Anda di halaman 1dari 29

PENANGGULANGAN MUSIBAH

PELAYARAN

JAKARTA, 20 JULI 2022


DASAR HUKUM

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


2. Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
4. Kepmenhub No. KM 62 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Pengkalan Penjagaan Laut dan Pantai.
5. Permenhub No. PM 122 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan;
6. Permenhub No. KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Permenhub No. PM 44
Tahun 2011;
7. Permenhub No. KM 65 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan
Batam sebagaimana telah diubah dengan Permenhub No. PM 47 Tahun 2011;
8. Permenhub No. PM 34 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran Utama;
9. Permenhub No. PM 76 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;
10. Instruksi Dirjen Perhubungan Laut No. UM.008/68/2/DJPL-13 tentang
Penanggulangan Musibah Pelayaran.
PENGERTIAN

UU No.17/2008

Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh


Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan
pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran.

Penjagaan Laut dan Pantai (Sea and Coast Guard) adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi penjagaan dan penegakan peraturan perundang-undangan
di laut dan pantai yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada Presiden dan
secara teknis operasional dilaksanakan oleh Menteri.
LANJUTAN

PP No 22 Tahun 2017

• Musibah pelayaran dan/atau penerbangan adalah kecelakaan yang


menimpa kapal dan/atau pesawat udara dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya serta dapat membahayakan atau mengancam keselamatan jiwa
manusia.

• Pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) atau disingkat SAR


Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan kegiatan mencari,
menolong, menyelamatkan, dan mengevakuasi manusia yang menghadapi
keadaan darurat dan/atau bahaya dalam kecelakaan, bencana, atau kondisi
membahayakan manusia.
TUGAS QRT PADA MUSIBAH
PELAYARAN
UU 17/2008
Pasal 208
(1) Dalam melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan, salah satu
tugas Syahbandar adalah:
memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman
kebakaran di pelabuhan; dan

Kepmenhub No. KM. 65/2002


Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas, salah satu fungsi Pangkalan Penjagaan Laut
dan Pantai menyelenggarakan:
Pemberian bantuan pencarian dan pertolongan di laut dan
penanggulangan kebakaran;

5
LANJUTAN

PP No 22 Tahun 2017

• Potensi Pencarian dan Pertolongan adalah sumber daya manusia, sarana


dan prasarana, informasi dan teknologi, serta hewan, selain Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan
penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan
KECELAKAAN KAPAL

UU No. 17 Tahun 2008

Pasal 245
Kecelakaan kapal merupakan kejadian yang dialami
oleh kapal yang dapat mengancam keselamatan
kapal dan/atau jiwa manusia berupa:

a. Kapal tenggelam;

b. Kapal terbakar;

c. Kapal tubrukan; dan

d. Kapal kandas
TANGGUNG JAWAB SAR

UU 17/2008
Pasal 207
(2) Syahbandar mempunyai fungsi untuk membantu pelaksanaan pencarian dan
penyelamatan (SAR) di pelabuhan;

Pasal 258
(1) Pemerintah bertanggung jawab melaksanakan pencarian dan pertolongan terhadap
kecelakaan kapal dan/atau orang yang mengalami musibah di perairan Indonesia.
(2) Kapal atau pesawat udara yang berada di dekat atau melintasi lokasi kecelakaan, wajib
membantu usaha pencarian dan pertolongan terhadap setiap kapal dan/atau orang yang
mengalami musibah di perairan Indonesia.
(3) Setiap orang yang memiliki atau mengoperasikan kapal yang mengalami kecelakaan
kapal, bertanggung jawab melaksanakan pencarian dan pertolongan terhadap
kecelakaan kapalnya.
TANGGUNG JAWAB SAR

UU 17/2008

Pasal 259
Tanggung jawab pelaksanaan pencarian dan pertolongan oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 258 ayat (1) dikoordinasikan dan dilakukan
oleh institusi yang bertanggung jawab di bidang pencarian dan pertolongan
(BASARNAS).

