Anda di halaman 1dari 4

PENINGGALAN DARI PENDUDUKAN JEPANG YANG MASIH ADA SAAT INI

PENDIDIKAN BERJENJANG

Pendidikan di suatu negara sudah pasti mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakatnya.
Sebab, dengan sumber daya manusia berpendidikan, akan mendorong budaya yang lebih maju di negara
tersebut.
Pada masa penjajahan Jepang, rakyat Indonesia diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan atau sekolah
dengan dua belas jenjang.
Jenjang sekolah ini masih digunakan hingga saat ini, yaitu sekolah dasar enam tahun, sekolah menengah
pertama tiga tahun, dan sekolah menengah atas tiga tahun.

UPACARA BENDERA

Sejarah awal adanya upacara bendera adalah berasal dari jaman penjajahan Jepang, pada masa Perang Dunia
Kedua, sekolah-sekolah di seluruh wilayah yang diduduki oleh tentara Jepang diwajibkan mengadakan upacara
bendera dan penyanyian lagu kebangsaan setiap hari sebagai simbol hormat kepada Kaisar.
"Karena upacara pengibaran bendera menjadi suatu kebiasaan pada masa penjajahan Jepang, tidak
mengherankan bahwa upacara tersebut juga dilaksanakan di saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, sebagai
simbol pergantian penguasa di seluruh penjuru wilayah Indonesia, dan selanjutnya upacara pengibaran bendera
masih dilakukan sampai sekarang.
Alasan mengapa hari Senin yang dipilih kemungkinan besar karena hari Senin adalah hari pertama setelah akhir
pekan yang dirasa sangat sesuai untuk mengisi nilai-nilai nasionalisme sebelum memulai kegiatan.

SISTEM PENGELOMPOKAN MASYARAKAT

Selain menciptakan sekolah berjenjang, Jepang juga membentuk sistem pengelompokan masyarakat
bernama Tonarigumi, untuk mengawasi aktivitas politik Indonesia.
Tonarigumi adalah Rukun Tetangga (RT) yang dibuat oleh tentara Jepang untuk memudahkan mengenal dan
mengawasi warga.
Setiap Tonarigumi membawahi 10-20 kepala keluarga, yang diketuai oleh Kumico (sekarang disebut ketua RT).
Dulu, setiap satu bulan sekali, para Kumico akan melakukan rapat secara berkala untuk melaporkan hasil
pemantauan yang didapatkan.
Menurut sejarahnya, Kekaisaran Jepang sudah berhasil membentuk 508.745 Tonarigumi yang terdiri dari
8.967.320 kepala keluarga di seluruh Jawa.

KOPERASI

Jepang juga membentuk suatu badan yang didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat,
bernama Kumiyai.
Kumiyai ini merupakan lembaga ekonomi yang berupa koperasi model Jepang yang bertujuan untuk melindungi
kepentingan ekonomi pribumi.
Pada masa penjajahan, Jepang memerintahkan kepada seluruh wiraswastawan untuk
menerapkan Kumiyai agar dapat diawasi melalui koperasi tersebut.
Hingga kini, Kumiyai telah berkembang menjadi koperasi yang masih digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Jadi, Jepang turut memengaruhi kehidupan sosial budaya dengan mendukung pendidikan dan ekonomi
Indonesia.

BUNKER

Bunker Jepang adalah salah satu bangunan yang digunakan oleh penjajah Jepang dalam melawan Sekutu.
Mereka menggunakan bunker sebagai pertahanan militer

Beberapa bunker Jepang yang masih bisa dilihat situsnya, antara lain:
- Kawasan Bandara Sultan Thaha Jambi
- Desa Perupuk, Kel. Perupuk, Kec. Lima Puluh Pesisir, Kab. Batu Bara
- Desa Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur
- Di komplek Lanud Adisutjipto Yogyakarta
- di Taman Wisata Alam (TWA) Cagar alam Kabupaten Pangandaran.
GUA JEPANG

Selain bunker, Jepang juga membuat gua sekitar tahun 1942-1943 sebagai tempat berlindung dan menyimpan
senjata. Di Indonesia, beberapa gua Jepang terdapat di wilayah antara lain:
- Di Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, DIY
- Di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul
- Di Desa Blang Panyang, Kec. Muara Satu, Kota Lhokseumawe
- Di Jalan Raya KH Abdul Halim, Kelurahan Tonjong, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.

BENTENG JEPANG

Jepang juga membangun benteng di wilayah Sumatera Barat, khususnya Bukittinggi dan sekitarnya karena
dianggap sebagai daerah yang sangat strategis.
Kota Bukittinggi kemudian dijadikan sebagai markas besar Angkatan Darat ke-25 Kekaisaran Jepang yang
menguasai Pulau Sumatera.
Adapun benteng Jepang tersebar di 3 titik berbeda. Benteng I berada di belakang Kantor Desa Taluk, Benteng II
berada di di samping Kantor Desa Taluk, dan Benteng III berada di halaman SDN No. 39 Taluk. Letak ketiga
benteng ini membentuk daerah segi tiga dengan jarak sekitar 25 m.
BANDARA

Jepang mendirikan Bandar Udara (Bandara) Frans Kaisiepo, yang terletak di Pulau Biak pada tahun 1943.
Jepang juga membangun lapangan terbang dan sejumlah fasilitas militer lainnya.
Selain itu, di Pulau Morotai, provinsi Maluku Utara juga pernah dibangun pangkalan militer pada tahun 1942. Di
sekitar Pantai Daruba ada peninggalan landasan udara.
Pulau ini menjadi saksi bisu berkecamuknya Perang Dunia II, terutama perseteruan pasukan Sekutu dengan
tentara Jepang dalam menguasai kawasan Asia Pasifik.
Diketahui, Morotai menjadi pintu masuk Jepang sebagai pintu masuk menguasai wilayah Hindia Belanda,
Filipina, dan sebagian Malaysia.

PESAWAT TEMPUR

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekuatan militer terkuat di Asia Tenggara. Termasuk dalam menjaga
kedaulatan langit nusantara.
Untuk mencapai kekuatan militer tersebut ada perjalanan panjang harus dilalui. Dalam sejarahnya, Indonesia
pernah memiliki sejumlah pesawat peninggalan Tentara Jepang Dai Nippon usai kemerdekaan RI, 17 Agustus
1945.
Kala itu, Pangkalan Udara Maguwo di Yogyakarta merupakan satu pusat kekuatan udara republik yang diserang
Belanda. Buntut serangan tersebut, hanya tersisa empat unit dari 40 pesawat peningalan Jepang di Maguwo.
Empat pesawat tersebut yakni, dua unit pesawat latih Cureng (Yokosuka K5Y), satu unit Pesawat Guntai (Ki-51),
dan satu lagi Pembom Hayabusha (Nakajima Ki-43) yang diberi nama Pangeran Diponegoro I.
Serangan militer Belanda ke sejumlah wilayah semakin masif dan membuat para kombatan republik mesti
menyingkir ke pedalaman untuk bergerilya
Menukil buku ‘Awal Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945-1950’, awalnya gagasan itu ditentang
KSAU lantaran menganggap para kadet masih terlalu muda. Namun, para kadet kukuh ingin unjuk gigi seperti
para kombatan republik lainnya yang bergerilya di pedalaman.

Anda mungkin juga menyukai