Anda di halaman 1dari 59

Catatan Pribadi

PROGRAM KAMI SIAP - DASAR Semester 1

MATA PELAJARAN : PENGANTAR FIQH 101 ( FIQH MAZHAB)

USTADZ PENGAMPU : Ust. Muhammad Ihsan,S.Ag.,M.HI. ‫حفظه هللا تعالى‬

REFERENSI : 1. Sejarah dan Evolusi Fiqh karya Dr. Bilal Philips

2. Al Madkhal Ila ‘Ilmil Fiqhi - Fuqaha Littadrib Wal


Istisyarat

DESKRIPSI MATA PELAJARAN : Mata pelajaran ini mengenalkan para pelajar


tentang ilmu fikih. Khususnya tentang sejarah ilmu fikih , sebab terjadinya
perbedaan pendapat dan hal-hal penting tentang mazhab fikih.

STANDAR KOMPETENSI : 1) Menguasai materi tentang sejarah fikih

2) Menguasai wawasan penting seputar mazhab

3) Memaklumi terjadinya perbedaan pendapat fikih

________________________________________________________________________________

PERTEMUAN #1
● Hari : Ahad, 14 Januari 2024
● Materi : Mengenal Ilmu Fiqh dan Sumber Pengambilan Hukum Fiqh

1. Apa pengertian atau definisi Fiqh jika ditinjau dari aspek bahasa ?

Jawab :

Dari kata ‫ الفهم‬yang artinya : pemahaman yang benar terhadap apa yang di maksud. Ditinjau
secara bahasa cakupannya lebih luas . Bisa digunakan untuk ilmu-ilmu umum juga.

2. Apa pengertian atau definisi Fiqh jika ditinjau dari aspek Syariat ?

Jawab :

Ilmu tentang permasalahan-permasalahan agama Islam secara umum sehingga mencakup


Muamalah , Aqidah , Ibadah, akhlaq dll yang menjadi pembahasan dalam agama islam .

1
Dalam artian seperti inilah ( secara syariat) pengertian fiqh yang ditemukan dalam Al Quran
dan yang terucap dari lisan nabi Muhammad .

3. Apa pengertian atau definisi Fiqh jika ditinjau dari aspek Istilah ( secara bidang keilmuan) ?

Jawab :

Ilmu tentang hukum-hukum syariat yang sifatnya amaliyah ( tidak membahas aqidah , akhlaq )
yang didasari dalil-dalil yang spesifik. Pembahasan secara istilah inilah yang akan kita pelajari di
materi-materi selanjutnya .

4. Ilmu fiqh secara definisi istilah membahas tentang perbuatan-perbuatan hamba ( amaliyah)
dari sisi kaitannya dengan hukum syariat . Secara umum ilmu fiqh itu mencakup pembahasan
apa saja , sebutkan !

Jawab :

1) Ibadah → Sholat , Puasa , Zakat , Haji ( Rukun Islam)


2) Muamalah Maaliyyah ( Harta)
3) Munakahah ( Pernikahan)
4) Jinayah ( Peradilan , hukuman dan persengketaan)

5. Sebutkan 4 sumber hukum fiqh yang disepakati ulama ?

Jawab :

1) Al Quran → Asal hukum dari Alloh , Al Quran adalah Kalam Alloh yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Shalallohu alaihi wa salam , diawali dari Al Fatihah dan diakhiri An
Naas. Dan Ada pahala disetiap hurufnya bagi yang membacanya.
2) As Sunnah → Penjelas dari Al Quran baik berupa perkataan , perbuatan dan persetujuan
Nabi Muhammad Shalallohu Alaihi wa Salam .
3) ijma’ → kesepakatan ulama mujtahid pada suatu masa setelah zaman rasululloh
shalallohu aliahi wa salam tentang sebuah perkara dalam agama .
4) Qiyas

6. Kalau memperhatikan kandungan Al Quran dalam menetapkan hukum-hukum Islam , Al quran


sangat memperhatikan 4 hal , sebutkan !

Jawab :

Empat hal yang sangat diperhatikan Al Quran dalam penetapan hukum-hukum Islam adalah
sebagai berikut :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 2


1) Mempermudah dan tidak mempersulit
2) Banyak pembolehan dan sedikit pengharaman
3) Memperhatikan kesejahteraan manusia
4) Mewujudkan keadilan .

7. Apa definisi Sunnah menurut etimologi dan menurut Ahli Hadits itu ?

Jawab :

Secara Etimologi Sunnah adalah Metode atau Jalan . Sedangkan menurut ahli hadits , sunnah
adalah Segala hal yang disandarkan kepada nabi , baik berupa perkataan , perbuatan , taqrir (
persetujuan) , maupun sifat perangai (akhlak) atau sifat fisik . Baik sebelum diutus menjadi
nabi ataupun setelahnya .

8. Mencermati dari definisi As Sunnah menurut ahli hadits diatas , sunnah bisa dibagi menjadi 5
macam , sebutkan !

Jawab :

1) Sunnah Qouliyah ( perkataan)


2) Sunnah Fi’liyyah ( perbuatan )
3) Sunnah Taqririyyah ( persetujuan )
4) Sunnah Khuluqiyyah ( akhlaq )
5) Sunnah Khalqiyyah ( sifat fisik)

9. Apakah ke-5 macam Sunnah tersebut semuanya menjadi sumber hukum fiqh ?

Jawab :

yang menjadi sumber pengambilan hukum Islam hanya 3 macam sunnah yaitu :

1) Sunnah Qouliyah ( perkataan)


2) Sunnah Fi’liyyah ( perbuatan )
3) Sunnah Taqririyyah ( persetujuan )

10. Apakah yang dimaksud Ijma’ itu , berikan penjelasan singkat !

Jawab :

Ijma’ adalah kesepakatan ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman rasululloh shalallohu
aliahi wa salam tentang sebuah perkara dalam agama .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 3


11. Dari definisi ijma’ diatas bisa di ambil kesimpulan bahwa ijma’ harus memenuhi 4 hal ,
sebutkan !

Jawab :

Ijma’ harus merupakan :

1) Kesepakatan ulama mujtahid , bukan kesepakatan tholabul ilmi apalagi orang awam .
2) Kesepakatan tersebut terjadi dalam satu masa/waktu , bukan beda jaman .
3) Kesepakatan tersebut setelah zaman Nabi . Kalau masih jaman nabi bukan dikatakan
Ijma’
4) Kesepakatan termasuk perkara agama ( baik fiqh , aqidah , bahasa atau yang lain )

12. Apa dalil yang menunjukkan bahwa ijma’ itu tidak mungkin bertentangan dengan al quran
atau as Sunnah ?

Jawab :
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫ال تجتمع أمتي على ضاللة‬

“Umatku tidak akan bersepakat di atas kesesatan.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud, derajatnya
hasan menurut Syeikh Albani)

13. Ijma’ dilihat dari metode terjadinya bisa dibagi dalam dua macam . Sebutkan !

Jawab :

1) Ijma’ Shorih : Jika setiap ulama mujahid di masa itu menyatakan pendapat yang sama .
2) Ijma’ Sukuti : Jika salah satu ulama mujtahid berpendapat di satu masa dan pendapat itu
masyhur ( diketahui ulama yang lain ) namun tidak ada yang menyelisihinya . Misal Umar
bin Khotob berijtihad utk memutuskan suatu perkara dan tentunya pendapat tersebut
diketahui oleh para sahabat dan sahabat diam terhadap pendapat itu .

