PETUNJUK PRAKTIKUM TEHNOLOGI PAKAN Edit 2009
PETUNJUK PRAKTIKUM TEHNOLOGI PAKAN Edit 2009
TEKNOLOGI PAKAN
Disusun oleh :
Ir. Tris Akbarillah MP
Ir. Hidayat MSc
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2023
Daftar Isi
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas selesainya kompilasi penuntun praktikum “Teknologi
Pakan”, yang sejak pertama kali penuntun praktikum ini digunakan (2006) mahasiswa
Jurusan Peternakan masih dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang terpisah.
Pertama kali penuntun praktikum ini disusun berdasarkan peralatan laboratorium yang
terbatas, baik yang telah tersedia di Laboratorium Peternakan maupun laboratorium-
laboratorium di lingkungan Fakultas Pertanian. Pada saat itu dimaksudkan untuk
pegangan mahasiswa yang mengambil mata kuliah Teknologi Pakan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada rekan dan kolega
bidang Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu yang telah memberikan dorongan untuk mengkompilasi dan
menambah materi dalam penuntun ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan/kolega yang telah menambah koleksi peralatan di laboratorium.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Saran untuk perbaikan dan kesempurnaan
petunjuk ini sangat kami harapkan.
Koordinator,
iii
Petunjuk Sebelum Praktikum
iv
1
Prinsip:
Hijauan dapat disimpan dalam waktu lama dengan mengurangi kandungan airnya,
sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh mikrobia yang dapat merusak phisik dan
kandungan nutrisi hijauan. Dengan demikian hijauan tersebut tidak mudah rusak.
Pengeringan merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengurangi/menurunkan
kandungan air. Ada beberapa cara pengeringan Pengeringan alam dan buatan.
Cara kerja:
1. Hijauan dipanen pada umur potong (sebelum berbunga)
2. Timbang +1 kg rumput sebanyak 6 kali.
3. Tiga ulangan untuk perlakuan pengeringan matahari langsung (terbuka) dan 3
buah untuk pengeringan angin (terlindung),
4. Perlakuan pengeringan matahari dilakukan dengan cara diikat dan digantung
atau diletakkan di para-para di tempat yang terkena sinar matahari
5. Perlakuan pengeringan angin digantung di tempat yang tidak terkena sinar
matahari tetapi terkena angin
6. Timbang setiap hari sampai kondisi kering (berat relatif konstan) dan catat
perubahan/penurunan kandungan air dengan melihat hasil penimbangan.
Pengamatan fisik
Pengamatan fisik
Keterangan :
Warna hijau menyerupai warna hijauan segar (baik)
Warna kuning adalah kurang baik karena ada respirasi lanjutan pada hijauan
Warna coklat adalah tidak baik karena terjadi kerusakan hijauan akibat
respirasi berkepanjangan
Wrna hitam berarti ada proses respirasi berkepanjangan (terbakar)
Warna hijau pucat sampai keputih-putihan berart ada proses pencucian
(leaching)
Tekstur : lembut atau kasar
Bau : Bau rumput/hijauan; bau apek karena sudah berjamur
4
Penilaian Hay
I. Waktu Pemotongan
1. Sebelum berbunga 36-40
2. Permulaan berbunga 28-35
3. Pertengahan berbunga 20-27
4. Mulai berbiji 12-19
II. Keadaan Daun
1. Daun banyak 26-30
2. Daun sedang 21-25
3. Daun sedikit 16-20
4. Batang banyak 11-15
III Warna
1. Hijau alamiah 16-20
2. Pucat 11-15
3. Kuning coklat 6-11
4. Coklat kehitaman 0-5
IV. Tekstur/Kelembutan
1. Lembut 9-10
Tugas :
1. Dari data yang diperoleh dari pengamatan bandingkan antara perlakuan satu
dengan yang lainnya
2. Mana yang terbaik berdasarkan data yang diperoleh
3. Diskusikan /bahas
4. Menyimpullkan dari hasil pengamatan dan pembahasan
5
Prinsip
Hijauan (terutama rumput yang dipotong pada saat sebelum berbunga) yang diperam
(fermentasi) secara anaerob sehingga bakteri pembentuk asam laktat berkembang
biak. Berkembangnya kelompok bakteri tersebut menyebabkan terbentuknya asam
lakktat sehingga derajat keasaman (pH) menjadi turun (rendah). Silase yang dibuat
dengan derajat keasaman 4 adalah silase yang baik, karena pada pH tersebut mikroba
pengurai tidak dapat hidup sehingga hijauan tersebut menjadi awet. Aditif adalah
bahan yang ditambahkan pada silase untuk menyediakan karbohidrat mudah larut
yang akan digunakan sebagai sumber makanan mikrobia sebagai sumber energinya
sehingga dapat mempercepat terbentuknya asam laktat
Cara kerja
Timbang rumput yang dipanen sebelum berbunga, dipotong (+ 2 cm) 3 kg per
kantung sebanyak 3 kantung. Sebelum membuat silase dari bahan tersebut, lakukan
pengamatan fisik, baik warna, tekstur, rasa, dan ukur pH rumput tersebut. Catat hasil
pengamatan sebelum perlakuan (pembuatan silase). Kemudian lakukan pembuatan
silase dengan 3 cara yang berbeda untuk ke tiga kantung seperti di bawah ini.
