Anda di halaman 1dari 3

1.

Kasus Isu Permasalahan Gender dalam Kesehatan: Kesenjangan Akses Terhadap


Pelayanan Kesehatan Reproduksi di Daerah Pedesaan

Deskripsi Kasus: Di sebuah desa terpencil di Afrika Sub-Sahara, terjadi ketidaksetaraan


dalam akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi antara laki-laki dan perempuan. Pusat
kesehatan di desa tersebut cenderung lebih memprioritaskan pelayanan kesehatan laki-laki
seperti pelayanan penyuluhan kesehatan umum dan vaksinasi, sementara layanan kesehatan
reproduksi perempuan minim. Perempuan di desa ini menghadapi kesulitan untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi, alat kontrasepsi, serta pelayanan
selama kehamilan dan persalinan.

Penyebab Kasus:

1. Norma Patriarki: Budaya yang masih didominasi oleh norma patriarki menyebabkan
kurangnya perhatian terhadap kesehatan reproduksi perempuan.

2. Kurangnya Pendidikan Kesehatan: Pendidikan kesehatan di desa ini lebih sering


mengabaikan topik kesehatan reproduksi perempuan, sehingga pengetahuan mereka
terbatas.

3. Keterbatasan Fasilitas Kesehatan: Fasilitas kesehatan yang terbatas menyebabkan


minimnya akses perempuan terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.

Dampak Kasus: Kesenjangan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi dapat


menyebabkan tingginya angka kematian maternal, peningkatan risiko infeksi menular
seksual, dan kurangnya pengendalian keluarga yang berdampak pada kesejahteraan keluarga.

Solusi di Dunia Nyata:

1. Penguatan Pendidikan Kesehatan Reproduksi: Melibatkan pemerintah dan


organisasi non-pemerintah untuk memperkuat program pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah dan komunitas. Dengan meningkatkan pengetahuan perempuan
tentang hak reproduksi, mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik terkait
kesehatan mereka.

2. Peningkatan Fasilitas Kesehatan Reproduksi: Melibatkan pemerintah dalam


meningkatkan infrastruktur kesehatan dengan fokus pada fasilitas kesehatan
reproduksi. Ini mencakup penyediaan alat kontrasepsi, layanan antenatal, dan
dukungan persalinan yang aman.

3. Pelibatan Aktif Komunitas: Mendorong partisipasi aktif komunitas dalam


menentang norma patriarki dan mendukung pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan. Ini bisa melibatkan kampanye kesadaran dan pembentukan kelompok
dukungan masyarakat.

4. Pelibatan Pria: Melibatkan pria dalam perubahan norma budaya dan kesetaraan
gender. Pendidikan kesehatan yang melibatkan pria akan membantu mereka lebih
memahami dan mendukung kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan.
5. Subsidi Pelayanan Kesehatan: Membuat pelayanan kesehatan reproduksi terjangkau
atau bahkan gratis, terutama untuk perempuan yang berada dalam kondisi ekonomi
yang sulit.

2. Kasus Isu Permasalahan Gender dalam Pengambilan Keputusan Kesehatan di Desa


Ramunia 1 Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara,
Indonesia: Ketidaksetaraan Peran dan Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan
Kesehatan

Deskripsi Kasus: Di Desa Ramunia 1, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara Indonesia, terdapat ketidaksetaraan dalam peran dan pengaruh antara laki-
laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan kesehatan. Tradisi dan norma sosial di
desa ini memberikan peran dominan kepada laki-laki dalam pengambilan keputusan terkait
kesehatan keluarga, termasuk pilihan-pilihan terkait perawatan medis, vaksinasi, dan
penggunaan alat kontrasepsi. Perempuan di desa ini seringkali tidak memiliki hak
sepenuhnya dalam menentukan keputusan kesehatan pribadi dan keluarga.

Penyebab Kasus:

1. Norma Patriarki: Budaya patriarki yang masih kuat di Desa Y menyebabkan peran
dominan laki-laki dalam keluarga dan mengecilkan peran serta pengaruh perempuan
dalam pengambilan keputusan.

2. Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran Gender: Kurangnya akses perempuan


terhadap pendidikan dan kesadaran gender menyulitkan mereka untuk mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan
keputusan kesehatan.

3. Stigma Terkait Perubahan Peran Gender: Adanya stigma terkait dengan


perubahan peran gender dan keseimbangan kekuasaan dalam hubungan, sehingga
perempuan enggan untuk mengambil peran aktif dalam pengambilan keputusan.

Dampak Kasus: Ketidaksetaraan dalam pengambilan keputusan kesehatan dapat


menyebabkan ketidakcukupan perawatan kesehatan untuk perempuan, kurangnya
pemahaman terhadap kebutuhan kesehatan khusus perempuan, dan berpotensi meningkatkan
risiko kesehatan ibu dan anak.

Solusi:

1. Pendidikan Kesetaraan Gender: Melakukan program pendidikan yang menekankan


kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan untuk mengambil peran aktif
dalam pengambilan keputusan kesehatan. Program ini dapat dilaksanakan di tingkat
sekolah dan masyarakat.

2. Pelatihan Keterampilan Komunikasi: Memberikan pelatihan keterampilan


komunikasi kepada pasangan suami-istri untuk membuka dialog terbuka tentang
keputusan kesehatan. Ini dapat membantu menciptakan suasana di mana keputusan
diambil secara bersama-sama.

3. Pemberdayaan Melalui Organisasi Masyarakat: Mendukung dan membentuk


organisasi masyarakat yang mendorong pemberdayaan perempuan dalam
pengambilan keputusan, khususnya dalam konteks kesehatan. Organisasi ini dapat
menjadi tempat berbagi pengalaman dan dukungan.

4. Kampanye Kesadaran Masyarakat: Melakukan kampanye kesadaran di tingkat


masyarakat untuk mengatasi norma-norma patriarki dan mengubah persepsi tentang
peran gender dalam keluarga dan masyarakat.

5. Peningkatan Akses Pendidikan: Meningkatkan akses perempuan terhadap


pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar
mereka dapat berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai