Anda di halaman 1dari 59

Karakter

Memahami realita diri sendiri :


Fisik
Psikis
Hal hal berkait
Pengembangan diri :
Nyata
Fungsi pengarah
Fungsi pembatas
Potensi
Pengalaman nyata
Orang lain
iptek
Kekuatan dan kelemahan :
Bagaimana melihat diri Anda sendiri
Apa yang Anda anggap sebagai kekuatan
Apa yang Anda anggap sebagai kelemahan
Respon diri :
Menerima apa adanya
Kemungkinan diperbaiki/dikembangkan


Kembangkan kekuatan dan atasi kelemahan
Introspeksi diri
Mengendalikan diri
Membangun kepercayaan diri
Inspiratif
Berpikir positip
Sikap optimis
Pengertian
Sikap memandang untuk menerima diri sendiri
dengan seutuhnya menuju perubahan
Manfaat menerima diri :
Mengatasi masalah kekurangan diri
Mengerti kelebihan diri
Motivasi pengembangan diri
Meningkatkan Kepercayaan diri
Membentuk sikap positip
Memahami dan menerima orang lain
Cara menerima diri :
Bersyukur apa yang kita miliki
Tidak mengkritik diri sendiri
Menerima pujian kebenaran
Bergaul dengan orang berpikir posistip
Tanamkan kesuksesan
Baca tentang pengembangan
kepribadian
Menggali dan belajar mengembangkan
potensi
Ciri menolak diri :
Sering mengkritik orang lain (akan merasa dirinya
lebih baik)
Sering mengkritik diri sendiri (mengharap pujian
dari orang lain)
Akibat menolak diri :
Putus asa (menghakimi diri sebagai orang yang
gagal)
Kekecewaan (karena membandingkan
kelemahan diri dengan kelebuihan orang lain)
Bunuh diri (tidak memberi kesembpatan diri
berkembang)
Pengertian :
Menghargai dan menjaga diri dari manipulasi
orang lain dan beban bagi orang lain
Hambatan menghargai diri sendiri :
Rendah diri
Menuntut cinta dan kekaguman berlebihan dari
orang lain
Gila kesempatan berharap berlebihan dari diri
sendiri
Takut kegagalan/kekalahan
Dibayangi sukses orang lain
Menghindari tanggungjawab dengan alasan
kegagalannya
Perasaan terlalu sensitif
Cara negatif atasi rendah diri :
Membangun perlindungan atau mekanisme
pertahanan
Mengundurkan diri dari lingkungan
Cara positip atasi rendah diri :
Atasi kekurangan dengan tindakan
perbaikan
Subtitusi (cara mengganti)
Menerima batas kemampuan dan
kekurangan
Kembangkan talenta dari Tuhan
Bayangkan kesuksean yang pernah diraih
Upaya dihargai :
Hormati diri sendiri
Perbaiki penampilan
Lakukan kebaikan
Pengertian
Bertingkahlaku karena kemauan diuri dan bukan
karena kemauan orang lain
Proses menjadi diri sendiri :
Mengenal diri sendiri lebih baik
Menghargai diri sendiri
Melakukan berdasarkan keyakinan yang terbaik
saat itu

Manfaat :
Terbentuk identitas diri
Memiliki jati diri
Tidak mudah dipengaruhi
Memiliki keberanian
Orientasi hidup terarah
Tidak ketergantungan
Penguasaan diri
Upaya menjadi diri sendiri :
Tidak takut berbeda
Hilangkan ketakutan thd orang sempurna
Belajar melakukan spontan
Tidak selalu minta persetujuann orang lain
Hentikan pikiran mencela diri
Jangan tinggi hati
Pengertian :
Upaya sengaja yg kontinyu dg cara dan bentuk,
membuat potensi diri terwujud optimal menjadi
dewasa sesungguhnya
Cara mengembangkan diri :
Mengenal dan menerima diri
Kemauan kuat berkembang
Memanfaatkan kemungkinan
Belajar dari kesalahan
Hal yang mendukung :
Mental sehat
Integritas diri
Mandiri, kreatif dan inovatif
Motivasi diri

