Anda di halaman 1dari 13

BAHASA INDONESIA KELAS X

BAB 5: MEMETIK KETELADANAN DARI BIOGRAFI PAHLAWAN

TEKS BIOGRAFI

D.N. AIDIT
Kisah Sang Pemuda Merah

KELOMPOK 5

Fakhri Aulia Putra


Naufal Fadullah
Roppih
Ahmad Sodiq Pranata

X TKJ 2
SMK Negeri 22 Jakarta
2024

1
D.N. Aidit yang sedang berbicara di sebuah acara kampanye PKI pada tahun 1955.
(Wikipedia.org)

2
Perayaan ulang tahun Partai Komunis Indonesia dirayakan besar-besaran di
Gelanggang Bung Karno, Presiden Sukarno (kanan) terlihat mesra berdampingan
dengan Ketua Partai Komunis Indonesia D.N Aidit (kiri) pada 23 Mei 1965.
(wikipedia. org)

3
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, saya sebagai salah satu orang yang terlibat aktif dalam
penulisan teks biografi ini mewakilkan kelompok saya menyampaikan puji dan
syukur atas kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas membuat Teks Biografi tentang D.N. Aidit ini,
berjudul D.N. Aidit: Kisah Sang Pemuda Merah. Sungguh suatu kebanggaan
tersendiri bagi saya dan kelompok bisa membuat dan menghasilkan karya
mengenai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perjalanan sejarah Bangsa
Indonesia ini, terutama pada dekade 1950-1960an.

Saya berterimakasih pada teman-teman saya: Naufal Fadullah, Roppih, dan


Ahmad Sodiq Pernata yang telah mencurahkan usaha dan kerjanya sehingga
tugas ini bisa terselesaikan seperti yang anda para pembaca sekalian pegang dan
lihat. Terimakasih saya pribadi pula pada Guru Bahasa Indonesia Pak Diki, yang
menugaskan tugas ini, karena saya pribadi yang notabenenya sangat menyukai
sejarah, terutama sejarah Indonesia modern bisa menuangkan kesukaan saya itu
dalam tugas membuat teks biografi ini. Saya juga berterimakasih pada pihak-
pihak lain yang tak bisa saya sebutkan satu per satu, namun ikut berkontribusi
dalam pengerjaan tugas teks biografi "karya" kelompok kami ini.

Sedikit mengenai D.N. Aidit—topik utama pembicaraan kita dalam tulisan


ini—, walau memang citranya terlanjur buruk dan masih banyak dibenci hingga
saat ini imbas dari keterlibatannya dalam peristiwa pemberontakan G30S—yang
sebetulnya masih abu-abu karena belum ada bukti pasti atas keterlibatannya
dalam peristiwa di malam berdarah itu—, kita tetap tak boleh tak mengakui
bahwa pemuda ini adalah pemuda yang luar biasa, yang mampu
membangkitkan PKI dari keadaan terpuruk dan hampir bubar setelah kegagalan.

4
Hal itu menjadi salah satu pertimbangan mengapa kami memilih D.N. Aidit
untuk menjadi tokoh yang dibahas. Bagaimana pemuda ini yang semula adalah
orang religius berlatar belakang keluarga yang sangat agamis bisa menjadi kader
muda hingga pemimpin sebuah Partai Komunis? Bagaimana dia membawa PKI
yang bisa dikatakan "partai gagal" pasca mereka dihajar tentara pada
pemberontakan Madiun tahun 1948 menjadi partai dengan suara terbanyak ke-
empat—kalah dari PNI, Masyumi, dan NU— pada pemilu tahun 1955 hanya
dalam 4 tahun setelah dia menjabat pimpinan PKI pada tahun 1951? Dan juga,
bagaimana akhir hidupnya yang konon dieksekusi tentara setelah dituduh
terlibat dalam peristiwa G30S, yang masih sangat misterius sampai-sampai
bahkan jenazah dan makamnya masih menjadi tanda tanya besar hingga
sekarang? Semua itu adalah kepenasaran saya dan kemudian menular pada
teman yang lain, sehingga kelompok kami pun satu suara untuk menjadikannya
kisah hidupnya sebagai topik tugas kami.

Semoga, apa yang kami telah tulis dan paparkan dalam kertas ini bisa
membuat kita lebih mengenal sosok seorang D.N. Aidit ini, bukan lagi hanya dari
perspektif bahwa ia adalah seorang penjahat bengis, pemimpin PKI yang
mendalangi peristiwa G30S, namun sebagai seorang manusia dan seorang tokoh
dalam sejarah Indonesia. Semoga, para pembaca bisa juga terhibur dan
mengambil manfaat lainnya dari tulisan ini. Sekian terimakasih dari kami,
selamat membaca. Dan satu pesan terakhir kami, yang mengutip dari kata-kata
sang proklamator Ir. Soekarno: Jasmerah, Jangan Sekali-kali Melupakan
Sejarah.

Fakhri Aulia P.

