EMA 437M B1
Dosen Pengamp:
Dr. Gede Bayu Rahanatha, SE, MM
Disusun Oleh:
Nyoman Insan Dori Soethama (2207521150)
Pande Putu Intan Amelia (2207521166)
Ni Made Jessy Arisanthi (2207521170)
Made Ayu Raihandra A.N.W (2207521172)
Yemima Wulandari (2305521199)
Zahra Masfufah Nur Af'idah (2305571145)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan paper ini. Atas rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “Lingkungan Mikro Pasar Digital” dengan tepat waktu.
Paper ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Dr. Gede Bayu Rahanatha, SE, MM. selaku
dosen pengampu mata kuliah Digital Marketing Universitas Udayana. Selain itu, penulis juga
berharap agar paper ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Lingkungan Mikro
Pasar Digital”.
Tim penulis menyadari paper ini masih jauh dari kata sempurna dan mungkin
beberapa pandangan penulis sedikitnya belum teruji kebenarannya. Namun, harapan tim
penulis semoga karya yang sederhana ini ada setitik manfaatnya, terutama untuk penulis
pribadi dan para pembaca yang telah membaca paper ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan tim penulis terima demi kesempurnaan paper ini.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Pengenalan dan Analisa Lingkungan Pemasaran Digital............................................6
2.2 Konsumen Digital........................................................................................................8
2.3 Pesaing.......................................................................................................................14
2.4 Pemasok.....................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1. Bagaimana analisis lingkungan pemasaran digital dapat membantu perusahaan
mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam pasar digital?
2. Apa saja karakteristik dan perilaku konsumen digital yang perlu dipahami oleh
perusahaan untuk merancang strategi pemasaran yang efektif?
3. Bagaimana perusahaan dapat mengidentifikasi pesaing mereka di pasar digital dan
merancang strategi pemasaran yang bersaing?
4. Mengapa pentingnya membangun hubungan yang kuat dengan pemasok dalam
konteks pasar digital, dan bagaimana cara perusahaan melakukan hal tersebut
dengan efektif?
Sumber:
Dave, C., & Fiona, E.-C. (2016). Digital Marketing, Strategy, Impelentation and Practice.
United Kingdom: Pearson.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Jenis lingkungan pemasaran :
1. Lingkungan internal
Internal marketing environment terdiri dari faktor-faktor yang dapat
dikendalikan dan memengaruhi operasi pemasaran, termasuk kekuatan, kelemahan,
keunikan, dan kompetensi organisasi. Elemen-elemen pemasaran penting seperti
karyawan, kualitas produk atau layanan, aset modal dan anggaran, serta kebijakan
perusahaan.
2. Lingkungan eksternal
External marketing environment adalah seluruh aktivitas pemasaran
yang dilakukan di luar kendali organisasi atau pihak pemasar. Berbagai pengaruh
tersebut akan memaksa para pemasar supaya mampu menyesuaikan arah dan juga
strategi agar bisa terus berjuang di tengah lingkungan yang tidak menentu. Faktor
yang mencakup ingkungan eksternal diantaranya kemajuan teknologi, perubahan
peraturan, kekuatan sosial, ekonomi, dan persaingan. Lingkungan pemasaran
eksternal dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu lingkungan pemasaran
mikro dan makro.
7
dibentuk oleh cara mereka berinteraksi dengan aspek internal bisnis mereka, bisnis
pesaing, dan lingkungan pemasaran yang lebih luas.
Sumber:
Chaffey, D., & Ellis-Chadwick, F. (2016). Digital Marketing Strategy, Implementation and
practice. Pearson Education Limited.
Priharto, S. (n.d.). Lingkungan Pemasaran: Pengertian, Karakteristik, Jenis, dan
Manfaatnya. Retrieved from kledo: https://kledo.com/blog/lingkungan-pemasaran/
8
Konsumen digital memiliki tendensi untuk menyukai satu produk yang mudah
dijangkau, seperti berbelanja online. Dengan adanya platform yang beraneka ragam
membuat konsumen digital sangat mudah untuk mencari kebutuhan mereka tanpa
harus berpergian ke toko maupun pasar tradisional. Dengan platform dan internet
yang ada konsumen memiliki akses ke ulasan konsumen lain yang sudah
menggunakan produk tersebut, yang memberikan wawasan mengenai produk yang
akan mereka beli, dan dapat membandingkan harga dari satu toko ke toko lain
dengan mudah dan cepat. Lingkungan digital telah memberikan konsumen akses
terhadap lebih banyak pilihan dan akuisisi pelanggan telah berubah, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel berikut.
B. Karakteristik Perilaku Konsumen Digital
1. Mencari Informasi Lebih Mudah dan Fleksibel.
Konsumen era digital cenderung mencari informasi produk dan berinteraksi
secara mudah dan fleksibel. Mereka mengutamakan aksesibilitas informasi
dari berbagai sumber.
2. Membandingkan Kualitas Produk melalui Review di Internet.
Konsumen aktif membandingkan kualitas produk melalui ulasan dan review di
internet. Mereka mengandalkan pengalaman dan testimoni pengguna lain
dalam membuat keputusan pembelian.
9
3. Mengutamakan Kemudahan Pemesanan dan Pembayaran.
Kemudahan dalam proses pemesanan dan pembayaran menjadi prioritas.
Konsumen lebih memilih platform yang menyediakan opsi pembayaran yang
beragam dan transaksi yang sederhana.
4. Menyukai Personalisasi.
Konsumen menghargai pengalaman personalisasi dalam pemasaran. Mereka
merespon lebih baik terhadap konten yang disesuaikan dengan preferensi dan
riwayat pembelian mereka.
5. Menetapkan Standar Tinggi.
Pelanggan tidak hanya membandingkan brand dengan pesaing, tetapi juga
dengan semua brand yang dikonsumsi. Mereka menetapkan standar tinggi
terhadap produk dan layanan yang mereka pilih.
6. Mementingkan Ulasan dan Rekomendasi.
Konsumen cenderung sangat bergantung pada ulasan dan rekomendasi dari
sesama konsumen dalam memilih produk atau layanan di era digital (Li, Lan,
Liu, & Yang, 2018).
7. Mengutamakan Faktor Keamanan Transaksi.
Dengan adanya kekhawatiran terkait keamanan transaksi online, konsumen di
era digital sangat memperhatikan langkah-langkah keamanan yang diterapkan
oleh platform atau penjual.
8. Mementingkan Customer Journey.
Konsumen online lebih fokus pada perjalanan pelanggan (customer journey)
dan pengalaman pengguna yang diperoleh saat menggunakan aplikasi
perangkat lunak atau situs web.
9. Menyesuaikan Citra Merek dengan Identitas Konsumen.
Merek yang memiliki kesesuaian dengan identitas konsumen cenderung lebih
diminati di era digital (Ismail, Masood & Tawab, 2012).
C. Jenis-Jenis Perilaku Konsumen
Jenis-jenis perilaku konsumen menurut Kotler dan Amstrong (2020), Hoyer,
MacInnis, Pieters (2023), Barmola, Srivastava (2010), Haghshenas, Abedi,
Ghorbani, Kamali, Harooni (2007) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Complex buying behavior merupakan tipe perilaku konsumen yang muncul
ketika mereka membeli produk dengan nilai tinggi, jarang dibeli, memiliki
risiko, dan mencerminkan identitas atau harga diri. Konsumen dalam situasi
10
ini sangat terlibat dalam proses pembelian, secara cermat mempertimbangkan
perbedaan signifikan antara merek sebelum melakukan investasi yang bernilai
tinggi. Sebagai contoh, ketika konsumen melakukan pembelian seperti rumah
atau mobil, prosesnya akan lebih kompleks daripada saat membeli produk
harian seperti bahan makanan.
2. Dissonance-reducing buying behavior merupakan tipe perilaku konsumen
yang terlibat secara signifikan dalam pembelian produk yang mahal, jarang
dibeli, atau memiliki risiko. Konsumen ini mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi perbedaan antar merek karena perbedaannya hanya sedikit.