14. Apakah asal proses hukum ijma’ itu pasti berasal dari hasil qiyas ?

Jawab :
Ijma’ itu pasti memiliki dalil dari Al Quran dan Sunnah walaupun kita tidak tahu mana dalilnya .
Sehingga para ulama mengatakan ijma’ itu pasti ada mustanadnya pasti ada sumbernya dari Al

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 4


Quran dan Sunnah , walaupun kita tidak mengetahui mana dalil ayatnya atau mana dalil
hadisnya .

15. Dengan melihat semakin banyaknya manusia dan tersebar di seluruh penjuru dunia , apakah
masih mungkin adanya ijma’ saat ini ?

Jawab :

Ijma’ yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah
sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama telah
berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak, sehingga tak dapat
dipastikan bahwa semua ulama telah bersepakat. Sehingga bisa dikatakan terjadinya ijma’
dalam satu perkara saat ini sangatlah sulit .

Misal terkait Ijma’ Sukuti juga mempersyaratkan bahwa pendapat ulama mujtahid tersebut
harus masyhur di kalangan ulama mujtahid yang lain , untuk kondisi semakin luasnya wilayah
dan tersebarnya manusia saat ini akan lebih sulit memenuhi syarat terjadinya ijma’ Shorih
maupun Sukuti .

16. Sumber hukum fiqh yang disepakati ke-4 adalah qiyas . Apa peneertian qiyas itu , jelaskan !

Jawab :

Qiyas atau Analogi adalah suatu praktek penyamaaan hukum antara sesuatu perkara yang
disebutkan hukumnya secaya jelas dalam nash ( Ashlu) dengan suatu perkara yang tidak
disebutkan hukumnya ( Far’u ) . Praktek penyamaan ini dilakukan karena adanya kesamaan
sebab hukum ( illah) .

17. Dari pengertian qiyas diatas kita bisa menyimpulkan ada 4 rukun dalam qiyas . Sebutkan 4
rukun qiyas tersebut !

Jawab :

Rukun qiyas :

1) Hukum Utama ( ashlu / Maqiis ‘alaihi ) → Perkara hukumnya sudah jelas dalilnya , baik
dari Al Quran , As Sunnah ataupun Ijma’ .
2) Masalah cabang ( Fara’) → masalah/perkara yang belum ada hukumnya dan ingin
dicarikan hukumnya secara qiyas atau analogi
3) Illah → alasan yang menyebabkan hukum masalah utama ( Ahlu ) diputuskan .
4) Hukum Masalah cabang ( fara’) sebagai hasil proses qiyas atau analogi .

18. Sebutkan contoh pengambilan hukum suatu perkara dari praktek qiyas !

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 5


Jawab :

contohnya dalam permasalahan jual beli barang ribawi . Emas dengan emas , perak dengan
perak , gandum dengan gandum , kurma dengan kurma . Jika ditukar sesama mareka maka
harus sama dan tunai . Bagaimana hukum Mata uang sekarang dapat diqiyaskan dengan
hukum Emas dan Perak .
ً‫ِير َوال َّتمْ ُر ِبال َّتمْ ِر َو ْالم ِْل ُح ِب ْالم ِْلح م ِْثال‬
ِ ‫ض ِة َو ْالبُرُّ ِب ْالبُرِّ َوال َّشعِي ُر ِبال َّشع‬
َّ ‫ض ُة ِب ْال ِف‬
َّ ‫ب َو ْال ِف‬ َّ ‫الذ َهبُ ِب‬
ِ ‫الذ َه‬ َّ
ِ
‫ِبم ِْث ٍل َي ًدا ِب َي ٍد َف َمنْ َزادَ َأ ِو اسْ َت َزادَ َف َق ْد َأرْ َبى اآلخ ُِذ َو ْالمُعْ طِ ى فِي ِه َس َوا ٌء‬
“Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya’ir

(salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual

dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai).

Barangsiapa menambah atau meminta tambahan, maka ia telah berbuat riba. Orang yang

mengambil tambahan tersebut dan orang yang memberinya sama-sama berada dalam dosa.”

(HR. Muslim no. 1584)

ً‫ِير َوال َّتمْ ُر ِبال َّتمْ ِر َو ْالم ِْل ُح ِب ْالم ِْلح م ِْثال‬
ِ ‫ض ِة َو ْالبُرُّ ِب ْالبُرِّ َوال َّشعِي ُر ِبال َّشع‬
َّ ‫ض ُة ِب ْال ِف‬َّ ‫ب َو ْال ِف‬ َّ ‫الذ َهبُ ِب‬
ِ ‫الذ َه‬ َّ
ِ
َ ‫ْف شِ ْئ ُت ْم ِإ َذا َك‬
‫ان َي ًدا ِب َي ٍد‬ َ ‫ت َه ِذ ِه اَألصْ َنافُ َف ِبيعُوا َكي‬ ْ ‫ِبم ِْث ٍل َس َوا ًء ِب َس َوا ٍء َي ًدا ِب َي ٍد َفِإ َذا‬
ْ ‫اخ َت َل َف‬
“Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya’ir

(salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual

dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai).

Jika jenis barang tadi berbeda, maka silakan engkau membarterkannya sesukamu, namun

harus dilakukan secara kontan (tunai).” (HR. Muslim no. 1587)

Proses praktek qiyas permasalahan hukum diatas sebagai berikut :

1) Hukum Utama → Emas dan perak termasuk objek ribawi , kalau penukaran di objek
tersebut harus memenuhi 2 syarat yaitu : 1) Sama ukuran dan 2) Tunai
2) Masalah Cabang ( fara’) → Bagaimana hukum mata uang saat ini ( jaman dulu blm ada) ?
3) Illah → alasan yang paling mungkin terkait emas dan perak adalah karena keduanya
adalah alat tukar atau sebagai standar nilai sebuah barang , seperti fungsi mata uang
seperti saat ini .
4) Hukum masalah cabang ( fara’) → berarti karena ada kesamaan illah maka hukum mata
uang saat ini juga sama seperti hukum emas dan perak .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 6


19. Apakah syarat-syarat Qiyas itu , sebutkan !

Jawab :

Syarat Qiyas :

1) Hukum ashlu ( Maqiis ‘alaihi) harus ditetepakan berdasar dalil Al Quran , As Sunnah atau
Ijma ‘
2) Illah penetapan hukum ashl diketahui
3) Illah penetapan hukum ashl didapakan juga pada fara’ yang akan diqiyaskan
4) Illah yang dijadikan penyatu adalah suatu hal yang benar-benar dipertimbangkan dalam
syariat dan memiliki pengaruh pada penetapan hukum . Illah harus benar-benar illah
bukan sembarangan .
5) Proses qiyas akan menghasilkan hukum yang sama , hukumnya tidak boleh berbeda .
Sehingga contoh qiyas yang aneh adalah Hukum Zakat Profesi yang diqiyaskan dengan
zakat pertanian . Tetapi mengapa hukumnya berbeda yaitu zakat profesi 2,5 %
sedangkan zakat pertanian 5 % atau 10 % . Ini mengapa para ulama menentang zakat
profesi diqiyaskan dg zakat pertanian tetapi seharusnya disamakan dg zakat harta , ada
batas nishob dan khoul.
6) Qiyah hanya berlaku pada hukum-hukum praktis ( amaliyah ) , Tidak boleh qiyas dalam
perkara Khobar atau aqidah .

PERTEMUAN #2
● Hari : Ahad, 21 Januari 2024
● Materi : Perkembangan Ilmu Fiqih dari Masa ke Masa

20. Perkembangan ilmu fiqh dapat di kelompokkan dalam 4 periode . Sebutkan 4 periode tersebut
?

Jawab :

1. Periode Persyari’atan ( Tasyri’) → dari mulai nabi Muhammad shollallohu alaihi wa salam
diutus sampai beliau wafat (13 SH — 11 H) .
2. Periode Sebelum Mazhab-Mazhab Fiqh → 11 H — 100 H
3. Periode Mazhab-Mazhab Fiqh → 100 H — 1.300 H
4. Periode Sekarang → 1.300 H — Sekarang

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 7


21. Periode Tasyri’ ( Pensyariatan) berlaku sampai nabi Muhammad shollallohu alaihi wa salam
Wafat ( 11 H) . Apa kensekuensi dari hal tersebut ?

