Anda di halaman 1dari 2

NOTULENSI

PENELITIAN UNGGULAN AIRLANGGA 2024


TOWARD GOOD AMIL GOVERNANCE AS A CATALYST OF WELL BEING

Agenda : Indepth Interview


Waktu : Jumat, 16 Februari 2024

Pak Dian Berkah – Akademisi Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Pengurus


LAZISMU
1. LAZISMU saat ini mengutamakan gaji untuk eksekutif, sedangkan pengurus tidak
mendapatkan gaji, namun mendapatkan bagian ketika berhasil melakukan fundraising
2. Kesejahteraan amil tidak harus menggantungkan dari bagian 12.5%, Lembaga Zakat
harus memiliki unit usaha untuk menopang operasional lembaga. LAZISMU memiliki
koperasi bernama SAMIL
3. Person (orang) yang menempati posisi eksekutif sangat penting untuk menentukan
keberlanjutan Lembaga Zakat. Memperkuat posisi eksekutif menjadi kunci penting dalam
sisi fundraising.
4. Dana sosial Islam (zakat, infak, sedekah) harus diinvestasikan dalam usaha tertentu untuk
menyokong operasional dan menumbuhkan dana baru untuk dimanfaatkan
5. Harus ada Sistem Informasi Manajemen (SIM) untuk mempercepat dan sebagai upaya
transparansi penggajian amil
6. Gaji eksekutif di LAZISMU belum layak
7. Keterikatan LAZISMU dengan Ormas Muhammadiyah menjadi keuntungan sendiri
sebagai backup bagi LAZISMU
8. Jenjang karir di LAZISMU wilayah hanya eksekutif, manajer, dan staff
9. LAZISMU tidak hanya social oriented tetapi juga entreprenur oriented
10. Tingginya penghimpunan amil juga ditentukan oleh faktor alam, seperti adanya bencana
alam, dan lain-lain
11. Panduan payung hukum amil bisa didasarkan atas UU Zakat, Fatwa MUI, dan lain-lain
12. Kewajiban Lembaga Zakat untuk amilnya adalah memenuhi kebutuhan dasarnya
13. Lembaga Zakat bisa mengambil bagian dari ashnaf lain seperti fii sabilillah, dll apabila
dibutuhkan untuk meningkatkan gaji amil, ketika penghimpunan rendah dan tidak ada
ashnaf lain tidak ada pendistribusian
14. Pemerintah sudah cukup andil dalam memberikan keleluasaan terhadap Lembaga Zakat
dengan memberikan izin pendirian Lembaga Zakat. Namun, tetap harus ada peran dari
pemerintah dalam memberikan kebijakan untuk seluruh amil yang diakomodir dengan
lembaga pemerintah lain, seperti integrasi program zakat dan program di dinas sosial, dan
lain sebagainya yang dapat diintegrasikan.
15. Inovasi amil dan komunikasi sangat penting untuk menentukan keberlanjutan Lembaga
Zakat
16. LAZISMU melibatkan pimpinan yang berasal dari pimpinan perusahaan dan mengerti
tentang bisnis

Pak Nana Sudiana – Inisiatif Zakat Indonesia (IZI)


1. Secara umum, model kesejahteraan amil di IZI sudah cukup baik karena memerhatikan
sisi tangibel dan intangibel pegawainya
2. Sisi tangibel mencakup gaji, pensiun, fasilitas, insentif, dan THR. Dibandingkan lembaga
lain yang belum sepenuhnya memikirkan tentang pensiun pegawainya, IZI telah
melakukan persiapan pensiun bagi pegawainya setahun sebelum berakhirnya masa kerja
pegawai
3. IZI memberikan fasilitas bagi pegawainya dengan menyediakan alat komunikasi dan alat
kerja seperti laptop, handphone yang dapat dibawa untuk menunjang pekerjaan.
4. IZI memberikan tunjangan pendidikan bagi pegawai dan keluarganya apabila dibutuhkan
5. IZI memberikan pembinaan kelembagaan kepada pegawainy dengan membekali
sertifikasi amil (SKKNI)
6. IZI melakukan 15x gaji bagi pegawainya sesuai kriteria yang ada
7. Penting bagi Lembaga Zakat untuk memiliki unit bisnis/unit usaha yang dapat menopang
Lembaga Zakat
8. Tantangan yang dihadapi IZI saat ini mencakup SDM yang unggul, evaluasi secara
komprehensif, membentuk sarana, mengadopsi ISO tata kelola lembaga, kepatuhan
syariah, aturan yang sinkron dan dipatuhi seluruh amil di berbagai posisi, penyediaan
sarana yang optimal untuk menunjang pekerjaan
9. Kunci penting terciptanya tata kelola amil yang baik adalah membangun kepercayaan
internal. Dengan ini dibutuhkan peraturan internal dan pemimpin yang mengayomi
bawahannya
10. Pemimpin perlu membangun sistem SDM yang tidak hanya menguntungkan eksekutif,
namun juga bawahannya
11. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kesejahteraan
lembaga:
12. Meningkatkan value lembaga, sehingga pimpinan dan bawahan tidak hanya fokus pada
seberapa besar dana yang dapat dihimpun dan didistribusikan
13. Optimis dengan lembaga yang dimiliki, sehingga tidak timbul sifat iri terhadap lembaga
lain
14. Penanaman pikiran dan sikap bahwa gaji bergantung pada seberapa besar dana yang dapat
dihimpun. Untuk mendapatkan gaji yang layak maka dana fundraising harus 8 kali lipan
lebih besar dari angka gaji yang ditargetkan. Apabila lembaga menargetkan dana gaji Rp
1 miliar, maka lembaga harus mampu untuk menghimpun dana setidaknya Rp8 miliar.
Hal ini untuk melatih kerja keras pegawai. Untuk mencapai fundraising yang besar, maka
pegawai/amil harus dibekali dengan kompetensi agar memiliki strategi fundraising yang
tepat, efektif, dan efisien.
15. Lembaga harus memiliki porsi dana untuk meningkatkan capacity building pegawainya,
dengan ini amil didorong dan difasilitasi dengan pelatihan, pembinaan, dan sertifikasi
amil.
16. Pemerintah seharusnya memiliki kontribusi yang besar terhadap Lembaga Zakat
sebagaimana Lembaga Zakat juga berkontribusi membantu pemerintah dalam
membangun jaring pengaman sosial.
17. Dari sisi regulasi terdapat dua hal yang disoroti. Pertama, regulasi pemerintah saat ini
condong ke BAZNAS dan masih sedikit menyinggung tentang LAZNAS. Kedua, dalam
hal regulasi, LAZNAS harus diberi keleluasaan dalam berkreasi dan bekerja. Dengan
demikian, regulasi saat ini belum optimal, di sisi lain sedikit memberi kebebasan bagi
Lembaga Zakat.
18. Dari sisi fasilitas, pemerintah hendaknya memfasilitasi pegawai lembaga zakat dalam
meningkatkan capacity building-nya. Dengan ini, peran pemerintah tidak hanya selalu
uang yang digelontorkan kepada Lembaga.
19. BAZNAS sebagai lembaga yang otonom dan dibangun oleh pemerintah hendaknya juga
memberikan porsi kepada Lembaga Zakat untuk meningkatkan capacity building-nya.
20. Idealnya, BAZNAS berfungsi sebagai ruang publik dan ditempati oleh orang-orang dari
berbagai Lembaga Zakat, bukan memiliki fungsi ganda sebagai pelaksana zakat.

Anda mungkin juga menyukai