Kantung 1:
1. Rumput dimasukkan kedalam kantung dan ditekan sehingga padat /tidak ada
ruang udara, kemudian pasang pipa (salah satu ujungnya ditutup plastik)untuk
digunakan sebagai tempat pengamatan temperatur silase
2. Ikat dengan kencang menggunakan karet
3. Amati setiap hari selama seminggu dan setiap seminggu sekali
Kantung 2:
1. Campurkan dengan merata aditif (Casava) sebanyak 5% dari bahan kering
rumput yang akan dibuat silase
2. Masukkan campuran rumput aditif ke dalam kantung dan tekan campuran
tersebut sehingga padat.
3. Pasangkan pipa di tengah tengah kantung sebagai tempat termometer yang
digunakan untuk pengukuran temperatur
4. Amati setiap hari selama seminggu dan setiap seminggu sekali
Kantung 3:
1. Campurkan dengan merata aditif dedak ke dalam rumput sebanyak 5% dari
bahan kering rumput yang akan dibuat silase
2. Lakukan seperti pada kantung 1 dan 2. Kemudian dilakukan pengamatan
temperatur dan pertumbuhan jamur
Pengamatan awal
Pengamatan pH, Warna, tekstur bau, rasa hijauan dan ada/tidaknya jamur
Pengamatan Akhir
Pengamatan pH, Warna, tekstur. Bau,. Rasa hijauan dan ada/tidaknya jamur
Tugas :
1. Data yang diperoleh dari pengamatan dibandingkan antara perlakuan satu
dengan yang lainnya (pH, warna, tekstur, bau rasadan jumlah jamur)
2. Mana yang terbaik berdasarkan data yang diperoleh
3. Diskusikan /bahas
4. Menyimpulkan dari hasil pengamatan dan pembahasan
1.3. Amoniasi
Prinsip
Teknologi amoniasi pada dasarnya teknologi serat yang berguna memperbaiki
kualitas jerami. Jerami didapat setelah hasil utamanya dipanen sehingga hijauan yang
didapatkan kualitasnya rendah. Kualitas yang rendah ditandai dengan tingginya
kandungan selulusa yang berasosiasi dengan lignin. Lignin merupakan substansi yang
tidak dapat dicerna, sehingga selulosa (dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
ruminansia dengan bantuan selulolitik bakteria) yang terikat dengan lignin menjadi
sulit dicerna. Amoniasi adalah salah satu perlakuan alkali yang dapat merenggangkan
ikatan lignin dan selulosa sehingga selulosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi pakan. Kelebihan amoniasi dibandingkan perlakuan alkali lainnya adalah
adanya residu nitrogen yang bermanfaat untuk bakteri rumen menjadi lebih aktif.
Amonia (dapat berasal dari urea ) bila dicampurkan dengan hijauan amonia akan
bekerja memecahkan ikatan lignoselulose menjadi renggang /longgar sehingga bila
dikonsumsi ternak nantinya mikrobia dalam rumen yang bersifat selulotik akan
menghasilkan enzim selulase yang enzim ini akan menetrasi selulose
Cara kerja
1. Sediakan jerami 1 kg sebanyak 3 ulangan, kemudian siapkan kantung plastik
yang tebal.