Jawab :

Setelah nabi Muhammad shollallohu alaihi wa salam meninggal terputuslah pensyariatan ,


TIDAK BOLEH ADA penyariatan baru . Karena HANYA ALLOH lah pembuat syariat dan Nabi
Muhammad shollallohu alaihi wa salam penyampai wahyu Alloh terakhir (Rosul Terakhir) .
Setelah beliau meninggal berarti penyariatan telah berhenti dan Islam telah sempurna .

Tidak boleh seseorang mensyariatkan sesuatu setelah nabi muhammad shollallohu alaihi wa
salam wafat , karena hanya hak Alloh lah pembuat syariat .

22. Ayat apakah yang pertama kali turun , kapan dan dimana turunnya yang menjadi awal
diutusnya Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa salam sebagai seorang nabi ?

Jawab :

Tahun 13 SH ketika nabi berumur 40 tahun , di gua Hiro dan ayat pertama yang turun adalah
ayat di surat Al Alaq .

23. Di dalam periode Tasri’ terbagi dalam dua periode dakwah nabi Muhammad Shollallohu alaihi
wa salam . Sebutkan kedua periode dakwah nabi tersebut !

Jawab :

1) Periode dakwah Mekkah


2) Periode dakwah Madinah
24. Apa beda tema dakwah di kedua periode dakwah tersebut ?

Jawab :

Periode dakwah Mekkah lebih fokus kepada perkara-perkara Aqidah tapi ada juga
pembahasan hukum-hukum fiqh walaupun tidak banyak .

Periode dakwah Madinah melanjutkan pembahasan perkara-perkara aqidah dan pembahasan


lebih rinci hukum-hukum fiqh.

25. Sebutkan beberapa contoh pembahasan hukum fiqh yang terjadi di periode dakwah Mekkah !

Jawab :

1) Sholat di waktu subuh dan sore . Sedangkan pensyariatan sholat 5 waktu ketika
peristiwa isra mikraj sekitar 3 tahun sebelum hijrah .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 8


2) Tidak boleh memakan hewan sembelihan yang tidak menyebut nama Alloh dalam
penyembelihannya.
26. Sebutkan 4 hal yang membuat periode tasri’ ini menjadi istimewa dibanding periode-periode
lain !

Jawab :

1) Persyariatan hukum hanya khusus terjadi di periode ini .


2) Perbedaan pendapat jarang terjadi . Walaupun ada perbedaan pendapat misal saat
memerangi yahudi bani Quraizhoh , perang Al Ahzab . Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wa
sallam bersabda : َ ‫ُصلِّ َينَّ َأ َح ٌد ْال َعصْ َر ِإاَّل فِي َبنِي قُ َري‬
‫ْظ َة‬ َ ‫اَل ي‬ “Jangan ada yang sholat ashar
kecuali setelah sampai di bani khuroizhoh “
3) Turunnya syariat secara bertahap dalam persyariatan umum maupun kasus-kasus
tertentu ( pengharaman miras : #1 Jangan mabuk saat sholat #2 Baru kemudian ada
pelarangan mutlak ).
4) Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam melatih para sahabat utk berijtihad .
Contohnya : 1) saat peristiwa sholat ashar di bani Quroizhoh , nabi membiarkan
pendapat sahabat yang berbeda . 2) Peristiwa saat nabi bertanya kepada Muadz bin
Jabal ketika diutus ke Yaman

‫ قال فإن لم تجد في كتاب هللا؟ قال‬،‫ أقضى بكتاب هللا‬:‫كيف تقضي إذا عرض لك قضاء؟ قال‬
‫ قال فإن لم تجد في سنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وال‬،‫فبسنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫في كتاب هللا؟ قال أجتهد رأيي‬

27. Setelah berakhirnya periode tasyri’ dilanjutkan Periode Sebelum Mazhab Fiqh . Sebutkan
beberapa beberapa hal terkait periode sebelum mazhab fiqh ini !

Jawab :

1) Setelah nabi Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam wafat , maka wahyu terputus berarti
tidak boleh ada lagi persyariatan baru di periode ini .
2) Ilmu fiqh tetap berkembang
3) Para sahabat mulai berijtihad berdasar al Quran dan As Sunnah .
4) Para sahabat mengajarkan fiqh kepada para tabi’in . Ada istilah tabi’in khibar ( senior)
yaitu tabi’in yang sempat bertemu dengan banyak sahabat nabi .
28. Ada sekitar 130 sahabat yang fatwa-fatwa nya tercatat ( menurut Ibnu Qoyyim) . Sebutkan
pembagian sahabat dilihat dari banyak sedikitnya fatwa-fatwa mereka yang tercatat !

Jawab :

1) Sahabat dengan fatwa sangat banyak : Umar , Ali , Aisyah , Zaid , Ibnu Mas’ud, Ibnu
Abbas , Ibnu Umar.

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 9


2) Sahabat dengan fatwa pertengahan : Abu Bakar , Usman , Ummu Salamah , Anas , Abu
Said , Abu Hurairoh, Abdullah bin Amr , Ibnu Zubair, Abu Musa , Jabir , Muadz , Sa’ad bin
Abi Waqqash , Salman .
3) Sahabat dengan fatwa sedikit : Abu Darda , Hasan , Husein , Ubay bin Kaab , Abu Ayyub
29. Apa kira-kira yang menjadi alasan fatwa Umar lebih banyak dibanding fatwa Abu Bakar ?

Jawab :

Periode Abu Bakar memimpin relatif singkat ( sekitar 2 tahun) dibanding Umar ( 10 tahun) .

Periode Abu Bakar lebih fokus kepada persoalan-persoalan internal , misal ada orang tidak mau
bayar zakat , ada nabi palsu yang muncul , adanya orang-orang yang murtad dari Islam
sedangkan di periode Umar kondisi internal sudah relatif stabil sehingga Umar fokus
mengembangkan wilayah. Tentu saja dengan wilayah yang bertambah luas akan bertambah
pula ragam persoalan yang dihadapi .

30. Para sahabat mengajarkan fiqh kepada para tabiin. Sehingga muncul istilah “Madrasah Para
Sahabat” sebagai pusat pengajaran para sahabat kepada tabiin. Sebutkan 4 Madrasah Para
Sahabat yang ada menurut ibnu Qoyyim !

Jawab :

Ibnu Qoyyim menyampaikan : Bahwa Fiqh dan Ilmu tersebar luas dari murid-murid Ibnu Mas’ud
, Zaid bin Tsabit , Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas .

1) Di Madinah ada : Ibnu Umar dan Zaid bin Tsabit


2) Di Mekkah ada : Ibnu Abbas
3) Di Iraq ada : Ibnu Mas’ud
31. Apakah di jaman sahabat sudah ada mazhab ?

Jawab :

Kalau yang dimaksud mazhab dalam artian bahwa murid-murid berfatwa sebagaimana fatwa
gurunya atau murid-murid menggunakan cara berdalil gurunya dalam menghukumi
masalah-masalah baru maka sesungguhnya jaman sahabat hal ini sudah ada . Sebagaimana
perkataan Ali bin Maldini bahwa para tabi’in di madinah berfatwa menurut fatwanya Ibnu Umar
dan Zaid bin Tsabit . Bisa dikatakan asal Mazhab sudah ada di jaman sahabat hanya saja
belum dalam artian khusus seperti periode setelahnya yaitu dengan adanya pengumpulan
pencatatan fatwa oleh para murid-muridnya .