Pasal 277
Penjaga laut dan pantai mempunyai tugas untuk mendukung pelaksanaan
pencarian dan pertolongan jiwa di laut.
TANGGUNG JAWAB SAR

Perpres 99/2007

Pasal 37
(1) Dalam hal terjadi musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau bencana
atau musibah lainnya, BASARNAS atau melalui Unit Pelaksana Teknis
BASARNAS dan/atau Pos SAR terdekat segera mengambil langkah-langkah
yang diperlukan serta melaksanakan tindak awal dan operasi SAR sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan.

(2) Pelaksanaan operasi SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara terkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat, instansi/organisasi
potensi SAR, dan pihak lain terkait.
SISTEM INFORMASI/PELAPORAN

Setiap org yg
mengetahui terjadinya
bahaya di laut

Wajib
melaporkan

SROP Syahbandar Kantor SAR

Membentuk Melaporkan

Penyebarluasan berita
marabahaya PUSKODALNAS
SRU
ORGANISASI OPERASIONAL
PENANGGULANGAN MUSIBAH PD UPT DJPL

Instansi terkait
Stakeholder Kepala Kantor (KANSAR/
(BUP,TERSUS,TUKS) (Koordninator Misi) TNI/POLRI/KKP)

Quick Response Team-QRT Tim Pelapor Cepat Tim Media Cepat


(Bidang KPLP) (Bagian Tata Usaha) (Bagian Tata Usaha)

Pelaporan secara
Penangulangan Formal Dokumentasi dan
Pencemaran peliputan

Pelaporan secara
informal (sms) Media
SAR
release

Pemadaman Kebakaran
PENANGANAN
MARABAHAYA PELAYARAN
• Pertolongan terhadap
kapal dan/atau muatan
1ST RESPONSE ** Merupakan kecelakaan
kapal
*** Jika terdapat unsur
pidana

GULANG ** RIKSA
SAR DAMKAR * SALVAGE KECELAKAAN ***SIDIK
CEMAR KAPAL

WASPAM LOKASI
MUSIBAH
JARING KOMUNIKASI PELAPORAN

SYAHBAND
AR/ PUSKODAL DIRJEN
osc OPS DIR KPLP HUBLA
KA LAN PLP

MENHUB PRESIDEN

OSC/SYAHBANDAR/LA PUSKODALOPS DIR KPLP DIRJEN HUBLA MENHUB


N PLP
Melaporkan informasi awal Menerima informasi Mengevaluasi informasi Arahan untuk pelaporan Arahan untuk
musibah pelayaran awal musibah awal musibah pelayaran kepada MENHUB pelaporan
pelayaran kepada
Presiden
Melakukan langkah aksi Melakukan Memberikan masukan, Arahan untuk Araan untuk
antara lain pengerahan pemantauan langkah petunjuk teknis dan/atau pemediaan dan press media
unsur SAR (QRT dan aksi yang telah dan asistensi pelaksanaan release release
PANGKALAN PLP), akan dilakukan operasi SAR
koordinasi dengan
Koordinasi untuk Arahan koordinasi Arahan
KANSAR
pemediaan tingkat eselon 1 koordinasi
tingkat
kementeri
an
Melaporkan upaya Menerima laporan Melaporkan hasil Evaluasi akhir Evaluasi
penanganan dan kendala lanjutan pelaksanaan kepada pelaksanaan operasi pelaporan
yang dihadapi DIRJEN akhir operasi
ORGANISASI OPERASIONAL
PUSKODALOPS

DIRJEN HUBLA

DIR KPLP DIRNAV


SYAH KADIS KA LAN
BANDAR NAV PLP
KSD PMPBA/ BID/SIE
KSD
KBPP SROP SIE OPS
PATROLPAM TELKOMPEL

KOMPAT KOMPAT

PUSKODALOPS MCC
DIAGRAM ALIR PROSES INFORMASI/OPERASI
Y
CEK KEBENARAN Perintah TERUSKAN UNSUR KOORDINASI
BERITA KA /OPS KN / SAR INSTANSI TERKAIT
MARABAHAYA

