Mengulas sedikit mengenai pengertian dari kepribadian. Bahwa
kepribadian adalah keseluruhan cara seseorang atau individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain (Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. 2008: 126-127)
Menurut istilah, kepribadian adalah personality (bahasa Inggris);
persoonlijkheid (bahasa Belanda); personlichkeit (bahasa Jerman); personalita (bahasa Italia); dan personalidad (bahasa Spanyol). Akar kata istilah tersebut berasal dari bahasa Latin persona (topeng), yaitu topeng yang dipakai oleh seorang aktor drama atau sandiwara (Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 51).
Kepribadian atau Pribadi yang sakit yaitu pribadi yang
menyimpang dari kebiasaan pada umumnya atau bertentangan dengan norma, aturan, dan kaidah kepribadian yang seharusnya ditampilkan. Ciri- ciri kepribadian yang sakit yaitu:
1. Mudah marah (tersinggung).
2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan. 3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi). 4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang. 5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum. 6. Kebiasaan berbohong. 7. Hiperaktif. 8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas. 9. Senang mengkritik atau mencemooh orang lain. 10. Sulit tidur. 11. Kurang memiliki rasa tanggung jawab. 12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis). 13. Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama. 14. Pesimis dalam menghadapi kehidupan. 15. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.
Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala
gangguan jiwa dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (Zakiah Darajat, 1983:11)
Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang
bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain ; serta terhindar dari gangguan- gangguan dan penyakit jiwa ( Zakiah Darajat, 1983 : 12)
Kesehatan mental merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan
untuk penyesuaian diri yang baik. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan dia akan mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kesehatan mental adalah kunci untuk penyesuaian diri yang sehat. Kesehatan mental berarti bebas dari simtom- simtom yang melumpuhkan dan mengganggu, yang merusak efisiensi mental, kestabilan emosi, atau ketenangan pikiran. B. Kepribadian Sehat
Pribadi sehat adalah yang menyenangkan. Sikap tidak mudah
menyalahkan orang lain, kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih mampu menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang menyenangkan. Setiap individu memiliki ciri- ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat.
Menurut E. B. Hurlock (1986) karakteristik kepribadian yang sehat
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mampu menilai diri sendiri secara realistik; mampu menilai
diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. 2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna. 3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan mereaksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistik. 4. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. 5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya. 6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif tidak destruktif (merusak). 7. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan. 8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya. 9. Penerimaan sosial; mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain. 10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya. 11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagian yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang). 12. Sikap positif; seorang psikolog bernama Kobassa menemukan tiga sikap positif yang sangat mendukung kesehatan pribadi, yaitu: a. Control, yaitu orang yang memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat menjadi penentu nasibnya sendiri. Cara pandang ini menyehatkan karena orang tidak mudah menyalahkan orang lain, situasi atau tuhan untuk kegagalan atau masalah-masalah yang dialami. Untuk setiap peristiwa baik itu yang menyenangkan atapun yang menyusahkan orang dengan keyakinan control yang tinggi ini cenderung akan melakukan refleksi atau introsfeksi diri. Dengan refleksi, orang dapat belajar dari pengalaman-pengalaman hidupnya sehingga pengertiannya akan terus bertambah untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan. b. Komitmen, yaitu perasaan bertujuan dan keterlibatan dengan kegiatan-kegiatan, maupun hubungan- hubungan dengan orang lain. Dengan komitmen ini, orang-orang tidak cepat menyerah dengan banyaknya tekanan hidup, karena ia dapat meminta bantuan kepada orang lain disaat mengalami banyak tekanan. Orang dengan komitmen yang rendah seringkali memandang keterlibatan dalam kegiatan dan hubungan dengan orang lain hanya akan manjeratnya pada kewajiban-kewajiban yang melelahkan. Akibatnya, ia tidak memiliki sumber bantuan social yang dapat membuatnya bertahan ketika menghadapi tekanan hidup. c. Tantangan, yaitu cara memandang kesulitan sebagai sesuatu yang dapat mengembangkan diri bukan mengancam rasa aman diri. Orang yang demikian adalah orang yang mau mengarahkan segenap sumber dayanya untuk menghadapi persoalan bukan menghindarinya, karena ia tahu manfaatnya untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan diri. Sebaliknya orang yang memandang persoalan hidup sebagai sesuatu yang mengancam rasa amannya, cenderung akan menghindarinya sehingga ia kehilangan kesempatan untuk lebih meningkatkan dirinya. Psikolog lain Fiktor Frank menemukan bahwa ternyata sikap penerimaan dan syukur membuat orang lebih mampu menghadapi penderitaan.
Jadi, pribadi sehat bukanlah pribadi yang bebas dari masalah,
pribadi sehat bukan juga yang senang terus menerus, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu menghadapi setiap persoalan hidup dengan tersenyum karena ia memiliki sikap positif terhadap setiap persoalan untuk pengembangan pribadi, membuatnya lebih mau terbuka pada setiap pengalaman manis maupun getir, menerima dan mensyukurinya.
