Anda di halaman 1dari 5

Bahasa Indonesia Kelas XI

SKRIP ARGUMEN DEBAT

Peran:
- Pembicara 1 = Kezia
- Pembicara 2 = Pandu
- Pembicara 3 = Mabelle
- Pembicara 4/Kesimpulan = Arka

Mosi : Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian cuti hamil dan melahirkan bagi
buruh perempuan pada sektor formal di Jakarta demi mencegah kelahiran prematur.

Perkenalan Diri:
Terima Kasih moderator atas waktu dan kesempatannya. Izinkan saya, sebagai perwakilan dari
tim afirmatif/oposisi untuk memperkenalkan anggota tim kami. Pertama ada saya sendiri Kezia
sebagai pembicara pertama. Kemudian terdapat Mabelle sebagai pembicara pertama, dan Arka
sebagai pembicara ketiga. Sekian perkenalan singkat dari kami, terima kasih.

Urutan Rabu:
Kezia= Pembicara Pertama
Mabelle = Pembicara Kedua
Arka = Pembicara Ketiga

Generalis
Latbel Tema
DPR RI pada tanggal 30 Juni 2022 menggelar Rapat Paripurna dengan beberapa agenda
pembahasan. Salah satunya adalah pengesahan Rancangan Undang-undang Ibu dan Anak (RUU
KIA) sebagai RUU inisiatif DPR. RUU KIA di dalamnya mengatur cuti melahirkan selama 6
bulan dan cuti suami 40 hari untuk mendampingi istrinya yang melahirkan. Kebijakan tersebut
diharapkan dapat menjamin tumbuh kembang yang baik bagi anak-anak generasi penerus bangsa
agar menjadi sumber daya manusia yang unggul, pasalnya lewat RUU ini pemerintah dapat
memastikan hak setiap ibu dan anak dapat terpenuhi.

PRO :
Batasan: Pengaruh Positif RUU KIA Bagi Para Buruh Perempuan!

KONTRA :
Batasan: Pengaruh Negatif RUU KIA terhadap para Pengusaha!
Pembicara 1: (Afirmasi)
- Pengenalan:
Baik, terima kasih moderator atas kesempatannya, sekarang saya akan memperkenalkan
terlebih dahulu tim debat dari pihak afirmasi. Saya Kezia selaku pembicara pertama,
Mabelle selaku pembicara kedua, dan Arka selaku pembicara ketiga, terima kasih.

- Argumen:
Baik terima kasih moderator, kami dari tim afirmasi sangat setuju dengan adanya
kebijakan pemerintah terkait pemberian cuti hamil dan melahirkan. Pada tanggal 30 Juni
2022, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menggelar Rapat
Paripurna dengan beberapa agenda pembahasan. Salah satunya agendanya adalah terkait
pengesahan Rancangan Undang-undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA) sebagai
RUU inisiatif DPR. RUU KIA di dalamnya mengatur cuti melahirkan selama 6 bulan dan
cuti suami 40 hari untuk mendampingi istrinya yang baru saja melahirkan. Kebijakan
tersebut diharapkan dapat menjamin tumbuh kembang yang baik bagi anak-anak generasi
penerus bangsa agar dapat menjadi sumber daya manusia yang lebih unggul, pasalnya
lewat RUU ini pemerintah dapat memastikan hak setiap ibu dan anak dapat terpenuhi.
Undang-undang terkait pemberian cuti hamil dan melahirkan selama 6 bulan dan cuti
selama 40 hari untuk suami sangat diperlukan agar setiap bayi dapat memperoleh
perhatian khusus dan kesehatan fisik dan mental sang ibu pun dapat terjaga. RUU KIA
ini juga telah diatur oleh Organisasi Buruh Internasional atau ILO dan pihak ILO pun
telah mempertimbangkan masa cuti hamil dan melahirkan ini dengan melibatkan
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Berdasarkan data dari kompas.com, Puan
Maharani menyatakan bahwa RUU KIA telah mengatur mengenai penetapan upah gaji
bagi perempuan yang mendapat cuti hamil dan melahirkan yaitu gaji penuh selama 3
bulan pertama dan bulan keempat sampai seterusnya mendapat gaji sebesar 70%. Dengan
adanya kebijakan upah gaji tersebut, akan membantu para perempuan yang baru saja
melahirkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan bayi yang banyak dan membutuhkan
biaya yang cukup besar. Maka dari itu, kami dari tim afirmasi ingin menegaskan bahwa
kami sangat setuju dengan adanya kebijakan RUU KIA ini, terima kasih.

