TGS MB Sanny-1
TGS MB Sanny-1
PEREKONOMIAN KELUARGA
DISUSUN OLEH
Kota Palembang, Sumatera Selatan merupakan kota yang padat pemukiman dan
penduduknya. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah penduduk Kota
Palembang pada 2020 adalah 1.668.164 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak
843.615 jiwa dan perempuan 837.759 jiwa.
BPS Kota Palembang mencatat angkatan kerja tahun 2020, dari keseluruhan jumlah tenaga
kerja yang ada di Kota Palembang. Penyerapan tenaga kerja perempuan yang bekerja adalah
51,53 sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja laki-laki yang bekerja adalah 79,58. Kondisi
ini menggambarkan bahwa Kota Palembang memiliki banyak penduduk perempuan yang
berstatus sebagai pekerja.
Pekerja perempuan yang bekerja di ranah publik umumnya berlandaskan pada motivasi yang
beragam, seperti faktor ekonomi misalnya. Perempuan pekerja biasanya merasakan
kemandirian yang terasah sehingga perempuan pekerja belajar menghadapi tantangan;
ekonomi, sosial dan budaya. Dengan bekerja, perempuan dapat meningkatkan status
sosialnya.
Pergeseran peran perempuan dari ranah domestik ke publik merupakan tanda penting dari
perkembanganrealitas sosial ekonomi, dan politik. Kesadaran perempuan semakin meningkat
terhadap peran non domestik. Hal tersebut terlihat dari adanya pergeseran aktivitas
perempuan yang bukan saja sebagai pelaksana terhadap pekerjaan rumah namun juga
perempuan telah berperan dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan bidang-bidang lain di
luar rumah tangga (Abdullah : 2003).
Perubahan peran perempuan dalam rumah tangga padadasarnya disebabkan oleh faktor
ekonomi dalam keluarga, seperti; penghasilan suami yang tidak dapat memenuhikebutuhan
hidup. Dengan demikian, dalam urusan mencari nafkah, perempuan tergerak untuk berperan
andil untuk mempertahankan ekonomi rumah tangga serta untuk mencukupi kebutuhan hidup
keluarga.
Bainar (1998: 264) menyatakan bahwa perkembangan zaman dan kondisi sosial ekonomi
kadang kala menyebabkan peranan seorang ibu bukan lagi hanya semata-mata sebagai ibu
rumah tangga, melainkan juga sebagai perempuan karir atau pekerja.
Hal yang menjadi penyebab perempuan melakukan pekerjaan mencari nafkah, diantaranya;
keharusan untuk bekerja,keinginan untuk memiliki barang-barang komersil, keadaan
ekonomi (misalnya akibat perceraian). (Wolfman (1989: 16). Sedangkan menurut Goode
(1993: 153), bahwa perempuan pekerja dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan
kehidupan keluarga, tentu saja hal iniatas pertimbangan ekonomi.
Dengan bekerja, perempuan akan merasakan keuntungan positif, seperti yang dikatakan
Munandar (1985 : 48) yaitu;
Konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Perempuan dikenal lemah, lembut, cantik,
emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa.
Ciri-ciri yang ditunjukan dalam konsep gender merupakan sifat-sifat yang dapat
dipertukarkan. Ada laki-laki yang emosional, lemah, lembut, dan keibuan, sementara itu juga
ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Penggolongan selanjutnya lebih kepada
bagaimana perempuan dan laki-laki menjalankan perannya masing-masing (Fakih, 1996 :
08).
Salah satu aspek pembagian kerja berdasarkan gender dalam rumah tangga, laki-laki
cenderung melakukan pekerjaan yang dibayar dan perempuan sebaliknya. Pekerjaan rumah
tangga yang dilakukan oleh perempuan sangat menguras tenaga, waktu dan membutuhkan
keterampilan. Sementara itu, keterlibatan peran laki-laki dalam kegiatan domestik masih
sangat jarang, sebab kebanyakan laki-laki diasosiasikan dalam peran mencari nafkah saja
(Kesselmen, Amy dkk. : 1999).
Studi perempuan yang mengkaji relasi gender di berbagai masyarakat dunia, pada umumnya
sependapat bahwa terjadi ketidakadilan dalam hubunggan gender. Ketidakadilan gender yang
dialami oleh perempuan, (Mansour Fakih : 2007) yaitu;