2. Sediakan urea 500 gram , dan air bersih.
3. Buat larutan urea yang mengandung 4%, 5% dan 6% amonia dari bahan
kering jerami, masing masing larutan ini dicampurkan dengan jerami secara
merata dan masukkan ke dalam kantung kuat, diperam dan kantung terikat
rapat untuk menjaga amonia tidak menguap.
4. Kantung plastik dibuka setelah 2 minggu dan dilakukan pengamatan
Tugas
1. Setelah pengamatan dari perlakuan amoniasi mana yang memberikan tekstur
dan tingkat kesukaan ternak yang baik
2. Bahas/diskusikan mengapa hasil yang diperoleh demikian
Prinsip:
Memahami sistim /prinsip kerja alat grinder, peletter dan blocker
Grinder
Alat yang bekerja untuk memecah butiran menjadi partikel yang lebih
kecil(halus/kasar) dikarenakan adanya bagian alat yang bersifat memecah (batu yang
akan menggilas butiran dengan batu yang lain), Butiran akan masuk kedalam ruang
antara 2 batu, setelah tergilas menjadi partikel yang lebih kecilukurannya maka akan
keluar (outlet)
Cara kerja:
1. Mengamati bentuk alat grinder
2. Mengamati bagian-bagian alat grinder
3. Mengamati sumber energi penggerak grinder
4. Mengamati cara kerja alat grinder
Peletter
Alat yang bekerja untuk membentuk pakan menjadi pelet bentuk silinder yang dibantu
sebelumnya dengan proses steaming untuk mengubah pakan dari bentuk mash
menjadi gumpalan karena pembentukan gelatin dari bahan pakan pati. Gumpakan
/campuran bahan pakan setelah proses steaming yang kondisinya bergelatin masuk
dalam peletter , karena adadanya bagian poros yang berfungsi mendorong dan adanya
saringan besi yang berbeentuk bulat maka atas gaya dorong keluarlah pakan dalam
bentuk pelet
Cara kerja:
1. Mengamati bentuk alat peleter
2. Mengamati bagian-bagian alat peleter
3. Mengamati sumber energi penggerak peleter
4. Mengamati cara kerja alat peleter
10
Cara kerja:
1. Mengamati bentuk alat bloker
2. Mengamati bagian-bagian alat bloker
3. Mengamati sumber energi penggerak bloker
4. Mengamati cara kerja bloker
2.2. Grinding
Prinsip:
Grinding pada dasarnya adalah suatu teknologi yang diterapkan untuk memperkecil
ukuran partikel bahan pakan butiran (jagung, casava dll) dengan bantuan alat
(grinder). Grinding diperlukan untuk persiapan pencampuran (mixing) bahan pakan
konsentrat sehingga homogen. Alat ini pada umumnya bekerja dengan sistim
pencacah/pemotong dan pemukul/pemecah bahan pakan dan saringan dengan
berbagai ukuran diameter saringan yang akan menyaring/meloloskan partikel yang
ukurannya lebih kecil dari diameter saringan.
Cara kerja
1. Timbang 2m5kg jagung,
2. Bentuk partikel halus (diameter saringan 1 mm)
3. Pasang saringan dengan diameter saringan 1 mm
4. Isikan bahan bakar sebagai sumber energi penggerak alat.
5. Isikan bahan bakar alat sebagai sumber energi pengge
6. Pasang kantung pada mulut bawah alat tempat keluarnya hasil
gilingan/penampung (outlet).
7. Masukkan jagung pada mulut atas alat (jagung yang akan digiling dalam
kondisi kering /kadar air rendah (bila digigit jagung akan tidak alot)
8. Mengendurkan jarak batu giling 4 mm
9. Pasang kantung bersih untuk menampung hasil penggilingan
10. Tampung hasil Jagung pada mulut bawah dari alat
11. Kemas hasil penggilingan dengan plastic yang diberi label dan kantung plastic
tersebut dengan menggunakan sealer.
12. Lakukan pada bahan tersebut di atas untuk membuat partikel halus dengan
menggeser jarak batu biling 2 mm.
