Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA IBADAH

SHOLAT ‘AJIZ (SHOLAT ORANG YANG TIDAK MAMPU)

Dosen pengampu: Ahmad Khamid,S. ThI., M.Ag

Disusun oleh :
Dea Elvira Sandy (14215141)
Devilia Rachmalia D. (14215142)
Fania Permatasari (14215146)
Febriana Nuril K.A (14215147)
Luthfiah Al-zalmasry (14215153)
Mita Putriana (14215154)

KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Yogyakarta, 14 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH......................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian sholat ‘ajiz.................................................................................................3
B. Pelaksanaan sholat dengan duduk.............................................................................3
C. Pelaksanaan sholat dengan tidur miring...................................................................4
D. Pelaksanaan sholat dengan telentang.........................................................................4
E. Pelaksanaan sholat dengan isyarat mata dan hati....................................................4
BAB III......................................................................................................................................5
PENUTUP.................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Shalat adalah salah satu dari kewajiban yang dibebankan Allah SWT kepada orang-orang yang
mengaku dirinya sebagai muslim. Kewajiban shalat harus dikerjakan seorang muslim secara rutin
dalam sehari semalam sebanyak lima waktu, tidak boleh ditinggalkan walau dalam kondisi dan situasi
apapun, seperti: kondisi sibuk bekerja, dalam perjalanan, maupun dalam kondisi sakit. Dalam kondisi
dan situasi tertentu yang tidak bisa dihindarkan oleh manusia, Allah SWT memberikan beberapa
keringanan/rukhshah dalam mengerjakan shalat, misalnya: saat menjadi musafir atau menempuh
perjalanan jauh, shalat dapat dilakukan dengan cara jamak qashar/digabung dan diringkas. Dalam
kondisi sakit, shalat dapat dilakukan dengan cara duduk, berbaring, dan isyarat. Bahkan jika tidak ada
air atau karena sakit yang tidak diperbolehkan kena air, maka wudhu dapat diganti tayamum dengan
debu.

Sholat fardhu wajib dilakukan dengan berdiri bagi orang yang mampu. Yang
dikehendaki berdiri disini adalah menegakkan tulang punggung sekira tidak membungkuk
seperti orang ruku’. Bagi orang sudah tua atau tercipta dalam keadaan tubuh membungkuk,
maka cara berdirinya dengan membungkuk tersebut. Apabila ada orang yang mampu berdiri,
namun tidak bisa ruku’ dan sujud sebab sakit punggungnya, maka sholatnya dilakukan
dengan berdiri.

Ketentuan diatas hanya berlaku pada sholat fardhu. Sedangkan untuk sholat sunnah,
dalam pelaksanaannya, seseorang tidak wajib berdiri. Namun, bagi orang yang melakukan
sholat sunnah dengan cara duduk (padahal mampu berdiri), maka pahalanya separo dari
pahala orang yang sholat berdiri. Maka dalam islam memberikan keringanan bagi orang yang
tidak mampu melakukan sholat berdiri sempurna, maka diperbolehkan melakukan sholat
dengan sholat ‘ajiz itu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian sholat ‘ajiz itu?
2. Bagaimana pelaksanaan sholat dengan duduk?
3. Bagaimana pelaksanaan sholat dengan tidur miring?
4. Bagaimana pelaksanaan sholat dengan telentang?
5. Bagaimana pelaksanaan sholat dengan isyarat mata dan hati?

1
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian sholat ‘ajiz
2. Mengetahui pelaksanaan sholat dengan duduk
3. Mengetahui pelaksanaan sholat dengan tidur miring
4. Mengetahui pelaksanaan sholat dengan telentang
5. Mengetahui pelaksanaan sholat dengan isyarat mata dan hati

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sholat ‘ajiz


Pada awalnya seseorang yang mampu berdiri wajib melakukan sholat dengan
berdiri, tetapi ada sebagian orang yang tidak mampu berdiri entah itu karena cacat, sakit
atau yang lain. Oleh karena itu syari’ memberikan rukhsoh pada mereka yang tidak
mampu berdiri. Seperti yang telah dijelaskan pada hadits di bawah ini:
‫ فَِإ ْن‬،ً‫اعدا‬ َ « :‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ َ‫ فَِإ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَق‬،ً‫ص ِّل قَاِئما‬ ُّ َّ‫ال لِي ْالن‬
َ ‫بي‬ َ َ‫ ق‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل‬ َ ‫ع َْن ِع ْم َرانَ بِ ْن ُح‬
ِ ‫صي ٍْن َر‬
‫َاري‬ ِ ‫ َر َواهُ ْالبُخ‬،»‫ب‬ٍ ‫لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَ َعلَى َج ْن‬

Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda kepadaku, “Shalatlah dengan berdiri. Jika tidak mampu, shalatlah
dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu, shalatlah dalam keadaan berbaring. Jika tidak
mampu, shalatlah dengan isyarat.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 1117]

B. Pelaksanaan sholat dengan duduk


Berdiri dalam shalat fardhu adalah rukun, tidak boleh ditinggalkan. Berdiri tidak
wajib dalam beberapa keadaan, di antaranya ketika shalat sunnah, ketika seorang sakit dan
memberatkan baginya shalat dengan posisi berdiri, maka boleh baginya untuk shalat
dengan posisi duduk.

Imam Nawawi menjelaskan: “Shalat dengan duduk tidak disyaratkan jika seorang
benar-benar tidak mampu berdiri, tetapi tidak boleh dilakukan hanya karena merasa
kesulitan pada tingkatan yang paling rendah. Yang menjadi patokan adalah kesulitan yang
tampak jelas, jika dia merasa khawatir mengalami kesulitan yang parah, sakitnya akan
bertambah, atau yang serupa dengannya, atau bagi orang yang bepergian dengan kapal laut
dan khawatir tenggelam atau pusing (mabuk laut), maka dia boleh melaksanakan shalat
dengan duduk dan tidak perlu mengulangi shalatnya”.

Sholat yang dikerjakan sambil duduk, boleh dilakukan dengan berbagai bentuk duduk,
namun iftiros (duduk seperti melakukan tahiyyat awal) itu lebih utama. Untuk ruku’ dan
sujudnya dilakukan sesuai dengan semestinya jika mampu, namun jika tidak mampu maka
ruku’nya dilakukan dengan membungkukkan kepala sekira kening sejajar dengan tempat

3
didepan kedua lututnya atau sejajar dengan tempat sujudnya. Bila hal ini tidak mampu
maka rukuk dan sujudnya dilakukan dengan membungkukkan kepala semampunya, hanya
saja untuk sujud dibungkukkan agak lebih ke bawah.

C. Pelaksanaan sholat dengan tidur miring


Bila tidak mampu duduk, sholat boleh dilakukan dengan tidur miring, wajah berikut
tubuh bagian depan menghadap kiblat. Lebih utama posisi tubuh miring kekanan (tidur
dengan lambung kanan) sedangkan ruku’ dan sujudnya dilakukan dengan semampunya
artinya jika ia mampu menggerakkan kepala maka ruku’ dan sujudnya dengan cara
tersebut, namun jika ia tidak mampu maka cukup dilakukan dengan isyarat kepala dengan
cara menggerakkan kening ke arah bumi, hanya saja untuk isyarat sujud agak lebih ke
bawah daripada isyarat ruku’.

D. Pelaksanaan sholat dengan telentang


Jika tidak mampu tidur miring maka solat boleh dilakukan dengan tidur terlentang
(mlumah), kepala ditopang dengan sejenis bantal agar bisa menghadap kiblat. Untuk ruku’
dan sujudnya dilakukan sesuai kemampuannya, artinya, jika ia mampu menggerakkan
kepala maka ruku’ dan sujudnya dengan cara tersebut, namun jika ia tidak mampu maka
cukup dilakukan dengan isyarat kepala, hanya saja untuk isyarat sujud harus lebih
kebawah daripada isyarat ruku’nya.

E. Pelaksanaan sholat dengan isyarat mata dan hati


Berkata Ibnu Qudamah:

َّ ‫ َواَل تَ ْسقُطُ ال‬،‫ َونَ َوى بِقَ ْلبِ ِه‬،‫ َأوْ َمَأ بِطَ َرفِ ِه‬،‫وَِإ ْن لَ ْم يَ ْق ِدرْ َعلَى اِإْل ي َما ِء بِ َرْأ ِس ِه‬
‫صاَل ةُ َع ْنهُ َما دَا َم َع ْقلُهُ ثَابِتًا‬
“Dan jika seseorang tidak mampu untuk berisyarat dengan kepalanya, maka ia berisyarat
dengan matanya dan meniatkan dengan hatinya, dan shalat tidak gugur darinya selama ia
masih tersadar.” Caranya dengan memejamkan matanya sedikit pada saat ruku’ dan
memejamkan matanya sempurna ketika sujud.
Namun jika orang yang sakit tidak mampu shalat dengan semua keadaan yang telah
disebutkan maka ia shalat dengan hatinya, ia bertakbir, membaca surat dan meniatkan
untuk ruku’, sujud, berdiri, dan duduk dengan hatinya, karena shalat tidak gugur darinya
selama ia masih tersadar.

4
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Orang yang sakit memiliki keadaan yang berbeda-beda antara yang satu dengan
lainnya. Dari keterangan di atas, kita dapati bahwasanya dalam segi gerakan shalat, orang
yang sakit bisa melakukan shalat dengan cara duduk, atau tidur miring, terlentang, shalat
dengan isyarat, dengan kedipan mata, atau dengan hatinya. Ini sesuai kondisi yang
dibutuhkan oleh orang yang sakit.

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu para pembaca untuk
semakin tahu dan paham tentang sholat ‘ajiz yaitu sholatnya orang yang tidak mampu
beserta tata cara pelaksanaanya.

5
DAFTAR PUSTAKA

 https://bekalislam.firanda.com/2998-shalat-orang-yang-sakit.html
 https://rumaysho.com/33906-bulughul-maram-shalat-cara-shalat-dalam-keadaan-sakit-secara-
rinci-lengkap-dengan-dalil.html
 https://emarahmatikafebrianimediabki.wordpress.com/2014/04/09/shalat-dengan-isyarat/

Anda mungkin juga menyukai