Karakter
Lingkungan sosial
Interaksi sosial
Sikap & prilaku sosial
Manusia ciptaan Tuhan
Tujuan penciptaan
Sifat-sifat utama Tuhan
Tanggapan manusia
Pelestarian lingkungan hidup
Iptetk & perubahan sosial
Lingkungan kerja profesi
Mengenal diri
Menerima diri
Mengembangkan diri
Ada pepatah yang mengatakan bahwa
mengajarkan anakanak kecil ibaratnya seperti
menutis di atas batu, yang akan terus berbekas
sampai usia tua.
Sedangkan mengajarkan para orang dewasa
diibaratkan seperti menutis di atas air, yang akan
cepat sirna dan tidak berbekas.


Usia dini merupakan masa kritis bagi
pembentukkan karakter seseorang.
Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan
penanaman karakter pada seseorang sejak usia
dini, akan membentuk pribadi yang bermasatah di
masa dewasanya kelak.
Selain itu, menanamkan moral kepada generasi
muda adalah usaha yang strategis.

"Walaupun jumlah anak-anak hanya 25% dari total
jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa
depan".
Oteh karena itu penanaman moral metalui
pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-
anak adalah kunci utama untuk membangun
bangsa.

"A Child is the only known substance from which a
responsible adult can be made"
("Seorang anak adalah satu-satunya "bahan
bangunan" yang diketahui dapat membentuk
seorang dewasa yang bertanggung jawab".)
--Thomas Licknona--

Kata karakter berasat dari kata Yunani, charassein,
yang berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah
pola.
Mempunyai akhlak mulia adatah tidak secara
otomatis dimiliki oteh setiap manusia begitu ia
ditahirkan, tetapi memerlukan proses panjang
melatui pengasuhan dan pendidikan (proses
"pengikiran").
terbentuknya karakter (kepribadian) manusia
adatah ditentukan oteh 2 faktor, yaitu
(1) nature (faktor alami atau fitrah),
(2) nurture (sosialisasi dan pendidikan)


Berubahnya Paradigma: Dari Headstart ke
Heartstart untuk Memperbaiki Kualitas SDM
Dengan semakin disadari akan pentingnya
pembentukkan karakter sejak usia dini, di dunia
internasional sudah ada perubahan paradigma
fokus pendidikan, dari apa yang disebut era
"Headstart" (tebih mementingkan kecerdasan otak
kiri, atau IQ) ke arah era "Heartstart"
(mementingkan kecerdasan emosi otak kanan).
Era "Headstart" menekankan anak "harus bisa",
sehingga ada kecenderungan anak dipaksa untuk
betajar tertatu dini (early childhood training).
Akibatnya, banyak terjadi kasus-kasus antisocial
personality disorder, learning disability, dan
masatahmasatah tainnya. Indikator yang tertihat
adalah kualitas tutusan rendah, tingkat stress
remaja tinggi, tawuran, dan sebagainya (David
Elkind, 1980)
faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekotah
(termasuk putus sekolah) adalah
rendahnya rasa percaya diri dan keingintahuan,
ketidakmampuan mengontrol diri, rendahnya
motivasi, kegagatan bersosialisasi,
ketidakmampuan bekerjasama, dan rendahnya
empati anak.

Dengan demikian, karakter merupakan masalah
yang sangat krusial, sehingga pendidikan karakter
pada anak usia dini merupakan hal penting dan
mendesak untuk dilakukan.
Pada dasarnya, anak yang kuatitas karakternya
rendah adatal anak yang tingkat perkembangan
emosi-sosiatnya rendah, sehingg anak beresiko
besar mengalami kesulitan datam betajar,
berinteraki sosial, dan tidak mampu mengontrol
diri.
Maka tidak heran katau Daniel Goleman
beranggapan bahwa keberhasilan seseorang di
masyarakat sebagian besar ditentukan oleh
kecerdasan emosi (80%) dan hanya 20%
ditentukan oteh faktor kecerdasan kognitif (IQ).

menunjukkan bahwa ada 13 faktor penunjang
keberhasitan seseorang di dunia kerja, dan
ternyata dari 13 faktor tersebut, 10 di antaranya
(hampir 80%) adatah kualitas karakter seseorang,
dan hanya 3 yang berkaitan dengan faktor
kecerdasan (IQ).

