untuk mengumpulkan data lalu lintas real-time. Ini mencakup informasi tentang
kepadatan lalu lintas, waktu perjalanan, dan pola perjalanan warga.
2. Analisis Data Mendalam: Mereka menggunakan perangkat lunak analisis data canggih untuk
mengolah data lalu lintas yang terus-menerus diperbarui. Mereka mengidentifikasi titik kemacetan
lalu lintas, pola perjalanan, dan waktu puncak lalu lintas.
3. Prediksi Kebutuhan Transportasi: Dengan analisis data, pemerintah dapat memprediksi kebutuhan
transportasi publik di berbagai wilayah dan waktu tertentu. Ini membantu mereka menyesuaikan
jadwal dan rute transportasi umum.
4. Penyampaian Informasi Digital: Pemerintah mengembangkan aplikasi transportasi publik yang
memberikan informasi real-time tentang jadwal, rute, dan ketersediaan transportasi umum. Aplikasi
ini memungkinkan warga untuk merencanakan perjalanan mereka dengan lebih efisien.
Hasil:
Dengan adopsi pola pikir digital dalam pengambilan kebijakan
transportasi umum, pemerintah kota dapat:
Mengurangi kemacetan lalu lintas dan polusi udara dengan
mengoptimalkan rute dan jadwal transportasi umum.
Memberikan layanan transportasi yang lebih efisien dan nyaman
kepada warga.
Meningkatkan penggunaan transportasi umum dengan
menyediakan informasi yang lebih akurat dan mudah diakses
kepada masyarakat.
Pola pikir digital membantu pemerintah kota ini bergerak dari
pendekatan konvensional yang terbatas pada pengalaman menuju
pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan berbasis data. Dengan
demikian, mereka dapat mengatasi masalah transportasi dan
lingkungan dengan lebih efektif dan efisien.
Contoh
Studi Kasus Gramedia
Kondisi Awal:
Gramedia, awalnya hanya sebuah toko buku, yang mermiliki jaringan berupa 120 toko
di 53 kota.

Strategi Transformasi:
Internal: Mengadopsi Microsoft Dynamic 365 untuk sistem internal, memperbaiki
manajemen database & warehouse, dan diversifikasi produk digital & pembelajaran.
Eksternal: Meningkatkan pelayanan pelanggan melalui berbagai platform digital seperti
Gramedia.com, Gramedia Digital (E-book), E-perpus (Perpustakaan Digital), dan
layanan lainnya seperti Gramedia Go dan Pay&Go.

Kondisi Akhir:
Transformasi digital ini berhasil mengatasi disrupsi digital dan mengokohkan posisi
Gramedia sebagai market leader di bidangnya
Apa itu Literasi Digital ?

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Sumber : Delloite Consulting 2020, Roadmap Literasi Digital 2020-2024 Kominfo
Sumber : Delloite Consulting 2020, Roadmap Literasi Digital 2020-2024 Kominfo
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan
dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat
informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas,
cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina
komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari

Sumber : Materi Pendukung Literasi Digital, Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud (2017)
Dengan Literasi Digital membuat kita mampu :
berpikir kritis, kreatif dan inovatif
memecahkan masalah
berkomunikasi dengan lebih lancar
berkolaborasi dengan lebih banyak orang

Sumber : Materi Pendukung Literasi Digital, Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud (2017)
Manfaat
Literasi Digital

Sumber : Infografis Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud (2017)


Kegiatan Literasi Digital di Tempat Kerja

Kelas Virtual Berkomunikasi dengan Email

Sumber : Infografis Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud (2017)


Kegiatan Literasi Digital di Rumah

Menonton Video Streaming Menonton Tutorial Memasak

Sumber : Infografis Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud (2017)


Kegiatan Literasi Digital di Masyarakat

Petisi Daring Berjualan Daring Penggalangan Dana Sosial


Sumber : Infografis Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud (2017)
Kerangka Kerja
Literasi Digital

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Sumber : Delloite Consulting 2020, Roadmap Literasi Digital 2020-2024 Kominfo

Konsep Dasar Literasi Digital Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Sumber : Delloite Consulting 2020, Roadmap Literasi Digital 2020-2024 Kominfo

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Sumber : Delloite Consulting 2020, Roadmap Literasi Digital 2020-2024 Kominfo

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Sumber : Delloite Consulting 2020, Roadmap Literasi Digital 2020-2024 Kominfo

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Sumber : Delloite Consulting 2020, Roadmap Literasi Digital 2020-2024 Kominfo

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Perangkat Kolaborasi

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


Pusat Pengembangan Kompetensi ASN
https://scloud.setneg.go.id

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN


TERIMA KASIH

Pusat Pengembangan Kompetensi ASN

Anda mungkin juga menyukai