Mereka memberikan tanggapan terhadap harga yang sesuai atau kenyamanan
penggunaan. Contohnya, saat konsumen membeli sepatu, mereka memilih dari
berbagai merek sejenis berdasarkan model, harga, dan kenyamanan. Namun,
setelah 9 pembelian, konsumen akan mengevaluasi apakah keputusan mereka
memilih sepatu tersebut tepat atau tidak.
3. Habitual buying behavior merupakan tipe perilaku konsumen yang melakukan
pembelian secara berulang berdasarkan kebiasaan. Keterlibatan konsumen
dalam kategori produk atau merek cenderung rendah karena perbedaan merek
yang signifikan (Ismail, Masood & Tawab, 2012). Sebagai contoh, ketika
konsumen membeli bahan makanan seperti makanan, mereka pergi ke warung
langganan mereka dan memilih jenis makanan yang biasa mereka beli. Dalam
situasi ini, konsumen menunjukkan pola kebiasaan yang didasarkan pada
kepraktisan atau preferensi pribadi, bukan pada loyalitas merek yang kuat.
4. Variety seeking behavior adalah jenis perilaku konsumen yang terjadi ketika
konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dan perbedaan antar merek yang
minim. Dalam konteks ini, konsumen memilih untuk membeli produk yang
berbeda bukan karena ketidakpuasan terhadap produk sebelumnya, melainkan
karena mereka mencari variasi. Sebagai contoh, ketika konsumen mencari
aroma pengharum ruangan baru, mereka dapat mencoba berbagai pilihan
seperti aroma fresh orange, aroma fresh apple, aroma therapy, dan lainnya
(Shih, Yu, Tseng, 2015).
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
11
Hoyer, MacInnis, Pieters (2023), Kotler, Keller, Chernev (2021), dan Yu (2017),
mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian yaitu:
1. Faktor budaya (cultural factor) adalah elemen kunci yang menentukan
kebutuhan, keinginan, dan perilaku konsumtif.
a) Sub-budaya (subcultures) merujuk pada bagian kecil budaya yang mencakup
kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan geografi, mempengaruhi kebutuhan,
keinginan, dan perilaku konsumen. Sebuah kelompok individu yang memiliki
kesamaan dalam sistem nilai, yang didasarkan pada pengalaman hidup dan
situasi yang serupa, seperti kebangsaan, agama, dan wilayah. Meskipun
konsumen dari negara yang berbeda mungkin memiliki kesamaan dalam
nilai, sikap, dan perilaku, namun seringkali terdapat perbedaan yang
signifikan secara dramatis.
b) Kelas sosial (social classes) adalah pengelompokan masyarakat yang
homogen dan permanen, dengan strata, norma, dan perilaku konsumtif yang
serupa. Kelas sosial mempengaruhi keputusan pembelian untuk kebutuhan
sehari-hari. Konsumen dari berbagai kelas sosial dapat menunjukkan
perbedaan dalam pola pembelian, terutama terkait dengan produk konsumsi
mereka.
2. Faktor sosial (social factor) mempengaruhi perilaku pembelian:
a) Kelompok acuan atau kelompok referensi (reference group) mencakup
individu atau kelompok yang berinteraksi dengan seseorang dan memiliki
dampak baik secara langsung (melalui interaksi tatap muka) maupun tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku individu tersebut. Kelompok
keanggotaan, yang memberikan pengaruh langsung, mencakup keluarga,
teman, dan tetangga. Beberapa di antaranya termasuk kelompok primer,
seperti keluarga, teman, dan tetangga, yang bersifat kontinu dan bersifat
informal dalam mempengaruhi individu.
b) Keluarga (family) dianggap sebagai organisasi pembelian konsumen utama,
memiliki pengaruh besar sebagai kelompok acuan.
c) Peran dan status (roles and status) dalam keluarga, kelompok, dan organisasi
memberikan informasi penting dalam menentukan posisi individu.
