PENDENGARAN
Our Team
Bagus Khalida Ahmad
Pratama Putri Urmila Furoihad Afkar
20302241054 22306144021
20302241042
Table of Contents
01 02
ACOUSTICS ANATOMY
03 04
PSYCHOACOUSTIC HEARING LOSS
01
ACOUSTICS
- Akustik
- Suara
- Frekuensi
- Perambatan suara
- Panjang gelombang dan kecepatan suara
- Intensitas dan tekanan suara
- Penghalangan dan interaksi suara
Akustik
Pengertian
Dengan
v mewakili kecepatan fase, arah x, dan y adalah variabel. Persamaan gelombang satu
dimensi secara umum dapat menunjukkan bahwa kecepatan partikel, perpindahan
partikel, tekanan, dan densitas terhubung dalam ruang/waktu.
Panjang gelombang dan kecepatan suara
Saat perambatan berlanjut melalui medium, terdapat jarak antara kondensasi yang berurutan. Jarak ini disebut
sebagai panjang gelombang. Ukuran panjang gelombang tergantung pada kecepatan rambat (atau kecepatan suara)
melalui medium dan frekuensi suara:
di mana c mewakili kecepatan suara dan f adalah frekuensi. Kecepatan suara melalui gas ideal dapat digambarkan
sebagai rasio elastisitas gas terhadap kerapatannya;
di mana γ mewakili konstanta adiabatik, R konstanta gas, T suhu absolut, dan M massa molekul gas. Massa molekul
gas yang berbeda akan menghasilkan kecepatan yang berbeda. Dalam hal kecepatan suara melalui atmosfer kita
sehari-hari, persamaan tersebut menjadi sekitar
di mana T menunjukkan suhu dalam Celcius.
Intensitas dan Tekanan Suara
benda yang bergetar akan menyebabkan molekul udara bergerak bersama, meningkatkan densitas dan tekanan.
Tekanan sesaat dari molekul udara P(t) dapat dijelaskan oleh persamaan berikut:
Dengan m adalah massa benda yang bergetar, v adalah kecepatan benda yang bergetar, t adalah waktu, dan A
adalah luas area.
Amplitudo yang menggambarkan ukuran tekanan atau perpidahan dari benda yang bergetar bisa diperoleh dengan
di mana I adalah intensitas, P tekanan, ρ densitas medium, dan c adalah kecepatan suara.
Intensitas dan Tekanan Suara
Menurut Yost, rentang kemampuan pendengaran kita yang sangat indah mencakup kisaran 1014 unit intensitas,
sehingga membuat penghitungan menjadi rumit. Oleh karena itu, untuk mempermudah penghitungan, intensitas
atau tekanan suara biasanya dinyatakan dalam bentuk rasio logaritmik yang disebut dengan bel. bel adalah log dari
rasio intensitas Ia/Ib. Untuk memudahkan, rasio log ini biasanya dinyatakan dalam sepersepuluh bel, atau dalam
desibel (dB). Dinyatakan dalam dB, manusia memiliki dinamika tekanan dinamis sebesar 140 dB. Intensitas suara
dalam dB adalah
di mana Io mengacu pada intensitas suara yang diamati atau diukur dalam watt per area dan Ir adalah intensitas
referensi (10^-12)w/cm2.
Suara tekanan dalam dB adalah
di mana P o merujuk pada tekanan suara yang diamati atau diukur dalam μPa dan Pr adalah tekanan referensi 20
μPa. Referensi tekanan ditentukan sebagai tingkat paling lembut di mana nada dalam rentang 1-4 kHz dapat
dideteksi oleh rata-rata orang dewasa.
Penghalang dan Interaksi Suara
Karena suara berasal dari objek yang bergetar, intensitas atau tekanan suara berkurang dengan bertambahnya jarak
dengan cara yang seragam. jika tidak ada objek yang menghalangi jalur suara berlaku hukum kuadrat terbalik
bahwa intensitas atau tekanan suara idealnya berkurang 6 dB untuk setiap dua kali lipat jarak dari sumber suara.
Ketika suara bertemu dengan suatu objek (atau perubahan media), suara dapat dipantulkan dari objek,
ditransmisikan melalui objek atau media, diserap oleh objek atau media, atau diubah menjadi energi panas. Sejauh
mana masing-masing dari keempat opsi ini direalisasikan tergantung pada ketidakcocokan impedansi antara media.
