Anda di halaman 1dari 40

MATERI 1

ANALISA DIRI
A. Pengertian analisa diri
Menurut Bregson analisis adalah penilaian yang cenderung
mengungkapkan kenyatan yang berakibat pada pemilihan yang berlanjut
dengan hilangnya kenyataan itu sebagai keseluruhan yang utuh. Sedangkan,
diri dapat diartikan sebagai orang atau pribadi. Sehingga analisa diri
merupakan penalaran atas diri sendiri yang cenderung mengungkapkan
kenyataan itu berakibat pada pemilahan yang berlanjut pada diri seseorang
sesuai dengan karakter sifat.
Analisa diri itu sangat penting dan perlu dilakukan oleh masing masing
individu untuk menuju manusia yang lebih progresif.seperti mengenali diri
sendiri dengan bertanya pada diri sendiri “siapa saya?”, “jadi siapa saya?”,
pertanyaan ini sangat penting untuk ditanyakan pada diri sendiri agar kita
lebih menyadari dan mengetahui apa kelebihan, kekurangan dan kelemahan
pada diri kita. Terdapat beberapa fungsi dari analisa diri yaitu
1. Untuk mengenali diri sendiri,
2. Mengetahui potensi diri,
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan pada diri pribadi masing masing,
4. Intropeksi diri
5. Merencanakan konsep diri

B. Analisis “SWOT” diri sendiri


Analisis SWOT merupakan teknik analisis yang diterapkan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities) dan ancaman (threats). Analisis SWOT biasanya diterapkan
untuk menganalisis bisnis dan strategi. Namun, fungsi dari analisis SWOT
dapat dimanfaatkan pula untuk mengenal diri sendiri dengan lebih mendalam.
Metode tersebut disebut dengan analisis SWOT diri sendiri atau personal
SWOT analysis. Dalam suatu perusahaan, analisis SWOT digunakan untuk
menganalisis pertumbuhan perusahaan beserta tolak ukur keberhasilannya.
Sementara itu, dalam sebuah proyek, analisis SWOT digunakan untuk
memastikan tingkat kinerja sebuah proyek berdasarkan pada proyeksi awal.
Analisis SWOT tidak hanya dapat dilakukan untuk bisnis, proyek dan
strategi. Tetapi, juga dapat digunakan untuk menganlisis diri sendiri. Ketika
Grameds telah mengenal diri sendiri maka akan mengetahui kelemahan dan
kekuatan yang dipunyai. Dengan begitu, akan menjadi lebih mudah untuk
memperbaiki setiap kekurangan sekaligus mengoptimalkan kekuatan yang
dimiliki. Hal ini juga bermanfaat untuk proses bersosialisasi dan memudahkan
komunikasi dengan orang lain.
Elemen dalam Analisis SWOT Diri Sendiri:
Analisis SWOT terdiri dari Strength (S), Weakness (W), Opportunity (O), dan
Threat (T). Berikut penjelasan keempat aspek tersebut.
1. Kekuatan atau Kelebihan (Strengths)
Kekuatan dalam analisis SWOT diri sendiri memberikan gambaran
mengenai keunggulan seseorang dan perbedaannya dengan orang lain.
Poin ini menjadi hal penting yang berkaiatan dengan keahlian seseorang.

2. Kelemahan atau Kekurangan (Weaknesses)


Kelemahan menjadi penghambat kesuksesan diri sendiri. Oleh sebab itu,
ketika kelemahan telah teridentifikasi maka akan dapat merencanakan
strategi untuk meminimalisir kelemahan menjadi kerugian atau
penghambat.
3. Peluang atau Kesempatan (opportunities)
Peluang atau kesempatan berdasarkan pada faktor eksternal yang
menguntungkan yang mampu memberikan keunggulan kompetitif bagi
diri sendiri. Ancaman mengacu pada faktor-faktor yang memberikan
potensi merugikan bagi diri sendiri. Ancaman juga berpotensi
menghilangkan kekuatan, kehilangan peran, dan peluang. Sehingga, harus
diwaspadai sedini mungkin untuk merancang strategi yang tepat.
4. Ancaman (Threat)
Ancaman yang akan dihadapi oleh organisasi ataupun proyek yang dapat
menghambat perkembangannya sehingga kita bisa melihat seberapa jauh
faktor yang menjadi ancaman dalam bisnis atau proyek yang sedang kita
kerjakan.

C. Cara Menggunakan SWOT dam Diri Sendiri


Langkah pertama dalam menganalisis SWOT diri sendiri adalah membuat
tabel. Kemudian, gambar empat kotak, dua kotak bagian atas adalah S
(strength) dan W (weakness), kemudian pada bagian bawah yaitu O
(opportunities) dan T (threats). Kemudian dalam setiap kolom diisi dengan
jawaban yang menggambarkan diri sendiri. Berikut beberapa pertanyaan yang
dapat dijadikan sebagai menuliskan keadaan diri sendiri.
1. Strength
Berikut beberapa pertanyaan dari unsur strength.
 Apa kelebihan yang saya miliki? Kelebihan ini bisa berkaitan dengan
pendidikan, keterampilan, koneksi, dan sertifikasi.
 Kebiasaan apa yang saya miliki dan kebiasaan tersebut dapat
memberikan kontribusi?
 Apa pencapaian yang bisa dibanggakan?
 Nilai-nilai apa yang saya yakini dalam diri sendiri?
 Apa yang orang lain lihat sebagai kekuatan saya?
 Apa bakat yang saya miliki?
 Apa yang membuat saya berbeda dengan orang lain?
2. Weakness
Berikut beberapa pertanyaan dari unsur weakness.
 Apa yang menjadi kebiasaan buruk saya?
 Apa yang membuat saya merasa terpuruk?
 Hal apa yang saya takuti atau hindari?
 Bagaimana pendapat orang soal kelemahan saya?
 Hal-hal apa yang tidak kamu kuasai dan itu masih menjadi
kekuranganmu?

3. Opportunity
Berikut beberapa pertanyaan dari unsur opportunity
 Apa saja yang bisa saya lakukan untuk mengembangkan atau
menambah skill?
 Apa yang bisa saya berikan ke orang lain dengan skill yang dimiliki?
 Pekerjaan apa yang tersedia dengan skill yang saya miliki?
 Teknologi apa saja yang saya kuasai sehingga bisa digunakan lebih
luas?
 Apakah saya memiliki lingkungan yang positif?
 Apakah saya memiliki jaringan pertemanan yang luas?

4. Threat
Berikut beberapa pertanyaan dari unsur threat
 Hambatan apa yang saya hadapi saat ini?
 Apa yang dilakukan pesaing atau kompetitor saya?
 Apakah ada perubahan teknologi atau kekurangan dari sistem dapat
mengancam posisi saya?
 Adakah kelemahan saya yang bisa menyebabkan ancaman untuk tidak
berkembang?

D. Contoh analisis swot diri sendiri :

 Strength  Weakness
IQ sangat tinggi Boros
Sarjana Suka menunda pekerjaan
Pintar menulis Mudah tersinggung
Badan sehat Belum punya pekerjaan

 Opportunity  Threat
Memiliki bisnis sampingan keluarga Sulit dalam hal ekonomi
Relasi cukup banyak

E. Manfaat analisis swot diri sendiri


1. Mengetahui dan Memahami Kekuatan yang Dimiliki
2. Melihat peluang lebih jeli
3. Mengetahui Kelemahan yang harus diatasi
4. Mengetahui ancaman yang akan dihadapi