12
d) Faktor personal (personal factors) seperti usia, siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, kepribadian, gaya hidup, dan nilai-nilai dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi.
1) Usia dan Tahap Siklus Hidup.
Orang membeli berbagai barang dan jasa sepanjang rentang hidupnya.
Preferensi terhadap pakaian, perabotan, dan hiburan juga dipengaruhi
oleh faktor usia.
2) Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi.
Jenis pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsi barang dan
jasa. Bahkan, perusahaan dapat menargetkan produknya untuk kelompok
profesi tertentu.
3) Kepribadian dan Konsep Diri.
Kepribadian, sebagai karakteristik unik dari bidang psikologi,
membimbing kestabilan dan respons terus-menerus terhadap lingkungan
sekitar individu.
4) Gaya Hidup dan Nilai.
Polanya hidup seseorang, yang tercermin dalam aktivitas, minat, dan
pandangan, juga memainkan peran penting dalam keputusan
konsumsinya.
e) Faktor psikologis (physichological factors). Faktor psikologis memainkan
peran kunci dalam membentuk perilaku konsumen. Beberapa faktor penting
melibatkan proses internal individu yang mempengaruhi keputusan
pembelian. Berikut adalah beberapa faktor psikologis yang memainkan peran
dalam perilaku konsumen:
1) Motivasi. Keinginan dan dorongan internal yang mendorong individu
untuk mencapai tujuan tertentu dapat mempengaruhi keputusan
pembelian. Motivasi dapat berasal dari kebutuhan fisik atau emosional.
2) Persepsi. Cara individu menafsirkan informasi dan menggambarkan
lingkungan sekitarnya memainkan peran penting. Persepsi dapat
mempengaruhi bagaimana produk atau merek dipahami oleh konsumen.
3) Pembelajaran. Pengalaman dan proses pembelajaran mempengaruhi
pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk atau layanan.
Konsumen dapat belajar melalui pengalaman langsung atau informasi
yang diterima.
13
4) Kepribadian dan Sikap. Karakteristik unik kepribadian individu, bersama
dengan sikap mereka terhadap merek (Ismail, Masood & Tawab, 2012),
atau produk tertentu, dapat mempengaruhi keputusan konsumen.
Sumber:
ElliS-ChadwiCk, d. C. (2016). Digital Marketing SIXTH EDITION. London: Pearson
Education Limited.
Hanlon, A. (2019). DIGITAL MARKETING, STRATEGIC PLANNING& INTEGRATION.
UK: SAGE Publications.
Wardhana, A. (2024). PERILAKU KONSUMEN DI ERA DIGITAL. Jawa Tengah: EUREKA
MEDIA AKSARA.
14
menentukan bagaimana perusahaan bersaing. Pada tahun 2001, Porter memperbarui
modelnya untuk mencakup pengaruh Internet.
1. Daya tawar pembeli (Bargaining power of buyers) : Daya tawar pembeli
berbicara tentang seberapa besar pembeli dapat mempengaruhi harga dari
suatu produk. Dengan adanya internet, daya tawar pembeli menjadi semakin
kuat karena pembeli dapat menyerap lebih banyak informasi mengenai
produk atau jasa yang ditawarkan serta informasi mengenai perusahaan
pesaing. Dengan adanya informasi ini, pembeli menjadi lebih berani untuk
memaksa harga turun atau menuntut kualitas dan layanan produk yang lebih
baik. Hal ini terjadi karena pembeli bisa dengan mudah mengevaluasi produk
serta membandingkan harganya dengan pesaing.
Peningkatan kekuatan dan pengetahuan pelanggan merupakan
ancaman terbesar yang ditimbulkan dengan perdagangan digital. Kekuatan
ini penting dalam situasi perdagangan B2C (Business to customer) dan B2B
(Business to Business). Dari perspektif B2C, daya tawar pembeli ritel
meningkat pesat ketika mereka menggunakan Internet karena mereka dapat
mengevaluasi produk dan membandingkan harga. Hal ini berlaku untuk
produk yang ditawarkan dari pemasok yang berbeda-beda mudah
dibandingkan melalui perantara online. Internet tidak hanya membuka
peluang agar lebih banyak pelanggan dapat memanfaatkan perbandingan
harga tetapi juga memperluas cakupannya pada produk komoditas.