Faktor-faktor tersebut adatah:
1. Jujur dan dapat diandatkan
2. Bisa dipercaya dan tepat waktu
3. Bisa menyesuaikan diri dengan orang lain
4. Bisa bekerjasama dengan atasan
5. Bisa menerima dan menjatankan kewajiban
6. Mempunyai motivasi kuat untuk terus betajar dan
meningkatkan kuatitas diri

7. Berpikir bahwa dirinya berharga
8. Bisa berkomunikasi dan mendengarkan secara
efektif.
9. Bisa bekerja mandiri dengan supervisi minimum.
10. Dapat menyetesaikan masatah pribadi dan
profesinya.
11. Mempunyai kemampuan dasar (kecerdasan) IQ
12. Bisa membaca dengan pemahaman memadai--
IQ
13. Mengerti dasar-dasar matematika (berhitung)--IQ

Ternyata 10 dari 13 (77%) indikator tersebut adalah
yangkut karakter yang merupakan domain otak
kanan, dan nya (23%) yang menyangkut otak kiri.

Berapa persen porsi otak datam kurikutum kita?
Jadi, ada 2 kesatahan mendasar dalam strategi
pembangunan SDM kita; melanggar hukum alam
kurva bel, tidak seimbangnya pengembangan
porsi otak kiri dan otak kanan . Inilah mungkin yang
menyebabkan kualitas tenaga kerja Indonessia
menduduki nomor 4 terburuk di Asia, katah
dengan Vietnam.


Hubungan Karakter dengan Keberhasilan
Akademik
Sekarang kita telah semakin sadar bahwa aspek
emosi-sosial anak semakin mendapat perhatian
besar di dunia internasionat. Selama berpuluh-
puluh tahun kita telah begitu yakin bahwa
keberhasilan anak di masa depan sangat
ditentukan oteh kemampuan kognitifnya (otak kiri)
Padahal bekal yang pating penting bagi anak
adalah kematangan emosi-sosialnya, karena
dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam
menghadapi segata macam tantangan, termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademis.
Menurut Silva, orang-orang yang menggunakan
otak kanannya untuk berpikir, dan otak kirinya
untuk bertindak adalah orang-orang yang
superior: "Not only do they have more intellectual
ability than the average person, they have more
intellectual ability than even the intellectually
superior people" (Tidak hanya mereka mempunyai
kemampuan intetektual yang lebih tinggi daripada
rata-rata, mereka mempunyai kemampuan
intelektual yang bahkan lebih dari mereka yang
superior).
Jadi, pendidikan karakter dapat membentuk
kesehatan emosi anak yang dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, memberikan motivasi anak untuk
betajar, yang selanjutnya untuk kesuksesan datam
bidang akademik. Namun hal sebaliknya tidak berlaku,
dimana pendidikan kognitif anak betum tentu dapat
mempengaruhi kesehatan emosi anak. Hal ini
menerangkan mengapa banyak anakanak yang
pandai datam bidang kognitif (matematika dan sains),
tetapi sering berperilaku yang merusak dirinya, tidak
mampu mengontrot dirinya, sering mengalami stress,
sehingga justru dapat menurunkan prestasi
akademiknya.

Hubungan Karakter dengan Perilaku Pro-Sosiat
Dalam hat perilaku sosial, aspek karakter juga
mempunyai peran yang penting. Anak-anak yang
mempunyai kecerdasan emosi sosial tinggi adalah
mereka yang dapat mengenal bagaimana
perasaannya, dan mengontrol perasaannya.
Sehingga anak-anak ini
mudah mengatasi masatah-masatah yang
dihadapi baik masatah
pelajaran maupun masalah hubungan dengan
kawan-kawannya.

IHF telah menyusun serangkaian nitai yang selayaknya diajarkan
kepada anak-anak, yang kemudian dirangkum menjadi 9 pilar karakter,
yaitu:
1. Cinta Tuhan dan Segenap Ciptaan-Nya (love Allah, trust, reverence,
loyalty)
2. Kemandirian dan Tanggung jawab, (responsibility, excellence, self
reliance, discipline, orderliness)
3. Kejujuran /Amanah, Bijaksana (trustworthiness, reliability, honesty)
4. Hormat dan santun (respect, courtessy, obedience)
5. Dermawan, Suka Menotong dan Gotong Royong (tove, compassion,
caring, empathy, generousity, moderation, cooperation)
6. Percaya diri, Kreatif, dan Pekerja Keras (confidence, assertiveness,
creativity, resourcefulness, courage, determination and enthusiasm)
7. Kepemimpinan dan Keaditan (justice, fairness, mercy, leadership)
8. Baik dan Rendah Hati (kindness, friendliness, humility, modesty)
9. Toleransi dan Kedamaian dan Kesatuan (tolerance, flexibility,
peacefutness, unity)

Christianity: Do to others as you would have them
do to you (Pertakukanlah orang tain seperti kamu
menginginkan mereka memperlakukannya
terhadap kamu) (Luke 6:31).
Islam: None of you has faith uniess he loves for his
brother what he loves for himself (Tidak beriman
seseorang kecuali ia mencintai saudaranya seperti
ia menci ntai dirinya sendiri) (Hadits Bukhari 2:6)

Buddhism: Hurt not others in ways that you yourself
would find hurtful (Jangan sakiti orang tain seperti
apa yang kamu sendiri akan merasakan sakit)
(Udana Varga).
Hinduism: This is the sum of duty: Do naught unto
others which would cause you pain if done to you
(Ini adatah total kewajiban. Jangan
mempertakukan orang tain yang akan
menyebabkannya sakit apabita ini dilakukan
kepada dirimu (Mahabharata).

Judaism: What is hateful to you, do not to your
fellow man. (Apa yang kamu anggap jahat,
jangan takukan kepada orang tain) (The Talmud,
Shabbat 31).
Confucianism: Is there one word that wil keep us
on the path to the end of our days? Yes,
reciprocity. What you do not wish yourself, do not
unto others (Adakah sebuah kata yang dapat
menjaga kita di jalan turus sampai hari-hari akhir
kita? Ya, keaditan. Apa yang kamu tidak inginkan,
jangan takukan kepada orang tain (Analects).

Ada beberapa nilai-nilai yang dijadikan fokus
pendidikan karakter. sistem pendidikan karakter di
Amerika yang metiputi:
1. dapat dipercaya (trustworthy) metiputi sifat jujur
(honesty) dan integritas (integrity),
2. mempertakukan orang tain dengan hormat
(treats people with respect),
3. bertanggung jawab (responsibte),
4. adit (fair),
5. kasih sayang (caring) dan
6. warga negara yang baik (good citizen).


Adapun aspek general life skill
yang berkaitan dengan 9 pitar karakter adatah:
A. Kesadaran diri (self awareness)
Keimanan sebagai makhtuk Tuhan Yang
Maha Esa (pitar 1)
Pengembangan karakter: cinta kebenaran
(pitar 1), tanggung
jawab dan disiptin (pitar 2), sating
menghargai (pitar 4), dan
membantu (pitar 5)
Belajar memetihara tingkungan (pitar 5)

B. Kesadaran akan potensi diri
Betajar menotong diri sendiri (pitar 2)
Betajar menumbuhkan kepercayaan diri
(pitar 6)

C. Kecakapan sosiat (social skil()
Empati (pitar 5)
Bekerja sama (pitar 5)


HASRAT UNTUK BERUBAH

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
Aku bermimpi ingin mengubah dunia
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
Kudapati bahwa
Dunia tak kunjung berubah. "



Maka cita-cita itu pun aku persempit
Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku
Namun nampaknya
Hasrat itu pun tiada hasilnya.
Ketika usiaku semakin senja
Dengan semangatku yang masih tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku
Tetapi celakanya
Mereka pun tidak mau diubah!

Dan kini
Sementara aku terbaring saat ajal menjelang
Tiba-tiba kusadari
"Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah
diriku
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan
Mungkin aku bisa menguah ketuargoku...
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka
Bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku
Kemudian siapa tahu
Aku bahkan bisa mengubah dunial

Anda mungkin juga menyukai