Sunnah Yang Dianjurkan Pada Saat Idul Fitri
Sunnah Yang Dianjurkan Pada Saat Idul Fitri
Pada momentum Idul Fitri, tentunya ada keutamaan- mandi di hari Idul Fitri sebelum ia berangkat pagi-pagi
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa dari “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fitri dan
ْل َّل ٌة ْل َّل
َك اَن ِللَّن ِبِّي َص ى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َم ُجَّب َي َب ُس َه ا ِل ِعْيَد ْي ِن َو َي ْو ِم
sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan
pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu
الُجُمَعِة kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau
menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki jubah
Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits
khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fitri dan Idul
ini hasan)
Adha, juga untuk digunakan pada hari Jum’at.” (HR.
Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya, 1765)
Untuk shalat Idul Fithri disunnahkan untuk makan 4- Bertakbir dari rumah menuju tempat shalat
sebelum keluar rumah dikarenakan adanya larangan
berpuasa pada hari tersebut dan sebagai pertanda pula Ketika puasa Ramadhan telah sempurna, kita
bahwa hari tersebut tidak lagi berpuasa. diperintahkan untuk mensyukurinya dengan
memperbanyak takbir. Allah Ta’ala berfirman,
Ibnu Hajar rahimahullah dalam Al-Fath (2: 446)
menyatakan bahwa diperintahkan makan sebelum َو ِلُتْك ِم ُل وا اْلِع َّدَة َو ِلُتَك ِّب ُروا َهَّللا َع َلى َم ا َه َد اُك ْم َو َلَع َّلُك ْم
shalat Idul Fithri adalah supaya tidak disangka lagi ada َت ْشُك ُروَن
tambahan puasa. Juga maksudnya adalah dalam
rangka bersegera melakukan perintah Allah. “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-
ْط
َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم ال َي ْغ ُد و َي ْو َم اْل ِف ِر
Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185).
َو َي ْأُك ُلُهَّن ِو ْت ًر ا.. َح َّت ى َي ْأُك َل َت َمَر اٍت Dalam suatu riwayat disebutkan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar َك اَن َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َي ْخ ُرُج َي ْو َم الِفْط ِر َفُيَك ِّب ُر َح َّت ى َي ْأِتَي
pada hari Idul Fitri (ke tempat shalat, pen.) sampai
المَص َّلى َو َح َّت ى َي ْق ِض َي الَّص َالَة َف ِإَذ ا َقَض ى الَّص َالَة ؛ َق َط َع
beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau
memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. الَّتْك ِبْي َر
Bukhari, no. 953)
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak
shalat pada hari raya Idul Fithri sambil bertakbir sampai
di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan.
Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-
bertakbir.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Nya).
Al-Mushannaf 2/1/2. Hadits ini mursal dari Az-Zuhri
Kalau lafazh di atas takbir “Allahu Akbar” ditemukan
namun memiliki penguat yang sanadnya bersambung.
sebanyak dua kali. Dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah
Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 171. Syaikh
pula disebutkan dengan sanad yang sama dengan
Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih)
penyebutan tiga kali takbir. (Lihat Fatwa Al-Islam Sual
wa Jawab, no. 36442)
Ibnu Syihab Az-Zuhri menyatakan bahwa kaum
Artinya di sini, dua atau tiga kali takbir sama-sama
muslimin ketika itu keluar dari rumah mereka sambil
boleh.
bertakbir hingga imam hadir (untuk shalat ied, pen.)
Syaikhul Islam menerangkan bahwa jika seseorang
Takbir yang diucapkan sebagaimana dikeluarkan oleh
mengucapkan “Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu
Sa’id bin Manshur dan Ibnu Abi Syaibah, bahwasanya
akbar”, itu juga diperbolehkan. (Majmu’ah Al-Fatawa,
Ibnu Mas’ud bertakbir,
24: 220)
ُهللا َأْك َب ُر ُهللا َأْك َب ُر َال ِإَل َه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َأْك َب ُر ُهللا َأْك َب ُر Disyari’atkan bertakbir dilakukan oleh setiap orang
dengan menjaherkan (mengeraskan) bacaan takbir. Ini
َو ِهلل الَح ْم ُد berdasarkan kesepakatan empat ulama madzhab.