Pengamatan 2. Penghitungan waktu, bahan bakar dan biaya bahan bakar dan
sewa alat
Bahan pakan Waktu yang Bahan bakar yang Biaya bahan Sewa alat
diperlukan menit) dihabiskan (liter) bakar (Rp) (Rp)
Jagung kasar
Jagung halus
Harga jual terdiri dari biaya produksi ditambah keuntungan yang diinginkan yang
berdasarkan harga pasar atau harga yang besaing dengan harga pasar
Bahan pakan Biaya Harga pasar Harga pasar-biaya Harga jual di bawah
produksi (Rp) produksi (Rp) harga pasar
(Rp) (Rp)
Jagung kasar
Jagung halus
2.3. Mixing
Prinsip:
Mixing adalah teknologi pencampuran bahan pakan untuk mendapatkan suatu ransum
berformula yang homogen (Misalnya : ransum itik petelur PK +15% dan Energi
+3000kkal/kg).Untuk mendapatka formula tersebut diperlukan pencampuran beberapa
bahan pakan sumber protein dan energi . Untuk mempermudah dan mempercepat
proses tersebut dapat digunakan alat bantu yang disebut mixer yang penggeraknya
dapat berupa listrik maupun solar atau bensin . Dalam jumlah besar pencampuran
dengan cara manual akan sulit dilakukan tetapi dengan bantuan suatu teknologi
(mixing) yaitu menggunaan alat mixer akan mudah dan cepat dilakukan, namun
demikian konsekuensi dari kemudahan itu adalah penggunaan bahan bakar yang
membutuhkan biaya besar
Cara kerja :
1. Susun ransum berdasarkan kebutuhan nutrisi untuk tenak itik yang sedang
bertelur yang tertera pada Tabel 2 di bawah ini (Membuat formula ransum
sudah dipelajari pada Mata Kuliah BMT dan Formulasi Ransum)
2. Susun masing masing formula dengan cara manual
3. Susun dengan alat bantu yaitu mixer, mulai dengan bahan pakan yang
berjumlah kecil (sedikit) secara bertahap
4. Amati hasil mixing
12
Tabel 2. Susunan Ransum itik periode bertelur (%) dan kandungan nutrisinya
Bahan pakan F1 F2 F3 F4
Jagung 40 40 42 42
Dedak 30 29 29 28
Konsentrat 28 28 28 28
Mineral 2 1 1 2
Total
Pakan ternak, status teranak/
Kandungan Nutrisi :
PK(%)
Energi(kkal/kg
Pengamatan Waktu, bahan bakar yang dihabiskan dan biaya bahan bakar serta
sewa alat
Formula Waktu yang Bahan bakar yang Biaya b bakar Sewa alat
diperlukan (menit) dihabiskan (liter) (Rp) (Rp)
F1
F2
F3
F4
Formula Modal setiap 30kg Biaya bahan Biaya sewa Biaya tenaga
ransum (Rp) baker (Rp) alat (Rp) kerja (Rp)
F1
F2
F3
F4
Harga jual terdiri dari biaya produksi ditambah keuntungan yang diinginkan yang
mana harga jual tersebut berdasarkan harga pasar atau menentukan harga yang dapat
bersaing dengan harga pasar
Penghitungan keuntungan
Keuntungan didapat :Harga di bawah harga pasar – biaya produksi (Rp)
Keuntungan perkg bahan ransom itik = Harga dibawah harga pasar-biaya produksi per
berat bahan ransum itik yang dibuat setelah dikurangi penyusutan : 30 kg
2.4. Pelletting
Prinsip:
Peletting merupakan teknologi pengubahan bentuk pakan (dari formulasi) dari mash
(partikel halus) menjadi bentuk pellet.. Bentuk pellet dapat terjadi dengan adanya
proses gelatinasi bahan beramililum menjadi gelatin yang mengikat partikel dari
bahan lain karena adanya panas yang berasal dari steaming. Dengan adanya tekanan
(dengan alat bantu mesin/penggiling yang bersaringan) bahan yang bergelatin akan
keluar mesin dengan bentuk seperti lubang saringan sehingga membentuk pellet.