Adapun kepribadian sehat memiliki ciri-ciri utama, yaitu:
a) Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat
dimana ia selalu dengan sengaja mencari kebaikan pada diri setiap orang atau setiap situasi. Kepribadian seseorang tidak sehat sampai pada tingkat dimana ia dengan sengaja mencari keburukan pada diri setiap orang atau pada situasi apapun. b) Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan leluasa memaafkan orang lain. Tindakan memaafkan membebaskan diri kita dari beban yang berat yang tidak selayaknya dipikul kemana-mana. c) Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan mudah rukun dengan banyak orang yang jenisnya berbeda-beda. Siapa saja bisa rukun dengan beberapa orang. Namun orang dengan kepribadian yang benar- benar sehat memiliki kemampuan mudah rukun dengan banyak jenis orang yang perangainya, kepribadiannya, sikapnya, dan norma- normanya berbeda-beda. Itulah ukuran dan ujian yang sesungguhnya bagi kepribadian yang sehat. C. Kepribadian Dalam Islam
Beberapa Terminologi yang Merujuk Kepribadian dalam Studi
Keislaman yang maknanya sering dipadankan dengan kepribadian, yaitu: huwiyyah, aniyyah, dzatiyyah, nafsiyyah, khuluqiyyah, dan syakhshiyyah (Abdul Mujib, 2006).
Masing-masing istilah tersebut walaupun terkait dengan
kepribadian, tetapi memiliki keunikan tersendiri. Huwiyyah berasal dari kata huwa yang berati dia. Istilah ini sepadan dengan istilah identity dan individuality dalam bahasa Inggris. Identity adalah diri atau aku-nya seseorang, kepribadian, atau suatu kondisi kesamaan dalam sifat-sifat karekteristik yang pokok. Sedangkan individuality adalah segala sesuatu yang membedakan individu dengan individu yang lain.
Aniyyah berasal dari kata ana, yang bermakna aku. Aniyyah
mempunyai kesamaan dengan huwiyyah, hanya cara atau sudut pandang yang berbeda. Huwiyyah menunjukkan persepsi individu terhadap individu lain yang menghasilkan satu konsep kepribadian, sedangkan aniyyah lebih menekankan pada persepsi diri yang menghasilkan konsep kepribadian. Istilah dzatiyah juga bermakna identity, personality, dan subjectivity.
Dzatiyah adalah tendensi individu pada dirinya yang berasal dari
subtansi dirinya. Kata zat yang yang dinisbahkan pada diri manusia memiliki arti jasad atau ruh atau kedua-duanya. Berarti bahwa struktur manusia terdiri dari sinergi dua zat, yaitu zat jasad dan zat ruh.
Selanjutnya, istilah nafsiyyah berasal dari kata nafs yang berarti
diri atau pribadi. Ia bisa bermakna kepribadian, diri pribadi atau tingkat perkembangan kepribadian. Namun maknanya tidak hanya terbatas pada kepribadian saja. Ia bisa juga bermakna nyawa, hawa nafsu, dan struktur kepribadian yang terdiri dari gabungan antara jasmani dan rohani. Istilah berikutya yang dianggap mampu menampung konsep kepribadian adalah istilah syakhshiyyah. Menurut pemahaman dari pemikir islam lain, Syaikh Taqiyuddin An- Nabhani misalnya menjelaskan bahwa kepribadian manusia tidak ada kaitannya dengan bentuk tubuh, wajah, keserasian fisik dan hal lain sejenisnya. Manusia memiliki keistimewaan disebabkan akalnya, sementara baik atau buruknya kepribadian manusia ditunjukkan oleh perbuatannya (An- Nabhani, 2003). Dengan demikian kepribadian manusia dinilai dari perbuatan- perbuatan yang dilakukannya, sehingga setiap perbuatan yang dilakukan seseorang menjadi identitas kepribadiannya.
Menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani juga, Perbuatan ialah aktifitas
yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya. Perbuatan manusia terkait erat dengan mafahimnya serta tidak bisa dipisahkan (An-Nabhani, 2003). Sedangkan mafahim adalah pemahaman terhadap fakta/realitas berdasarkan landasan tertentu yang diyakini sebagai informasi yang tersimpan di dalam otak. Pemahaman terbentuk pada seseorang ketika memusatnya antara fakta dengan informasi atau sebaliknya (An- Nabhani, 2003). Inilah fungsi akal dalam diri manusia, yakni menghukumi fakta berdasarkan landasan tertentu yang diyakini. Aktifitas ini disebut dengan pola berpikir atau aqliyah, sedangkan hasil dari aqliyah ini disebut dengan mafahim. Adapun aktifitas pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri berdasarkan mafahim yang dimiliki oleh seseorang disebut dengan pola sikap atau nafsiyah, sedangkan hasil dari nafsiyah ini disebut dengan perbuatan. Berdasarkan hal ini, mafahim dan perbuatan merupakan inti dan dasar dari kepribadian seseorang (An- Nabhani, 2003). Berdasarkan penjelasan di atas, kepribadian dapat didefinisikan sebagai, “satu kesatuan integrasi dari cara kerja aqliyah dan nafsiyah berdasarkan akidah tertentu yang diyakini kemudian melahirkan perbuatan”. Dimana pengertian atau definisi ini bersifat umum untuk seluruh definisi kepribadian manusia.