Dalam B2B isu selanjutnya adalah kemudahan penggunaan Internet
berpotensi memudahkan pelanggan untuk bertukar antar pemasok – beralih
biayanya lebih rendah. Dengan Internet, yang dimana menawarkan metode
pembelian yang lebih standar melalui browser web, hambatan atau
penghalang untuk melakukan pertukaran ke pemasok lain akan lebih rendah.
Tetapi masih ada hambatan dan biaya untuk beralih antar pemasok, sekali
pelanggan berinvestasi dalam memahami cara menggunakan situs web untuk
memilih dan membeli produk tertentu, mereka mungkin tidak ingin
mempelajari atau memilih layanan lain.
2. Daya Tawar Pemasok (Bargaining power of suppliers) : Daya tawar
pemasok sangat berhubungan erat dengan seberapa besar pemasok dapat
mempengaruhi harga suatu produk. Berbeda dengan daya tawar pembeli,
karena internet daya tawar pemasok menjadi semakin lemah dan memberikan
15
banyak peluang bagi perusahaan. Perusahaan menjadi memiliki banyak
alasan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan,
yang digunakan pemasok mereka.
Hal ini bisa dianggap sebagai peluang dibanding ancaman. Perusahaan
dapat menaikkan harga dengan alasan meningkatkan efisiensi rantai pasokan,
pemasok mereka menggunakan teknologi tertentu dan solusi perangkat lunak
untuk memproses pesanan. Selain itu, Internet cenderung mengurangi
kekuatan pemasok karena adanya hambatan untuk bermigrasi ke pemasok
lain berkurang, terutama dengan munculnya pertukaran B2B. Namun jika
pemasok bersikeras menggunakan teknologi eksklusif untuk menghubungkan
perusahaan, maka hal ini menciptakan soft lock-in karena biaya atau
kerumitan dalam pergantian pemasok.
3. Ancaman produk dan jasa pengganti (Threat of substitute products and
services): Ini mengacu pada kemungkinan pelanggan menemukan produk
pengganti. Ancaman ini dapat terjadi pada perusahaan yang baru hingga yang
telah lama berdiri. Dengan adanya internet ancaman produk pengganti
menjadi semakin tinggi dan kemungkinan pelanggan menemukannya sangat
besar, dimana pelanggan dapat menemukan banyak sekali pilihan produk
pengganti hanya dalam satu tombola tau klik.
Ancaman ini bisa datang dari perusahaan yang sudah berdiri lama
maupun baru. Tantangan terbesar ancaman kemungkinan besar akan terjadi
apabila pemenuhan produk layanan digital dapat terjadi secara berlebihan di
Internet. Penggantian ini dapat menciptakan atau melibatkan saluran layanan
online baru yang mereplika yang saluran sudah ada, seperti halnya perbankan
online atau e-book. Misalnya, dibandingkan dengan pengecer musik
tradisional, layanan musik berlangganan legal online seperti iTunes
(www.iTunes.com) menawarkan banyak hal pilihan produk yang lebih luas
dengan mode berbeda (streaming real-time ke PC atau kemampuan untuk
dibuatkan ke CD atau mengunduh ke perangkat musik portabel seperti MP3).
4. Hambatan untuk masuk (Barriers to entry) : Hal ini berbicara tentang
seberapa mudah pesaing memasuki pasar suatu usaha. Dengan adanya
internet, semua bidang usaha dapat memasuki pasar dengan mudah. Barrier
untuk memasuki dunia bisnis menjadi berkurang sehingga memperbanyak
kompetitor baru untuk masuk ke pasar.
