Anda di halaman 1dari 3

Ketimpangan gender dalam sektor ekonomi

Pertumbuhan ekonomi meningkatkan kesempatan kerja namun tidak dengan sendirinya


mengurangi ketimpangan gender. Ketimpangan gender dalam bidang ketenagakerjaan
merupakan isu maupun permasalahan yang sering terjadi. Ketimpangan gender dalam ekonomi
menyebabkan hambatan maupun dapat merugikan pertumbuhan ekonomi. Rendahnya
pendidikan disimpulkan menjadi salah satu penyebab menghambat pertumbuhan ekonomi,
rendahnya pendidikan juga menjadikan kurangnya kesadaran masyarakat dalam isu gender yang
terjadi. Polemik lainnya yang masih banyak ditemukan ialah berkaitan dengan peran perempuan
dalam hal pendapatan. Perempan mempunyai keterbatasan dalam perekonomian karena adanya
diskriminasi gender di masyarakat luas. Dalam sektor ekonomi, masyarakat beranganggapan
bahwa perempuan tidak harus bekerja apalagi jika sudah bersuami. Hal tersebut menjadikan
ketimpangan yang terjadi dalam sektor ekonomi, Pemerataan kesempatan dalam sektor
pendidikan dan pekerjaan bagi setiap gender memberikan dampak positif bagi kemampuan
bersaing suatu negara/wilayah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan diproksi dengan rata-rata lama sekolah laki-laki, secara implisit mengasumsikan
bahwa peningkatan rasio rata-rata lama sekolah perempuan terhadap laki-laki dengan
memperluas kesempatan pendidikan kepada perempuan, tidak akan mengurangi pendidikan laki-
laki (karena rata-rata lama sekolah laki-laki dianggap tetap). Rasio rata-rata lama sekolah
perempuan terhadap laki-laki signifikan positif memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Stereotype
peran perempuan yang menempatkan mereka pada tuntutan untuk tetap memerankan tugas
domestik, peran ganda. Sedangkan lelaki ditempatkan sebagai pekerja nafkah dan pekerja publik.
Akibatnya banyak perempuan yang bekerja di lingkup rumahtangga atau di lahan pertanian milik
keluarga, menganggap pekerjaannya sebagai perpanjangan pekerjaan domestik yang biasa
mereka lakukan (Hubies, 2010). Ketika masuk dalam dunia kerja, berbagai faktor berkontribusi
terhadap ketimpangan gender dalam pasar kerja yang dapat dilihat di berbagai belahan dunia
termasuk Indonesia. Relatif lebih tingginya partisipasi angkatan kerja laki-laki dibanding
perempuan, misalnya, merefleksikan tanggung jawab dalam mencari nafkah yang dibebankan
pada laki-laki di sebagian besar negara sesuai dengan budayanya. Sementara itu, sebagian besar
masyarakat menilai bahwa tanggung jawab utama terkait pekerjaan domestik tanpa upah
merupakan domain bagi perempuan dan anak perempuan. Perempuan dalam hal ekonomi
biasanya ditempatkan di bawah laki-laki dikarenakan mereka menganggap bahwa perempuan
tidak bisa mengerjakan tugas laki-laki.

Ketimpangan gender inilah yang dapat menyebabkan kurang majunya perekonomian di


Indonesia. Seguino (2008) menyatakan bahwa perluasan kesempatan pekerjaan bagi setiap
gender memberikan dampak positif bagi kemampuan bersaing suatu negara dalam perdagangan
internasional. Kesempatan kerja yang besar bagi perempuan juga akan meningkatkan bargaining
power mereka dalam keluarga dalam pengambilan keputusan (baik sebagai istri atau anak dalam
keluarga maupun sebagai warga negara dalam konteks masyarakat/negara). Harusnya
ketimpangan gender yang terjadi dalam sektor ekonomi menjadi perhatian penting bagi seluruh
lapisan masyarakat luas. Masyarakat harusnya lebih menyadari bahwa peranan perempuan dalam
sektor ekonomi juga memiliki peranan yang sama dengan pihak laki-laki. Kesetaraan gender
membantu meningkatkan produktivitas pekerja. Membaiknya kesetaraan gender dapat membuat
pasar tenaga kerja menjadi lebih kompetitif.

Seiring dengan menurunnya kesenjangan dalam pendidikan di sejumlah negara, ternyata


ketimpangan gender dalam ketenagakerjaan menjadi penting. Meskipun pada era yang modern
ini, peran perempuan tidak terlepas dari peran tradisionalnya. Peran tradisionalnya perempuan
masih saja dikaitkan dengan berbagai peran non-ekonomi yang mana hanya berputar pada segala
peran rumah tangga seperti mengasuh anak, memasak, dan berbagai hal yang berhubungan
dengan rumah. Seharusnya hal tersebut tidak lagi menjadi tugas yang melekat pada perempuan
lagi, peran laki-laki juga harusnya bisa berkutat pada seputar hal tersebut. Harusnya masyarakat
tidak aneh lagi pada peran perempuan yang berputar pada lingkup ekonomi dan dapat menjadi
salah satu pilar untuk kemajuan ekonomi, tidak hany itu saja masyakat maupun pemerintah
masih ada hambatan secara institusi maupun sosial budaya yang mana itu menjadikan
ketimpangan gender dalam hal ekonomi selalu menjadi permasalahan yang tidak ada habisnya
untuk di bahas.
Referensi

Adika, D. D., & Rahmawati, F. (Oktober 2021). Analisis Indikator Ketimpangan Gender dan
Relevansinya terhadao Pertumbuhan ekonomi Inklusif di Indonesia. Ecoplan Vol. 4 No.
2, 151-162.

Rahmawati, F., & Adika, N. D. (n.d.). Analisis Ketimpangan Gender dan Relevansinya e.

Said, A., Ayuni, S., & Budiati, I. (2016). Statistik Gender Tematik-Potret Ketimpangan
Gender Dalam Ekonomi . Jakarta: CV. Lintas Khatulistiwa.

Sitorus, A. V. (Januari-April 2016). Dampak Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Di Indonesia. Sosio Informan Vol. 2, No 01 , 89-100.

Tuwu, D. (Mei 2018). Peran Pekerja Perempuan Dalam Memenuhi Ekonomi Keluarga: Dari
Peran Domestik Menuju Sektor Publik. Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian Vol. 13,
No. 1, 63-72.

Anda mungkin juga menyukai