CEK KESIAPAN
T SARPRAS/LOGISTIK

UNSUR SIAP
BREAFING TIM/
LKP
MENERIMA BERITA
MARABAHAYA

PELAKSANAAN
OPERASI

STANDBY LAPORAN OPERASI SELESAI


OSC KE MC

Keterangan: PUSKODALOPS
Y = Ya / TERUSKAN
T = Tidak / MONITOR
PENGERAHAN UNSUR, SARPRAS,PERSONIL

Dilakukan dengan memperhatikan :


1. jenis musibah yang terjadi;
2. lokasi musibah;
3. besarnya musibah;
4. lingkungan lokasi musibah;
5. situasi dan kondisi cuaca;
6. ketersediaan unsur, peralatan dan bahan;
7. jarak lokasi musibah dengan lokasi ketersediaan unsur, peralatan
dan saran prasarana.

16
TANGGUNG JAWAB SAR

1. Koordinator SAR (SAR Coordinator/SC);

2. Koordinator pelaksanaan operasi SAR (SAR Mission


Coordinator/SMC);
3. Koordinator lapangan (On Scene Coordinator/OSC) petugas yang
ditunjuk oleh SMC sebagai koordinator di tempat kejadian dalam hal
pencarian dan pertolongan dengan mempergunakan lebih dari 2
(dua) unit SAR, dan

4. Unit SAR (Search and Rescue Unit) Tim SAR yang secara nyata
melaksanakan operasi SAR.
OPERASI SAR

Operasi SAR meliputi:


a. segala upaya dan kegiatan SAR sampai dengan evakuasi
terhadap korban, sebelum diadakan penanganan
berikutnya;

b. rangkaian kegiatan SAR terdiri atas 5 (lima) tahap yaitu


tahap menyadari, tahap persiapan, tahap
perencanaan, tahap operasi, dan tahap akhir penugasan.
POTENSI SAR

➢ Potensi Pencarian dan Pertolongan adalah sumber daya


manusia, sarana dan prasarana, informasi dan teknologi, serta
hewan, selain Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan yang
dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan penyelenggaraan
Operasi Pencarian dan Pertolongan.
➢ Unsur Search and Rescue (Search and Rescue Unit) adalah
potensi Search and Rescue yang sudah terbina dan/atau siap
untuk digunakan dalam kegiatan operasi Search and Rescue.
KEGIATAN SAR

Rangkaian kegiatan SAR terdiri atas 5 (lima) tahap yaitu :


1. tahap menyadari adalah saat diketahui/disadari terjadinya keadaan darurat musibah.
2. tahap persiapan adalah saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons)
adanya musibah yang terjadi.
3. tahap perencanaan" adalah saat dilakukan pembuatan rencana operasi yang efektif
baik berupa penentuan titik duga, penghitungan luas area musibah, pemilihan dan
penggunaan unsur, metoda dalam pelaksanaannya dan lain-lain, termasuk
pelaksanaan koordinasi yang diperlukan.
4. tahap operasi adalah saat dilakukannya operasi pencarian atau operasi pertolongan
atau operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban musibah secara
fisik.
5. tahap akhir penugasan adalah saat operasi SAR dinyatakan selesai dan seluruh unsur
dikembalikan ke satuan induknya.
KEGIATAN SAR

Dalam rangka pengerahan potensi SAR, dilakukan kegiatan sebagai berikut:


a. Perencanaan adalah tahapan kegiatan mulai dari proses kegiatan pencarian
melalui peralatan komunikasi (preliminary communication/precom dan extended
communication/ Excom.), penyiagaan fasilitas SAR, serta evaluasi terhadap
seluruh keterangan yang meliputi:
1. rencana pergerakan unsur SAR;
2. keadaaan cuaca dan medan;
3. berita/kondisi terakhir serta posisi terakhir korban yang diketahui, dan
4. fasilitas SAR yang tersedia dan telah disiagakan.
PENGHENTIAN OPERASI SAR

Kepala Badan SAR Nasional dapat menyatakan penghentian atau selesai terhadap
operasi SAR dengan pertimbangan:
a. seluruh korban telah berhasil ditemukan, ditolong dan dievakuasi;
b. setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak dimulainya operasi SAR, tidak ada
tanda-tanda korban akan ditemukan.
Operasi SAR yang telah dihentikan atau dinyatakan selesai, dapat dibuka kembali
dengan pertimbangan adanya informasi baru mengenai indikasi diketemukannya
lokasi dan/atau korban musibah pelayaran dan/atau penerbangan atau bencana
atau musibah lainnya.