Cara kerja:
Tabel 2. Susunan Ransum itik periode bertelur (%) dan kandungan nutrisinya
Bahan pakan F1 F2 F3 F4
Jagung (halus) 40 40 40 40
Dedak 29,5 27 29,5 27
Konsentrat 28 28 28 28
Tepung Cassava 2,5 5 2,5 5
Air 40 40 50 40
Total 100 100 100 100
Kandungan Nutrisi :
PK(%)
Energi(kkal/kg
Pengamatan waktu, bahan bakar yang dihabiskan dan biaya bahan bakar serta
sewa alat
1. Waktu
Bahan pakan Biaya bahan Biaya bahan Biaya sewa Biaya tenaga
pakan ( 30kg bakar (Rp) alat (Rp) kerja (Rp)
ransum) (Rp)
F1
F2
F3
F4
Harga jual terdiri dari biaya produksi ditambah keuntungan yang diinginkan yang
mana harga jual tersebut berdasarkan harga pasar atau menentukan harga yang dapat
bersaing dengan harga pasar
Bahan pakan Biaya produksi Harga pasar Harga pasar-biaya Di bawah harga
(Rp) (Rp) produksi (Rp) pasar (Rp)
F1
F2
F3
F4
4. Penghitungan keuntungan
Keuntungan didapat per kg:harga di bawah harga pasar – biaya produksi (Rp)
Keuntungan perkg bahan ransum itik = Harga dibawah harga pasar-biaya produksi per
berat bahan ransum itik yang dibuat setelah dikurangi penyusutan : 30 kg
15
5. Pengamatan Tekstur
Penggunaan air F! F2 F3 F4
(%)
20
30
40
Tugas :
2.5. Blocking
Prinsip:
Membuat pakan suplemen untuk ternak ruminansia yang biasanya mengandung multi
nutrient yang dibutuhkan yang diduga tidak dapat dipenuhi dari hijauan. Multinutrien
ini dijaga tidak hilang sebelum dikonsumsi sehingga dibuat dalam bentuk padat/block
Teknologi blocking pada dasarnya serupa dengan peleting hanya saja karena
peruntukannya ke ternak ruminansia (kambing, domba dan sapi) sehingga bentuknya
besar (seperti block). Ransum bentuk blok ini pada umumnya berupa pakan suplemen.
Pakan suplemen ini adalah pakan tambahan untuk ternak ruminansia yang
ditunjukkan dengan bahan pakan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan seperti
mengandung protein (sumber nitrogen), energi tinggi, mineral, vitamin dan kadang-
kadang probiotik
Cara kerja
1. Bahan bahan pakan akan terikat satu sama lain bila didalam susunan
ransumnya terdapat bahan perekat yang pada umumnya bahan pakan berpati
atau amilum., molasses, gula merah dan semen bangunan. Amilum akan
mengalami gelatinisasi menjadi gelatine sehingga gelatine ini berfungsi
mengikat partikel partikel bahan pakan. Molases, gula merah dengan panas
akan membentuk pasta yang lengket, semen dengan air akan mengalami
perubahan bentuk menjadi pasta dan pasta dalam block akan mengeras
mengikat partikel partikel bahan pakan bila terkena udara. yang kemudian
melalui proses pressing dalam bentuk blok ukuran tertentu dengan cara
memasukan campuran yang sudah berbentuk pasta ke dalam alat pencetak
kemudian dipres
2. Keluarkan dari cetakan kemudian dikemas dengan cara dibungkus dengan
plastic dan diseal.
16
Pengamatan 2. Penghitungan waktu, bahan bakar dan biaya bahan bakar dan
sewa alat
Bahan pakan Waktu yang Bahan bakar yang Biaya b bakar Sewa alat
diperlukan dihabiskan (liter) (Rp) (Rp)
(menit)
F1
F2
F3
F4
17
Bahan pakan Biaya produksi Harga pasar Harga pasar-biaya Di bawah harga
(Rp) (Rp) produksi (Rp) pasar (Rp)
F1
F2
F3
F4
Keuntungan yang didapat :Harga di bawah harga pasar – biaya produksi (Rp)
Keuntungan perkg pakan block= Harga dibawah harga pasar-biaya produksi per berat
pakan block setelah dikurangi penyusutan : 30 kg
Packaging (pengemasan )
Prinsip:
Packaging (pengemasan) pada dasarnya teknologi untuk menjaga kualitas bahan
pakan yang disimpan dapat terjaga/ tidak rusak, memudahkan di dalam penyimpanan,
pengangkutan (waktu penjualan). Packing biasanya diikuti labelling yang
mencantumkan kualitas (kandungan nutrisi) bahan pakan sebagai jaminan konsumen
membeli bahan pakan berkualitas.