Materi II
Sejarah dan keorganisasian PMII

A. Sejarah berdirinya PMII


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan organisasi
mahasiswa ekstra kampus yang berideologi Ahlussunnah wal Jama’ah yang
bergerak dalam bidang pengkaderan. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) menjadi elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan
Indonesia ke depan menjadi lebih baik lagi. PMII sendiri berdiri pada tanggal
17 April 1960 bertempat di Surabaya dengan latar belakang situasi politik
tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai
kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan
muda NU.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu
kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisaasi
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat
para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi
Ahlussunnah wal Jama’ah. Dibawah ini adalah beberapa yang dapat
dikategorikaan sebagai sebab didirikannya PMII:
1. Carut marutnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu
1950-1959.
2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dalam perundang-undangan
yang ada.
3. Pisahnya NU dari Masyumi.
4. Adanya hasrat kuat para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu
wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah wal
Jama’ah (Aswaja).
Hal-hal diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat
dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi
sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi da pengembangan potensi
mahasiswa-mahasiswa yang berkultur NU.]Terbentuknya PMII tidak dapat
lepas atas keberadaan organisasi Ikatan Pelajar Nahdlaatul Ulama dan Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU). Secara historis, PMII
merupakan Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dibentuk dalam
muktamar III di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 27-31 Desember 1959. Di
dalam organisasi pelajar itu banyak terdapat mahasiswa yang menjadi
anggotanya, bahkan mayoritas fungsionaris pengurus IPNU-IPPNU adalah
mahasiswa.
Pemikiran ini sempat di bahas dalam Muktamar II IPNU di Pekalongan
pada tanggal 1-5 januari 1957. Keinginan tersebut belum ditanggapi serius
karena kondisi di dalam IPNU sendiri masih pembenahan, yakni masih
banyak fungsionaris pengurus IPNI-IPPNU yang berstatus mahasiswa.
Dikhawatirkan jika terbentuk waddah baru bagi mahasiswa akan
mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk. Usaha untuk
mendirikan suatu wadah yang khusus menghimpun mahasiswa Nahdliyin
memang sudah sejak lama, misalnya pada Desember 1955 di Jakarta berdiri
Ikatan Mahasiswa NU (IMANU), di Bandung berdiri Persatuan Mahasiswa
NU (PMNU), dan berdirinya Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) di Surakarta.
B. Tokoh Pendiri PMII
Gagasan legalisasi organisasi Mahasiswa NU senantiasa muncul dan
mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di kaliurang
pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian muncul keputusan
perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan
tinggi. Selain merumuskan pendirian organisasi mahasiswa, KONBES
Kaliurang juga menghassilkan keputusan penunjuk tim perumus pendirian
organisasi yang terdiri dri 13 tokoh, mereka adalah:
1. Khalid Mawardi (Jakarta)
2. M. Said Budairy (Jakarta)
3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
4. Makmun Syukri (Bandung)
5. Hilman (Bandung)
6. Ismail Makki (Yogyakarta )
7. Munsif Nahrowi (Yogyakarta)
8. Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
9. Laily Mansyur (Surakarta)
10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
11. Hizbullah Hudaa (Surabaya)
12. M. Kholid Narbuko (Malang)
13. Ahmad Husein (Makasar)
Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbullah Huda, M. Said
Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke keta umum PBNU kala itu, KH.
Idham Kholid. Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah
mahasiswa NU yang bertempat di sekolah Mu’amalat NU Wonokromo,
Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari jakarta,
Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Makasar,
serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada
saaat itu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari
Yoggyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa
Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya
nama PMII yang menjadi kesepakatan.
Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari “P” apakah
Perhimpunan atau Persatuan. Akhirnya disepakati huruf “P” merupakan
singkatan dari Pergerakan sehingga PMII memiliki kepanjangan “Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta memilih dan
menetapkan Sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid
Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy. Sebagai sekretaris umum
ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun
kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara
resmi wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan secara resmi
pada tanggal 17 April 1960 Masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawal
1379 Hijriyah[5] dengan susunan pimpinan pusat PMII (Periode 1960-1961)
sebagai berikut :
Ketua Umum : H. Mahbub Junaidi
Ketua Satu : Drs. H. Khalid Mawardi
Ketua Dua : Drs. H. Sutanto Martoprasono
Sekretaris Umum : H.M. Said Budairi
Sekretaris Satu : Drs. Munsif Nahrowi
Sekretaris Dua : A. Aly Ubaid
Keuangan Satu : M. Sobich Ubaid
Keuangan dua : Ma’sum
Departemen-departemen :
Pendidikan dan Pengajaran : MS. Hartono, BA
Penerangan dan Publikasi : Aziz Marzuki
Kesejahteraan mahasiswa : Drs. H. Fahrurrozi
Kesenian dan Kebudayaan : HM. Said Budairi
Keputrian : Mahmudah Nahrowi
Luar Negeri : Nukman
Pembantu Umum : Drs. H. Isma’il Makky
: Drs. H. makmun Syukri
: Hisbullah Huda, HS
: Drs. Mustahal Ahmad.
Pada awal berdirinya PMII merupakan organisasi mahasiswa yang
dependen dengan NU, maka PP (Pengurus Pusat) PMII dengan surat
tertanggal 8 Juni 1960 mengirim surat permohonan kepada PBNU untuk
mengesahkan kepengurusan PP (Pengurus Pusat) PMII tersebut. Pada tanggal
14 Juni 1960 PBNU menyatakan bahwa organisassi PMII dapat diterima
dengan sah sebagai keluarga besar partai NU dan diberi mandat untuk
membentuk cabang-cabang di seluruh Indonesia, sedang yang
menandatangani SK tersebut adalah Dr. Idham Chalid selaku ketua Umum
PBNU dan H. Aminuddin Aziz selaku wakil sekretaris jendral PBNU.
Sejak tanggal 14 Juni 1960 itulah PMII dinyatakan menjadi bagian Badan
Keluarga NU yang menginduk pada salah satu Badan Otonom (BO) NU yang
bergerak dibidang pendidikan yaitu Lembaga Ma’arif (LP) Ma’arif NU.
Keputusan PBNU itu kemudian dituangkan ke dalam Peraturan Dasar (PD)
dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) PMII Bab IV pasal 7 namun empat tahun
kemudian dalam Muktamar NU yang 23 pada tahun 1964 di Bandung
keberadaan PMII disahkan menjadi salah satu Badan Otonom NU yang sejajar
dengan Badan Otonom lainnya. Pengertian Badan Otonom (BO) NU
berdasrkan pasal 13 Anggaran Dasar (AD) NU adalah organisasi non-politik
(Kemasyarakatan yang bersifat vertikal dan berhak mengatur rumah
tangganya sendiri dengan nama Peraturan Dasar (PD) dan Peraturan Rumah
Tangga (PRT) yang bersumber pada AD NU pasal 14 dan ART NU Bab VIII
pasal 24. BO sesui dengan bidang urusannya mempunyai hak mengatur
kebijakannya sendiri baik ke dalam maupun keluar selama tidak bertentangan
dengan azas, tujuan dan haluan Partai NU. Struktur BO berda dibawah PB NU
dan ketua umumnya menjadi salah satu anggota pleno organisasi.
Sementara Badan Keluarga (BK) sesuai dengan pasal 13 AD NU adalah
organisassi non-politik (sosial kemasyarakatan) yang bersifat vertikal dan
berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan nama Peraturan Dasar (PD)
dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) yang bersumber pada AD NU pasal 14
dan ART NU Bab VIII pasal 24. Setelah Muktamar NU ke 23 di Bandung
kedudukan PMII berubah dari BK menjadi BO. Dengan demikian secara
otomatis ketua umum PMII di semua tingkatan menjadi anggota pleno
pengurus NU di tingkat masing-masing.
Selanjutnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru
mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyerdahanaan
partai politik secara kuantitas, dan issu back to campus serta organisasi-
organisasi kepemudaan mulai diperkenalkan NKK/BKK, maka PMII
menunntut adanya pemikiran realistis 14 Juli 1971 melalui Deklarasi
Munarjati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi
manapun.
Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkan
Manifest Independensi PMII. Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII
tidak lepas dari paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang merupakan ciri khas
NU. Ini berarti secara kultural-ideologis, PMII dan NU tidak bias dilepaskan.
Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan benang merah antara PMII dengan NU.
Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.
Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”,
“Mahasiswa”, ”Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung
dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak
menuju tujuan idealnya memberikan konstribusi positif pada alam sekitarnya
“Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut
upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan
kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam
kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut
ilmu di perguran tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri
mahasiswa terbangundari citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan
sosial dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung
jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan dan tanggung jawab
individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan
Negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang
dipahami dengan haluan/paradigma Ahlussunnah wal Jama’ah yaitu konsep
pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara Iman,
Islam, dan Ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya
yang tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka,
progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang
terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberadaan
adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling
berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang
demokratis dan beradab (civilized). Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang mempunyai falsafah da
ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 1945.
C. Arti Lambang PMII

1. Bentuk
a. Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa islam terhadap
berbagai tantangan dan pengaruh dari luar.
b. Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang
selalu memancar.
c. 5 (lima) bintang sebelah atas, menggambarkan Rasulullah dengan
empat sahabat terkemuka (Khulafa’ur Rasyidin)
d. 4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat madzhab
yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
e. 9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti ganda, yaitu:
•Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat imam
madzhab ASWAJA itu laksana bintang yang selalu bersinar
cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat manusia.
• Sembilan bintnag juga menggambarkan sembilan orang pemuka
penyebar Agama Islam di Indonesia yang disebut Wali Songo.
2. Warna
a. Biru, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan
yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan, biru juga
menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan
Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan nusantara.
b. Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti
ketinggian ilmu, budi pekerti dan taqwa.
c. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas, berarti identitas mahasiswa
yang menjadi sifat dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat
yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.
3. Penggunaan
a. Lambang PMII digunakan pada papan nama, bendera, kop surat,
stempel, badge, jaket, kartu anggota, dan benda atau tempat lain yang
tujuannya untuk menunjukkan identitas organisasi.
b. Ukuran lambang PMII disesuaikan dengan wadah penggunaanya.

MATERI III
Genealogi Gerakan Paham Islam
Istilah geneologi berasal dari bahasa inggris geneology, yang merupakan akar
kata gene dan logos. Gene berarti suatu unit dari sel yang mengontrol bagian
(kualitas/sifat) yang diturunkan dari induknya, sedangkan logos adalah ilmu. Jadi
geneologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sejarah hubungan
kekeluargaan. Secara umum geneologi PMII dapat diartikan sebagai studi atau
ilmu yang mempelajari tentang sejarah terbentuknya PMII beserta sifat-sifat yang
diturunkan oleh founding fathersnya.
A. Sejarah Agama dan Kepercayaan sebelum Masuknya Islam
Sejarah agama dan kepercayaan sebelum masuknya islam, sebelum
kedatangan Islam, orang Jawa mempraktikkan agama Budha dan Hindu.
Kepercayaan komunitas kemudian kedatangan Islam di Indonesia merupakan
keyakinan akan keberadaannya dewa-dewa Masyarakat Nusantara sebelum
datangnya Islam, adalah masyarakat yang majemuk. keterkaitan antara agama
dan antara agama dan kepercayaan yang ada sebelumnya menimbulkan saling
pengaruh bahkan ada pola sinkretisasi. Diskusi setelah kedatangan
hingga saat ini, Islam di Nusantara telah dibentuk oleh perdebatan panjang
berdasarkan tiga hal penting, yaitu tempat asal kedatangan Islam,
Pembawanya dan Waktu Kedatangannya. Demikian juga, kedatangan Islam di
Jawa belum dapat ditentukan secara pasti. Agama itu mungkin Islam datang
ke Jawa mungkin pada abad ke-11 Masehi sebagai bukti temuan batu nisan
Lera Gresik ditulis dengan huruf arab, tertulis kuburan itu Makam seorang
muslimah bernama Fatimah Binti Maimunah pada tahun 475 H atau 1082 M.
Metamorfosis perkembangan Islam di awal tahun Indonesia memang
selalu menarik untuk dijelajahi dan dijelajahi. Hal karena Islam yang hadir di
perairan nusantara bisa dengan cepat menyesuaikan untuk menghindari
tabrakan kebudayaan dengan adat dan tradisi setempat yang ada sampai
sekarang. Ini adalah upaya ekspansi Islam karena orang Indonesia bergabung
di masa lalu kepercayaan Hindu dan Budha. Setelah itu ada kerajaan-kerajaan
itu raja memeluk Islam sebagai Demak dan Mataram II, pada dasarnya
berperan dalam penyebaran agama Islam memiliki wali yang tergabung dalam
marga Wali. Para penjaga ia benar-benar menjadi penyebar Islam di tanah
Jawa. Karena pulau ini menjadi pusat administrasi seluruh nusantara di
Indonesia setelah Mataram II masuk Islam sebagai agama kerajaan. Dengan
sendirinya penyebaran Islam itu secara teratur tersiar ke daerah daerah di
seluruh kepulauan. 2 Para wali memiliki peranan yang sangat penting dalam
penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Jawa. Kegiatan Islamisasi di
Jawa sejak awal selalu mengahadapi benturan dengan tradisi Jawa yang
banyak dipengaruhi agama Hindu, sehingga selalu terjadi ketegangan dan
dialog yang panjang. Penyebaran Islam di Jawa disesuaikan dengan budaya
lokal.

B. Teori Masuknya Islam di Nusantara


Ada beberapa teori masuknya ajaran islam ke Indonesia. Islam masuk ke
Nusantara melalui pelayaran besar dan dibawa oleh umat Islam dari berbagai
penjuru kebohongan saat ini Indonesia adalah negara Muslim Dunia terbesar.
Menurut beberapa teori yang ada, ajaran Islam datang ke Indonesia melalui
orang-orang dari berbagai negara. Beberapa dari mereka datang ke Nusantara
kemudian bertindak dalam berdakwah. Ada juga peneliti atau ahli agama-
agama yang benar-benar datang ke nusantara untuk disiarkan ajaran Islam.
Terlepas dari diskusi ini dan diskusi selanjutnya teori keempat muncul,
mengacu pada kedatangan Islam di Indonesia antara lain teori India (Gujarat),
teori Arab (Mekkah), teori Persia (Iran) dan teori Cina.

C. Strategi Dakwah Islam di Nusantara


Dari pembahasan tentang datangnya Islam di Nusantara, dapat dipahami
bahwa kedatangan Islam terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu, tidak
sekaligus. Bagian ini menjelaskan tentang strategi dakwah Islam dan media
yang digunakan pedagang dan muballigh dalam menyebarkan Islam di
Indonesia. Salah satu arti 'strategi' dalam kamus Indonesia Raya memiliki
“rencana yang cermat untuk sarana untuk mencapai tujuan tertentu”.
Sehubungan dengan khotbah dalam Islam, strategi dakwah itu adalah tindakan
mubaligh yang memenuhi misi Islam dalam setidaknya dari penelitian tersebut
di atas dan literatur yang berbeda memiliki beberapa fungsi yang digunakan
sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di Indonesia, antara lain
yaitu :
1). Perdagangan
Saluran yang digunakan pada tahap awal proses masuknya Islamisasi di
Indonesia adalah bisnis. Bisa dikenal dengan hiruk pikuk lalu lintas komersial
dari abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi. Kegiatan bisnis ini dengan
partisipasi banyak orang di dunia, termasuk orang Arab, Persia, India, Cina
dll. Anda juga berpartisipasi dalam bisnis barat, tenggara dan benua Asia
Timur.
2). Perkawinan
Dari aspek ekonomi, kebnyakan para pedagang muslim mempunyai
status social ekonomi yang lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi
yang lainnya. Karena hal inilah yang dapat menimbulkan banyak penduduk
pribumi, terutama baggi kaum wanita, yang tertarik untuk menjadi istri para
saudagar-saudagar muslim. Tetapi ada ketentuan hukum islam, bahwa para
wanita yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih dahulu. Para wanita dan
keluarga mereka tidak merasa keberatan dengan hat itu, karena proses
pengislamannya hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, tanpa
melakukan upacara atau ritual rumit yang lainnya.
3). Pendidikan
Proses Islamisasi Indonesia juga dilakukan dengan cara media
pendidikan. Banyak ilmuwan yang mendirikan fasilitas tersebut pendidikan
Islam dalam bentuk pesantren. Ada di fasilitas ini, titik para ulama
menyampaikan ilmu Islam dengan berbagai cara. Sampai saat itu, siswa dapat
mengadopsi pengetahuan agama yang baik. Jika mereka ditemukan cocok,
mereka kembali ke kampung halaman mereka mengembangkan agama Islam
dan membuka lembaga yang sama. Dengan demikian semakin banyak
pesantren didirikan semoga semakin berkembang baik secara kuantitatif
maupun kualitas.
4). Tasawuf
Cara lain yang tak kalah pentingnya Islamisasi di Indonesia adalah
tasawuf. Salah satu cirinya kelas ini merupakan adaptasi dari budaya lokal
yang diminati banyak orang Indonesia yang tertarik untuk menerima ajaran
ini. Biasanya guru tasawuf atau Sufi adalah guru keliling mereka rela hidup
dalam kemiskinan, seringkali sebagai kerabat melalui perdagangan mereka
mengajarkan Teosofi bercampur dengan ajaran-ajaran yang terkenal
Indonesia. Mereka terampil dalam hal-hal magis dan memiliki kekuatan
meningkatkan di antara mereka ada yang menikah dengan bangsawan
setempat.

5). Kesenian
Islamisasi melalui kesenian yaitu islamisasi yang paling terkenal yang
dilakukan melalui pertunjukan wayang. Seperti yang kita tahu Sunan Kalijaga
adalah tokoh yang paling mahir dalam memantaskan wayang, beliau tidak
pernah meminta imbalan materi pada setiap pertunjukan. Sunan Kalijaga
hanya meminta penonton untuk mengikutinya ucapkan dua syahadat.
Kebanyakan cerita wayang namun, diambil dari kisah Ramayana dan
Mahabharata muatan tersebut berisi ajaran Islam dan nama-nama pahlawan
Islam.
6). Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan kebanyakan orang masuk Islam setelah
rajanya yang pertama masuk Islam. Pengaruh politik raja sangat berperan
dalam penyebaran Islam di Indonesia di wilayah ini. Jalur politik juga
ditempuh pada masa Kerajaan Islam menaklukkan kerajaan-kerajaan non-
Muslim baik itu di bagian Sumatera, Jawa, dan Indonesia yang bagian Timur.
MATERI IV
Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
A. Arti NDP
Secara esensial Nilai Dasar Pergerakan ini adalah suatu sublimasi nilai
ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan
Ahlussunnah wal jama’ah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah dan
mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII Sebagai pemberi
keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan menginspirasi Nilai
Dasar Pergerakan ini meliputi cakupan aqidah, syari’ah dan akhlak dalam
upaya kita memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Dalam
upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII
menjadikan Ahlussunnah wal jama’ah sebagai pemahaman keagamaan yang
paling benar. Nilai dasar pergerakan adalah nilai mendasar yang harus
dimiliki oleh anggota dan kader PMII dalam melakukan pergerakan dengan
kerangka Aswaja sebagai arah aturan serta dorongan dalam melakukan
kegiatan kegiatan kePMIIan.

B. Fungsi NDP
1. Landasan berpijak:
Bahwa NDP menjadi landasan setiap gerak langkah dan kebijakan yang
harus dilakukan.
2. Landasan berpikir :
Bahwa NDP menjadi landasan pendapat yang dikemukakan
terhadappersoalan-persoalan yang dihadapi.
3. Sumber motivasi :
Bahwa NDP menjadi pendorong kepada anggota untuk berbuat dan
bergerak sesuai dengan nilai yang terkandung di dalamnya.

C. Kedudukan NDP
1. NDP sebagai rumusan nilai-nilai yang seharusnya dimuat dan menjadi
aspek ideal dalam berbagai aturan dan kegiatan PMII.
2. NDP sebagai landasan dan dasar pembenar dalam berpikir, bersikap, dan
berperilaku.

D. Rumusan Inti NDP


NDP diibaratkan tali pengikat antara anggota yang satu dengan anggota
yang lainnya. Seriap anggota PMII diharuskan memahami dan mengamalkan
apa yang menjadi pedoman dalam melakukan pergerkan. Ada 4 Nilai Dasar
Pergerakan yang wajib diketahui oleh seluruh kader PMII,yaitu :
1. Tauhid
Meng-Esakan Allah SWT, merupakan nilai paling asasi yang dalam
sejarah agama samawi telah terkandung sejak awal keberadaan manusia.
Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat-sifat, dan perbutan-
perbuatan-Nya. Allah adalah dzat yang fungsional. Allah menciptakan,
memberi petunjuk, memerintah, dan memelihara alam semesta ini. Allah
juga menanamkan pengetahuan, membimbing dan menolong manusia.
Allah Maha Mengetahui, Maha Menolong, Maha Bijaksana, Hakim,
Maha Adil, dan Maha Tunggal. Allah Maha Mendahului dan Maha
Menerima segala bentuk pujaan dan penghambaan.
Keyakinan seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang
lebih tinggi dari pada alam semesta, serta merupakan kesadaran dan
keyakinan kepada yang ghaib. Oleh karena itu, tauhid merupakan titik
puncak, melandasi, memadu, dan menjadi sasaran keimanan yang
mencakup keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan, dan perwujudan
dalam perbuatan. Maka konsekuensinya Pergerakan harus mampu
melarutkan nilai-nilai Tauhid dalam berbagai kehidupan serta
terkomunikasikan dan mermbah ke sekelilingnya. Dalam memahami dan
mewujudkan itu, Pergerakan telah memiliki Ahlussunnah wal jama’ah
sebagai metode pemahaman dan penghayatan keyakinan itu.

2. Hubungan Manusia dengan Allah (hablumminallah)


Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia
dalam bentuk sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan kedudukan
terhormat kepada manusia di hadapan ciptaan-Nya yang lain.
Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya fikir,
kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang
memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah dan hamba
Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri
untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada
makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan
ketentuan-ketentauan-Nya. Untuk itu, manusia dilengkapi dengan
kesadaran moral yang selalu harus dirawat, jika manusia tidak ingin
terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.
Dengan demikian, dalam kehidupan manusia sebagai ciptaan Allah,
terdapat dua pola hubungan manusia dengan Allah, yaitu pola yang
didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai
hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara seimbang, lurus dan teguh,
dengan tidak menjalani yang satu sambil mengabaikan yang lain. Sebab
memilih salah satu pola saja akan membawa manusia kepada kedudukan
dan fungsi kemanusiaan yang tidak sempurna. Sebagai akibatnya manusia
tidak akan dapat mengejawentahkan prinsip tauhid secara maksimal.
Pola hubungan dengan Allah juga harus dijalani dengan ikhlas,
artinya pola ini dijalani dengan mengharapkan keridloan Allah. Sehingga
pusat perhatian dalam menjalani dua pola ini adalah ikhtiar yang
sungguh-sungguh. Sedangkan hasil optimal sepenuhnya kehendak Allah.
Dengan demikian, berarti diberikan penekanan menjadi insan yang
mengembangkan dua pola hubungan dengan Allah. Dengan menyadari
arti niat dan ikhtiar, sehingga muncul manusia-manusia yang
berkesadaran tinggi, kreatif dan dinamik dalam berhubungan dengan
Allah, namun tetap taqwa dan tidak pongah Kepada Allah.
Dengan karunia akal, manusia berfikir, merenungkan dan berfikir
tentang ke-Maha-anNya, yakni ke-Mahaan yang tidak tertandingi oleh
siapapun. Akan tetapi manusia yang dilengkapi dengan potensi-potensi
positif memungkinkan dirinyas untuk menirukan fungsi ke-Maha-anNya
itu, sebab dalam diri manusia terdapat fitrah uluhiyah – fitrah suci yang
selalu memproyeksikan terntang kebaikan dan keindahan, sehingga tidak
mustahil ketika manusia melakukan sujud dan dzikir kepadaNya,
Manusia berarti tengah menjalankan fungsi Al Quddus. Ketika manusia
berbelas kasih dan berbuat baik kepada tetangga dan sesamanya, maka ia
telah memerankan fungsi Arrahman dan Arrahim. Ketikamanusia bekerja
dengan kesungguhan dan ketabahan untuk mendapatkan rizki, maka
manusia telah menjalankan fungsi Al Ghoniyyu. Demikian pula dengan
peran ke-Maha- an Allah yang lain, Assalam, Al Mukmin, dan lain
sebagainya. Atau pendek kata, manusia dengan anugrah akal dan
seperangkat potensi yang dimilikinya yang dikerjakan dengan niatyang
sungguh-sungguh, akan memungkinkan manusia menggapai dan
memerankan fungsi-fungsi Asma’ul Husna.
Di dalam melakukan pekerjaannya itu, manusia diberi kemerdekaan
untuk memilih dan menentukan dengan cara yang paling disukai. Dari
semua pola tingkah lakunya manusia akan mendapatkan balasan yang
setimpal dan sesuai yang diupayakan, karenanya manusia dituntut untuk
selalu memfungsikan secara maksimal ke4merdekaan yang dimilikinya,
baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam konteks
kehidupan di tengah-tengah alam dan kerumunan masyarakat, sebab
perubahan dan perkembangan hanyalah milikNya, oleh dan dari manusia
itu sendiri.
Sekalipun di dalam diri manusia dikaruniai kemerdekaan sebagai
esensi kemanusiaan untuk menentukan dirinya, namun kemerdekaan itu
selalu dipagari oleh keterbatasan-keterbatasan, sebab prerputaran itu
semata-mata tetap dikendalaikan oleh kepastian-kepastian yang Maha
Adil lagi Maha Bijaksana,yang semua alam ciptaanNya iniselalu tunduk
pada sunnahNya, pada keharusan universal atau takdir. Jadi manusia
bebas berbuat dan berusaha ( ikhtiar ) untuk menentukan nasibnya
sendiri, apakah dia menjadi mukmin atau kafir, pandai atau bodoh, kaya
atau miskin, manusia harus berlomba-lomba mencari kebaikan, tidak
terlalu cepat puas dengan hasil karyanya. Tetapi harus sadar pula dengan
keterbatasan- keterbatasannya, karaena semua itu terjadi sesuai
sunnatullah, hukum alam dan sebab akibat yang selamanya tidak berubah,
maka segala upaya harus diserrtai dengan tawakkal. Dari sini dapat
dipahami bahwa manusia dalam hidup dan kehidupannya harus selalu
dinamis, penuh dengan gerak dan semangat untuk berprestasi secara tidak
fatalistis. Dan apabila usaha itu belum berhasil, maka harus ditanggapi
dengan lapang dada, qona’ah (menerima) karena disitulah sunnatullah
berlaku. Karenanya setiap usaha yang dilakukan harus disertai dengan
sikap tawakkal kepadaNya.

3. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablumminannas)


Kenyataan bahwa Allah meniupkan ruhNya kepada materi dasar
manusia menunjukan , bahwa manusia berkedudukaan mulia diantara
ciptaan-ciptaan Allah. Memahami ketinggian eksistensi dan potensi yang
dimiliki manusia, anak manusia mempunyai kedudukan yang sama antara
yang satu dengan yang lainnya. Sebagai warga dunia manusia adalah satu
dan sebagai warga negara manusia adalah sebangsa sebagai mukmin
manusia adalah bersaudara.
Tidak ada kelebihan antara yang satu dengan yang lainnya , kecuali
karena ketakwaannya. Setiap manusia memiliki kekurangan dan
kelebihan, ada yang menonjol pada diri seseorang tentang potensi
kebaikannya , tetapi ada pula yang terlalu menonjol potensi
kelemahannya, agar antara satu dengan yang lainnya saling mengenal,
selalu memadu kelebihan masing-masing untuk saling kait mengkait atau
setidaknya manusia harus berlomba dalam mencaridanmencapai
kebaikan, oleh karena itu manusia dituntut untuk saling menghormati,
bekerjasama, totlong menolong, menasehati, dan saling mengajak kepada
kebenaran demi kebaikan bersama.
Manusia telah dan harus selalu mengembangkan tanggapannya
terhadap kehidupan. Tanggapan tersebut pada umumnya merupakan
usaha mengembangkan kehidupan berupa hasil cipta, rasa, dan karsa
manusia. Dengan demikian maka hasil itu merupakan budaya manusia,
yang sebagian dilestarikan sebagai tradisi, dan sebagian diubah.
Pelestarian dan perubahan selalu mewarnai kehidupan manusia. Inipun
dilakukan dengan selalu memuat nilai-nilai yang telah disebut di bagian
awal, sehingga budaya yang bersesuaian bahkan yang merupakan
perwujudan dari nilai-nilai tersebut dilestarikan, sedang budaya yang
tidak bersesuaian diperbaharui.
Kerangka bersikap tersebut mengisyaratkan bergerak secara
dinamik dan kreatif dalam kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk
memanfaatkan potensinya yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT.
Melalui pemanfaatan potensi diri itu justru manusia menyadari asal
mulanya, kejadian, dan makna kehadirannya di dunia.
Dengan demikian pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi
dalam kehidupan manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dalam
hubungan dengan Allah, manusia dan alam selaras dengan
perekembangan kehidupandan mengingat perkembangan suasana.
Memang manusia harus berusaha menegakan iman, taqwa dan amal
shaleh guna mewujudkan kehidupan yang baik dan penuh rahmat di
dunia. Di dalam kehidupan itu sesama manusia saling menghormati
harkat dan martabat masing-masing , berderajat, berlaku adil dan
mengusahakan kebahagiaan bersama. Untuk diperlukan kerjasama yang
harus didahului dengan sikap keterbukaan, komunikasi dan dialog antar
sesama. Semua usaha dan perjuangan ini harus terus -menerus dilakukan
sepanjang sejarah.
Melalui pandangan seperti ini pula kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dikembangkan. Kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan kerelaan dan
kesepakatan untuk bekerja sama serta berdampingan setara dan saling
pengertian. Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimaksudkan untuk
mewujudkan cita-cita bersama : hidup dalam kemajuan, keadilan,
kesejahteraan dan kemanusiaan. Tolok ukur bernegara adalah keadilan,
persamaan hukum dan perintah serta adanya permusyawaratan.
Sedangkan hubungan antara muslim ddan non muslim dilakukan
guna membina kehidupan manusia dengan tanpa mengorbankan
keyakinan terhadap universalitas dan kebenaran Islam sebagai ajaran
kehidupan paripurna. Dengan tetap berpegang pada keyakinan ini, dibina
hubungan dan kerja sama secara damai dalam mencapai cita-cita
kehidupan bersama ummat manusia.
Nilai -nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia
tercakup dalam persaudsaraan antar insan pergerakan , persaudaraan
sesama Islam , persaudaraan sesama warga bangsa dan persaudaraan
sesama ummat manusia . Perilaku persaudaraan ini , harusd menempatkan
insan pergerakan pada posisi yang dapatv memberikan kemanfaatan
maksimal untuk diri dan lingkungan persaudaraan.

4. Hubungan Manusia dengan Alam (Hablumminal Alam)


Alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Dia menentukan ukuran
dan hukum-hukumnya.Alam juga menunjukan tanda-tanda keberadaan,
sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai taiuhid melingkupi nilai
hubungan manusia dengan alam .Sebagai ciptaan Allah, alam
berkedudukan sederajat dengan manusia. Namun Allah menundukan
alam bagi manusia , dan bukan sebaliknya . Jika sebaliknya yang terjadi,
maka manusia akan terjebak dalam penghambaan terhadap alam , bukan
penghambaan terhadap Allah. Karena itu sesungguhnya berkedudukan
sebagai khalifah di bumi untuk menjadikan bumi maupun alam sebagai
obyek dan wahana dalam bertauhid dan menegaskan dirinya.
Perlakuan manusia terhadap alam tersebut dimaksudkan untuk
memakmurkan kehidupan di dunia dan diarahkan kepada kebaikan di
akhirat, di sini berlaku upaya berkelanjutan untuk mentransendensikan
segala aspek kehidupan manusia. Sebab akhirat adalah masa masa depan
eskatologis yang tak terelakan . Kehidupan akhirat akan dicapai dengan
sukses kalau kehidupan manusia benar-benar fungsional dan beramal
shaleh.
Kearah semua itulah hubungan manusia dengan alam ditujukan .
Dengan sendirinya cara-cara memanfaatkan alam. memakmurkan bumi
dan menyelenggarakan kehidupan pada umumnya juga harus bersesuaian
dengan tujuan yang terdapat dalam hubungan antara manusia dengan
alam tersebut. Cara-cara tersebut dilakukan untuk mencukupi kebutuhan
dasar dalam kehidupan bersama. Melalui pandangan ini haruslah dijamin
kebutuhan manusia terhadap pekerjaan ,nafkah dan masa depan. Maka
jelaslah hubungan manusia dengan alam merupakan hubungan
pemanfaatan alam untuk kemakmuran bersama. Hidup bersama antar
manusia berarti hidup dalam kerja sama , tolong menolong dan tenggang
rasa.
Salah satu hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Manusia menciptakan itu untuk
memudahkan dalam rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi
atau memudahkan hubungan antar manusia . Dalam memanfaatkan alam
diperlukan iptek, karena alam memiliki ukuran, aturan, dan hukum
tertentu; karena alam ciptaan Allah buykanlah sepenuhnya siap pakai,
melainkan memerlukan pemahaman terhadap alam dan ikhtiar untuk
mendayagunakannya.
Namun pada dasarnya ilmu pengetahuan bersumber dari Allah.
Penguasaan dan pengembangannyadisandarkan pada pemahaman
terhadap ayat-ayat Allah. Ayat-ayat tersebut berupa wahyu dan seluruh
ciptaanNya. Untuk memahami dan mengembangkan pemahaman
terhadap ayat-ayat Allah itulah manusia mengerahkan kesadaran moral,
potensi kreatif berupa akal dan aktifitas intelektualnya. Di sini lalu
diperlukan penalaran yang tinggi dan ijtihad yang utuh dan sistimatis
terhadap ayat-ayat Allah, mengembangkan pemahaman tersebut menjadi
iptek, menciptakan kebaruan iptek dalam koteks ke,manusiaan, maupun
menentukan simpul-simpul penyelesaian terhadap masalah-masalah yang
ditimbulkannya. Iptek meruipakan perwujudan fisik dari ilmu
pengetahuan yang dimiliki manusia, terutama digunakan untuk
memudahkan kehidupan praktis.
Penciptaan, pengembangan dan penguasaan atas iptek merupakan
keniscayaan yang sulit dihindari. Jika manusia menginginkan kemudahan
hidup, untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama bukan sebaliknya.
Usaha untuk memanfaatkan iptek tersebut menuntut pengembangan
semangat kebenaran, keadilan, kemanusiaan dan kedamaian. Semua hal
tersebut dilaksanakan sepanjang hayat, seiring perjalanan hidup manusia
dan keluasan iptek. Sehingga, berbarengan dengan keteguhan iman-
tauhid, manusia dapat menempatkan diri pada derajat yang tinggi.

Materi V
Study Gender dan Kelembagaan Kopri
A. Studi Gender
Dari penjelasan Bu Irma-pemateri mapaba kemarin, Gender adalah
pembagian peran, perempuan punya porsi (diluar seks), seperti bekerja,
mencuci, menyapu, dll. Feminisme adalah usaha atau alat agar sejajar seperti
pria. KOPRI yaitu Korp PMII Putri atau Badan Seni Otonom (BSO). Fungsi
KOPRI adalah anggota putri yang disetarakan, supaya bisa berdaya ditengah
kegiatan di dalam kampus.
Menurut bahasa, kata gender diartikan sebagai “the grouping of words into
masculine, feminine, and neuter, according as they are regarded as male,
female or without sex” yang artinya gender adalah kelompok kata yang
mempunyai sifat, maskulin, feminin, atau tanpa keduanya (netral). Dapat
dipahami bahwa gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan juga bukan
kodrat Tuhan. Konsep gender sendiri harus dibedakan antara kata gender dan
kata seks (jenis kelamin).
Kata gender jika ditinjau secara terminologis merupakan kata serapan yang
diambil dari bahasa Inggris. Kata Gender berasal dari bahasa Inggris berarti
“jenis kelamin. Dalam Webster’s New World Dictionary, gender diartikan
sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari
segi nilai dan tingkah laku. Di dalam Women’s Studies Encyclopedia
dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya
membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang
dalam masyarakat .
Karena istilah gender masih sangat baru dipergunakan dalam blantika
perbendaharaan kata di Indonesia, maka kata tersebut tidak dijumpai dalam
kamus-kamus bahasa Indonesia. Namun, kata ini terus melakukan proses
asimilasi dengan bahasa Indonesia. Pengaruh kuat dari sosialisasi dalam
masyarakat maka kata tersebut tidak lagi ditulis dengan huruf italik karena
sudah seakan-akan dianggap bagian dari bahasa Indonesia, demikian juga
dalam penulisan sebagian telah menggunakan kata gender menjadi gender.
Kata gender ini jika dilihat posisinya dari segi struktur bahasa (gramatikal)
adalah bentuk nomina (noun) yang menunjuk kepada arti jenis kelamin atau
disebut dengan al-jins dalam bahasa Arab Hans. Sehingga jika seseorang
menyebut atau bertanya tentang gender maka yang dimaksud adalah jenis
kelamin––dengan menggunakan pendekatan bahasa. Kata ini masih terbilang
kosa kata baru yang masuk ke dalam khazanah perbendaharaan kata bahasa
Indonesia. Istilah ini menjadi sangat lazim digunakan dalam beberapa dekade
terakhir. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa gender adalah sebuah
konsep yang dijadikan parameter dalam pengidentifikasian peran laki-laki dan
perempuan yang didasarkan pada pengaruh sosial budaya masyarakat (social
contruction) dengan tidak melihat jenis biologis secara equality dan tidak
menjadikannya sebagai alat pendiskriminasian salah satu pihak karena
pertimbangan yang sifatnya biologis.
1. Hilary M. Lips dalam bukunya yang terkenal Sex & Gender: An
Introduction mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya
terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectations for women and
men). Pendapat ini sejalan dengan pendapat kaum feminis, seperti Lindsey
yang menganggap semua ketetapan masyarakat prihal penentuan
seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah termasuk bidang kajian
gender (What a given society defines as masculine or feminim is a
componen of gender).
2. T. Wilson dalam Sex and Gender mengartikan gender sebagai suatu dasar
untuk menentukan pengaruh faktor budaya dan kehidupan kolektif dalam
membedakan laki-laki dan perempuan. Agak sejalan dengan pendapat
yang dikutip Showalter yang mengartikan gender lebih dari sekedar
pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya,
tetapi menekankan gender sebagai konsep analisa yang dapat digunakan
untuk menjelaskan sesuatu.
Kata gender belum masuk dalam perbendaharaan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, tetapi istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di Kantor
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dengan istilah “gender”. Gender
diartikan sebagai interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin
yakni laki-laki dan perempuan. Gender biasanya dipergunakan untuk
menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tetap bagi laki-laki dan
perempuan.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender adalah
suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini
adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (social contructions), bukannya
sesuatu yang bersifat kodrati.
Ada beberapa definisi gender lainnya yang di kutip. Namun, mempunyai
pengertian yang tidak jauh berbeda, yang pada intinya tidak terlepas dari tiga
kata kunci: laki-laki, perempuan dan kebudayaan.
Korp PMII Putri, sebagai wadah kader perempuan Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia meyakini perannya sebagai khalifatullah fil ardl dan
keberadaannya akan menjadi rahmat bagi segenap alam. Karenanya
keberadaan KOPRI harus bisa menjadi sesuatu yang bisa dirasakan
kemanfaatannya tidak hanya oleh kader-kader PMII baik laki-laki maupun
perempuan tetapi juga bagi seluruh Umat yang ada di bumi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Relasi PMII dan KOPRI sebenarnya tidak berbenturan, hanya secara
gerakan, perempuan mempunyai wilayah sendiri. Hanya koordinasi yang
sifatnya tidak begitu prinsip. Yang penting selama tidak bertentang ini harus
tetap didukung. KOPRI menempatkan teori gender hanya sebagai analisa saja
agar kita tidak terbelenggu dengan budaya patriarkal sehingga perempuan bisa
menentukan gerakannya sesuai dengan kebutuhan perempuan tersebut.
Wacana gender sebagai alat saja bukan sebagai tujuan. Dan wacana gender
disesuaikan dengan wacana keislaman dan kearifan lokal.
Prosentase perempuan di setiap Mapaba PMII ada 60%. Cukup banyak
namun dalam pengkaderan kita belum mumpuni mengggarapnya. Paling
banter hanya bisa survive 5 kader di setiap cabang. Karena kita akhir-akhir ini
kehilangan sosok-sosok kepemipinan perempuan di tingkat cabang, kota, dan
kabupaten se-Jawa Tengah yang bisa berkomunikasi dengan PB dan basis.
Tugas utama KOPRI PMII adalah bagaimana mensinergikan kader
perempuan PMII yang cukup banyak dengan wadah yang berbeda-beda.
Yakni, sesuai dengan local genius yang berbeda di masing-masing cabang.
Juga mensinergikan antara PB dan pengurus di bawahnya (PKC, PC, PK dan
PR).
B. Sejarah KOPRI dan Kelembagaanya
1. Sejarah KOPRI
Perjalanan sejarah organisasi yang bernama Korps PMII Putri yang
disingkat KOPRI mengalami proses yang panjang dan dinamis. KOPRI
berdiri pada kongres III PMII pada tanggal 7-11 Februari 1967 di Malang
Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputriandengan berkedudukan di
Surabaya Jawa Timur dan lahir bersamaan Mukernas II PMII di Semarang
Jawa Tengah pada tanggal 25 September 1976. Musyawarah Nasional
pertama Korp PMII Putri pada kongres IV PMII 1970. Kopri mengalami
keputusan yang pahit ketika status KOPRI dibubarkan melalui voting beda
suara pada kongres VII di Medan.
Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa kader-kader perempuan
PMII pasca konres di Medan mengalami stagnasi yang berkepanjangan
dan tidak menentu, oleh sebab itu kader-kader perempuan PMII
mengganggap perlu dibentuknya wadah kembali, kongres XIII di Kutai
Kertanegara Kalimantan Timur pada tanggal 16-21 April 2003 sebagai
momentum yang tepat untuk memprakarsai adanya wadah. Maka,
terbentuklah POKJA perempuan dan kemudian lahirlah kembali KOPRI di
Jakarta pada tanggal 29 September 2003 karena semakin tajam semangat
kader perempuan PMII maka pada kongres di Bogor tanggal 26-31 Mei
tahun 2005 terjadi perbedaan kebutuhan maka terjadi voting atas status
KOPRI dengan suara terbanyak menyatakan KOPRI adalah Otonom
sekaligus memilih ketua umum PB KOPRI secara langsung sehingga
terpilih dalam kongres sahabati Ai maryati Shalihah.

2. Kelembagaan KOPRI
PMII menyadari bahwa anggotanya perlu diberdayakan
semaksimal mungkin. Selama ini kader putri PMII dirasa belum banyak
yang diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensinya, padahal jumlah
anggota putri PMII terbilang banyak. Untuk itu, konstitusi PMII
mensyaratkan keberadaan kader putri dalam setiap tingkatan kepengurusan
PMII diberi kuota minimal 1/3 (dari PB sampai Rayon).
a. Landasan Normatif
Dalam Bab VII Anggaran Rumah Tangga (ART) PMII tentang
Kuota Kepengurusan, Pasal 20 dinyatakan, ayat (1) Kepengurusan di
setiap tingkat harus menempatkan anggota perempuan minimal 1/3
keseluruhan anggota pengurus; dan ayat (2) Setiap kegiatan PMII
harus menempatkan anggota perempuan minimal 1/3 dari keseluruhan
anggota.
Penjelasan soal pemberdayaan anggota perempuan PMII ada dalam
bab VIII Pasal 21 ayat (1) Pemberdayaan Perempuan PMII
diwujudkan dengan pembentukan wadah perempuan yaitu KOPRI
(Korp PMII Putri), dan ayat (2) Wadah Perempuan tersebut diatas
selanjutnya diataur dalam Peraturan Organisasi (PO).
Adapun wadah pemberdayaan anggota putri PMII ditegaskan
dengan pembentukan lembaga khusus bernama Korp PMII Putri
(KOPRI) sebagaimana dalam Bab IX tentang Wadah Perempuan.
Dalam Pasal 22, ayat (1): Wadah perempuan bernama KOPRI; ayat (2)
KOPRI adalah wadah perempuan yang didirikan oleh kader-kader
Putri PMII melalui Kelompok Kerja sebagai keputusan Kongres PMII
XIV; ayat (3) KOPRI didirikan pada 29 September 2003 di Asrama
Haji Pondok Gede Jakarta dan merupakan kelanjutan sejarah dari
KOPRI yang didirikan pada 26 November 1967; dan ayat (4) KOPRI
bersifat semi otonom dalam hubungannya dengan PMII. Struktur
KOPRI sebagaimana struktur PMII, terdiri dari : PB KOPRI, PKC
KOPRI dan PC KOPRI.