Operasi SAR dapat diperpanjang pelaksanaannya atas permintaan dengan beban


biaya ditanggung oleh pihak yang meminta.
Pusat Komando dan Pengendali Nasional 24
Operasi Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di
Laut-PUSKODALNAS
(Ref : Pasal 4 dan Pasal 10 PERPRES 109/2006)

❖ Keanggotaan terdiri atas wakil dari Instansi Tim Nasional.

❖ Ketentuan lebih lanjut mengenai PUSKODALNAS ditetapkan


oleh Ketua Tim Nasional (Keputusan Menteri Perhubungan No.KP
355 Tahun 2008 tentang Pembentukan Pusat Komando dan Pengendali
Nasional Operasi Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di
Laut (PUSKODALNAS).

DIREKTORAT KESATUAN PENJAGAAN LAUTKPLP


DAN PANTAI
SEA AND COAST GUARD
25
PENGERTIAN TIER
(Ref : Pasal 1 PERPRES 109/2006)
TIER 1 : Kategorisasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak yang yang
mampu ditangani oleh sarana, prasarana dan personil yang tersedia pada pelabuhan
atau unit pengusahaan minyak dan gas bumi atau unit kegiatan lain.

TIER 2 : Kategorisasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak yang tidak


mampu ditangani oleh sarana, prasarana dan personil yang tersedia pada pelabuhan
atau unit pengusahaan minyak dan gas bumi atau unit kegiatan lain berdasarkan
tingkatan Tier 1.

TIER 3 : Kategorisasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak yang tidak


mampu ditangani oleh sarana, prasarana dan personil yang tersedia di suatu wilayah
berdasarkan tingkatan TIER 2 atau menyebar melintasi batas wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

DIREKTORAT KESATUAN PENJAGAAN LAUTKPLP


DAN PANTAI
SEA AND COAST GUARD
KEWAJIBAN ADPEL/KANPEL/KSOP 26

(Ref : Pasal 2 ayat 2, Pasal 6 dan Pasal 7 PERPRES 109/2006)

❖ Wajib menanggulangi terjadinya keadaan darurat tumpahan minyak di


laut di dalam DLKR dan DLKP Pelabuhan yang menjadi tanggung jawabnya.
❖ Wajib membentuk Tim Lokal Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut.
❖ Menetapkan PROTAP Tier 1 dengan berpedoman pada Protap Tier 3.
❖ Tim Lokal wajib memberikan laporan pelaksanaan penanggulangan
keadaan darurat tumpahan minyak di laut Tingkatan Tier 1 kepada Ketua
Tim Daerah dengan tembusan kepada Kepala PUSKODALNAS dan Ketua
Tim Nasional.

DIREKTORAT KESATUAN PENJAGAAN LAUTKPLP


DAN PANTAI
SEA AND COAST GUARD
KONSEPSI PENANGGULANGAN 27

TUMPAHAN
Tim Nasional Negara lain

MENHUB
PUSKODALNAS

Ka. PUSKODALNAS/
DIRJEN HUBLA

(Koordinator Misi Tier 3)

Tim Daerah

ADPEL (KSOP)
Koordinator

(Koordinator Misi Tier 2)


Tim Lokal

ADPEL (KSOP)

(Koordinator Misi Tier 1)

OSC

DIREKTORAT KESATUAN PENJAGAAN LAUTKPLP


DAN PANTAI
SEA AND COAST GUARD
PUSKODALNAS

Address Gd. Karsa Lt. 4 Jl. Medan Merdeka Barat


No. 8 Jakarta

Telp. +62-21-3456614

Fax. +62-21-3451364

Whatsapp 0811 9620 9700

Email mdr.iscg@dephub.go.id

Note: stand by 24 jam setiap harinya

28

Anda mungkin juga menyukai