32. Bagaimana bisa muncul Madrasah Para Sahabat di Iraq ?

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 10


Hal tersebut terjadi ketika Ali bin Abi Tholib menjadi Kholifah pusat pemerintahannya di pindah
bukan di madinah tapi di kuffah ( Iraq ) . Sehingga para sahabat banyak yang hijrah di Iraq dan
mengajar di sana.

33. Dari madrasah para sahabat oleh 4 sahabat lahirlah para ulama masa tabiin yang terkenal ,
sebutkan diantara mereka beserta daerah nya !

Jawab :

● Madinah ( murid-murid Ibnu Umar dan Zaid bin Tsabit ) →


○ Fuqaha Sab’ah ( 7 ahli fiqh) ,
○ Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab ,
○ Nafi ,
○ Imam Az Zuhri (pertama yang mengumpulkan hadits dalam lembaran atas
perintah Umar bin Abdul Aziz).
● Mekkah ( murid-murid ibnu Abbas) →
○ Atha ,
○ Thawus ,
○ Mujahid ,
○ Ikrimah
● Bashrah ( murid-murid Ibnu Mas’ud) →
○ Hasan Bashri (mazhab Hasan Basri hilang krn muridnya tidak meyebarkan) ,
○ Ibnu Sirin ,
○ Abu Qilabah,
○ Qatadah
● Kufah ( murid-murid Ibnu Mas’ud) →
○ Alqamah ,
○ Ibrahim ,
○ Masruq ,
○ Abidah ,
○ Syuraih Al Qadhi.

34. Siapa sajakah Ulama Tabi’in yang terkenal dengan istilah “Fuqaha Sab’ah itu ?

Jawab :

Para ulama berbeda-beda dalam menyebut nama ketujuh tokoh tabi'in tersebut, namun pada
umumnya menyebutkan bahwa mereka adalah:
1. Said bin al-Musayyib (w. 94 H/713 M)
2. Al-Qasim bin Muhammad (w. ± 106 H/724 M), cucu Abubakar ash-Shiddiq dan
keponakan Aisyah istri Nabi Muhammad

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 11


3. Sulaiman bin Yasar (w. 100 H/718 M) maula Maimunah istri Nabi Muhammad
4. Urwah bin az-Zubair (w. 94 H/712 M), adik Abdullah bin Zubair dan juga keponakan
Aisyah, cucu Abubakar ash-Shiddiq
5. Kharijah bin Zaid (w. 100 H/718 M), anak Zaid bin Tsabit
6. Ubaidillah bin Abdullah (w. 98 H/716 M)
7. Abubakar bin Abdurrahman (w. 94 H/712 M)

Untuk nama ketujuh diperselisihkan siapa orangnya ;


Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf atau Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab atau
Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Harits.
Saksikan : kisah 7 Ulama Besar Kota Madinah

35. Periode selanjutnya adalah periode Mazhab Fiqh . Sebutkan 4 Mazhab fiqh yang paling
terkenal dan terjaga sampai saat ini secara urut !

Jawab :

1) Abu Hanifah ( 80 H - 150 H ) → nama beliau Nuqman bin Tsabit . Ada yang mengatakan
beliau termasuk tabi’in karena sempat ketemu dg Anas bin Malik ( meninggal 93 H)
2) Malik bin Anas ( 93 H - 179 H ) → Malik bin Anas bin Malik , Tapi bukan Anak dari Anas
bin Malik seorang sahabat , hanya sama nama beda orang .
3) Muhammad bin Idris Asy Syafi’i ( 150 H - 204 H ) → Beliau lahir di tahun Abu Hanifah
meninggal ( 150 H) .
4) Ahmad bin Hanbal ( 164 H - 241 H )
36. Buatkan diagram silsilah pengambilan ilmu dari ke-4 ulama mazhab tersebut !

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 12


37. Mengamati diagram di atas apakah hal-hal penting yang bisa diambil ?

Jawab :

1) Ilmu-ilmu yang dibawa oleh 4 imam mazhab bersambung semua kepada sahabat Nabi
Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam.
2) Salah satu keistimewaan agama islam ini adalah adanya sanad.
3) Imam Abu Hanifah murid dari Hammad bin Salam dst sampai kepada Ibnu Mas’ud
4) Imam Malik adalah murid Imam Az Zuhri sekaligus juga murid Imam Nafi’ . Dan ulama
mengatakan riwayat imam Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar adalah riwayat paling shohih . Dan
Imam Malik juga belajar kepada Fuqaha Sab’ah . Karena imam malik fokus belajar di Madinah .
Beliau tidak dikenal rihlah kecuali utk haji dan umroh saja . Sehingga bisa dikatakan pewaris
ulama-ulama Madinah adalah Imam Malik .
5) Imam Syafi’i adalah murid Imam Malik setelah belajar di Mekkah dg Sufyan bin Uyainah dan juga
murid Muhammad bin Hasan Asy Syaibani ( murid Abu Hanifah) . Sehingga dikatakan Imam
Syafi’i mengumpulkan ilmunya semua madrosah ( Madinah , Mekkah dan Iraq) . Dikatakan juga
Imam Syafi’i juga mengambil ilmu di mesir dari Laits bin Sa’ad . Bahkan Imam Syafi’i pernah
mengatakan Laits bin Saad lebih Faqih dari pada Imam Malik . Tapi murid-muridnya ( Laits bin
Saad) tidak mengajarkan ilmu-ilmunya sehingga mazhabnya hilang .
6) Imam Ahmad bin Hanbal murid Imam Syafi’i dan juga murid Sufyan bin Uyainah di Mekkah. Imam
Ahmad sangat dekat dengan Imam Syafi’i .
38. Setelah berlalunya periode mazhab selanjutnya di kenal dengan istilah Periode Kejumudan, periode
kaku atau mandeg . Mengapa periode ini dikatakan periode Kejumudan dan hal-hal apa yang menjadi
gambaran periode ini ?

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 13


1) Muncul sekitar abad ke-4 ( 351 H)
2) Munculnya fenomena taklid buta dan ta’asshub kepada imam . Tidak boleh keluar dari perkataan
imam . Perkataan iman dianggap seperti hadits nabi . Tapi hal ini disebabkan juga terkait
masalah politik , sebagian kholifah menetapkan salah satu mazhab sebagai mazhab negara .
Sehingga diILZAMkan mazab tertentu tersebut menjadi satu-satunya mazhab yang boleh berlaku
di negara . Sehingga muncul prasangka bahwa mazhab lain pasti salah .
3) Muncul keyakinan di periode ini bahwa PINTU IJTIHAD TELAH TERTUTUP , telah tercukupkan
dengan fatwa-fatwa mazhab . Penyebab hal ini juga karena ada fenomena muncul orang-orang
yang belum pantas berijtihad tapi bermudah-mudahan mengeluarkan fatwa-fatwa . Karena salah
satunya menghindari kemungkinan keluarnya fatwa-fatwa yang ngawur , para ulama saat itu
mengeluarkan fatwa bahwa pintu ijtihad telah tertutup , padahal seharusnya pintu ijtihad ini selalu
terbuka miskipun dengan persyaratan yang ketat .
4) Fatwa ulama sebelumnya sudah cukup
5) Banyak orang tidak cakap ikut berfatwa.