Jakarta, Maret 2024

5
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ........................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 3

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 5

PROLOG ............................................................................................................ 7

D.N. AIDIT: KISAH SANG PEMUDA MERAH .................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA

6
PROLOG

Dipa Nusantara Aidit adalah seorang politikus komunis Indonesia, yang


menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Central Comitte (CC) Partai Komunis
Indonesia (PKI) dari tahun 1951 hingga eksekusi kilatnya pada saat pembantaian
di Indonesia 1965-1966.

Ia memimpin PKI pada usia 31, dan hanya perlu setahun untuk
melambungkan partai yang sempat terpuruk imbas dari Peristiwa Madiun 1948
itu alam kategori empat partai besar di Indonesia pada Pemilu 1955 (Kalah dari
PNI, Masyumi, dan NU)

PKI mengklaim memiliki 3.5 juta pendukung dan menjadi partai komunis
terbesar di dunia setelah partai Komunis di Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina
dibawah kepemimpinannya.

Namun, peristiwa pada malam 30 September 1965, menghancurkan dan


mengubur segala kiprah politik Aidit dalam sekejap.

Aidit disebut-sebut menjadi dalang dalam pembunuhan sejumlah jenderal


TNI. Alhasil, ia menjadi buruan bagi semua orang, khususnya dari mereka yang
anti terhadap komunis.

Aidit berhasil ditangkap dan dieksekusi tentara pada tanggal 22 November 1965.
Tanpa ada sesiapa pun yang tahu pasti dimana makamnya berada, terkecuali
para eksekutornya.

7
Bahkan hingga saat ini.

8
D.N. AIDIT
KISAH SANG PEMUDA MERAH

Dipa Nusantara Aidit atau D.N. Aidit


lahir dengan nama Achmad Aidit pada
tanggal 30 Juli 1923 di Jalan Belantu 3,
Pangkal Lalang, Belitung, Kepulauan Bangka
Belitung. Ayahnya bernama Abdullah Aidit
dan ibunya bernama Mailan. Menurut buku

Aidit lahir di keluarga yang cukup


terpandang. Ayahnya adalah seorang mantri
kehutanan, jabatan yang cukup bergengsi di
Belitung ketika itu. Beliau juga pernah
memimpin gerakan pemuda di Belitung
melawan kekuasaan kolonial Belanda, dan
kemerdekaan sempat menjadi anggota DPRS
mewakili rakyat Belitung. Sementara sang ibu merupakan putri dari Ki Agus Haji
Abdul Rachman yang dikenal sebagai peneroka (pembuka tanah/lahan) kampung
Batu Itam yang punya berhektar-hektar tanah.

Selain terpandang, Aidit juga lahir di keluarga yang taat beribadah dan dekat
dengan agama. Sang ayah Abdullah adalah seorang tokoh pendidikan islam
ternama di Belitung. Ia merupakan pendiri Nurul Islam, sebuah organisasi
pendidikan islam yang hingga kini masih berdiri. Semasa kecil, Orang-orang
sekampung mengenal Aidit sebagai bocah yang alim, rajin ke masjid, juga pandai
mengaji. Ia juga kerap kali diminta mengumandangkan azan karena suaranya
yang keras—mayoritas masjid saat itu belum memiliki pengeras suara—dan lafaz

9
bacaannya jelas.

Aidit juga adalah anak yang mudah bergaul. Dia banyak berkumpul dengan
geng-geng anak-anak seumurannya, entah itu geng anak-anak pribumi ataupun
Tionghoa. Bahkan sejak kecil pula dia sudah bergaul dengan para buruh
Gemeenschapelijke Mijnbouw Billiton, sebuah perusahaan tambang yang dekat
dengan rumahnya. Kelak, pergaulan dengan para buruh tambang ini akan
menjadi pemicu awal simpati Aidit pada kaum kelas pekerja, dan kemudian
menarik minatnya pada ideologi sosialisme-komunisme.

Setelah lulus dari HIS (Hollandsch-Inlandsche Inlandsche School), sebuah


sekolah setingkat SD, Aidit merantau ke Batavia dan melanjutkan pendidikannya
di sekolah dagang MHS (Middestand Handel School). Disinilah bakat
kepemimpinan Aidit mulai tampak ketika ia berhasil mengorganisasi kawannya
agar bolos massal untuk mengantar jenazah pejuang kemerdekaan Hoesni
Thamrin.

Selama berada di Batavia, pada tahun 1940 Aidit


mendirikan perpustakaan "Antara" yang menjadi awal
perkenalannya dengan ide-ide sosialisme melalui
berbagai buku karya penulis-penulis ternama, seperti
Karl Marx dan Friedrich Engels. Ia juga mulai
berkenalan dan membangun relasi dengan tokoh-tokoh
pejuang kemerdekaan seperti Mohammad Hatta, Amir
Sjarifuddin, Mohammad Yamin, dan masih banyak lagi.