Peralatan : Sealer, kantung, Karung, mesin jahit karung dan peralatan sablon
Cara kerja:
1. Bahan pakan hasil grinding, dimasukkan kedalam karung, dijahit
2. Bahan pakan hasil mixing dimasukkan ke karung dan dijahit
3. Ransum pellet dimasukkan ke dalam kantung kantung plastik, ditutup dengan
menggunakan sealer
4. Membuat label pada kantung plastik dengan sablon
18
Prinsip
Produk pakan fermentasi adalah produk pakan yang menggunakan teknologi
fermentasi dengan menggunakan mikrobia. Pada umumnya ditujukan untuk
memperbaiki kualitas bahan pakan. Bahan pakan berserat tinggi dapat diturunkan
dengan fermentasi mikrobia.
Cara kerja
1. Sediakan bahan pakan yang akan dilakukan fermentasi (lumpur minyak sawit)
2. Siapkan Aspergillus)
3. Sediakan kantung kantung plastik untuk proses fermentasi (pemeraman)
4. Campurkan air dengan LMS kering (sebanyak 50%.dari LMS) dan kukus 10
menit., didinginkan
5. Masukkan ke dalam kantung plastik masing masing seberat 500 g
6. Campurkan LMS yang sudah didinginkan dengan EM4
7. Letakkan di kantung plastik terbuka
Pengamatan:
Lama fermentasi EM4 (%) Warna awal Jumlah Warna Bau
jamur jamur
4 hari 4
6
Tugas
1. Amati pada EM4 berapa % menunjukkan pertumbuhan jamur tertinggi
2. Pada lama pemeraman berapa hari pertumbuhan jamur tertinggi
3. Diskusikan mengapa terjadi demikian dan simpulkan.
20
Prinsip kerja
(Kompiang& Darma 1993) Pada dasarnya mikrobia yang mempunyai kemampuan
sintesa protein akan mengubah Nitrogen bukan protein menjadi protein dengan
tersedianya energi. Bahan pakan tersedia adalah sumber energi ditambah Nitrogen
dari urea terjadi fermentasi oleh mikrobia membentuk asam amino di dalam mikrobia
sehingga terbentuklah protein sel tunggal.
Cara kerja
1. Casava segar (2 kg) diparut dikeringkan kemudian tambahkan air menjadi
80%. Kemudian campuran tersebut dikukus selama 30 menit dan didinginkan.
2. Tambahkan mineral 7,2% ZA (Amonium Sulfat), 4% urea, 1,5 % NaH2PO4.
0.15% KCl, 0.075% FeSO4 dan 0.5% MgSO4 berdasarkan bahan kering ubi.
3. Inokulasikan Aspergillus niger ke dalam casava konsentrasi 0,2 dan 0,5%.
4. Fermentasikan pada suhu ruang dengan lama pemeraman 4 hari dan 8 hari
5.
Keringkan hasil fermentasi dengan suhu 60oC
6.
Uji protein, energi dan serat kasarnya
F1
F2
Harga jual terdiri dari biaya produksi ditambah keuntungan yang diinginkan yang
mana harga jual tersebut berdasarkan harga pasar atau dapat bersaing dengan harga
pasar
Keuntungan yang didapat :Harga di bawah harga pasar – biaya produksi (Rp)
Keuntungan perkg pakan PSS/casapro= Harga dibawah harga pasar-biaya produksi
per berat pakan setelah dikurangi penyusutan /Jumlah produksi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Akbarillah, T. Kususiyah. & D. Kaharuddin. 2002. Kajian Tepung Daun Indigo Sebagai
Suplemen Pakan Terhadap Produksi dan Kualitas Telur Puyuh (Coturnix-
coturnix japonica) Lapran Penelitian . Lemlit UNIB.2002)
Akbarillah, T, Kususiyah & Hidayat. 2003. Pengaruh Suplementasi Tepung Daun
Indigofera pada Tepung Gaplek Sebagai Sumber Energi Pengganti Jagung
Kuning Dalam Ransum Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Terhadap
Produksi dan Kualitas Telur. Laporan Penelitian Lemlit. UNIB.
Akbarillah, T, Kususiyah & Hidayat. 2005. Penggunaan Indigofera Segar untuk
produksi telur Itik. Laporan Penelitian. Lemlit UNIB.
Utomo, R.. 1993. Hijauan Kering dan Pradigesti Limbah Pertanian. Fak. Pasca
Sarjana. UGM. Yogyakarta.
23