39. Apakah orang taklid buta dan ta’ashub disebabkan semata-mata karena adanya mazhab ?

Jawab :

Orang taklid buta dan ta’ashub tidak hanya karena adanya mazhab . Terlihat juga ada orang
yang taklid buka dan ta’ashub kerena pendapat gurunya . Dan juga ulama-ulama ( sekitar abad 5
) yang menjadikan mazhab sebagai tangga atau batu loncatan untuk mencapai pintu ijtihad
ternyata ulama-ulama tersebut juga tidak taklid buta atau ta’ashub dengan mazhab . Artinya
ulama-ulama abad ke 5 rata-rata semuanya bermazhab tetapi tidak taklid buta dan ta’ashub
mazhab.

40. Setelah mazhab terbentuk di periode mazhab , rata-rata ulama sekitar abad ke-5 mengikuti
mazhab sebagai tangga atau batu loncatan dalam belajar fiqh menuju tangga ijtihad .
Sebutkan beberapa ulama sekitar abad 5 H dengan mazhab fiqh mereka !

Jawab :

1) Imam ibnu Abdi Bar → Maliki


2) Ibnul Arobi → Maliki
3) Imam Nawawi → Syafi’i
4) Ibnu Daqi al Ied → Maliki → Syafi’i
5) Ibnu Taimiyah → Hambali
6) Ibnu Qoyyim → Hambali
7) Ibnu Rojab → Hambali
8) Ibnu Katsir → Syafi’i
9) Imam Adz Dzahabi → Syafi’i
10)Imam Ibnu Hajar Asqolani → Syafi’i

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 14


11) Imam Al Baihaqi → Syafi’i

41. Mengapa para ulama abad ke-5 menggunkan mazhab sebagai tangga awal mempelajari fiqh
sebelum memasuki tangga ijtihad ?

Jawab :

Karena mazhab telah menyusun persoalan-persoalan fiqh secara sistematis , sehingga hal ini
akan sangat membantu dalam belajar fiqh secara bertahap. Tapi setelah mereka berada di tarab
ijtihad mereka sudah tidak terikat kepada mazhabnya . Sehingga jika mereka menemukan
pendapat mazhab yang bertentangan dengan hadits nabi maka mereka tinggalkan pendapat
mazhab dan kembali kepada hadits nabi .

42. Bagaimana perkembangan fiqh periode sekarang ? Bagaimana fenomena dan keisdtimewaan
periode sekarang ini ?

Jawab :

1) Maraknya percetakan buku-buku fiqh berbagai mazhab


2) Munculnya perkumpulan fiqh Islam.
3) Pengadaan Ensiklopedi fiqh Islam .
4) Banyaknya permasalahan kontemporer dalam fiqh ( fiqh Nawazil ) .
5) Adanya jurusan syariah di kampus-kampus Islam .

PERTEMUAN #3
● Hari : Ahad, 28 Januari 2024
● Materi : Mengenal Mazhab Hanafi dan Maliki

Mengenal Mazhab Hanafi


43. Siapakah imam Abu hanifah itu ?

Jawab :

Nama beliau : Nu’man bin Tsabit

Ada yang mengatakan beliau dari persia tapi ada juga yang mengatakan bahwa beliau orang
Arab .

Beliau lahir di Kufah (Iraq) 80 H dan wafat 150 H .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 15


44. Karena tahun lahir Imam Abu Hanifah 80 H , ada yang mengatakan beliau termasuk tabi’in
shighor . Bagaimana penjelasan hal tersebut ?

Jawab :

Dilihat dari tahun kelahiran beliau ( 80 H) ada kemungkinan beliau di usia tamyiznya ( 7 atau 8 th
atau lebih besar atau lebih kecil dari usia tsb) sempat ketemu dg sahabat Anas bin Malik (
wafat 93 H) . Kemungkinan beliau juga sempat ketemu dg Abu Thufail ( wafat 110 H) . Jika
demikian kemungkinannya maka beliau bisa digolongkan sebagai tabi’in shigor karena
sempat bertemu dengan sahabat nabi walaupun sedikit .

45. Siapakah sahabat abu thufail itu ?

Jawab :

Beliau adalah Sahabat yang paling terakhir meninggal dunia , nama beliau adalah Abu Thufail
Amru bin Watsilah al-Laitsi Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau wafat pada tahun 110 Hijriah di kota
Makkah al-Mukarramah.

Sedangkan tabiin yang terakhir meninggal adalah Khalaf bin Khalifah al-Kufi al-Muammar.
Beliau wafat di kota Baghdad pada tahun 181 Hijriah.

Adapun tabi’ut tabiin yang paling terakhir meninggal adalah al-Hasan bin Arafah al-Abdi
al-Baghdadi. Beliau wafat pada tahun 257 Hijriah.

46. Abu ‘Ashim An Nabil pernah berkata tentang abu Hanifah yang digelari dengan “Al Watad” ,
apa arti al watad dan apa alasan gelar tersebut disematkan kepada abu Hanifah ?

Jawab :

arti al watad adalah tiang , hal ini disebabkan karena abu hanifah Nu’man bin Tsabit adalah
ulama yang banyak sholatnya .

47. Terkait kecerdasan abu hanifah dalam berargumentasi , apa pujian yang disampaikan Imam
Malik tentang beliau ?

Jawab :

Saat Imam Malik ditanya , “ Apakah anda pernah ketemu dengan Abu Hanifah ?” Beliau ( Imam
Malik) menjawab , “ Pernah , Aku melihat seseorang yang jika ia berkata tiang batu ini adalah
emas , niscaya orang-orang akan percaya argumentasinya. “

48. Bagaimana sanjungan imam Syafi’i terhadap Imam Abu Hanifah terkait kedalaman ilmu fiqh
beliau ?

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 16


Imam Syafi’i berkata : “ Semua orang yang ingin mendalami ilmu fiqh , pastilah ia butuh ilmu
Abu Hanifah . Beliau diberikan taufiq untuk memahami fiqh .

Imam Syafi’i tidak ketemu dg Imam Abu Hanifah karena wafatnya Imam Abu Hanifah 150 H
bertepatan dg tahun lahirnya Imam Syafi’i . Tapi Imam syafi’i bertemu dengan murid Imam Abu
Hanifah di kuffah yaitu Muhammad Bin Hasan Asy Syaibani .

49. Ada hal unik yang ada di Mazhab Hanafi ini dibanding mazhab-mazhab yang lain . Apakah hal
keunikan tersebut ?

Jawab :

Mazhab-mazhab yang lain → Dalam meletakkan ushul dalam berdalil dan berpendapat di ambil
dari pendapat para imam mazhab .

Mazhab Hanafi → metode musyawarah terkait kasus yang imam Abu Hanafi lemparkan dalam
forum tersebut . Karena murid-murid Abu Hanifah sebenarnya orang-orang yang pandai . Jadi
pendapat mazhab dihasilkan dari hasil diskusi tersebut . Mereka juga sering mendiskusikan
problem hipotetis dengan mengandaikan persoalan yang belum terjadi dan bagaimana
solusinya jika terjadi . Sehingga mereka dikenal sebagai kaum “ Bagaimana Jika “ atau Ahlul
Ra’yu .