16
Bagi perusahaan tradisional, pendatang baru secara online telah
menjadi ancaman yang signifikan bagi penjual produk retail seperti buku dan
jasa keuangan. Contohnya, untuk sektor perbankan di Eropa, bank-bank
tradisional terancam oleh masuknya startup baru pesaing, seperti First-e
(www.first-e.com) yang kemudian menjadi tidak mampu secara finansial,
atau perusahaan tradisional dari negara lain yang menggunakan Internet
untuk memfasilitasi klien mereka di negara lain. Perusahaan AS Citibank
(www.citibank.com) dan ING Direct (www.citibank.com) ingdirect.co.uk)
dari Belanda menggunakan pendekatan terakhir. Perusahaan baru juga
diciptakan oleh pesaing tradisional – misalnya, Prudential menciptakan Egg
(www.egg.com), Abbey National mendirikan Cahoot (www.cahoot.com),
dan bank Co-operative mendirikan Smile (www.smile.co.uk). ING Direct
memperoleh jutaan pelanggan di pasar baru seperti Kanada, Australia dan
Inggris melalui kombinasi iklan offline, iklan online dan layanan aplikasi
online atau telepon serta layanan akun.
5. Intensitas persaingan (Rivalry between existing competitors) : Seiring
dengan berkembangnya pasar digital, beberapa sektor pasar terjadi
peningkatan jumlah perusahaan. Sifat persaingan antar perusahaan
perdagangan online sangat ditentukan oleh jumlah pemain di pasar dan
kerabat, struktur biaya dan harga, biaya switching yang akan dihadapi
pelanggan jika mereka berubah, tujuan strategis dan hambatan keluar..
Internet telah mendorong komoditisasi produk, sehingga mempersulit
dalam hal membedakan penawaran produk. Namun, seiring dengan
berkembangnya pasar digital, pasar digital pun ikut berkembang sehingga
sejumlah perusahaan mulai menyediakan layanan melalui Internet.
Akibatnya, di beberapa sektor pasar terdapat peningkatan jumlah perusahaan
(pendatang baru dan lama) yang bersaing. Sifat persaingan antar perusahaan
perdagangan online sangat ditentukan oleh jumlah pemain dan ukurannya di
suatu pasar, struktur biaya dan harga, biaya peralihan yang akan dihadapi
pelanggan jika ada perubahan, tujuan strategis dan hambatan untuk keluar.
Misalnya, di pasar buku online, Amazon adalah pemain utama yang
menyumbangkan sebagian besar pasar belanja buku. Banyak pengecer buku
merasa sulit untuk bersaing karena biaya operasional mereka lebih tinggi
daripada Amazon, yang membatasi peluang memangkas biaya untuk menjual
17
dengan harga lebih rendah, Amazon juga punya keunikan dari pesaingnya
karena mampu menawarkan pilihan beragam buku dan layanan pengiriman
yang cepat. Pembeli juga didorong untuk tetap menggunakan Amazon karena
pembelian online membuat pembeli sangat mudah untuk membeli dan
membayar buku. Selain itu, Amazon telah mengembangkan Kindle (buku
elektronik), yang kini menghasilkan lebih banyak penjualan buku elektronik
dibandingkan buku cetak. Di Inggris, ketika Amazon meluncurkan Kindle
Store pada tahun 2010 saja, perusahaan tersebut telah menjual 242 e-book
untuk setiap 100 hardback sejak 1 April 2011, meskipun terjadi peningkatan
hardback penjualan (Edgecliffe-Johnson, 2011). Internet juga telah
meningkatkan peluang untuk pemain global untuk berekspansi ke pasar lokal
baru.
18
4. Dalam sektor dan di luar sektor: membuat tolak ukur terhadap situs serupa
dalam sektor dan meninjau di luar sektor ke sektor yang cenderung lebih maju,
seperti penerbit online, jejaring sosial, dan situs merek
5. Ukuran finansial ke non finansial melalui peninjauan intelijen kompetitif
sumber seperti laporan perusahaan atau penyerahan pajak, informasi tambahan
mungkin tersedia berdasarkan omset dan keuntungan yang dihasilkan olch
saluran digital.
6. Dari pengalaman pengguna hingga evaluasi ahli. Riset benchmarking harus
mengambil dua perspektif alternatif, dari ulasan pelanggan aktual tentang
konten dan kegunaan hingga evaluasi ahli.