Pembicara 1: (Oposisi)
- Pengenalan:
Baik, terima kasih moderator atas kesempatannya, sekarang saya akan memperkenalkan
terlebih dahulu tim debat dari pihak oposisi. Saya Kezia selaku pembicara pertama,
Mabelle selaku pembicara kedua, dan Arka selaku pembicara ketiga, terima kasih.

- Argumen:
Terima kasih moderator, saya dari tim oposisi menentang argumen yang diberikan oleh
tim afirmasi. Apabila Rancangan Undang-undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU
KIA) yang dimana tertulis bahwa cuti hamil dan melahirkan akan diberikan bagi para
pekerja pekerja perempuan selama 6 bulan dan pekerja perempuan tetap mendapat gaji
diberlakukan, hal tersebut tentunya sangat menguntungkan bagi pihak perempuan karena
tetap diberikan gaji selama cuti hamil dan melahirkan yang berdurasi 6 bulan. Seperti
yang dikatakan oleh pihak lawan, perempuan dapat memberikan waktu dan perhatian
sepenuhnya kepada bayi mereka yang baru saja lahir. Namun hal tersebut bertolak
belakang dengan kepentingan perusahaan. Kebijakan RUU KIA berpotensi membebani
finansial perusahaan. Dana yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan
kinerja dan efektifitas perusahaan, hanya akan diberikan kepada seseorang yang tidak
memberikan kontribusi apapun kepada perusahaan selama 6 bulan. Selain itu, apabila
perusahaan harus menanggung biaya atas sesuatu yang bukan merupakan tanggung jawab
perusahaan, keberlanjutan perusahaan dapat terancam akibat banyaknya dana yang
terkuras untuk menerapkan kebijakan RUU KIA. Namun, meniadakan upah gaji terhadap
perempuan yang mendapat cuti hamil dan melahirkan, akan sangat memberatkan mereka
karena kebutuhan yang tentu meningkat pasca melahirkan. Selain itu, dilansir dari
Universitas Katolik Parahyangan, kebijakan dari RUU KIA ini secara tidak langsung
dapat memberikan potensi diskriminasi terhadap pekerja perempuan, karena jangka
waktu cuti yang cukup lama dan kebijakan pemberian gaji, akan kerap kali dianggap
sebagai beban bagi perekonomian perusahaan, sehingga RUU KIA ini akan kerap kali
membuat para perempuan menjadi pertimbangan bagi para pengusaha untuk merekrut
pekerja perempuan. Jadi kami dari tim oposisi dengan tegas menyatakan bahwa kami
menentang adanya cuti hamil dan melahirkan yang berkepanjangan yaitu cuti selama 6
bulan karena apabila RUU KIA ini diberlakukan pastinya akan terdapat salah satu pihak
yang nantinya akan dirugikan dalam perkara ini, Terima kasih.