(Majmu’ah Al-Fatawa, 24: 220)
artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan
5- Saling mengucapkan selamat (at-tahniah) Imam Ahmad rahimahullah berkata,.
Termasuk sunnah yang baik yang bisa dilakukan di hari َت َقَّب َل ُهَّللا ِم َّن ا: َو اَل َب ْأَس َأْن َي ُقوَل الَّر ُجل ِللَّر ُج ِل َي ْو َم اْلِعيِد
Idul Fitri adalah saling mengucapkan selamat. Selamat
di sini baiknya dalam bentuk doa seperti dengan
َو ِم ْن ك
ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum” (semoga
“Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama
Allah menerima amalan kami dan kalian). Ucapan
lain di hari raya ‘ied mengucapkan: Taqobbalallahu
seperti itu sudah dikenal di masa salaf dahulu.
minna wa minka.” (Al-Mughni, 2: 250)
َك اَن َأْص َح اُب َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى: فعن ُج َب ْي ِر ْب ِن ُنَفْي ٍر َقاَل Namun ucapan selamat di hari raya sebenarnya
tidak diberi aturan ketat di dalam syari’at kita.
: ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم ِإَذ ا ِاْلَتَقْو ا َي ْو َم اْلِعيِد َي ُقوُل َب ْع ُضُهْم ِلَب ْع ٍض Ucapan apa pun yang diutarakan selama maknanya
َت َقَّب َل ُهَّللا ِم َّن ا َو ِم ْن ك tidak keliru asalnya bisa dipakai. Contoh ucapan di hari
raya ‘ied:
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para
‘Ied mubarak, semoga menjadi ‘ied yang penuh
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
berkah.
sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fitri atau Idul
Minal ‘aidin wal faizin, semoga kembali dan meraih
Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan,
kemenangan.
“Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah
menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Kullu ‘aamin wa antum bi khair, moga di sepanjang
Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath tahun terus berada dalam kebaikan.
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang
َع ْن َج اِبٍر َق اَل َك اَن الَّن ِبُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِإَذ ا lebih tahu.”
َك اَن َي ْو ُم ِع يٍد َخ اَلَف الَّط ِر يَق Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِإَّن َأْخ َب اَر َه ا َأْن َت ْش َه َد َع َلى ُك ِّل َع ْبٍد َأْو َأَم ٍة ِبَم ا َع ِم َل َع َلى
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di hari َظ ْه ِر َه ا َأْن َت ُقوَل َع ِمَل َك َذ ا َو َك َذ ا َي ْو َم َك َذ ا َو َك َذ ا َق اَل َف َه ِذِه
ied (ingin pergi ke tempat shalat, pen.), beliau َأْخ َب اُر َه ا
membedakan jalan antara pergi dan pulang. (HR.
Bukhari, no. 986) “Sesungguhnya yang diberitakan oleh bumi adalah
Di antara hikmah kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa bumi jadi saksi terhadap semua perbuatan manusia,
sallam membedakan antara jalan pergi dan pulang baik laki-laki maupun perempuan yang telah mereka
adalah agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi perbuat di muka bumi. Bumi itu akan berkata, “Manusia
bagi kita ketika beramal. Allah Ta’ala berfirman, telah berbuat begini dan begitu, pada hari ini dan hari
َي ْو َمِئٍذ ُتَح ِّد ُث َأْخ َب اَر َه ا itu.” Inilah yang diberitakan oleh bumi. (HR. Tirmidzi no.
2429. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Al- gharib. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad
Zalzalah : 4) hadits ini dha’if. Namun hadits ini punya penguat dalam
Al-Kabir karya Ath-Thabrani 4596, sehingga hadits ini
dapat dikatakan hasan sebagaimana kesimpulan dari
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaliy dalam Bahjah An-
Nazhirin, 1: 439)
Akhirul Kalam,
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamiththoriq
Wassalamualaikum Wr Wb