Anda di halaman 1dari 1

HUKUM TERAPAN BURHANI

Menurut al-Jabiri, epistemologi burhani merupakan cara berpikir masyarakat Arab yang
bertumpu pada kekuatan natural manusia, yaitu pengalaman empirik dan penilaian akal, dalam
mendapatkan pengetahuan tentang segala sesuatu. Sebuah pengetahuan bertumpu pada hubungan
sebab akibat1. Burhani adalah kerangka berfikir yang tidak didasarakan atas teks suci,intuisi, maupun
pengalaman spritual melainkan berdasarkan seperangkat kemampuan intelektual manusia termasuk
panca indra, pengalaman, daya rasional serta keruntutan logika atau argument yang logis. Nalar
Burhani juga dapat dilihat dari daya rasio ini yang akan mengevaluasi dan mengambil Keputusan
yang berdasarkan informasi atas pengumpulan dari panca Indera, atau bisa juga kebenaran dalam
spekulatif metodologi ini persis seperti yang diperagakan oleh metode keilmuan yunani yang
landasanya murni pada cara kerja empirik.
Lalu menurut Ibnu Mansyur, kata al-Burhan dalam bahasa Arab berarti argumentasi yang
jelas dan pasti secara epistemologis. Selanjutnya kata tersebut disesuaikan dengan terminologi logika
untuk menunjukkan makna dari proses penalaran yang menentukan baik atau tidaknya suatu
argumentasi. . benar atau tidaknya menurut penalaran, terutama dari sudut pandang bagaimana
kebenaran dihubungkan antar proposisi. Metode Burhan, menurut al-Jabir, hanya didasarkan pada
totalitas kemampuan intelektual manusia, meliputi panca indera, pengalaman, dan daya rasional. ,
menjelajahi alam semesta dan bahkan menciptakan kebenaran yang didalilkan 2.

Jika dibandingkan, cara berpikir Burhani sangat berbeda dari Bayani. Cara berpikir
Bayani secara apriori telah menjadikan wahyu (al-Qur'an dan Sunnah) yang dikemas dalam
bahasa dan wacana keagamaan sebagai sumber pembelajaran. Selain itu, Ibnu Bajjah
menyatakan bahwa penalaran Burhani (rasional) berbeda dari penalaran Jadali (dialektika),
yang mengandalkan pengalaman langsung sebagai landasan. Penalaran Jadali meyakinkan
lawan dengan menunjukkan kebenaran atau ketidakbenaran ajaran tertentu, terlepas dari
kebenaran pemikiran itu sendiri. Juga berbeda dengan “nalar Irfani” yang mengandalkan
pengalaman langsung sebagai landasan Selain itu. Tujuan dari penalaran Burhani adalah
untuk menentukan suatu kebenaran—pengetahuan yang dapat dipercaya dan meyakinkan,
atau "sains" menurut istilah Aristoteles—dengan mengkaji faktor-faktor yang bertanggung
jawab atas tema-tema yang dipelajarinya. Fakta bahwa Burhani menggunakan penalaran logis
atau silogisme dengan premis-premis "benar, primer, dan perlu" membawa dia ke
kesimpulan3
(Mubin, 2020b, hlm. 10).

1
Abed al-Jabiri, “Bunyah al-Aql al-Arabi” , (Beirut: Markaz Dirasat al-Wihdah al-Arabiah), hlm 21
2
Hadikusuma, W. Epistemologi Bayani, Irfani dan Burhani Al-Jabiri dan Relevansinya Bagi Studi Agama Untuk
Resolusi Konflik dan Peacebuilding , (jurnal ilmiah Syi’ar ,18 (01) : 2018).
3
Mubin, F. , “Nalar Bayani Irfani dan Burhani dan Implikasinya Terhadap Keilmuan Pesantren [Preprint]” ,
(Open Science Framewor : 2020) , hal. 10.

Anda mungkin juga menyukai