Pembicara 2: (Afirmasi)
- Kami sebagai tim afirmasi, menyatakan kembali bahwa kami setuju dengan
pemberlakuan RUU KIA. Kembali saya tekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik
dan mental bagi para ibu yang mengandung dan akan melahirkan. Memaksakan para
calon ibu bekerja dapat membuat mereka mengalami stress berat, dan dikutip dari
Halodoc.com yang ditulis oleh dr. Fadhli Rizal Makarim edisi 30 Mei, 2022, stress yang
terlalu berat dapat kelainan pada tumbuh kembang janin, seperti kelainan tumbuh
kembang otak, bayi kekurangan oksigen, memperbesar kemungkinan lahir prematur dan
dengan berat badan rendah. dr. Fadhli Rizal Makarim juga menganjurkan para calon ibu
untuk hanya berfokus pada masa kehamilan dan menjaga kesehatannya.
- Selain itu, aturan ini juga akan membantu para ibu pasca melahirkan. Dikutip dari
herminahospitals.com, peran orang tua, terutama ibu, sangat diperlukan pada tahun-tahun
awal kehidupan bayi. Bayi yang baru lahir sangat sensitif dan memerlukan perhatian
yang intensif. Sementara itu, tidak semua orang dapat menyewa pengasuh atau pembantu.
Oleh karena itu, menolak pelaksanaan aturan ini sama saja dengan bersikap abai terhadap
kondisi ibu dan kesehatan para bayi.
- Kami tim afirmasi juga merasa bahwa pendampingan suami mendekati hari kelahiran dan
pasca melahirkan sangat diperlukan. Hal itu penting adanya baik untuk berjaga-jaga,
pendukung emosional, atau membantu menjaga kesehatan jasmani dan rohani ibu.
- Oleh karena hal-hal tersebut, kami sangat menyetujui RUU KIA diberlaksanakan.

Pembicara 2: (Oposisi)
- Kami dari tim oposisi, akan menegaskan kembali opini kami. Kami tidak setuju dengan
RUU KIA yang mengharuskan perusahaan membayar gaji perempuan yang cuti hamil
dan melahirkan selama enam bulan. Kembali saya tegaskan, perusahaan tidak memiliki
tanggung jawab terhadap keputusan yang telah dibuat oleh 2 orang dewasa dengan sadar.
Orang tua seharusnya sadar akan dampak dari keputusan mereka. Terlebih dari itu, jika
anda mempermasalahkan HAM, maka saya rasa aturan ini sendiri belum dapat
mewujudkan hal tersebut. Pasalnya, dikatakan bahwa gaji akan diberikan pada tiga bulan
pertama, dan dipotong setengah pada tiga bulan berikutnya. Kebutuhan ibu tentunya
meningkat pasca melahirkan, dan aturan ini tidak bisa mengakomodasi hal tersebut.
Bagaimana ibu dapat memenuhi kebutuhan bayi yang relatif mahal jika gajinya sendiri
berkurang? Jika pemerintah sungguh ingin membantu para ibu, maka aturan tersebut
tidak seharusnya dibuat sedemikian rupa.
- Terlebih lagi, dilaksanakannya aturan ini diduga akan memperparah diskriminasi gender
di tempat kerja. Pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gajah Mada, Tadjudin Nur
Effendi menyatakan dalam wawancara dengan BBC News, bahwa perusahaan diduga
akan mengurangi penerimaan pekerja perempuan, baik yang lajang, atau yang sudah
menikah. Tidak hanya itu, stigma bahwa perempuan harus menjadi ibu rumah tangga atau
pemaksaan pilihan untuk bekerja atau memiliki anak nantinya akan memberatkan para
perempuan. Oleh karena itu, kami tim oposisi menolak pemberlakuan RUU KIA,

Pembicara 3: (Afirmasi)
- Kami ingin mengakhiri dengan menekankan bahwa kebijakan pemberian cuti hamil dan
melahirkan bagi buruh perempuan pada sektor formal di Jakarta adalah langkah yang
positif dan bermakna dalam upaya mencegah kelahiran prematur. Dengan memberikan
dukungan kepada ibu hamil, kita tidak hanya melindungi kesehatan mereka, tetapi juga
masa depan generasi berikutnya. Kita harus bersama-sama memperjuangkan
kesejahteraan perempuan dan anak-anak kita. Terima kasih.

Pembicara 3: (Oposisi)
- Dalam penutupan kami, kami ingin menegaskan bahwa kami tidak menentang
perlindungan bagi ibu hamil. Namun, kami percaya bahwa kebijakan ini perlu direvisi
agar lebih efektif dalam mengatasi masalah prematuritas. Ini adalah masalah kompleks
yang membutuhkan pendekatan yang komprehensif, dan hanya memberikan cuti hamil
dan melahirkan tidak cukup. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai