Anda di halaman 1dari 2

Al-Quran untuk Kerukunan Manusia

Keragaman dan perbedaan merupakan salah satu ketentuan Tuhan (Sunnatullah) yang
menjadikan kehidupan di dunia ini penuh dengan warna-warni. Perbedaan, pandangan, keyakinan,
sikap dan perilaku manusia merupakan sebuah keniscayaan seperti disinyalir dalam firman Allah:

َ َّ‫َولَ ْو ش َۤا َء َربُّكَ لَ َج َع َل الن‬


ِ ‫اس ا ُ َّمةً َّو‬
َ‫اح َدةً َّو ََل َي َزالُ ْونَ ُم ْخت َ ِل ِف ْين‬
Artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat” (Q.S. Hud:118).
Perselisihan dan perbedaan manusia tersebut diungkapkan dengan kata kerja (al-fi’l) yang
menunjukkan keberlangsungannya pada masa kini dan masa mendatang, yakni “wala yazaaluuna
mukhtalifna”, artinya Tuhan tidak berkehendak menciptakan manusia sebagai umat yang satu,
tetapi mereka akan senantiasa dan terus selalu dalam perbedaan, dan memang untuk itu mereka
diciptakan seperti dinyatakan pada ayat berikutnya (ayat 119), yang artinya “dan untuk itulah Allah
menciptakan mereka”.
Pakar tafsir Ar-Razi memahami perbedaan dimaksud pada ayat di atas bersifat umum,
meliputi perbedaan agama, perilaku, perbuatan, warna, kulit, bahasa, rezeki dan lainnya.
Keragaman menjadi lazim jika dilihat dari kenyataan adanya siklus kehidupan yang menuntut
adanya interaksi dan kompetisi. Al-Qur‟an mengistilahkannya dengan tadawul (Al-Imran: 140)
dan tadafu’ (Al- Baqarah: 251).
Tadawul yang berarti pergiliran/saling bergiliran atau siklus kehidupan terjadi karena
adanya perebedaan dalam hal kesiapan dan kemampuan. Sedangkan tadafu’ menunjukkan adanya
proses menolak atau mendorong dalam bentuk interaksi dan kompetisi. Kesinambungan
kehidupan di bumi, seperti diisyaratkan dalam ayat tersebut, sangat ditentukan oleh proses tadafu’,
yang dapat dimaknai pula dengan persinggungan dan akulturasi pemikiran budaya, dan peradaban
yang beragam. Berangkat dari realitas semacam ini, perlu ada jembatan yang menghubungkan
perbedaan dan keragaman tersebut untuk bersama-sama merumuskan dan membangun kehidupan
di dunia yang harmonis. Keragaman akan menjadi indah bila dapat dikelola dengan baik dalam
wadah kebersamaan. Fungsi manusia sebagai khalifah Tuhan yang bertugas memakmurkan bumi
menuntut adanya kebersamaan walau terdapat perbedaan.
Kebersamaan itu dirumuskan dalam sebuah ungkapan Al-Qur’an seperti dalam Qs. Al-
Hujurat:13 yaitu lita’arafu (agar kamu saling mengenal). Dengan saling mengenal, manusia akan

1
saling memahami dan menghormati perbedaan, dan selanjutnya bekerja sama mewujudkan
kemaslahatan bersama.
Salah satu cara untuk saling mengenal adalah dialog. Selain merupakan konsekuensi logis
dari keragaman dan perbedaan, dialog juga merupakan bagian dari perintah agama agar saling
mengenal dan bekerja sama dalam kebaikan. Karena itu, Islam memberikan perhatian besar
terhadap dialog dengan meletakkan kaidah dan etikanya. Tidak berlebihan jika dikatakan Islam
adalah agama dialog. Tidak kurang dari 120 sikap dialogis ditunjukkan dalam Al-Qur’an dengan
menggunakan sekitar 1000 ayat Al-Qur’an, atau sekitar 1/6 kandungannya. Kata qala dengan
segala bentuk derivasinya; qaalu, yaqulu, qul, qulu, yaquluna, dan lainnya seperti: al-ḥiwār, al-
jidāl, dan al-ḥijāj. Yang menunjukkan bentuk-bentuk dialog disebut dalam Al-Qur’an tidak kurang
dari 1700 kali.
Objek dan perilaku dialognya pun beragam, antara lain: dialog antara para rasul dengan
kaumnya, antara kekuatan baik dan jahat, atau intern kekuatan jahat dan baik. dialog dengan Ahli
kitab, kaum munafik, pengikut fanatis tradisi buruk nenek moyang; dialog tentang wujud Allah
dan kekuasaan-Nya, hari kebangkitan, dan sebagainya. Salah satu hal yang menunjukkan bahwa
Islam adalah agama yang dinamis dan realistis, serta mampu menyesuaikan diri di setiap ruang
dan waktu. Keberadaan dialog dalam kehidupan semakin penting jika melihat perkembangan
dunia modern yang diwarnai dengan berbagai pertikaian, permusuhan, dan peperangan antar
berbagai kelompok karena kepentingan-kepentingan tertentu. Karena itu, perlu dibangun sikap
saling memahami eksistensi masing-masing, meningkatkan kerja sama, dan mendekatkan
perbedaan yang ada supaya segala macam permusuhan dan pertikaian yang ada di bumi ini, segera
sirna dan seluruh manusia bisa hidup dengan damai dan aman sentosa.

Anda mungkin juga menyukai