Pada masa-masa di Batavia ini pula Aidit mulai


vokal dalam kegiatan politik. Ia aktif dalam beberapa
kelompok pergerakan, seperti Persatuan Timur Muda, di
mana ia kemudian menjadi pemimpinnya. Ia sering juga ikut serta dalam
perkumpulan para pemuda aktivis kemerdekaan di Asrama Menteng 31
(sekarang bernama Gedung Joang 45) .

Menjelang dewasa, Aidit kemudian memutuskan untuk mengganti namanya


dari semula Achmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit, atau disingkat D.N.
Aidit.

10
Ia sempat menghilang—diduga sembunyi di Tanjung Priok, Jakarta—setelah
meletusnya pemberontakan PKI Madiun di tahun 1948, tapi kemudian kembali
lagi dan menduduki posisi Sekretaris Jenderal pada tahun 1951. Aidit mendepak
keluar orang-orang golongan tua PKI seperti Alimin dan Tan Ling Djie, kemudian
merubah struktur eksekutif PKI sehingga berisikan orang-orang yang pro
dengannya. PKI dibawahnya berubah kiblat yang semula mengikuti gaya Uni
Soviet ke gaya RRC (Republik Rakyat China). PKI dibawah Aidit juga merubah
strategi yang semula menjadi partai oposisi menjadi pro-pemerintah, terutama di
masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966).

Alhasil, PKI pun mulai menanjak dari keterpurukan setelah pemberontakan


Madiun tahun 1948 menjadi Partai pemenang suara terbesar ke-4 pada pemilu
tahun 1955. Di masa jayanya di bawah pimpinan Aidit, PKI mengaku memiliki 3
juta anggota, tersebar di seluruh Indonesia. PKI juga menjadi partai Komunis
terbesar ke-3 di dunia internasional, setelah Partai Komunis Uni Soviet dan Partai
Komunis Tiongkok.

Namun, peristiwa G30S mengubah segalanya. Insiden berdarah dimana 7


perwira militer diculik dan kemudian dibunuh dituduhkan pada PKI. Aidit, yang
adalah Ketuanya, tentu menjadi target buruan utama aparat. Aidit sadar akan hal
itu, jadi kemudian ia kabur dan hidup berpindah-pindah tempat, menghindari
kejaran tentara

Walau sudah semaksimal mungkin


bersembunyi, Aidit tetap tertangkap
pada tengah malam tanggal 21
November 1965 oleh pasukan Brigade
IV pimpinan Kolonel Yasir Hadibroto di
sebuah rumah di daerah Kampung
Sambeng, Solo, Jawa Tengah. Hidupnya
berakhir dihadapan regu tembak pada
dini hari esoknya, tanggal 22
November 1965 setelah memberikan
pidato berapi-api pada para
eksekutornya. Jenazahnya di-klaim berada di sebuah sumur tua, tepatnya di
halaman belakang Markas Batalyon 444, Boyolali, Jawa Tengah. Namun, hingga

11
kini, keberadaan dari jenazah pemimpin terakhir PKI itu masih menjadi misteri.

Meski D.N. Aidit hingga sekarang pun masih menjadi tokoh kontroversial
terutama mengenai keterlibatannya dan PKI dalam peristiwa G30S, ia tetaplah
seorang tokoh sejarah yang perannya tercatat dalam perjalanan bangsa
Indonesia. Terlepas dari dirinya yang adalah seorang berideologi "merah", Aidit
adalah seorang pemuda dengan semangat revolusioner tinggi, juga politikus
hebat yang membawa sebuah partai dicap partai "gagal" menuju masa
kejayaannya dalam kurun waktu beberapa tahun saja.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara oleh Tim Buku TEMPO

 D.N. Aidit: Politikus Komunis Indonesia (1923-1965)


(id.m.wikipedia.org/wiki/D.N._Aidit)

 5 Fakta DN Aidit, Sosok Religius yang Dieksekusi usai Tragedi G30S PKI oleh Devi
Setya (www.detik.com/edu/detikpedia/d-6318601/5-fakta-dn-aidit-sosok-religius-
yang-dieksekusi-usai-tragedi-g30s-pki/)

 DN Aidit, Pemimpin Terakhir PKI oleh Verelladevanka Adryamarthanino, Widya


Lestari Ningsih (kompas.com/stori/read/2022/05/12/150000479/dn-aidit-pemimpin-
terakhir-pki)

 Biografi DN Aidit: Kecil Khatam Mengaji, Besar Pimpin PKI oleh Iswara N.
Raditya (tirto.id/biografi-dn-aidit-kecil-khatam-mengaji-besar-pimpin-pki-f5p1)

 23 November 1965: Eksekusi mati D.N. Aidit oleh Calista Aziza


(elshinta.com/news/251652/2021/11/23/23-november-1965-eksekusi-mati-dn-aidit)

 Di Mana Makam DN Aidit dan Kisah Eksekusi Mati Pemimpin PKI oleh Imanudin
Abdurohman (tirto.id/di-mana-jenazah-dn-aidit-gQpz)

13

Anda mungkin juga menyukai