Anda di halaman 1dari 6

PAPER ETIKUM

KASUS SUNGSANG, LAHIR KEPALA PUTUS

KELOMPOK 5
NURUL FIKRIYANTI AFDHOLI
NURUL INDAH SAFITRI
PUTRI DWI ARIYANTI
PUTRI RAHMANDARI
RIZKA HASANAH
SITI IIS ROZIAH

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
Tugas
Mencari artikel dimedia social atau surat kabar mengenai kejadian-kejadian atau kasus-kasus
kesehatan lalu dibahas. Jadi latar belakang masalahnya adalah kasus itu, lalu permasalahnya adalah
mengapa kasus itu terjadi dan bagaimana penyelesaian hukumnya. Pembahasannya adalah teori
yang kemarin bersama teori tambahan hari ini. Solusi ada dikalian sendiri yang akan memaparkan
kemudian kesimpulan adalah jawaban dari permasalahan.

A. LATAR BELAKANG
Radar Malang, Kamis 10 Agustus 2006
SUNGSANG, LAHIR KEPALA PUTUS
Dunia kedokteran di Malang Raya gempar. Seorang bidan bernama Linda Handayani, warga Jl.
PattimuraGg I Kota Batu, melakukan malpraktik saat menangani proses persalinan. Akibatnya,
pasien bernama Nunuk Rahayu (39) tersebut terpaksa melahirkan anak ketiganya dengan hasil
mengerikan. Bayi sungsang itu lahir dengan leher putus. Badan bayi keluar duluan sedangkan
kepalanya tertinggal di dalam rahim. Kejadian ini membuat suami Nunuk, Wiji Muhaimin (40)
kalut bukan kepalang. Bayi yang diidam-idamkan selama 9 bulan 10 hari itu ternyata lahir dengan
cara yang sangat memprihatinkan. “Saya sedih sekali, tak tega melihat anak saya,” ujar Muhaimin.
Terkait kronologi kejadian ini, pria berkumis tebal tersebut menjelaskan, istrinya Selasa sore lalu
mengalami kontraksi. Melihat istrinya ada tanda-tandamelahirkan, Muhaimin membawa istrinya
ke bidan Linda Handayani, yang tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.
Begitu memasuki waktu shalat Magrib, dia pulang untuk shalat. Muhaimin mengaku tidak punya
firasat apa-apa sebelum peristiwa tersebut terjadi. Selama ini dia yakin kalau istrinya akan
melahirkan normal. “Nggak ada firasat apa-apa. Ya normal-normal saja,” katanya. Kemarin,
istrinya masih belum bisa diwawancarai. Pasalnya, Nunuk masih terbaring lemah di BKIA. Ia
tampaknya masih tidur dengan pulas. Kemungkinan, pulasnya tidur Nunuk tersebut akibat
pengaruh obat bius malam harinya. Menurut Muhaimin, dia sangat sedih ketika melihat bayinya
tanpa kepala dengan ceceran darah di leher. Dia merasa antara percaya dan tidak melihat kondisi
itu. Namun, dia sedikit lega bisa melihat anaknya ketika badan dan kepalanya disatukan. Menurut
dia, bayi itu sangat mungil dan cantik, kulitnya masih merah, dan rambutnya ikal. “Saya ciumi dan
usap wajahnya, sambil menangis,” kata Muhaimin dengan mata berkaca-kaca.
Meski kejadian ini dirasakan sangat berat, Muhaimin akhirnya bisa juga menerima dan
menganggap ini takdir Tuhan. Tetapi untuk kasus hukumnya, dia tetap menyerahkan ke yang
berwenang. Dia berharap kasus ini bisa ditindak lanjuti dengan seadil-adilnya.
Dari penuturan beberapa warga sekitar, sebenarnya bidan Handayani adalah sosok bidan yang
berpengalaman dan senior. Dia sudah praktik puluhan tahun. Dengan demikian, masyarakat juga
merasa kaget mendengar kabar mengerikan itu datang dari bidan Handayani. Kabar ini juga
menyentak kalangan DPRD kota Batu. Menurut ketua Fraksi Gabungan Sugeng Minto Basuki,
bidan Handayani memang sangatterkenal di Batu. Kata dia, umurnya sudah 60 tahun lebih.
Namun, atas kasus ini dia meminta dinas kesehatan melakukan recovery lagi terhadap para bidan
yang ada di Batu. Dengan demikian kasus mengerikan semacam ini tidak akan terulang lagi. “Saya
juga meminta polisi segera mengusut kasus ini.Kalau perlu izin praktiknya dicabut,” katanya.

B. PERMASALAHAN
MENGAPA KASUS INI TERJADI ?
Kasus ini bisa terjadi karena faktor kesalahan dari bidan tersebut yang melakukan tindakan diluar
kemampuan nya. Ketika bidan tersebut tahu bahwa bayi tersebut sungsang, seharusnya bidan
langsung merujuk ibu Linda Handayani ke rumah sakit agar mendapat penanganan langsung dari
dokter dan bisa dilakukan tindakan operasi sesar sehingga nyawa bayi dapat terselamatkan.

ANALISIS KASUS
Faktor yang sangat berpengaruh saat kita mau melahirkan adalah faktor kepercayaan dan
kenyamanan pada siapa dan dimana kita akan melahirkan. Artinya pada seorang bidanpun kalau
memang kondisi ibu dan bayinya tidak bermasalah dan sang ibu merasa percaya dan nyaman insya
allah akan baik-baik saja. Hanya yang perlu diperhatikan adalah seorang bidan mempunyai
keterbatasan dalam melakukan tindakan, walaupun dia mampu secara ilmu pengetahuan dan
pengalamannya.
Ada beberapa tindakan yang hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter saat menolong persalinan.
Jika sang bidan tetap melakukan tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan, itu sudah
termasuk malpraktek kecuali bidan yang praktek ditempat yang terpencil dan tidak ada dokter atau
tempat rujukan sangatlah jauh dari tempat praktek bidan dan persalinan sudah harus segera
dilakukan (permenkes pasal 14) . Tapi jika memungkinkan maka segera lakukan tindakan rujukan
karena kadang bidan apalagi yang sudah senior merasa yakin dan bisa melakukan tindakan yang
dilarang dan terjadi sesuatu hal, maka itu akan jadi masalah besar. Misalnya seperti kasus bayi
sungsang yang kepala putus, Penolongnya adalah bidan senior yang berusia 60th dan terkenal
dimasyarakat.

PENYELESAIAN HUKUM
Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kelalaian
akibat kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi, dan juga perubahan hubungan antara bidan dan
pasien. Kewajiban bidan, standar kompetensi, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
opcrasional, persetujuan tindakan kebidanan dan rekam medis.
Melakukan malpraktek yuridis (melanggar hukum) berarti melakukan malpraktek etik (melanggar
kode etik). Sedangkan malpraktek etik belum tentu merupakan malpraktek yuridis. Apabila
seorang bidan melakukan malpraktek etik atau melanggar kode etik. Maka penyelesaian atas hal
tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI. Dan pemberian sanksi dilakukan
berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku didalam organisasi IBI tersebut. Karena berkaitan
dengan malpraktek yuridis ketentuan pidananya baik berupa tindak kesengajaan (profesional
miconducts) ataupun akibat culpa (kelalaian/kealapaan) sebagai berikut:
• Pasal-Pasal 359 KUHP, Pasal 360 KUHP, Pasal 361 KUHP Pasal 359 KUHP, karena kelalaian
menyebabkan orang mati: Barangsiapa karena kealapanya menyebabkan matinya orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
• Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat: Ayat (1) barangsiapa karena
kealapanya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun. Ayat (2) barangsiapa karena kealpanya menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehingga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekeijaan, jabatan
atau pencharian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
atau deiida paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah
• Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekeijaan (misalnya: dokter,
bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan pekeijaannya
hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih berat pula

C. UPAYA DALAM MENCEGAH KASUS MALPRAKTIK


Upaya pencegahan malpraktek yang dapat dilakukan oleh bidan itu sendiri
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena adanya
malpraktek diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:
a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk dayaupaya bukan perjanjian akan berhasil.
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya

Upaya pencegahan malpraktek yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
 Terhadap lembaga pendidikan meningkatkan pembinaan kebidanan yang lebih baik, maupun
yang dimiliki pemerintah, daerah, ataupun swasta. agar dapat mennghasilkan bidan-bidan
berkualitas. Para perserta pendidikan kebidanan inilah yang akan menjadi calon-calon bidan
yang akan melayani masyarakat. Sehingga dapat mencegah terjadinya tindak malpraktek yang
dilakukan oleh bidan dari awal atau bahkan dapat dihilangkan.

 Meningkatkan peran dan pengawasan dari pemerintah khususnya dinas kesehatan. Karena
tindak malpraktek yang dilakukan oleh bidan perlu mendapat perhatian, pengawasan yang
lebih dari pemerintah dan dinas kesehatan. Telah banyak teijadinya malpraktek yang dilakukan
oleh bidan, tetapi untuk memperoleh data mengenai adanya kasus malpraktek yang dilakukan
oleh bidan, dinas kesehatan sama sekali tidak memiliki data tentang hal itu.

 Memaksimaikan Peran IBI (Ikatan Bidan indonesia) sebagai wadah organisasi profesi bagi
bidan tentu saja diharapkan agar dapat mengawasi dan mcmbina anggotanya agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan kepada masyarakat. Sehingga terjadinya
tindakan malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat ditanggulangi.

 Partisipasi dari masyarakat untuk ikut mengawasi jika terjadinya tindakan malpraktek yang
dilakukan oleh bidan dan kesadaran hukum dari masyarakat untuk menempuh jalur hukum
apabila menjadi korban dari tindakan malpraktek sehingga kemudian muncul efek jera bagi
bidan dan dapat menanggulangi terjadinya tindak malprakiek yang dilakukan bidan.

D. KESIMPULAN
Dari data kajian yang telah kita peroleh dapat disimpulkan bahwa seorang bidan harus berhati-hati
dalammemberikan pelayanan pada pasiennya. Sehingga pelayanan atau tindakah yang kita berikan
tidakmerugikan pasien dan berdampak pada kesehatan pasien. Oleh karena itu bidan harus
selalumemperhatikan apa yang dibutuhkan pasien sehingga kita mampu memberikan pelayanan
yangkomprehensif dan berkualitas Bidan harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
cukupmendalam agar setiap tindakannya sesuai dengan standar profesi dan kewenangannya.

Bidan tidak diberikan kewenangan dalam melakukan tindakan menolong persalinan letak
Sungsangkarena Bidan Linda secara Undang-Undang Kesehatan dan Etika Profesi tidak
mempunyai kewenanganuntuk memberikan pertolongan persalinan patologis Bidan tidak
mempunyai kewenangan dalamMenolong Persalinan letak Sungsang karena risiko yang
ditimbulkannya sangat besar, secara hak pasientelah dirugikan, terutama tentang persyaratan
pasien memperoleh pelayanan kesehatan secara aman.

Anda mungkin juga menyukai