BJT Umum tmk3-PDGK4407
BJT Umum tmk3-PDGK4407
TUGAS 3
Penting untuk memahami bahwa setiap individu tunadaksa memiliki kebutuhan yang
unik, dan pendekatan pengembangan keterampilan memelihara diri harus disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Dalam beberapa kasus, terapi
fisik, terapi okupasi, atau dukungan rehabilitasi lainnya mungkin diperlukan untuk
membantu penyandang tunadaksa mencapai tingkat kemandirian yang optimal dalam
keterampilan memelihara diri.
2. Gangguan emosi dan perilaku atau sering disebut tunalaras adalah salah satu tipe
kebutuhan khusus. Salah satu aspek yang terganggu pada anak tunalaras adalah aspek
akademik. Berilah penjelasan dan contoh bentuk problem/gejala perilaku dari aspek
tersebut pada konteks pendidikan atau pembelajaran.
Jawab :
Gangguan emosi dan perilaku, yang juga dikenal sebagai tunalaras, dapat
mempengaruhi aspek akademik anak-anak. Anak-anak dengan tunalaras sering
mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial, mengatur emosi, serta mengontrol
perilaku mereka. Hal ini dapat berdampak negatif pada pembelajaran dan pencapaian
akademik mereka. Berikut adalah beberapa contoh bentuk masalah perilaku yang
mungkin terjadi pada aspek akademik dalam konteks pendidikan:
Dalam konteks pendidikan, penting bagi pendidik dan orang tua untuk menyadari dan
memahami gejala-gejala ini.
Penting untuk diingat bahwa setiap anak dengan kesulitan belajar matematika mungkin
mengalami kombinasi karakteristik ini secara berbeda. Mengenali dan memahami
karakteristik-karakteristik ini dapat membantu guru dan orang tua memberikan
dukungan yang sesuai untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam kemampuan
berhitung atau matematika anak tersebut
4. Identifikasi dan asesmen merupakan kegiatan awal dalam alur layanan pendidikan
untuk anak berkebutuhan khusus. Jelaskan pengertian dan sebutkan minimal 3 teknik
pengumpulan data serta contoh datanya dalam identifikasi dan asesmen.
Jawab :
Identifikasi dan asesmen adalah dua kegiatan awal yang penting dalam alur layanan
pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
pengertian keduanya beserta contoh teknik pengumpulan data yang dapat digunakan:
1) Identifikasi:
Identifikasi adalah proses mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memiliki
kebutuhan khusus atau masalah pembelajaran. Hal ini melibatkan pengumpulan
informasi awal untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kebutuhan khusus pada
anak tersebut. Beberapa contoh teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam
identifikasi adalah:
a. Observasi: Pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap perilaku dan
keterampilan anak. Misalnya, mengamati interaksi sosial, tingkat konsentrasi, atau
respons terhadap stimulus tertentu.
b. Wawancara: Intervensi langsung dengan orang tua, guru, atau petugas pendidikan
yang berinteraksi dengan anak. Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan
panduan pertanyaan yang terstruktur atau bersifat terbuka untuk mendapatkan
informasi tentang perkembangan anak.
c. Pemeriksaan medis dan riwayat kesehatan: Mengumpulkan data medis dan riwayat
kesehatan anak untuk mencari tanda-tanda kondisi kesehatan tertentu yang dapat
memengaruhi kemampuan belajarnya. Contohnya meliputi informasi tentang
riwayat penyakit, perkembangan fisik, atau riwayat pengobatan.
2) Asesmen:
Asesmen adalah proses yang lebih mendalam untuk mengevaluasi kemampuan,
kebutuhan, dan karakteristik individu anak berkebutuhan khusus. Hal ini dilakukan
untuk menyediakan dasar informasi yang lebih komprehensif dan mendetail, sehingga
dapat membantu merancang program pendidikan yang sesuai. Beberapa contoh teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan dalam asesmen adalah:
a. Tes formal: Menggunakan instrumen tes yang telah diuji dan dinilai secara ilmiah
untuk mengukur kemampuan intelektual, kemampuan akademik, keterampilan
motorik, dan aspek lainnya yang relevan. Contohnya seperti tes IQ, tes membaca,
atau tes keterampilan sosial.
c. Pengamatan kelas: Melibatkan pengamatan langsung oleh seorang ahli atau guru
yang terlatih terhadap interaksi anak dengan guru dan teman sebaya. Data yang
dikumpulkan dapat berupa tingkat partisipasi, interaksi sosial, atau respons terhadap
instruksi.
5. Silakan temukan anak yang menunjukkan gejala kebutuhan khusus dengan melakukan
pengamatan di kelas atau kasus tumbuh kembang atau kebutuhan khusus pada anak
dari usia 6 sampai 15 tahun yang bisa ditemukan di media massa (media sosial, koran,
televisi, dan sebagainya). Kemudian lakukan identifikasi sesuai prosedurnya dan
dilanjutkan dengan asesmen. Susunlah laporan sederhana dari hasil identifikasi dan
asesmen lalu silahkan menyusun rancangan PPI sederhana untuk diterapkan pada anak
dalam kasus tersebut.
Jawab :
Laporan Sederhana: Identifikasi dan Asesmen Kebutuhan Khusus pada Anak
Identifikasi: Berikut ini adalah contoh laporan sederhana hasil identifikasi seorang anak
dengan gejala kebutuhan khusus, berdasarkan informasi yang disediakan oleh orang tua
atau caregiver, atau berita yang ditemukan di media massa:
Anak: Nama anak Usia: 6-15 tahun Gejala: Kesulitan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi sosial, perilaku yang berulang-ulang atau stereotipik, minat yang terbatas,
sensitivitas sensorik yang berlebihan.
Asesmen: Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam asesmen anak
dengan kebutuhan khusus:
1. Observasi dan wawancara: Amati perilaku anak di lingkungan sekolah, rumah, atau
tempat lain yang relevan. Wawancarai orang tua, guru, dan ahli lain yang terlibat
dalam perawatan atau pendidikan anak.
2. Penggunaan instrumen: Gunakan alat penilaian yang sesuai, seperti kuesioner atau
skala perilaku, untuk mengumpulkan data tentang perilaku, kemampuan sosial,
komunikasi, dan sensitivitas sensorik anak.
3. Evaluasi perkembangan: Tinjau pencapaian perkembangan anak dalam berbagai
area seperti bahasa, motorik, kognitif, dan sosial-emosional. Bandingkan
kemampuan anak dengan milestone perkembangan yang biasa terjadi pada anak
seusianya.
4. Konsultasi dengan profesional: Melibatkan ahli terkait, seperti psikolog, psikiater,
terapis wicara, terapis perilaku, atau ahli terapi lainnya untuk melakukan penilaian
lebih lanjut dan memberikan panduan tentang intervensi yang tepat.
Rancangan PPI Sederhana: Berdasarkan informasi yang diperoleh dari identifikasi dan
asesmen, berikut ini adalah contoh rancangan PPI sederhana untuk anak dengan
kebutuhan khusus:
1. Komunikasi:
• Melibatkan terapis wicara untuk membantu meningkatkan kemampuan
komunikasi anak melalui terapi bahasa dan komunikasi.
• Menggunakan visual aids seperti gambar, papan pesan, atau aplikasi komunikasi
alternatif jika anak kesulitan berbicara.
2. Interaksi sosial:
• Menggunakan pendekatan terstruktur dalam interaksi sosial anak, seperti
melibatkan anak dalam permainan kelompok yang terpimpin oleh seorang ahli
atau terapis.
• Mendorong interaksi sosial melalui program inklusi di sekolah atau kegiatan
ekstrakurikuler yang melibatkan anak dengan anak-anak lainnya.
3. Perilaku:
• Menggunakan pendekatan terapi perilaku yang sesuai untuk mengelola perilaku
yang berulang-ulang atau stereotipik, seperti Applied Behavior Analysis (ABA).
• Memberikan aturan dan struktur yang jelas dalam rutinitas sehari-hari untuk
membantu anak mengatur perilakunya.
4. Sensitivitas sensorik:
• Menyesuaikan lingkungan fisik di sekolah atau di rumah agar sesuai dengan
kebutuhan sensorik anak, seperti mengurangi kebisingan, menyediakan area yang
tenang, atau menggunakan alat bantu sensorik jika diperlukan.
• Melibatkan terapis okupasi untuk memberikan terapi sensorik yang sesuai untuk
membantu anak mengelola sensasi yang berlebihan atau kurangnya respons
terhadap rangsangan sensorik.
PPI (Program Penyuluhan dan Intervensi) ini dirancang sebagai panduan umum.
Penting untuk berkonsultasi dengan para profesional yang berkualifikasi untuk
menyesuaikan intervensi sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik unik anak tersebut.