Impedansi akustik (Z) untuk transmisi energi adalah dijelaskan oleh rumus;
di mana R adalah resistansi, Xm adalah reaktansi massa, dan Xs adalah reaktansi kekakuan.
Perubahan tingkat yang ekstrim dapat terjadi jika gelombang berinteraksi secara konstruktif, menghasilkan
penguatan dan peningkatan tingkat suara, atau jika gelombang berinteraksi secara destruktif, menghasilkan
pembatalan dan penurunan tingkat suara.
pengukuran waktu dengung (RT) atau waktu yang dibutuhkan untuk suara untuk menurunkan 60 dB SPL di dalam
ruangan. RT dihitung dengan menggunakan persamaan Sabine:
di mana V mewakili volume ruangan dalam m3, A adalah total penyerapan suara oleh masing-masing permukaan di
dalam ruangan, dan k adalah konstanta yang bergantung pada suhu (untuk suhu 22°C, k = 0,161).
Penghalang dan Interaksi Suara
02
Anatomi dan Fisiologi
Sistem Pendengaran
- Telinga bagian luar
a. Aurikulum
b. Meatus Akustikus Eksternus
c. Membran Timpani
- Telinga bagian dalam
a. Koklea
b. Organon Korti
c. Saraf Koklearis
- Fisiologi Pendengaran
a. Mekanisme Pendengaran Telinga Luar dan Tengah
b. Mekanisme Pendengaran Telinga Dalam
Telinga Bagian Luar
Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari
membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus
eksternus (MAE) dan membran timpani (MT).
Anatomi Aurikulum Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis
superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis
superfisialis, vena aurikularis posterior dan vena emissary mastoid.
Inervasi oleh cabang nervus cranial V, VII, IX dan X.
MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka
aurikula sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5
cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian
Meatus Akustikus
yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang
berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior
Eksternus
superior , merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang
rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang
merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut mengandung
folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar serumen
memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan
pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut
serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior
dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini
sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada
tulang. Didapatkan glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak
didapatkan folikel rambut. MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan
arteri aurikularis posterior serta arteri aurikularis profundus. Darah vena
mengalir ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus
pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn. Aurikularis anterior, posterior dan
inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang
aurikulotemporalis dari n. mandibularis.
Membran Timpani
MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo , dasar MT tampak sebagai bentukan
oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan
mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan
mempengaruhi konsistensi MT. 3 Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa
dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat menyebarkan energi vibrasi yang ideal.
MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh ramus timpanikus
cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan
pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus
nervus glosofaringeus of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis.8
Telinga Bagian Tengah
Sel-sel rambut di dalam OC diinervasi oleh serabut aferen dan eferen dari saraf
koklearis cabang dari nervus VIII, 88 % Serabut aferen menuju ke sel rambut bagian
dalam dan 12 % sisanya menuju ke sel rabut luar. Serabut aferen dan eferen ini akan
membentuk ganglion spiralis yang selanjutnya menuju ke nuleus koklearis yang
merupakan neuron primer, dari nucleus koklearis neuron sekunder berjalan kontral
lateral menuju lemnikus lateralis dan ke kolikulus posterior dan korpus genikulatum
medialis sebagai neuron tersier, selanjutnya menuju ke pusat pendengaran di lobus
temporalis tepatnya di girus transversus.
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea, Proses mendengar
melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi fisik berupa stimulus bunyi ke organ
pendengaran, tahap konversi atau tranduksi yaitu pengubahan energi fisik stimulasi tersebut
ke organ penerima dan tahap penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran.
Mekanisme Pendengaran Telinga Luar dan Tengah
Aurikula berfungsi untuk mengetahui arah dan lokasi suara dan membedakan tinggi rendah suara.
Aurikula bersama MAE dapat menaikkan tekanan akustik pada MT pada frekuensi 1,5 – 5 kHz yaitu daerah
frekuensi yang penting untuk presepsi bicara, selanjutnya gelombang bunyi ini diarahkan ke MAE
menyebabkan naiknya tekanan akustik sebesar 10-15 dB pada MT.
MAE adalah tabung yang terbuka pada satu sisi tertutup pada sisi yang lain. MAE meresonansi 1⁄4
gelombang. Frekuensi resonansi ditentukan dari panjang tabung, lengkungan tabung tidak berpengaruh.
Tabung 2,5 cm, frekuensi resonansi kira-kira 3,5 kHz.
Gelombang suara kemudian diteruskan ke MT dimana pars tensa MT merupakan medium yang ideal
untuk transmisi gelombang suara ke rantai osikular. Hubungan MT dan sistem osikuler menghantarkan suara
sepanjang telinga telinga tengah ke koklea.
Mekanisme Pendengaran Telinga Luar dan Tengah
Tangkai maleus terikat erat pada pusat membran timpani, maleus berikatan dengan inkus, inkus
berikatan dengan stapes dan basis stape berada pada foramen ovale. Sistem tersebut sebenarnya
mengurangi jarak tetapi meningkatkan tenaga pergerakan 1,3 kali, selain itu luas daerah permukaan MT 55
milimeter persegi sedangkan daerah permukaan stapes rata-rata 3,2 milimeter persegi.
Rasio perbedaan 17 kali lipat ini dibandingkan 1,3 kali dari dari sistem pengungkit , menyebabkan
penekanan sekitar 22 kali pada cairan koklea. Hal ini diperlukan karena cairan memiliki inersia yang jauh
lebih besar dibandingkan udara, sehingga dibutuhkan tekanan besar untuk menggetarkan cairan, selain itu
didapatkan mekanisme reflek penguatan, yaitu sebuah reflek yang timbul apabila ada suara yang keras yang
ditransmisikan melalui sistem osikuler ke dalam sistem saraf pusat, reflek ini menyebabkan konstraksi pada
otot stapedius dan otot tensor timpani. Otot tensor timpani menarik tangkai maleus ke arah dalam
sedangkan otot stapedius menarik stapes ke arah luar. Kondisi yang berlawanan ini mengurangi konduksi
osikular dari suara berfrekuensi rendah dibawah 1 000 Hz. Fungsi dari mekanisme ini adalah untuk
melindungi koklea dari getaran merusak disebabkan oleh suara yang sangat keras menutupi suara
berfrekuensi rendah pada lingkungan suara keras dan menurunkan sensivitas pendengaran pada suara orang
itu sendiri.
Mekanisme Pendengaran Telinga Dalam
Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi suara ke suatu
bentuk yang sesuai untuk merangsang ujung saraf auditorius yang dapat
memberikan kode parameter akustik sehingga otak dapat memproses informasi
dalam stimulus suara.
Koklea di dalamnya terdapat proses transmisi hidrodinamik yaitu perpindahan
energi bunyi dari foramen ovale ke sel-sel bersilia dan proses transduksi yaitu
pengubahan pola energi bunyi pada OC menjadi potensial aksi dalam nervus
auditorius. Mekanisme transmisi terjadi karena stimuli bunyi menggetarkan perilim
dalam skala vestibuli dan endolim dalam skala media sehingga menggetarkan
membrana basilaris. Membrana basilaris merupakan suatu kesatuan yang berbentuk
lempeng-lempeng getar sehinga bila mendapat stimuli bunyi akan bergetar seperti
gelombang disebut traveling wave.
Mekanisme Pendengaran Telinga Dalam
Proses transduksi terjadi karena perubahan bentuk membran basilaris. Perubahan
tersebut karena bergesernya membrana retikularis dan membrana tektorial akibat stimulis
bunyi. Amplitudo maksimum pergeseran tersebut akan mempengaruhi sel rambut dalam dan
sel rambut luar sehinga terjadi loncatan potensial listrik. Potensial listrik ini akan diteruskan
oleh serabut saraf aferen yang berhubungan dengan sel rambut sebagai impuls saraf ke otak
untuk disadari sebagai sensasi mendengar.
Koklea di dalamnya terdapat 4 jenis proses bioelektrik, yaitu : potensial endokoklea
(endocochlear potential) , mikrofoni koklea (cochlear microphonic) , potensial sumasi
(summating potensial), dan potensial seluruh saraf (whole nerve potensial).