50. Dalam sejarah mazhab Hanafi terbagi dalam 3 marhalah ( 3 fase ) . Sebutkan fase-fase
tersebut ?

Jawab :

1) Fase Pembentukan Mazhab (sampai 204 H) → masa Abu Hanifah , Abu Yusuf,
Muhammad bin Hasan
2) Fase Perkembangan Mazhab ( sampai 710 H) → muncul ulama-ulama pensyarah kitab
induk .
3) Fase Stabilisasi Mazhab

51. Siapakah sosok murid utama Abu Hanifah yang berkunyah Abu Yusuf itu ?

Jawab :

Beliau adalah Abu Yusuf Ya’kub bin Ibrohim lahir di kufah . Setelah gurunya wafat (Abu Hanifah)
dia sempat belajar kepada Imam Malik di Madinah . Abu Yusuf adalah seorang Qodhi pada
masa Khalifah Abbasiyyah ( masa Al Mahdi , Al Hadi dan Harun Al Rasyid) . Kerenanya dia lebih
dikenal dg sebutan Abu Yusuf Al Qodhi . Dan karena posisinya tersebut maka mazhab Hanafi
berkembang pesat di masa tersebut .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 17


52. Siapakah sosok murid utama Abu Hanifah yang sangat berperan menyebarkan mazhab
Hanafi lewat tulisan-tulisannya ?

Jawab :

Beliau adalah Muhammad bin Hasan Asy Syaibani . Beliau belajar sebentar dg Iman Abu
Hanifah, setelah Imam Abu Hanifah meninggal beliau berguru kepada Abu Yusuf dan kemudian
berguru kepada Imam Malik di Madinah . Saat belajar dg Imam Malik inilah beliau menjadi salah
satu perawi utama di buku hadits Imam Malik yaitu “Al Muwatta’ “ . Beliau sempat ditunjuk
sebagai Qodhi semasa Harun Ar Rosyid tetapi kemudian jabatan tersebut dilepasnya dan
kembali sebagai pengajar di Baghdad.

Beliau menulis 6 kitab induk mazhab Hanafi yang dikenal dengan sebutan “ Dhohir Ar Riwayah
‫ = طاهر الرواية‬Riwayat yang Jelas ” .

53. Enam kitab induk mazhab Hanafi yang ditulis oleh Muhammad bin Hasan Asy Syaibani yang
terkenal dengan istilah Dhohir Ar Riwayah itu terdiri dari kitab apa saja ?

Jawab :

Yaitu terdiri dari :

1) Al Mabsuth → atau disebut juga Al Ashl .


2) Al Jamiush Shagir
3) Al Jamiul Kabir
4) As Siyarus Shagir
5) As Siyarul Kabir
6) Az Ziyadah

54. Dua murid Abu Hanifah yaitu Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan terkenal dengan sebutan
Ash Shahiban , mengapa dikatakan dengan sebutan tersebut ?

Jawab :

Artinya dua Sahabat Abu Hanifah . Ada juga yang menamai Asy Syaikhon ( Dua Syaikh) .

Sebenarnya tiga ulama inilah yang paling berperan dalam mazhab Hanafi .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 18


55. Setelah fase Pembentukan Mazhab Hanafi yang terfokus kepada Imam Abu Hanifah dan dua
sahabatnya kemudian berlanjut kepada fase Perkembangan mazhab . Di fase ini mulailah
adanya pensyarah kitab kitab induk mazhab . Sebutkan ulama-ulama yang berperan pada fase
ini !

Jawab :

Ulama-ulama mazhab Hanafi pada fase ini ( sampai 710 H) diantaranya adalah :

1) Abu Ja’far At Thahawi → terkenal dg kitab beliau Aqidah Ath Thahawiyyah . Merupakan
keponakan dari Imam Muzani ( murid Imam Syafi’i) dari jalur ibu. Ada kisah , dulu saat
masih kecil Abu Ja’far ini sering dimarahi oleh pamannya ( Imam Muzani ) karena malas
belajar , akhirnya Abu Ja’far Ath Thahawi sebagai balasan kepada pamannya tersebut
belajar giat sampai jadi iman mazhab hanafi berbeda dg mazhab pamannya . Tapi kisah
tersebut belum terverifikasi kebenarannya .

Terkait fiqh mazhab Hanafi beliau menulis kitab “Mukhtashor Thahawi” .

2) As Sarakhsi memiliki kitab “ Al Mabshuth” ( beda dg kitab Muhammad bin Hasan As


Shahibani)
3) Al Kasani → Kitab Bada’i As Shana’i ( termasuk kitab rujukan mazhab Hanafi) . Kitab ini
adalah syarah dari kitab Tukhfah al-Fuquha karya al-Samarqondi yang menjadi guru
sekaligus mertuanya. Beliau meminang anak gurunya dg mahar kitab tersebut .
4) Al Karkhi → Kitab Mukhtashar Al Karkhi
5) Al Qadury → Kitab Mukhtashar Al Qadury ( termasuk kitab rujukan mazhab Hanafi) .
Kitab ini juga di sebut Al Kitab .
6) Al Mirghinani → Kitab Bidayatul Mubtadi ( termasuk kitab rujukan mazhab Hanafi)
7) Al Nasafi → Kitab Kanzu Ad Daqaiq ( termasuk kitab rujukan mazhab Hanafi)

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 19


56. Berikutnya setelah fase perkembangan mazhab adalah fase Stabilisasi mazhab . Sebutkan
dua ulama yang paling berpengaruh di fase ini ?

Jawab :

Ulama hanafi yang paling berpengaruh di fase stabilisasi mazhab hanafi adalah :

1) Ibnu Nujaim → Kitab Al Bahrur Raiq Syarah Kanzul Daqaiq , menjadi kitab rujukan untuk
mengetahui pendapat Mu’tamad mazhab Hanafi
2) Ibnu Abidin → Kitab Raddul Mukhtar , ini juga sebagai rujukan sebagaimana kitab Al
Bahrur Raiq .

57. Apa saja ushul mazhab Hanafi , sebutkan dengan penjelasan singkat !

Jawab :

1) Al Quran
2) Sunnah → terkait Sunnah ini , mazhab hanafi agak berbeda dg yang lain . Hadits Ahad
tidak boleh bertentangan dengah yang lebih kuat . Misal Qiyas lebih kuat maka hadits

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 20


ahad ditinggalkan . Karena saat itu di iraq hadits sedikit dan banyak yang palsu ,
sehingga mereka mempersyaratkan tidak boleh ahad .

Terkait hadits , periwayatan Imam Abu Hanifah tidak diterima , karena memang beliau
bukan ulama hadits . Tapi terkait pendapat pemikiran ra’yi beliau adalah bintangnya.

3) Ijma’ Sahabat
4) Pendapat Sahabat
5) Qiyas
6) Istihsan → Ketika seorang alim mengeluarkan suatu hukum dari kasus-kasus yang mirip
tetapi hukumnya berbeda . Contoh jual beli istisna’ yaitu jual beli akad produksi yaitu
akad jual beli walaupun belum ada barang dan tidak membayar dulu . Beda dengan
salam yang belum ada barang saat akad tetapi pembayaran di depan tunai . Contoh
keluar dari hukum akad salam kepada akad istisna’ inilah contoh Istihsan .
7) Urf → kebiasaan masyarakat . Hampir semua mazhab menggunakan urf kecuali mazhab
Syafi’i .

58. Mengapa ada yang mengatakan bahwa abu hanifah adalah mewakili madrasah ahlul ra’yi ?

Jawab :

Karena mereka lebih mendahulukan qiyas dibanding hadits ahad jika bertentangan dengan
ushul . Hal ini juga disebabkan kerena Imam Abu Hanifah tidak memiliki keahlian yang
mendalam terkait menyeleksi hadits disamping juga di kufah banyak orang-orang membuat
hadits-hadits palsu sehingga beliau lebih melihat kepada Al Quran dan hadits-hadits yang
mashur dan hadits-hadits yang sudah beliau yakini keshahihannya saja . Jadi sebenarnya
beliau bukan menolak hadits ahad dari awal tanpa sebab .

59. Apakah Imam Abu Hanifah menolak hadits Ahad dalam persoalan Aqidah sebagaimana
beliau lebih memilih untuk tidak menggunakannya terkait masalah fiqih ?