b. Visi dan Misi KOPRI


Visi KOPRI adalah Terciptanya masyarakat yang berkeadilan
berlandaskan kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
Sedangkan Misi KOPRI adalah Mengideologisasikan nilai keadilan
gender dan mengkonsolidasikan gerakan perempuan di PMII untuk
membangun masyarakat berkeadilan gender.
c. Perjalanan Sejarah KOPRI
Perjalanan sejarah organisasi yang bernama Korps PMII Putri yang
disingkat KOPRI mengalami proses yang panjang dan dinamis.
KOPRI berdiri pada kongres III PMII pada tanggal 7-11 Februari 1967
di Malang Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputrian dengan
berkedudukan di Surabaya Jawa Timur dan lahir bersamaan Mukernas
II PMII di Semarang Jawa Tengah pada tanggal 25 September 1976.
Musyawarah Nasional pertama Korp PMII Putri diselenggarakan pada
kongres IV PMII 1970.
KOPRI dari masa ke masa mengalami ketidakharmonisan karena
minimnya koodinasi. Hanya pada saat Ali Masykur Musa (1991-1994)
yang memiliki keharmonisan dengan Ketua KOPRI-nya dari Lampung
(Jauharoh Haddad). KOPRI pada awalnya diposisikan menjadi badan
otonom dari PMII namun sekarang menjadi semi otonom yang mana
pimpinan KOPRI dipilih atau ditunjuk oleh Ketua Umum PB PMII.
Konsekuensinya KOPRI harus berada di cabang-cabang di setiap
daerah.
KOPRI mengalami keputusan yang pahit ketika status KOPRI
dibubarkan melalui voting beda suara pada Kongres KOPRI VII atau
PMII XIII di Medan pada tahun 2000. Merasa pengalaman pahit itu
terasa, bahwa kader-kader perempuan PMII pasca konres di Medan
mengalami stagnasi yang berkepanjangan dan tidak menentu, oleh
sebab itu kader-kader perempuan PMII mengganggap perlu
dibentuknya wadah kembali, kongres XIII di Kutai Kertanegara
Kalimantan Timur pada tanggal 16-21 April 2003 sebagai momentum
yang tepat untuk memprakarsai adanya wadah.
Maka, terbentuklah POKJA perempuan dan kemudian lahirlah
kembali KOPRI di Jakarta pada tanggal 29 September 2003 karena
semakin tajam semangat kader perempuan PMII maka pada kongres di
Bogor tanggal 26-31 Mei tahun 2005 terjadi perbedaan kebutuhan
maka terjadi voting atas status KOPRI denga suara terbanyak
menyatakan KOPRI adalah Otonom sekaligus memilih ketua umum
PB KOPRI secara langsung sehingga terpilih dalam kongres sahabati
Ai’ maryati Shalihah. Dalam Kongres PMII ke-16 di Batam, Maret
2008, setelah melalui sidang dan voting yang menegangkan dan
melelahkan hingga subuh, memutuskan status KOPRI Semi Otonom.
d. Ketua Umum KOPRI dari Masa ke Masa
Berikut ini daftar nama-nama Ketua Umum PB KOPRI sepanjang
masa (1967-sekarang).
1. Mahmudah Nahrowi 1967-1968
2. Tien Hartini 1968-1970
3. Ismi Maryam BA 1970
4. Zazilah Rahman BA 1971
5. Siti Fatimah Bsc 1972
6. Adiba Hamid 1973
7. Wus’ah Suralaga 1973-1977
8. Choirunnisa Yafishsham 1977
9. Fadilah Suralaga 1977-1981
10. Ida Farida 1981
11. Lilis Nurul Husna 1981-1984
12. Iis Kholila 1985-1988
13. Iriani Suaida 1988
14. Khofifah Indar parawansa 1988-1991
15. Ulha Soraya 1991
16. Jauharoh Haddad 1991-1994
17. Diana Mutiah 1994-1997
18. Luluk Nur Hamidah 1997-2000
19. Umi Wahyuni 2000-2003
20. Efri Nasution 2003
21. Winarti 2003-2005
22. Ai’ Maryati Shalihah 2005-2007
23. Eem Marzu Hiz 2008-2010
Sejarah menorehkan bahwa pergerakan perempuan tidak luput dari
dinamika yang dikaitkan dengan kondisi sosial politik baik nasional
maupun internasional. Isu perempuan sudah bukan isu lokal, hal ini dapat
kita lihat bahwa modernisme dan persinggungan budaya merupakan hal
kongkret yang mengharuskan kita untuk waspada, mawas diri baik secara
individu maupun komunitasnya dalam menghadapi realita yang terjadi
tanpa pergi meninggalkannya. Citra laki-laki adalah makhluk kuat dan
rasional sementara perempuan adalah makhluk lemah dan emosional
merupakan kontruksi budaya. Citra tersebut bukanlah kodrat karena
perbedaan antara laki-laki dan perempuan terletak pada biologisnya.
Kesadaran pengorganisasian isu dan SDM dalam tubuh PMII
merupakan titik awal dalam membangun gerakan perempuan. PMII
mengambil komitmen terhadap keadilan gender dan mewujudkannya
melalui dibentuknya lembaga gerakan perempuan yang bernama Korps
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI). KOPRI adalah
badan semi otonom yang strukturnya disesuaikan dengan hirarki struktur
PMII yang menangani persoalan perempuan di PMII dan isu perempuan
secara umum. Lembaga ini bersifat hirarkis dan bertanggung jawab pada
pleno PMII. Hubungan antara PMII dan KOPRI ditunjukkan dengan garis
koordinasi dan konsultasi.
Perjalanan sejarah organisasi bernama Korps PMII Putri yang
disingkat menjadi KOPRI mengalami proses yang panjang dan dinamis.
KOPRI berdiri pada Kongres III PMII pada tanggal 7-11 Februari 1967 di
Malang, Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputrian dengan
berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur dan lahir bersamaan dengan
Mukernas II PMII di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 25 September
1967.
Musyawarah Nasional pertama Korps PMII Putri pada Kongres IV
PMII di Makasar (Ujung Pandang) pada tanggal 25-31 April 1970. KOPRI
mengalami keputusan yang pahit ketika status KOPRI dibubarkan melalui
voting beda satu suara pada Kongres XII di Medan tahun 2000. Pasca
Kongres di Medan, kader perempuan mengalami stagnasi hingga
dirumuskannya kembali wadah perempuan dalam Kongres ke XIII di
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada tanggal 16-21 April 2003.
Agenda tersebut dijadikan momentum yang tepat untuk memprakarsai
adanya wadah perempuan, maka terbentuklah POKJA Perempuan dan
kemudian lahirlah kembali KOPRI di Jakarta pada tanggal 29 September
2003. Karena semakin tajamnya semangat kader perempuan PMII maka
pada Kongres di Bogor tanggal 26-31 Mei 2005 terjadi perbedaan
pandangan kembali dan atas pertimbangan dan kebutuhan maka terjadi
voting atas status KOPRI dengan suara terbanyak menyatakan bahwa
KOPRI adalah otonom. Pada saat itu dipilih pula Ketua Umum PB KOPRI
secara langsung, sehingga terpilih sahabat Ai Maryati Shalihah pada
Kongres tersebut. Selanjutnya dalam Kongres Batam yang diadakan pada
tanggal 27 Februari – 4 Maret 2008 melahirkan pemimpin baru, sahabat
Eem Marhamah Zulfa Hiz dengan posisi sebagai lembaga semi otonom.
Perjalanan yang panjang, hasil Kongres PMII ke XVII tanggal 9-17
Maret 2011 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan memilih sahabat Irma
Muthoharoh sebagai Ketua Umum KOPRI PB PMII Periode 2011-2013,
yang dipilih langsung dari semua Cabang se-Nusantara. Inilah proses
regenerasi kepemimpinan KOPRI dalam rangka meneruskan cita-cita
perjuangan kemahasiswaan, keIslaman, dan kebangsaan yang terbingkai
dalam visi misi KOPRI PB PMII itu sendiri.
Korp PMII Putri, sebagai wadah kader perempuan Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia meyakini perannya sebagai khalifatullah fil
ardl dan keberadaannya akan menjadi rahmat bagi segenap alam.
Karenanya keberadaan KOPRI harus bisa menjadi sesuatu yang bisa
dirasakan kemanfaatannya tidak hanya oleh kader-kader PMII baik laki-
laki maupun perempuan tetapi juga bagi seluruh Umat yang ada di bumi
ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Relasi PMII dan KOPRI sebenarnya tidak berbenturan, hanya
secara gerakan, perempuan mempunyai wilayah sendiri. Hanya koordinasi
yang sifatnya tidak begitu prinsip. Yang penting selama tidak bertentang
ini harus tetap didukung. KOPRI menempatkan teori gender hanya sebagai
analisa saja agar kita tidak terbelenggu dengan budaya patriarkal sehingga
perempuan bisa menentukan gerakannya sesuai dengan kebutuhan
perempuan tersebut. Wacana gender sebagai alat saja bukan sebagai
tujuan. Dan wacana gender disesuaikan dengan wacana keislaman dan
kearifan lokal.
Prosentase perempuan di setiap Mapaba PMII ada 60%. Cukup
banyak namun dalam pengkaderan kita belum mumpuni mengggarapnya.
Paling banter hanya bisa survive 5 kader di setiap cabang. Karena kita
akhir-akhir ini kehilangan sosok-sosok kepemipinan perempuan di tingkat
cabang, kota, dan kabupaten se-Jawa Tengah yang bisa berkomunikasi
dengan PB dan basis.
Tugas utama KOPRI PMII adalah bagaimana mensinergikan kader
perempuan PMII yang cukup banyak dengan wadah yang berbeda-beda.
Yakni, sesuai dengan local genius yang berbeda di masing-masing cabang.
Juga mensinergikan antara PB dan pengurus di bawahnya (PKC, PC, PK
dan PR).
Materi VI
Sejarah Perjuangan Bangsa
A. Perjuangan
Perjuangan suatu bangsa adalah usaha dan kerja keras untuk mencapai
sesuatu yang diharapkan untuk dihormati dan kebaikan bangsa. Di masa
kolonial, pertempuran adalah segalanya dengan korban, perang dan diplomasi
untuk memperoleh atau mencapai kemerdekaan. Pada saat yang sama, pada
awal kemerdekaan, terjadi perjuangan untuk menjaga kemerdekaan.
Perjuangan ini menghasilkankKeberhasilan yang diwujudkan dengan
pernyataan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sistem politik
yang mencerminkan kehendak seluruh rakyat Indonesia sebagaimana
tercantum dalam surat itu UUD 1945 didasarkan pada falsafah dan ideologi
Pancasila.

B. Sejarah Perjuangan Bangsa Masa Sebelum Kemerdekaan


1. Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh
pertama abad ke-20 di Nusantara (kini Indonesia), ketika rakyat Indonesia
mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia".
Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Budi
Utomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Untuk mengejar keuntungan ekonomi dan menguasai administrasi
wilayah, Belanda menerapkan sistem pemerintahan kolonial pada orang-
orang yang sebelumnya tidak memiliki kesamaan identitas politik. Pada
awal abad ke-20, Belanda menetapkan batas-batas teritorial di Hindia
Belanda, yang menjadi cikal bakal Indonesia modern.
Pada paruh pertama abad ke-20, muncul sejumlah organisasi
kepemimpinan yang baru. Melalui kebijakan Politik Etis, Belanda
membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar.
Perubahan yang mendalam pada orang-orang Indonesia ini sering disebut
sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia". Peristiwa ini dibarengi dengan
peningkatan aktivitas politik hingga mencapai puncaknya pada Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei ditiap
tahunnya, sebenarnya merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Utomo.
Kebangkitan Nasional yang merupakan kebangkitan bangsa Indonesia
yang mulai memiliki rasa kesadaran nasional ditandai dengan berdirinya
Boedi Utomo tanggal 20 Mei 1908 dan lahirnya Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928.

2. Budi Utomo
Berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei akan selalu
dikenang oleh masyarakat Indonesia sebagai hari refleksi atau kebangkitan
nasional, karena Budi Utomo merupakan gerakan pendidikan dan sosial
modern pertama. Budi Utomo kemudian mulai mendirikan perkumpulan-
perkumpulan modern lainnya. Selain itu, arah perkembangan gerakan ini
juga bersifat nasional.

3. Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi
semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Sumpah Pemuda adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang
diselenggarakan dua hari, 27—28 Oktober 1928 di Batavia (kini bernama
Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan "tanah air Indonesia",
"bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini diharapkan
menjadi asas bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia dan agar
disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat
perkumpulan-perkumpulan.
Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan
kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi
tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di
dinding Museum Sumpah Pemuda. Naskah orisinil diabadikan
menggunakan ejaan Van Ophuijsen.
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah air Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa
Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia.

4. BPUPKI dan PPKI


BPUPKI beranggotakan 67 orang,yang di ketuai oleh dr. K.R.T.
Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI diresmikan tgl 28 Mei 1945 digedung
Cuo Sangi In. BPUPKI mengadakan 2 sidang Sidang pertama 29 Mei- 1
Juni 1945 tentang dasar negara Indonesia yang menghasilkan Pancasila,
sidang ini juga dibentuk Panitia Sembilan. Kemudian Jepang membentuk
PPKI yang beranggotakan 21 orang. Sidang PPKI tanggal 18 Agustus
1945 mengesahkan UUU 1945, dipilih sementara sebagai presiden dan
wakil presiden sebelum pembentukan DPR. Presiden didukung oleh KNIP
Komisi Nasional Indonesia Pusat.

5. Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat,
17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut
tahun Jepang (kōki) (17 Agustus Shōwa 20 dalam penanggalan Jepang itu
sendiri), yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh
Mohammad Hatta di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56,
Jakarta Pusat. Tujuan dari Proklamasi Kemerdekaan adalah sebagai
deklarasi kepada semua orang tentang kemerdekaan negaranya.

C. Sejarah Perjuangan Bangsa Masa Setelah Kemerdekan


1. Orde Lama
Lahirnya Orde Lama masih sangat berkaitan dengan peristiwa
proklamasi yang menjadi penanda kemerdekaan Indonesia dari tangan
para penjajah. Seperti yang diketahui, proklamasi kemerdekaan Indonesia
akhirnya terselenggara setelah Soekarno dan Mohammad Hatta bersedia
menuruti permintaan golongan pemuda ketika mereka diculik ke
Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Setelah setuju, Soekarno-Hatta
segera dibawa kembali ke Jakarta dan menyusun naskah proklamasi di
kediaman Laksamana Maeda. Keesokan harinya, tanggal 17 Agustus
1945, Soekarno menggelar acara pembacaan naskah proklamasi yang
kemudian disusul dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih di rumah
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Kemudian, pada 18
Agustus 1945, secara aklamasi Soekarno dan Mohammad Hatta dipilih
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai Presiden
dan Wakil Presiden Indonesia. Masa kepemimpinan Soekarno-Hatta
disebut dengan era Orde Lama, yang berlangsung sejak 1945-1966.

2. Orde Baru
Orde Baru Orde Baru adalah pengangkatan rezim Soeharto yang
mencopot Soeharno yang dimulai tahun 1966 sebagai Presiden kedua
Republik Indonesia. Tujuan orde baru adalah tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia yang secara konsisten
dan bersih dapat ditelusuri kembali pada pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945. Pemerintah Indonesia terancam komunisme pada masa
pemberontakan G30S PKI, dan pemerintah Orde Baru fokus
mengembalikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi dasar negara
Indonesia. Masa pemerintahan Orde Baru dimulai pada tahun 1967.
Presiden Sukarno secara resmi menyerahkan mandatnya kepada Jenderal
Suharto pada 11 Maret dengan surat perintah Supersemar. Latar belakang
dikeluarkannya Supersemar adalah akibat dari peristiwa gerakan 30
September 1965 Gestapo, Gestok atau G30S PKI yaitu kudeta Partai
Komunis Indonesia PKI yang menculik dan membunuh beberapa perwira
Angkatan Darat dan beberapa orang lainnya. orang penting.

3. Reformasi
Pada tahun 1998, negara Indonesia menyaksikan sebuah peristiwa
yang merupakan salah satu peristiwa penting yang berdampak besar bagi
negara, peristiwa yang sulit untuk dilupakan oleh banyak orang, terutama
orang-orang keturunan Tionghoa yang konon bisa saja terjadi. . biarlah
mereka yang menjadi korban. acara besar ini. Peristiwa Reformasi Agama
tahun 1998 adalah salah satu peristiwa tersebut, Reformasi adalah gerakan
yang secara konstitusional menginginkan perubahan ke arah yang lebih
baik. Dengan kata lain, perubahan terjadi di bidang politik, sosial,
ekonomi, hukum dan budaya. Reformasi adalah suatu proses menuju
tatanan kehidupan bernegara yang baik, yang meliputi aspek politik,
ekonomi, dan hukum. Reformasi di Indonesia ini merupakan arah untuk
menata kembali kehidupan bangsa yang lebih baik, karena selama 32
tahun pemerintahan era Orde Baru mulai melemah dan tidak cocok lagi
dengan Indonesia. krisis lahir. yang memenuhi berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Krisis politik, ekonomi, hukum dan sosial menjadi faktor
yang menyebabkan lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis
kepercayaan telah menjadi salah satu indikator penentu. Reformasi
dipandang sebagai langkah yang tidak dapat dinegosiasikan.

4. Perjuangan Bangsa Saat Ini


Bentuk perjuangan para pahlawan masa lampau berupa perjuangan
fisik yakni dengan mengorbankan seluruh jiwa, raga, tetes keringat bahkan
tetesan darah untuk kehormatan bangsa Indonesia dan perjuangan non-
fisik berupa pemikiran-pemikiran kritis untuk lepas dari belenggu
kolonialisme. Atas semangat perjuangan para pahlawan masa lampau, kita
dapat menikmati kemerdekaan hingga saat ini.
Semangat kepahlawanan yang terus menyala dapat terus dijadikan
motor penggerak untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa yakni
menjadikan negara Indonesia yang adil dan makmur. Wujud perjuangan
yang dapat dilakukan sebagai masyarakat Indonesia khususnya generasi
muda adalah dengan melakukan berbagai upaya perubahan untuk negara
menjadi lebih maju, membangun bangsa yang cerdas, terciptanya sumber
daya manusia yang memiliki daya saing untuk mampu bersaing dengan
negara lain dan yang tidak kalah penting adalah pendidikan karakter untuk
membangun moral yang baik, usaha yang sungguh-sungguh, serta tekad
yang kuat di dalam diri masyarakat Indonesia.
Salah satu cara yang dapat dilakukan generasi muda sebagai bentuk
perjuangan untuk negara Indonesia yaitu dengan meningkatkan literasi
sedini mungkin dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk
meningkatkan literasi. Dengan adanya literasi masyarakat akan berpikir
secara kritis dan meningkatkan skill berkomunikasi dengan baik saat
memecahkan permasalahan. Karena seseorang yang memiliki tingkat
literasi yang tinggi maka orang tersebut tidak akan asal berbicara saja
melainkan perlu melalui proses berpikir kritis dan tentunya hal ini dapat
bermanfaat untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi di dalam
diri. Kemudian masyarakat tidak akan mudah untuk termakan hoax.
Dengan adanya literasi menyebabkan masyarakat dapat mengembangkan
nilai-nilai budi pekerti di dalam dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik
lagi.
Meningkatkan literasi membuat kita menjadi pribadi yang lebih
cerdas karena memiliki berbagai pengetahuan dan mengasah bahasa asing
untuk menjadi sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara
lain dan tentunya menjadi langkah awal untuk dapat berjuang
mengharumkan nama Indonesia. Oleh sebab itu, mari kita lanjutkan
perjuangan para pahlawan untuk mewujudkan tujuan nasional dengan
memiliki semangat sepenuh hati dan bertekad di dalam diri untuk dapat
mewujudkannya serta memberikan perubahan terhadap negara untuk
menjadi lebih maju.. Semangat berjuang! Merdeka!!!

Materi VII
Ke-Aswajaan

A. Pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah


Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sering disingkat Aswaja adalah orang-orang
yang mengikuti sunnah Rasulullah Saw dan berada dalam golongan jamaah
kaum Muslimin. Aswaja merupakan salah satu aliran pemahaman ideologis
(aqidah) didalam agama islam. Ahlussunah Wal Jamaah adalah aliran yang
diyakini oleh sebagian umat islam. Ada tiga kata yang membentuk kata
ahlussunnah wal jamaah yaitu :
1. Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
2. Al-Sunnah, secara bahasa bermakna sabil atau jalan. Sedangkan menurut
istilah assunnah adalah suatu cara untuk nama yang diiridloi dalam
agama, yang telah ditempuh oleh Baginda nabi Rasulullah SAW. dan dari
kalangan orang – orang yang paham akan agama islam seperti para sahabat
Rasulullah SAW.
3. Al-Jama’ah, berasal dari kata jama’ah artinya mengumpulkan sesuatu,
dengan mendekatkan sebagian ke sebagian lain. Jama’ah berasal dari kata
ijtima’ (perkumpulan), lawan kata dari tafarruq(perceraian), dan
furqah(perpecahan).
Jadi secara terminologi Ahlusunnah wal jama’ah yaitu “golongan yang
mengikuti ajaran rasulullah dan para sahabat-sahabatnya, baik didalam syariat
(hukum islam) maupun aqidah dan tasawuf.”

B. Prinsip Dasar Ahlussunnah Wal Jamaah


Dalam memurnikan iman umat Islam agar sesuai dengan ajaran Rasulullah
Saw dan para sahabat, terdapat prinsip-prinsip dasar yang dijadikan landasan
oleh Ahlussunah Wal Jamaah dalam melakukan amaliyahnya. Paham
ahlussunnah Wal-jama’ah mecakup aspek aqidah, syari’ah dan tasawuf.
Ahlussunnah wal jamaah menekankan bahwa pilar pertama ke-Imanan
adalah Tauhid, sebuah keyakinan yang teguh dan murni bahwa tiada Tuhan
selain Allah. Pilar yang kedua adalah Nubuwah (kenabian), yaitu dengan
meyakini bahwa Allah telah menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rosul
sebagai utusannya. Dalam doktrin Nubuwwat ini, ummat manusia harus
meyakini dengan sepebuhnya bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah
SWT, yang membawa risalah (wahyu) untuk umat manusia. Dia adalah Rasul
terakhir, yang harus diikuti oleh setiap manusia. Pilar yang ketiga ialah Al-
Ma’ad, sebuah keyakinan akan hari akhir. Mereka semua akan dihitung
(hisab) seluruh amal perbuatan mereka selama hidup di dunia. Mereka yang
banyak beramal baik akan masuk surga dan mereka yang banyak beramal
buruk akan masuk neraka.
Di bidang aqidah atau tauhid dalam memurnikan imam umat
muslim agar
sesuai dengan ajaran Rosul dan para sahabat, kita harus mengikuti
rumusan dari 2
Ulama Salaf :
 Al-Asy’ari (Abu Hasan Ali Bin Isma’il Al-Asy’ari) lahir di Basrah 260
H/ 874 M Wafat 324 H/ 936 M,
 Al-Maturidi (Abu Mansur Muhammad Bin Muhammad Bin Mahmud
Al-Maturidi) 333H/ 944 M.
Di bidang fiqih dalam memurnikan syari’at Islam umat muslim agar sesuai
ajaran Rosulullah dan para sahabat, kita harus mengikuti rumusan dari 4
ulama salaf :
 Al-Hanafi lahir di Kuffah 80 H - Wafat 150 H.
 Al-Maliki lahir di Madinah 93H - Wafat 179 H.
 As-Syafi’i lahir di Ghuzzah Palestina 150 H - Wafat 204 H.
 Al-Hambali lahir di Baghdad Rabi’ul Awal 164 H – Wafat 241 H.
Di bidang akhlaq dalam rangka memurnikan ajaran tasawuf agar sesuai
dengan ajaran Rosul dan para sahabat kita harus mengikuti rumusan 2
ulama salaf :
 Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi Wafat 297 H/ 910 M.
 Imam Al-Ghozali lahir di Thus tahun 450 H.

C. Sejarah Ahlussunnah Wal Jamaah


Kemunculan pemikiran Aswaja tidak lepas dari dinamika pendapat umat
Islam itu sendiri. Dimulai ketika zaman pemerintahan Ali bin Abi Thalib,
Muawiyah gubernur Syiria waktu itu melakukan manuver untuk menggoyang
pemerintahan Ali. Alhasil, perang pun terjadi. Beberapa kali perang kubu
Muawiyah mengalami kekalahan. Hingga pada akhirnya diputuskan
mengakhiri perselisihan dengan melakukan suatu kesepakatan. Peristiwa ini
sering kita kenal dengan tahkim.
Muawiyah yang kalah perang fisik dengan kubu Ali, namun menang
ketika taktik politik. Kekhalifahan Ali pun berpindah ke tangan Muawiyah.
Efek dari peristiwa itu umat islam terpecah menjadi 3 kubu. Kubu Ali terbelah
menjadi 2; kubu Syiah dan Khawarij. Dan satu lagi adalah kubu Muawiyah.
Kelompok menilai kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak tidak sah
karena tidak menggunakan hukum Allah atau Al-Qur'an sehingga mereka
memutuskan Khawarij (Kharaja: keluar). Sebagian besar masyarakat saat itu
(kecuali kelompok Muawiyah) menilai perpindahan kekuasan dari Ali ke
Muawiyah berjalan dengan tidak sah dan licik.
Untuk mengatasi pandangan itu maka khalifah membuat aliran bernama
Jabariyah. Kemunculan aliran ini dalam rangka melegitimasi kekuasaan
Muawiyah yang menyatakan bahwa manusia tidak punya kekuasaan untuk
berkehendak. Setelah itu selama masa pemerintahan Bani Umayah muncul
aliran bernama Qodariyah yang diusung oleh Muhammad bin Ali bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib (cucu Ali bin Abi Thalib). Aliran ini
mengajarkan sebaliknya dari aliran Jabariyah. Namun ketika memasuki
pemerintahan Bani Abasiyah, paham Qadariyah dijadikan spirit
pembangunan. Kemudian turunan dari paham ini dengan sedikit modifikasi
mengatasnamakan paham Mu'tazilah. Pada akhirnya lahirlah ulama bernama
Abu Hasan al Asyari. Ia sebelumnya pengikut Mu'tazilah setelah itu keluar.
Abu Hasan menyatakan tidak mengikuti kedua kubu ekstrem dan berdiri di
tengah-tengah. Ia memproklamirkan paham dimana Rasulullah dan sahabat
berada di dalamnya, dan menyebut paham dengan sebutan Ahlussunnah wal
Jama’ah.

D. Paham Ahlussunah Wal Jamaah dalam Organisasi PMII


Organisasi PMII menetapkan paham aqidah Aswaja sebagai haluan
organisasinya, karena secara nilai dan kultur memiliki kesamaan dengan
Nahdlatul Ulama (NU). KH. Said Aqil Siradj, beliau adalah sosok yang telah
berhasil melakuka aktualisasi nalar Aswaja An-Nahdliyah. Menurut belliau,
paham aswaja harus diletakkan secara proposional, yaitu bukan hanya sebagai
madzhab, namun juga sebagai manhajul fikr (metode berfikir) yang digariskan
oleh para shahabat dan tabi’in yang mempunya intelektualitas yang tinggi dan
relatif netral dalam menyikapi
Situasi politik pada zaman itu. Dari prinsip metodologi pemikiran
Ahlussunnah Wal Jamaah, PMII membangun keimanan, pemikiran, sikap,
perilaku dan gerakan.
Adapun salah satu konsep dari pemahaman Aswaja di sini, yaitu tawasuth,
tasamuh, tawazun dan amar ma'ruf nahi munkar.
a. Tawasuth (moderat) ini, sebuah sikap keberagamaan yang tidak terjebak
terhadap hal-hal yang sifatnya ekstrim.
b. Tasamuh, sebuah sikap keberagamaan dan kemasyarakatan yang
menerima kehidupan sebagai sesuatu yang beragam.
c. Tawazun (seimbang), sebuah keseimbangan sikap keberagamaan dan
kemasyarakatan yang bersedia memperhitungkan berbagai sudut pandang,
dan kemudian mengambil posisi yang seimbang dan proporsional.
d. Amar ma'ruf nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
Dari empat konsep Aswaja di atas, ada pokok yang paling ditekankan
bagaimana konsep Aswaja bisa diaplikasikan dengan baik oleh warga NU.
Aswaja sebagai paham keagamaan yang di dalamnya mempunyai konsep
moderat (tawasuth), setidaknya harus memandang dan memperlakukan
budaya secara proporsional (wajar). Karena budaya, sebagai kreasi manusia
yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin.
Materi VIII
Analisa Sosial

A. Pengertian Analisa Sosial


Ansos atau analisis sosial merupakan sebuah pengamatan atau
penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh sebuah fakta atau realita
dalam suatu permasalahan sosial.Ada beberapa pendapat yang menyatakan
mengenaik pengertian analisis sosial diantaranya Komaruddin menyatakan
bahwa analosi sosial ialah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu
keseluruhan menjadi komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi
masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu. Oleh karena itu,
analisis sosial merupakan suatu pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
suatu permasalahan sosial yang terjadi di sekitar.
Tujuan daripada analisis sosial adalah untuk mengetahui sebuah
permasalahan sehingga memunculkan beberapa kemungkinan dari para korban
sehingga menindaklanjuti beberapa kasus secara spesifik dan menghasilkan
strategi yang jitu untuk menyelesaikan permasalah tersebut.

B. Realitas Sosial
Menurut Hasan dkk (2009:1) realitas berasal dari bahasa latin,yaitu res
yang berarti "benda" kemudian realis berarti segala sesuatu yang aktual atau
punya wujud .sedangkan soetandyo wignjosoebroto(2001) menjelaskan
realitas ialah sesuatu yang nampak dan berupa fakta .pemaknaan realitas tidak
hanya cukup berupa sesuatu yang di sadari , diketahui,dipahami,dan
diyakini,namun juga bisa berupa hal yang da di pemikiran manusia.dapat
disimpulkan bahwa realitas sosial merupakan fakta atau kenyataan yang ada di
Masyarakat.
Adapun Realitas sosial dibagi menjadi 3 macam:
1. Realitas objektif
merupakan segala sesuatu yang terbentuk dari pengamalan dari
luar diri sendiri yang menyangkut pada ideologi, keyakinan, gejala-gejala
sosial,tindakan,hingga tingkah laku yang ada dalam kehidupan masyarakat
itu merupakan realitas objektif,hal itu juga disebut sebagai kenyataan.
2. Realitas simbolik
Realitas simbolik merupakan bentuk dari realitas objektif yang
berbentuk simbolik dari suatu kenyataan dengan sifat objektif. pada
umumnya, realitas simbolik memiliki sifat yang dapat diketahui dan
bentuknya bisa dilihat oleh banyak (kenyataan umum) seperti karna
seni ,karya fiksi, hingga berita-berita di media.
3. Realitas subjektif
Realitas subjektif terbentuk dari realitas objektif dan simbolik.
Dengan demikian realitas objektif menjelaskan sebuah kenyataan atau
pengalaman dari seorang individu yang dikotruksi oleh proses internalisasi
tertentu.

C. Alat Analisis Sosial


Terdapat beberapa alat atau cara dalam analisis sosial tujuannya agar dapat
mempermudah dalam melakukan analisis.beberapa diantaranya adalah:

1. Fokus Grup Discussion (FGD)


Fokus Grup Discussion merupakan suatu metode yang dilakukan
secara mendalam suatu yang mampu dijelaskan secara spesifik dan
didenifisikan secara jelas dan padat.metode ini bertujuan untuk
mengetahui lebih jelas suatu permasalahan sehingga tidak berkutat pada
satu masalah saja.

2. Etnografi
Etnigrafi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua bahasa
yakni ,ethos yang artinya orang dan graphein yang artinya tulisan .secara
harfiah ,etnografi di artikan suatu tulisan yang berisi laporan dari beberapa
peneliti yang ditulis dan dijadikan bukti dari penelitiannya.
Dengan demikian, etnografi dapat diartikan sebagai sebuah deskripsi
tertulis yang mencakup keadaan sosial yang bersifat holistikintegrafi
dengan maksud untuk memberi penjelasan secara keseluruhan dan saling
berkaitan dari objek sosial yang dikaji .
Terdapat beberapa karakteristik yang menjadi ciri dari etnografi beberapa
diantaranya:
a) Mengkaji fenomena sosial secara mendalam
b) Data tidak terstruktur,karena data yang diperoleh merupakan data
empiris dengan Obek masyarakat
c) Kasus sample sedikit
d) Analisis dan interpretasi data mengenai arti dan tindakan manusia
(human action)

3. Need Assessment
Need Assessment merupakan suatu proses yang dilakukan dalam
menganalisis data yang dibutuhkan antara kinerja saat ini dan kinerja ya g
diharapkan untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan pelatihan .

D. Tahapan-tahapan dalam analisis sosial


Analisis sosial mempunyai berbagai tahapan dalam melakukan analisis .
terdapat beberapa bagian sebagai berikut :
1. Persiapan
2. Kunjugan lapangan
3. Pemilahan data
4. Penentuan masalah
5. Prioritas masalah
6. Akar masalah
Pada tahap kunjungan lapangan ada beberapa hal yang harus dilakukan
seperti melakukan beberapa wawancara kepada para warga sekitar tujuannya
agar kita bisa mengetahui lebih lanjut apa yang belum di ketahui oleh
beberapa komunitas atau organisasi.setalah itu ada beberapa langkah yang
fiharud dilakukan seperti mengumpulkan data data yang sudah diperoleh
kemudian dikelompokkan berdasarkan bidang sosial,sosial politik dan sosial
budaya, kemudian dalam ketiga bidang tersebut bidang tersebut diambil hal
yang paling mendesak atau yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan
komunitas atau organisasi.
Pada tahap tahapan akar masalah ,kita harus melakukan pemetaan kendala,
strategi,teknik dan langkah-langkah,serat sumber data yang akan digunakan
untuk menyelesaikan masalah . setelah selesai melakukan beberapa hal diatas
maka kita harus mencari solusi yang telah dirumuskan.ketika solusi sudha
diimplementasikan dengan baik maka kita harus melakukan evaluasi dan
direfleksikan apakah solusi yang kita peroleh mampu menjadi lebih baik
sehingga dapat di mejadikan masyarakat mau menerima.
Ketika tahap analisis sosial sudah sampai pada tahap konfirmasi lapangan ,
maka agar analisis bisa berguna maka sangat diperlukan yang namanya sebuah
prinsip yang harus digunakan , diantaranya ialah:
1. Melibatkan berbagai pihak dalam mencari kebenaran
2. Mengubah struktur dan relasi kekuatan yang dianggap problematis oleh
masyarakat.
3. Pencarian sejarah untuk memberi gambaran kepada masyarakat
4. Persoalan sosial merupakan sebuah masalah yang dibuat oleh seseorang
untuk kepentingan
5. Menggunakan pemikiran sensitive
6. Harus dilakukan secara kontinyu

E. Kegunaan Analisis Sosial


Setiap hal pasti memiliki kegunaannya sendiri sehingga kita dapat melihat
manfaat dari gak tersebut. Tidak jauh berbeda dengan analisis sosial juga
memiliki kegunaan tersendiri seperti :
1. Sebagi alat untuk mencari informasi dan menentukan akar masalah
2. Untuk memperoleh sumber informasi tentang relasi kuasa
3. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk kesaksian atas proses
4. Membuat sejumlah prediksi dengan menghadirkan beberapa fakta-fakta
yang akan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan aksi atau strategi.

F. Kerangka analisis sosial


Dibawah ini merupakan beberapa kerangka dari analisis sosial
1. Pengaruh eksternal
2. Konteks politik/instruktural
3. Bukti
4. Keterkaitan
NAMA : Ifatul Mardhiyah
KELOMPOK : Kelompok 6 Husein Ahmad

Anda mungkin juga menyukai