Potensial endokoklea selalu ada pada saat istirahat, sedangkan potensial lainnya hanya
muncul apabila ada suara yang merangsang. Potensial endokoklea terdapat pada skala media
bersifat konstan atau direct current (DC) dengan potensial positif sebesar 80 – 100 mV. Stria
vaskularis merupakan sumber potensial endokoklea yang sangat sensitif terhadap anoksia dan
zat kimia yang berpengaruh terhadap metabolisme oksidasi.
Mekanisme Pendengaran Telinga Dalam
Mikrofoni koklea adalah alternating current (AC) berada di koklea atau juga di dekat
foramen rotundum, dihasilkan area sel indera bersilia dan membrana tektoria oleh pengaruh
listrik akibat vibrasi suara pada silia atau sel inderanya. Potensial sumasi termasuk DC tidak
mengikuti rangsang suara dengan spontan, tetapi sebanding dengan akar pangkat dua tekanan
suara. Potensial sumasi dihasilkan sel-sel indera bersilia dalam yang efektif pada intensitas
suara tinggi. Sedangkan mikrofoni koklea dihasilkan lebih banyak pada outer hair cell. Bila
terdapat rangsangan diatas nilai ambang, serabut saraf akan bereaksi menghasilkan potensial
aksi. Serabut saraf mempunyai penerimaan terhadap frekuensi optimum rangsang suara pada
nilai ambangnya, dan tidak bereaksi terhadap setiap intensitas. Potensial seluruh saraf adalah
potensial listrik yang dibangkitkan oleh serabut saraf auditori. Terekam dengan elektroda di
daerah foramen rotundum atau di daerah saraf auditori, memiliki frekuensi tinggi dan onset
yang cepat.
Rangsangan suara dari koklea diteruskan oleh nervus kranialis VIII ke korteks melalui
nukleus koklearis ventralis dan dorsalis. Jaras tersebut merupakan sistem pendengaran
sentral.
03
PSYCHOACOUSTICS
- Psikoakustik
- Ambang Batas
- Selektivitas Frekuensi
- Perambatan suara
- Nada
- Kenyaringan
- Persepsi Temporal
- Binaural Hearing
- Analisis Peristiwa Pendengaran
Psikoakustik
Pengertian
psychoacoustics/psikoakustik adalah studi ilmiah dari persepsi suara. Lebih khusus lagi,
adalah cabang ilmu mempelajari respon psikologis dan fisiologis yang berhubungan
dengan suara. Psychoacoustics mendapat namanya dari sebuah bidang dalam psikologi
yaitu, pengakuan ilmu-yang berurusan dengan segala macam persepsi manusia. Ini
adalah bidang interdisipliner banyak daerah, termasuk psikologi, akustik, teknik
elektronik, fisika, biologi, fisiologi, dan ilmu komputer.
Psikoakustik menyelidiki kuantitas subjektif ini (yaitu, persepsi kita tentang
pendengaran), dan hubungannya dengan kuantitas objektif dalam akustik.
Persepsi = suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan
mengartikan masukan informasi yang diterima menjadi suatu gambaran yang penuh arti
dan saling terkait.
Ambang Batas
Persepsi yang paling dasar adalah deteksi suara. Tingkat tekanan suara terendah dari
suatu suara yang menghasilkan pendeteksian disebut sebagai ambang batas absolut
untuk suara tersebut. Sebuah kuantum suara disebut fonon, dengan energi yang
digambarkan oleh hv (h adalah konstanta Planck dan v adalah frekuensi). Rasio hv/kBT
untuk sistem pendengaran adalah sekitar 10^-10 (di mana kB adalah konstanta
Boltzmann dan T adalah suhu absolut). Deteksi pendengaran dibatasi oleh adanya
gangguan termal; sebuah fonon tunggal tidak mungkin terdeteksi dengan sendirinya,
tidak seperti foton dalam sistem visual (Ashmore, 2008). Dengan demikian, kecil
kemungkinan bahwa satu vesikel neurotransmitter yang dilepaskan pada sinapsis
aferen saraf sel rambut ke-VIII akan menghasilkan deteksi perseptual dari suatu suara,
tetapi jika lonjakan ekstra dipicu dalam sejumlah kecil neuron neuron, sirkuit detektor
kebetulan di koklea nukleus dapat memulai proses yang akan mengarah pada persepsi
deteksi (Heil dan Neubauer, 2005).