Jawab :

Perlu dipahami bahwa dalam masalah yang pokok dalam Aqidah ( masalah Ushul Aqidah) yang
disepakati semua ulama tidak ada yang didasarkan dari hadits Ahad tetapi semua hadits
mutawatir . Misal terkait adzab kubur yang dikatakan sebagai hadits yang mendasarinya adalah
hadits ahad ternyata kalo ditelusuri haditsnya mutawatir juga , bahkan dalam al Quran juga
dijelaskan tentang adzab kubur , yaitu tentang kisah Firaun yang akan diadzab pagi dan sorenya
. baru setelah hari kiamat , firaun dicampakkan di neraka . Hal ini adalah dalil terkait adanya
adzab kubur .

Sehingga masalah-masalah ushul Aqidah ( - masalah-masalah pokok dalam aqidah yang kita
tidak boleh berbeda pendapat didalamnya-) yakinlah bahwa : 1) hadits yang mendasarinya

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 21


mutawatir bukan Ahad dan 2) Pasti ada ijma’ nya . Serta terkait perkara-perkara aqidah yang
sejak dulu ( masa sahabat) ada perselisihan tentunya hal tersebut bukan dalam hal-hal ushul
atau pokok. Misal Apakah Nabi Muhammad Shalallohu Alaihi wa Salam melihat Alloh saat isra’
mikraj ? . Apakah diperbolehkan menggantungkan ayat-ayat alquran sebagai jimat ? Hal
tersebut bukan masalah ushul tapi furu’ . Ada beda pendapat di dalam jawabannya . Ada ijtihad
dalam masalah-masalah tersebut . Jadi tidak setiap permasalahan aqidah semuanya ushul.

60. Bagaimana mengetahui pendapat tertentu termasuk pendapat mu’tamad mazhab hanafi ?

Jawab :

1) Jika imam dan dua sahabatnya sepakat maka itu adalah pendapat yang mu’tamad .
2) Jika terjadi perbedaan maka pendapat yang mu’tamad adalah :
a) Perkataan Imam dan salah satu dari kedua sahabatnya
b) Jika Imam abu hanifah berbeda dengan kedua sahabatnya maka :
i) Jika dalam masalah ibadah → pendapat Abu Hanifah
ii) Jika dalam masalah pengadilan → pendapat Abu Yusuf Al Qadhi
iii) Jika dalam masalah warisan → Pendapat Muhammad bin Hasan
3) Jika tidak didapatkan riwayat dari Abu Hanifah maka didahulukan perkataan Abu Yusuf
baru kemudian perkataan Muhammad bin Hasan Asy Syaibani.

61. Dimanakah mazhab Hanafi banyak tersebar ?

Jawab :

1) India 6) Guyana
2) Afganistan 7) Trinidad
3) Irak 8) Suriname
4) Suria 9) Beberapa wilayah Mesir
5) Turki

Mengenal Mazhab Maliki


62. Siapakah Imam Malik itu ? Nasab dan kelahirannya ?

Jawab :

Nama : Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir Al Ashbahy

Lahir di Madinah tahun 93 H - Wafat 179 H

Anas bin Malik bapak Imam Malik ini bukan Anas bin Malik sahabat Nabi , tapi Anas bin Malik
yang lain . Anas bin Malik sahabat nabi wafat tahun 93 H .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 22


Beliau tidak melakukan rihlah keluar madinah dalam mencari ilmu karena menurut beliau
cukuplah Madinah adalah gudangnya ilmu .Beliau belajar , mengajar dan wafat di Madinah .
Beliau hanya keluar ke mekkah hanya untuk haji dan umroh . Karenanya Imam Malik dikenal
dengan Imam Darul Hijrah .

63. Sebutkan 3 pujian para ulama terhadap imam Malik !

Jawab :

● Ibnu Wahb berkata : “ Kalaulah aku tuliskan jawaban Malik :”Aku tidak tahu” , maka
akan penuh satu buku . —> bukti ke wara’an beliau
● Ibnu mahdy berkata : ” Aku tidak melihat orang yang lebih memiliki rasa takut ,
lebih sempurna akalnya , dan lebih bertakwa daripada Imam Malik “
● Imam Syafi’i berkata : “ Jika para ulama disebut , maka Malik adalah bintangnya.”

64. Perkembangan mazhab Maliki tidak bedanya dengan perkembangan mazhab hanafi yaitu
melalui 3 fase , sebutkan ketiga fase tersebut !

Jawab :

1) Fase Pembentukan Mazhab (sampai 282 H) → masa Imam Malik

2) Fase Perkembangan Mazhab ( sampai 616 H)

3) Fase Stabilisasi Mazhab

65. Siapa saja ulama yang terkait pada fase pembentukan mazhab maliki ini ?

Jawab :

1) Imam Malik → Menulis Kitab Al Muwaththo’


2) Abdurrahman bin Qasim
3) Asad bin Furat
4) Asyhab
5) Sahnun ( sebenarnya bukan murid Imam Malik tapi punya andil besar dalam
pembembentukan mazhab Maliki ) → menulis Kitab Al Mudawwanah

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 23


66. Pada fase pembentukan mazhab imam Malik dari awal beliau menyusun kitab hadits Al
Muwaththo’ . Mengapa kitab hadits Al Muwaththo’ tersebut menjelaskan terkait pemahaman
fiqih beliau ?

Jawab :

Karena di al Muwaththo’ walaupun merupakan kitab hadits tetapi disusun dengan disertai
bab-bab yang merupakan gambaran pemahaman imam malik terkait fiqih beliau . Bab terkait
dengan ini , bab terkait dengan itu dst .

67. Dikatakan di fase pembentukan terdapat ulama bernama Sahnun yang dikatakan bukan murid
dari Imam Malik tetapi menyusun kitab fiqih mazhab Maliki dengan judul Al Mudawwanah .
Bagaimana hal ini bisa terjadi padahal beliau ( Sahnun) bukan murid Imam Malik ?

Jawab :

Sahnun dalam menyusun kitab Al Mudawwanah dengan cara mengumpulkan dan mencatat
pendapat imam Malik dari Asad bin Furat dan juga dari Abdurrahman bin Qasim . Walaupun
pendapat-pendapat yang dicatat Sahnun dari Abdurrahman bin Qasim lebih banyak dibanding
dari Asad bin Furat . Sumber dari Abdurrahman bin Qasim bisa berupa pendapat-pendapat
Imam Malik yang sempat ditanyakan langsung oleh Abdurrahman bin Qasim sendiri ataupun
pendapat Abdurrahman bin Qasim sendiri dengan menggunakan metode pendalilan sesuai
imam Malik .

68. Setelah fase pembentukan mazhab berlanjutlah fase perkembangan dengan adanya
ulama-ulama dengan kitab-kitab mereka terkait fiqih mazhab maliki ini . Siapakah diantara
para ulama dan kitab mereka yang mewarnai fase perkembangan mazhab maliki ini , sebutkan
diantaranya !

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 24


1) Ibnu Abi Zaid → Menulis kitab Risalah , Muqaddimah kitab ini berisi pembahasan aqidah
Ahlus Sunnah .
2) Qadhi Abdul Wahhab → Menulis kitab At Talqin
3) Ibnu Abdil Barr → Menulis Al Kafi
4) Al Bajy → Menulis Al Muntaqa
5) Ibnu Rusyd → Menulis Al Muqaddimat Al Mumahidat . Ibnu Rusyd ini memiliki cucu yang
memiliki nama sama yaitu Ibnu Rusyd juga . Dan Ibnu Rusyd ( cucu ) ini menulis kitab
terkenal yaitu Bidayatul Mujtahid . Tetapi ibnu Rusyd ( cucu ) ini terpengaruh ilmu kalam (
filsafat) .
6) Qadhi I’yadh → Menulis Al Mustanbathah

69. Setelah fase perkembangan selesai diteruskan fase stabilisasi dengan beberapa ulama-ulama
dan kitab-kitab mereka yang berperan . Siapakah para ulama dan kitab-kitab mereka ?

