LITERASI DIGITAL
Jakarta, Maret 2024
HASIL BELAJAR
Peserta mampu memanfaatkan
dasar-dasar teknologi informasi dan
komunikasi untuk bekerja
Pola pikir digital, atau sering disebut juga sebagai "digital mindset,"
adalah cara berpikir yang berfokus pada pemanfaatan teknologi
digital dan data dalam pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan inovasi.
Teknologi terus Perusahaan dan individu Penggunaan teknologi Pola pikir digital dapat Individu dan organisasi
berkembang dengan yang mengadopsi pola yang efisien dapat membuka akses ke yang memiliki pola pikir
cepat, terutama dalam pikir digital lebih meningkatkan peluang baru, termasuk digital yang kuat lebih
era digital. mungkin untuk menjadi produktivitas di berbagai peluang bisnis dan mungkin untuk
Perubahan teknologi inovatif. aspek kehidupan, pekerjaan di sektor beradaptasi dengan
memengaruhi berbagai Inovasi dapat termasuk pekerjaan dan teknologi. perubahan yang tidak
industri dan cara kita pendidikan. terduga, seperti krisis atau
memberikan keunggulan Individu yang memiliki
perubahan pasar.
bekerja bersaing dalam bisnis Institusi yang pola pikir digital dapat
dan karier. menerapkan pola pikir memanfaatkan tren
digital mencapai pasar dan peluang yang
efisiensi operasional muncul.
yang lebih tinggi.
Studi Kasus: Perubahan dalam Industri Fotografi
Sebuah perusahaan yang sukses dalam mengadaptasi pola pikir digital dalam
industri fotografi adalah "Canon". Canon adalah produsen kamera terkenal yang
telah berhasil menavigasi perubahan pasar dan teknologi dengan sukses.
Ketika industri fotografi mengalami pergeseran menuju era digital, Canon
mengadopsi pola pikir digital dengan cepat. Mereka tidak hanya memproduksi
kamera digital berkualitas tinggi, tetapi juga mengembangkan platform digital untuk
memfasilitasi berbagi foto, penyimpanan, dan pengeditan online.
Melalui inovasi produk dan layanan digital, Canon berhasil tetap relevan dalam
industri fotografi yang berubah dengan cepat. Mereka terus mengikuti tren teknologi
dan kebutuhan pasar, sehingga memungkinkan mereka untuk tetap bersaing dan
berkembang di era digital ini.
Studi Kasus: Kegagalan Kodak dalam Mengadopsi Pola
Pikir Digital
Kodak adalah perusahaan ikonik dalam industri fotografi yang mendominasi pasar selama beberapa dekade.
Namun, pada awal tahun 2000-an, Kodak gagal beradaptasi dengan cepat dengan perubahan teknologi digital, yang
pada akhirnya menyebabkan kebangkrutan dan penurunan drastis dalam industri fotografi.
1. Keterlambatan dalam Merespons Perubahan: Meskipun Kodak memiliki penelitian dan pengembangan yang
canggih, perusahaan gagal merespons perubahan pasar dengan cepat. Mereka tetap terpaku pada bisnis film
fotografi tradisional mereka dan terlambat dalam merancang dan memproduksi kamera digital yang kompetitif.
2. Kurangnya Inovasi Produk: Meskipun Kodak akhirnya memproduksi kamera digital, produk-produk ini seringkali
kurang inovatif dan tidak mampu bersaing dengan produk-produk dari pesaing seperti Canon dan Nikon. Mereka
juga tidak memanfaatkan potensi platform digital dan layanan online untuk memperluas bisnis mereka.
3. Pemahaman yang Kurang tentang Pasar: Kodak memiliki kesulitan untuk memahami perubahan perilaku
konsumen dan kebutuhan pasar dalam era digital. Mereka terus mengandalkan pendapatan dari penjualan film
fotografi, bahkan ketika permintaan akan film tersebut menurun secara signifikan.
4. Kesusahan dalam Beradaptasi: Meskipun Kodak memiliki teknologi dan aset yang cukup untuk bertransformasi,
mereka gagal untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk beradaptasi dengan cepat. Mereka
terlalu terikat pada model bisnis lama mereka dan enggan untuk mengambil risiko yang diperlukan untuk
berubah.
5. Kegagalan dalam Mengelola Hak Paten: Ironisnya, Kodak sebenarnya memiliki teknologi digital yang canggih
dan memiliki sejumlah paten yang berharga di bidang fotografi digital. Namun, mereka gagal memanfaatkan
potensi pendapatan dari hak paten ini dengan efektif.
Akibat dari semua ini, Kodak tidak hanya kehilangan pangsa pasar dalam industri fotografi, tetapi juga mengalami
penurunan keuangan yang signifikan. Mereka akhirnya menyatakan kebangkrutan pada tahun 2012. Kegagalan
Kodak dalam mengadopsi pola pikir digital menjadi pelajaran penting tentang pentingnya adaptasi dan inovasi
dalam menghadapi perubahan teknologi yang cepat.
Perbedaan antara Pola Pikir Tradisional dan Pola Pikir Digital
Pola Pikir Digital: Sebuah perusahaan retail yang lebih mengadopsi pola pikir
digital dengan cepat mengidentifikasi tren e-commerce. Mereka membangun
platform e-commerce yang kuat, menggunakan data pelanggan untuk
personalisasi pengalaman, dan melibatkan pelanggan melalui media sosial.
Sebagai hasilnya, mereka berhasil meningkatkan penjualan mereka secara
signifikan dan terus berkembang dalam era digital.
Studi Kasus 2: Pola Pikir dalam Pendidikan
Pola Pikir Digital: Seorang guru yang memiliki pola pikir digital akan mencoba
mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran mereka. Mereka mungkin
menggunakan platform pembelajaran online, video, atau alat-alat interaktif
untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa. Ini dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dan efektivitas pengajaran.
Studi Kasus 3: Pengambilan Keputusan dalam Bisnis
Pola Pikir Digital: Seorang dokter yang memiliki pola pikir digital
menggunakan data pasien, hasil tes laboratorium, dan penelitian medis terkini
untuk mendukung pengambilan keputusan dalam diagnosis dan pengobatan.
Mereka juga dapat menggunakan teknologi seperti telemedicine untuk
meningkatkan akses pasien ke perawatan medis.
Studi Kasus: Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik
tentang Transportasi Umum
Strategi Transformasi:
Internal: Mengadopsi Microsoft Dynamic 365 untuk sistem internal, memperbaiki
manajemen database & warehouse, dan diversifikasi produk digital & pembelajaran.
Eksternal: Meningkatkan pelayanan pelanggan melalui berbagai platform digital seperti
Gramedia.com, Gramedia Digital (E-book), E-perpus (Perpustakaan Digital), dan
layanan lainnya seperti Gramedia Go dan Pay&Go.
Kondisi Akhir:
Transformasi digital ini berhasil mengatasi disrupsi digital dan mengokohkan posisi
Gramedia sebagai market leader di bidangnya
Apa itu Literasi Digital ?
Sumber : Materi Pendukung Literasi Digital, Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud (2017)
Dengan Literasi Digital membuat kita mampu :
berpikir kritis, kreatif dan inovatif
memecahkan masalah
berkomunikasi dengan lebih lancar
berkolaborasi dengan lebih banyak orang
Sumber : Materi Pendukung Literasi Digital, Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud (2017)
Manfaat
Literasi Digital