Pendeteksian suara oleh manusia bervariasi dengan frekuensi; kita paling sensitif
terhadap nada frekuensi menengah (di wilayah 1-4 kHz) dan kurang sensitif terhadap
frekuensi yang lebih rendah dan lebih tinggi. Pola ambang batas absolut ini mungkin
muncul dari fungsi transfer telinga luar dan tengah. Sensitivitas yang kurang terhadap
frekuensi kurang dari 500 Hz mungkin timbul dari amplifier rumah siput yang kurang
aktif di puncak rumah siput.
Selektivitas Frekuensi
Konsep yang penting ada selektivitas frekuensi adalah adanya badwidth kritis
(critical bandwidth) yang berkaitan dengan penyaringan internal sehingga telinga
dapat memilih suara yang masuk dan menyaring atau mengurangi suara dari
kebisingan latarbelakang yang tidak dikehendaki.
Bagian yang berperan besar pada selektivitas frekuensi adalah membran basilar
dan neural tuning curve dan juga telinga bagian dalam dan nervus VIII
Nada (Pitch)
Nada pada dasarnya adalah atribut psikologis dari frekuensi; meskipun frekuensi adalah isyarat utama untuk
nada, intensitas suara juga akan mempengaruhi nada. Karena sistem pendengaran memproses frekuensi secara
logaritmik dan karena atribut suara lainnya (seperti intensitas) memengaruhi nada, tidak ada korespondensi satu
satu antara frekuensi dan nada.
Pengukuran nada dilakukan dengan menyediakan nada standar 1 kHz pada tingkat tertentu (dengan nada
referensi 1000 mels), menyajikan nada stimulus, dan kemudian meminta pendengar untuk menilai nada stimulus
tersebut memiliki nada n kali lipat dari nada standar 1 kHz. Menguji sejumlah nada dan level dengan cara ini
menghasilkan skala nada Mel.
Dua teori utama untuk pengkodean frekuensi dalam sistem pendengaran adalah place (setiap frekuensi memiliki
titik eksitasi maksimum di sepanjang membran basilar) dan volley (neuron dapat mengunci fase ke bentuk
gelombang stimulus, dan mekanisme pusat kemudian dapat menghitung satu per periode untuk menghitung
frekuensi bentuk gelombang).
Kenyaringan (Loudness)
Kenyaringan adalah atribut psikologis dari intensitas atau tingkat tekanan suara. Kenyaringan diukur dengan
mencocokkan dua nada dengan sensasi yang sama (dasar dari fon dan kontur kenyaringan yang sama) atau
dengan penskalaan (dasar dari nada). Prosedur penskalaan untuk nada mirip dengan skala Mel untuk nada, yang
dijelaskan di atas, dengan satu nada ditetapkan sebagai referensi kenyaringan untuk nada 1 kHz yang disajikan
pada tingkat 40 fon.
Kenyaringan dapat dijelaskan dengan hubungan hukum daya berikut ini: L = k(I^0,3) di mana k adalah konstanta
dan I adalah intensitas stimulus. Kenyaringan berhubungan dengan tingkat gerakan membran basilar; yaitu,
kenyaringan sebanding dengan kuadrat kecepatan membran basilar.
Persepsi Temporal
Monaural cues adalah bagaimana setiap telinga menerjemahkan sinyal suara yang di tangkap. Monaural
cuesmerupakan hasil dari konvolusi sumber suara dengan impuls respons kepala atau Head Related Transfer
Function(HRTF). Head–Related Transfer Function (HRTF) merupakan bentuk transformasi dari propagasi
gelombang suara dari sumber ke telinga atau HRIR. HRTF juga didefinisikan sebagai bentuk modifikasi suatu suara
dari arah tertentu yang sampai di telinga
Difference cues adalah bagaimana perbedaan antara dua telinga menerjemahkan sinyal suara. Difference cues ini
memuat informasi Internaural Time Difference (ITD) dan Internaural Level Difference (ILD). ITD adalah perbedaan
waktu kedatangan gelombang suara telinga kiri dan telinga kanan sementara ILD adalah perbedaan tingkat
tekanan antara telinga kiri dan kanan. Berdasarkan Teori Dupleks nilai ITD digunakan untuk lokalisasi suara pada
frekuensi rendah, yaitu di bawah 1,5 kHz sementara ILD digunakan untuk lokalisasi suara pada frekuensi tinggi,
yaitu di atas 1,5 kHz. Suara lingkungan berada di rentang frekuensi rendah dan frekuensi tinggi sehingga sistem
auditori manusia menggunakan ITD dan ILD.
Analisis Peristiwa Pendengaran
HEARING LOSS
Jenis Gangguan Pendengaran
Untuk menentukan apakah seseorang
mengalami gangguan pendengaran, ambang
batas diperoleh untuk nada dari 250 hingga
8000 Hz dalam langkah oktaf, dan ambang
batas ini kemudian dibandingkan dengan
ambang batas modal (paling sering terjadi) yang
diperoleh dari usia pendengar 18-30 tanpa
patologi otologi (lihat Gambar 9.17). Ambang
batas lebih besar dari 25 dB HL menunjukkan
gangguan pendengaran, dan dapat berkisar
dari ringan (26–40 dB HL) hingga sangat dalam
(>90 dB HL).
Pendengaran kerugian dikategorikan menurut di mana penyumbatan atau penghinaan terjadi
dalam sistem pendengaran. Jika penyumbatan atau gangguan terjadi pada telinga luar atau
tengah, gangguan pendengaran bersifat konduktif dan paling banyak sekitar 60 dB HL, jika
gangguan atau kerusakan terjadi di koklea dan/atau saraf VIII, gangguan pendengaran bersifat
sensorineural, dan (sangat jarang) jika gangguan terjadi terpusat karena lesi atau penyumbatan
arteri, gangguan pendengaran adalah tuli sentral (Martin dan Clark, 2007).
Gangguan pada telinga luar yang mengakibatkan gangguan pendengaran antara lain impaksi
kotoran telinga, infeksi, perforasi membran timpani, dan penyempitan atau ketiadaan (atresia)
liang telinga luar, dengan yang terakhir seringkali memiliki asal genetik. Gangguan di tengah
telinga yang mengakibatkan gangguan pendengaran antara lain infeksi (otitis media),
diskontinuitas rantai tulang pendengaran, kelainan kongenital, dan genetik gangguan yang
disebut otosklerosis, di mana stapes menjadi tetap jendela oval. Gangguan pada koklea yang
mengakibatkan gangguan pendengaran antara lain anoksia, inkompatibilitas faktor Rh prenatal,
trauma atau toksemia sebelum lahir atau saat lahir, infeksi virus, obat ototoksik, demam dan
penyakit sistemik, infeksi telinga tengah atau gangguan yang mungkin terjadi melibatkan koklea,
kebisingan, trauma kepala, respon autoimun di koklea, gangguan aliran darah ke koklea, labirinitis,
penyakit Meniere, dan penuaan (presbikusis).
Genetika, Koklea, dan Gangguan pendengaran
Di Amerika Serikat, kira-kira satu dari seribu anak memiliki gangguan pendengaran sejak
lahir; gangguan pendengaran ini dapat mencegah perkembangan bahasa yang normal.
Sekitar 50-60% dari anak-anak ini memiliki etiologi genetik untuk gangguan pendengaran
mereka. Untuk kehilangan genetik kelompok, sekitar 70% memiliki bentuk gangguan
pendengaran nonsyndromic (gangguan pendengaran tanpa manifestasi klinis terkait), dan
sekitar 30% memiliki sindrom genetik, di mana gangguan pendengaran adalah
karakteristik utama (Battey, 2003). Gangguan pendengaran genetik juga dapat timbul dari
mutasi yang terjadi dalam gen yang terletak di mitokondria sel koklea. Ada beberapa ratus
mitokondria di setiap sel dan mereka terlibat dalam menghasilkan energi melalui fosforilasi
oksidatif, mempertahankan spesies oksigen reaktif (ROS), dan jalur kematian sel.
Gangguan Pendengaran Akibat Bising
Kebisingan terus menerus yang intens di atas 115 dBA, atau kebisingan impuls pada saat ini
atau tingkat yang lebih tinggi dapat mengakibatkan kerusakan fisik stereocilia sel rambut,
perubahan aliran darah ke koklea, detasemen pilar sel, dan kerusakan fisik pada sel rambut bagian
dalam–sinapsis saraf VIII. Efek tambahan mungkin termasuk overstimulasi batin sel rambut,
menghasilkan kadar pemancar glutamat yang bersifat toksik untuk serat afferen (Henderson et al.,
2007). Tingkat kebisingan lebih rendah dari ini, bagaimanapun, masih bisa menekan koklea dan
mengakibatkan gangguan pendengaran melalui apoptosis atau kematian sel rambut. Dalam
kondisi tingkat tinggi paparan kebisingan, lebih banyak molekul pro-apoptosis memasuki
mitokondria di dalam sel rambut; molekul-molekul ini memulai caspase aktivitas enzim, secara
efektif menandakan jalur penghancuran diri untuk sel. Di masa mendatang, farmakogenetika dan
farmakogenomik dapat digunakan untuk menyediakan obat yang disesuaikan secara individual
untuk, katakanlah, membantu mencegah gangguan pendengaran akibat kebisingan.
Regenerasi Sel Rambut
Sejak penemuan bahwa unggas dapat menumbuhkan kembali sel-sel rambut fungsional
mengikuti gangguan pendengaran akibat kebisingan (Corwin dan Cotanche, 1988; Ryals dan
Rubel, 1988), banyak upaya telah dilakukan untuk meregenerasi sel-sel rambut di koklea
mamalia. Penyidik punya berusaha untuk memanipulasi siklus sel, diferensiasi sel, dan
sel induk untuk menghasilkan sel rambut baru di koklea mamalia. Kontrol siklus sel telah
berusaha untuk menghilangkan gen penekan tumor (melalui transgenik dan / atau
manipulasi genetik knockout) untuk memungkinkan pertumbuhan sel baru, meskipun
dengan sedikit keberhasilan.
Namun, pada kelainan genetik, anatomi, atau biokimia tertentu, regenerasi sel rambut
mungkin bukan pengobatan yang layak untuk gangguan pendengaran. Bisa jadi itu
pengobatan masa depan untuk etiologi gangguan pendengaran sensorineural tertentu
mungkin melibatkan kombinasi regenerasi sel rambut, obat pengobatan, dan alat bantu
dengar atau implan koklea (Li et al., 2004; Ryals et al., 2007).
Alat Bantu Pendengaran
(Re)habilitasi gangguan pendengaran sebagian besar terfokus pada perangkat seperti alat bantu
dengar. Saat ini, alat bantu dengar, melalui gain otomatis kontrol (AGC) kompresor sirkuit,
kompresi multiband diterapkan di band frekuensi yang berbeda, atau dinamis adaptif
pengoptimalan rentang, dapat membantu mengelola dinamika yang dikurangi rentang pendengar
dengan kehilangan sensorineural, tetapi tidak dapat pulih persepsi kenyaringan “normal”. Demikian
juga, alat bantu dengar tidak bisa mengembalikan selektivitas frekuensi normal atau struktur halus
temporal resolusi. Kemajuan telah dibuat untuk membantu pendengar memakai
alat bantu dengar memahami ucapan dalam kebisingan latar belakang melalui penggunaan
mikrofon terarah dan alat bantu dengar binaural; bekerja dengan algoritma pembatalan kebisingan
telah menunjukkan janji, tetapi terbatas sukses sampai saat ini (Moore, 2007).
Implan Koklea
Tujuan fungsional dari implan koklea adalah untuk melewati basilar membran dan sel-sel
rambut koklea dan sebaliknya elektrik merangsang serabut saraf aferen VIII yang tersisa.
Komponen dasar implan rumah siput meliputi mikrofon, digitalisasi prosesor suara,
pemancar frekuensi radio, dan implan penerima radio, sirkuit yang mengubah sinyal menjadi
listrik sinyal, dan stimulator yang mengaktifkan susunan elektroda yang dimasukkan
ke dalam telinga bagian dalam (Wilson, 2004; Zeng, 2004). Implan koklea upaya untuk
meniru selektivitas frekuensi dan fitur kompresi koklea. Implan memisahkan rangsangan
akustik menjadi 8-20 sinyal narrowband baik dengan filter analog atau digital.
Namun, postfi ltering mungkin sangat berbeda di antara implan. Strategi pemrosesan ucapan
sampai saat ini termasuk analog terkompresi (CA) atau stimulasi analog simultan (SAS), di
mana bentuk gelombang analog pita sempit dikirim ke tonotopikal elektroda yang tepat yang
secara langsung merangsang saraf pendengaran.
Thanks
Do you have any questions?
addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com