SHOLAT Ied
SHOLAT Ied
pada ‘Ali mengenai mandi. ‘Ali menjawab, “Mandilah setiap hari jika
kamu mau.” Orang tadi berkata, “Bukan. Maksudku, manakah mandi
yang dianjurkan?” ‘Ali menjawab, “Mandi pada hari Jum’at, hari
‘Arafah, hari Idul Adha dan Idul Fithri.” (HR. Al-Baihaqi, 3: 278. Syaikh
Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat Al-Irwa’, 1:
177)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mempermasalahkan Untuk shalat Idul Fithri disunnahkan untuk makan sebelum keluar rumah
berpenampilan bagus di hari Idul Fithri. Yang jadi masalah dalam cerita dikarenakan adanya larangan berpuasa pada hari tersebut dan sebagai
hadits di atas adalah jenis pakaian yang ‘Umar beli yang terbuat dari pertanda pula bahwa hari tersebut tidak lagi berpuasa.
sutera.
Ibnu Hajar rahimahullah dalam Al-Fath (2: 446) menyatakan bahwa
Ada juga riwayat dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, diperintahkan makan sebelum shalat Idul Fithri adalah supaya tidak
disangka lagi ada tambahan puasa. Juga maksudnya adalah dalam rangka
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُجبَّةٌ يَ ْلبَ ُسهَا لِ ْل ِع ْي َدي ِْن َويَ ْو ِم ال ُج ُم َع ِة
َ ان لِلنَّبِ ِّي
َ َك bersegera melakukan perintah Allah.
ط ِر َحتَّى ْ ِ الَ يَ ْغ ُدو يَ ْو َم ْالف-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا َ َك َ َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هَّللا َ َعلَى َما هَ َدا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكر
ُون
يَْأ ُك َل َوالَ يَْأ ُك ُل يَ ْو َم اَألضْ َحى َحتَّى يَرْ ِج َع فَيَْأ ُك َل ِم ْن ُأضْ ِحيَّتِ ِه
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185).
pada hari Idul Fithri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu.
Dalam suatu riwayat disebutkan,
ط ِر فَيُ َكبِّ ُر َحتَّى يَْأتِ َي
ْ ِصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْخ ُر ُج يَ ْو َم الف
َ انَ َك Syaikhul Islam menerangkan bahwa jika seseorang mengucapkan
“Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar”, itu juga diperbolehkan.
صالَةَ ؛ قَطَ َع التَّ ْكبِ ْي َر َّ ضى ال َ َصالَةَ فَِإ َذا ق َّ ض َي ال ِ صلَّى َو َحتَّى يَ ْقَ الم (Majmu’ah Al-Fatawa, 24: 220)
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari Disyari’atkan bertakbir dilakukan oleh setiap orang dengan menjaherkan
raya Idul Fithri sambil bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat (mengeraskan) bacaan takbir. Ini berdasarkan kesepakatan empat ulama
hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti madzhab. (Majmu’ah Al-Fatawa, 24: 220)
dari bertakbir.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-
Mushannaf 2/1/2. Hadits ini mursal dari Az-Zuhri namun memiliki 5- Saling mengucapkan selamat (at-tahniah)
penguat yang sanadnya bersambung. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-
Shahihah, no. 171. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini Termasuk sunnah yang baik yang bisa dilakukan di hari Idul Fithri
shahih) adalah saling mengucapkan selamat. Selamat di sini baiknya dalam
bentuk doa seperti dengan ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum”
Ibnu Syihab Az-Zuhri menyatakan bahwa kaum muslimin ketika itu (semoga Allah menerima amalan kami dan kalian). Ucapan seperti itu
keluar dari rumah mereka sambil bertakbir hingga imam hadir (untuk sudah dikenal di masa salaf dahulu.
shalat ied, pen.)
Namun kalau kita lihat dari keumuman ayat Surat Al-Baqarah ayat 185
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ِ ان َأصْ َحابُ َرس
َ ِ ُول هَّللا َ َك: فعن ُجبَي ِْر ب ِْن نُفَي ٍْر قَا َل
yang menunjukkan perintah bertakbir itu dimulai sejak bulan Ramadhan تَقَبَّ َل هَّللا ُ ِمنَّا َو ِم ْنك: ْض ُ َو َسلَّ َم ِإ َذا اِ ْلتَقَ ْوا يَ ْو َم ْال ِعي ِد يَقُو ُل بَ ْع
ٍ ضهُ ْم لِبَع
sudah berakhir, berarti takbir Idul Fithri dimulai dari malam Idul Fithri
hingga imam datang untuk shalat ‘ied. Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau
Takbir yang diucapkan sebagaimana dikeluarkan oleh Sa’id bin Manshur Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu
dan Ibnu Abi Syaibah, bahwasanya Ibnu Mas’ud bertakbir, minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al
Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath Al-
هللاُ َأ ْكبَ ُر هللاُ َأ ْكبَ ُر الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْكبَ ُر هللاُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ال َح ْم ُد Bari, 2: 446)
kemenangan.
Kullu ‘aamin wa antum bi khair, moga di sepanjang tahun terus
ِإ َّن َأ ْخبَا َرهَا َأ ْن تَ ْشهَ َد َعلَى ُكلِّ َع ْب ٍد َأ ْو َأ َم ٍة بِ َما َع ِم َل َعلَى ظَه ِْرهَا َأ ْن
berada dalam kebaikan. تَقُو َل َع ِم َل َك َذا َو َك َذا يَ ْو َم َك َذا َو َك َذا قَا َل فَهَ ِذ ِه َأ ْخبَا ُرهَا
Selamat Idul Fithri 1437 H.
Sugeng Riyadi 1437 H (selamat hari raya) dalam bahasa Jawa. “Sesungguhnya yang diberitakan oleh bumi adalah bumi jadi saksi
terhadap semua perbuatan manusia, baik laki-laki maupun perempuan
Ucapan selamat di atas biasa diucapkan oleh para salaf setelah shalat yang telah mereka perbuat di muka bumi. Bumi itu akan berkata,
‘ied. Namun jika diucapkan sebelum shalat ‘ied pun tidaklah bermasalah. “Manusia telah berbuat begini dan begitu, pada hari ini dan hari itu.”
(Lihat bahasan Fatwa Islam Web 187457) Inilah yang diberitakan oleh bumi. (HR. Tirmidzi no. 2429. Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al-Hafizh Abu Thahir
6- Melewati jalan pergi dan pulang yang berbeda mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Namun hadits ini punya
penguat dalam Al-Kabir karya Ath-Thabrani 4596, sehingga hadits ini
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, dapat dikatakan hasan sebagaimana kesimpulan dari Syaikh Salim bin
‘Ied Al-Hilaliy dalam Bahjah An-Nazhirin, 1: 439)
َ ان النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِإ َذا َك
ان يَ ْو ُم ِعي ٍد َ َع ْن َجابِ ٍر قَا َل َك Semoga bermanfaat. Yuk amalkan!
َ ف الطَّ ِري
ق َ ََخال
Semoga hari ied kita penuh berkah, taqabbalallahu minna wa minkum,
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi kullu ‘aamin wa antum bi khair.
wa sallam ketika berada di hari ied (ingin pergi ke tempat shalat, pen.),
beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang. (HR. Bukhari, no.
986)
Rasul lalu bertanya, “Apakah kalian tahu apa yang diceritakan oleh
bumi?”
Waktu mustajab berdoa menjelang berbuka puasa….
Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”