Hal-hal yang wajib direview oleh perusahaan dalam menentukan tolak ukur
atau benchmarking adalah sebagai berikut:
19
pendekatan 'Satu Klik' untuk pembelian, demikian istilah dan pendekatan ini tidak
terlihat di situs lain. Implikasi dari dinamisme ini adalah pesaing benchmarking
bukanlah aktivitas yang dilakukan satu kali saat mengembangkan strategi, namun
perlu dilakukan kontinu.
Sumber :
Chaffey, Dave & Ellis-Chadwick, Fiona. (2016.). Digital Marketing: Strategy,
Implementation and Practice.. -: Pearson Educated Limited
Chaffey, D. D. (2020, November 27). Evaluating the Micro Environment for Digital
Marketing Plans. Retrieved from davechaffey.com: https://www.davechaffey.com/digital-
marketing-glossary/evaluating-the-micro-environment-for-digital-marketing-plans/
20
10. Membangun hubungan yang baik: Pemasok harus membangun hubungan yang
baik dengan pelanggan mereka untuk memastikan kerjasama yang saling
menguntungkan.
Jenis-jenis Pemasok:
1. Pemasok bahan baku: Menyediakan bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi barang jadi.
2. Pemasok barang jadi: Menyediakan barang jadi yang siap dijual kepada konsumen.
3. Pemasok jasa: Menyediakan layanan seperti transportasi, penyimpanan, dan
pemeliharaan.
Memilih Pemasok yang Tepat:
Memilih pemasok yang tepat adalah kunci untuk memastikan kelancaran dan efisiensi
bisnis. Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pemasok:
7. Kualitas: Pastikan pemasok dapat menyediakan produk atau layanan yang
memenuhi standar kualitas yang Anda tetapkan.
8. Ketepatan waktu: Pastikan pemasok dapat deliver produk atau layanan tepat waktu.
9. Harga: Pertimbangkan harga yang ditawarkan oleh pemasok.
10. Reputasi: Cari tahu reputasi pemasok di pasar.
11. Lokasi: Pertimbangkan lokasi pemasok untuk memastikan kemudahan pengiriman.
12. Keuangan: Pastikan pemasok memiliki kondisi keuangan yang stabil.
Pemasok dan Keberhasilan Bisnis:
Pemasok memainkan peran penting dalam keberhasilan bisnis. Dengan
memilih pemasok yang tepat dan membangun hubungan yang baik dengan mereka,
Anda dapat memastikan kelancaran operasi bisnis, meningkatkan efisiensi, dan
ultimately meningkatkan keuntungan.
Pemasok adalah mitra penting dalam bisnis. Dengan memahami peran,
tanggung jawab, dan jenis-jenis pemasok, Anda dapat memilih pemasok yang tepat
untuk membantu Anda mencapai tujuan bisnis Anda.
Sumber:
Chrisofer, A. (2019). Pengaruh Kerjasama Dengan Pemasok Dan Konsumen Terhadap
Keberhasilan Kewirausahaan Melalui Inovasi Pada Ikm Logam Di Ngingas
Kabupaten Sidoarjo. Agora, 7(1).
Wu, Z., Choi, T. Y., & Rungtusanatham, M. J. (2010). Supplier–supplier relationships in
buyer–supplier–supplier triads: Implications for supplier performance. Journal of
Operations Management, 28(2), 115-123.
21
Siregar, A., Ginting, P., Mesran, M., & Sianturi, L. T. (2017). Implementasi Metode Vikor
Dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku. KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi
Informasi dan Komputer), 1(1).
22
BAB III
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
Dave, C., & Fiona, E.-C. (2016). Digital Marketing, Strategy, Impelentation and Practice.
United Kingdom: Pearson.
Siregar, A., Ginting, P., Mesran, M., & Sianturi, L. T. (2017). Implementasi Metode Vikor
Dalam Pemilihan Supplier Bahan Baku. KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi
Informasi dan Komputer), 1(1).
24