Jawab :

Diantara mereka dalah :

1) Ibnul Hajib → menulis kitab Jami’ul Ummahat


2) Al Qarafy → menulis kitab Adz Dzakhirah
3) Khalil → menulis kitab Mukhtashar Khalil .
4) Al Hathhab → menulis kitab Mawahibul Jalil , merupakan syarah Mukhtashar Khalil
5) Ad Dardir → menulis kitab Syarhul Kabir , merupakan syarah Mukhtashar Khalil
6) Ad Dasuqy → menulis kitab Hasyiyah Dasuqy , merupakan syarah Syarhul Kabir

Terlihat diatas bahwa kitab Mukhtashar Khalil menjadi rujukan ulama-ulama setelah
Khalil . Bahkan karenanya dikatakan bahwa saat ini bukan mazhab maliki tapi mazhab
khalili .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 25


70. Mengapa kitab Mukhtashar Khalil menjadi kitab rujukan pokok dalam mempelajari fiqih
mazhab maliki oleh ulama-ulama setelah Khalil ?

Jawab :

Hal tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut : karena dalam Kitab Mukhtashar Khalil , Khalil
meringkas kitab karya Ibnu Hajib yang berjudul Tahdzib Ikhtisar Al Mudawwanah yang kitab ini
merupakan ringkasan dari kitab Mukhtashar Al Mudawwanah tulisan Ibnu Abi Zaid . Dan kitab
Mukhtashar Al Mudawwanah adalah ringkasan dari kitab Al Mudawwanah karya Sahnun . Dan
kitab Al Mudawwanah adalah kumpulan dan catatan pendapat-pendapat sahabat imam malik
yaitu Abdurrahman bin Qasim dan Asad bin Furat . Saking terkenalnya kitab Mukhtashar Khalil
sebagai rujukan madzhab Maliki sebagian mengatakan ini bukan madzab maliki tapi madzhab
Khalili .

71. Kitab Mukhtashar Khalil diringkas oleh Ad Dardir menjadi kitab yang menjadi rujukan ulama
mazhab maliki saat ini . Apakah judul kitab tersebut ?

Jawab :

Judul kitab ringkasan oleh Ad Dardir tersebut adalah Aqrabul Masalik.

72. Apa saja ushul mazhab Maliki , sebutkan dengan penjelasan singkat !

Jawab :

1) Al Quran
2) Sunnah → Jika Khabar Ahad bertentangan dg amalan penduduk Madinah maka amalan
penduduk madinah didahulukan . Karena Imam Malik meyakini bahwa amalan penduduk
Madinah tidak mungkin menyelisi Sunnah yg shohih . Amalan penduduk madinah seperti
Ijma’ Sahabat.
3) Ijma’ Sahabat

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 26


4) Amalan Penduduk Madinah → ushul inilah yang menjadi ciri khas mazhab Maliki . Jika
ada pendapat yang berbeda diantara para ulama maka mazhab Maliki merujuk kepada
amalan penduduk Madinah .
5) Qiyas →
6) Ijtihad Sahabat →
7) Saddu Adz Dzariah → Menutup celah maksiat . Tidak boleh menjual anggur kepada
pembuat khomer . Beda dg imam Syafi’i
8) Mashlahat Mursalah → Karena kemasylahatan datanglah hukum .
9) Urf →

73. Mengapa Imam Malik lebih mengutamakan amalan penduduk madinah dibanding hadits
Ahad ? Apakah karena di masa Imam Malik banyak ditemukan hadits-hadits dhoif atau palsu ?
Bukankah Imam Malik juga lebih terkenal sebagai ahlul Hadits ?

Jawab :

Hal ini bukan karena banyaknya hadits dhoif atau palsu di saat itu tetapi yang menjadi
pertimbangan adalah pemahaman haditsnya . Imam Malik menganggap bahwasanya pendapat
ahlu madinah itu sudah seperti ijma . Misal Nabi mengatakan adanya hak Khiyar dalam jual beli
sebelum mereka berpisah yang meriwayatkan hadits Imam Malik sendiri dari gurunya Nafi’ ,
Nafi’ meriwayatkan dari Abdullah bin Umar . Bahkan dikatakan para ulama bahwa sanad Malik -
Nafi’ - Ibnu Umar itu sanad hadits paling shohih . Tapi penduduk madinah tidak mengamalkan
hadits ini , setelah jual beli -bagi mereka- tidak boleh dikembalikan . Dan ini pula yang diambil
pendapat Imam Malik dengan manafsirkan sebelum berpisah adalah terkait dg ucapan dan
kerelaan kedua belah pihak bukan terkait berpisahnya fisik .

Ada yang mengatakan kepada Imam Malik dengan nada protes , “Apakah anda tidak
mengetahui adanya hadits tentang hak Khiyar Majlis ?” , Imam Malik menjawab “ Bahkan kami
yang meriwayatkan hadits tersebut saat kamu masih bermain-main di kuburan baqi’ .

Mengapa aku mengambil pendapat ini ? Supaya aku bisa mengajari kepada orang bodoh seperti
dirimu bahwasannya aku tinggalkan makna dhohir hadits tersebut gara-gara ilmu yang aku
miliki . Karena menurut Imam Malik amalan penduduk Madinah seperti Ijma’ dan mereka
memahami hadits tersebut sebagaimana praktek amalan mereka bahwa tidak ada khiyar
setelah penjual menerima uang serta ridho dengannya juga pembeli menerima barang dan ridho
dengannya walaupun mereka belum berpisah tidak ada khiyar saat itu .

74. Bagaimana mengetahui pendapat tertentu termasuk pendapat mu’tamad mazhab Maliki ?

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 27


Yang menjadi pendapat mu’tamad mazhab Maliki adalah Pendapat yang terdapat pada kitab
Mukhtashor Khalil kecuali beberapa masalah yang dijelaskan dalam pensyarah kitab tersebut .

75. Dimanakah mazhab Maliki banyak tersebar ?

Jawab :

1) Mesir bagian Utara 6) Tunisia


2) Algeria 7) Maroko
3) Mali 8) Nigeria
4) Kuwait 9) Qatar
5) Bahrain

76. Mengapa mazhab Maliki kurang tersebar di Madinah padahal Imam Malik berdomisili untuk
belajar mengajar di Madinah ?

Jawab :

Karena walaupun imam Malik tinggal di Madinah tapi murid-murid beliau seperti Yahya bin
Yahya al Laitsy (perawi Al Muwaththa’) adalah dari Andalus , Abdurrahman bin Qasim adalah
orang Mesir . Jadi awalnya mazhab Maliki tersebar di Andalusia dan Mesir sampai datangnya
imam Syafi’i di Mesir (safar terakhir imam Syafi’i di Mesir) dan ketika Imam Syafi’i membawa
mazhabnya sendiri maka mazhab Syafi’i menyebar pesat di Mesir sampai-sampai ada ulama
mazhab Maliki yang mendoakan kejelekan kepada Imam Syafi’i karena kawatir mazhab Maliki
hilang di mesir . Pengaruh Imam Syafi’i tersebut menyebabkan mazhab Maliki bergeser ke
Maroko .

77. Buatkan tabel perbandingan terkait ushul yang dipakai mazhab Hanafi dan mazhab Maliki !

Jawab :

No. Ushul Mazhab Hanafi Mazhab Maliki

1 Al Quran ✔️ ✔️
Hadits Ahad lebih
Hadits Ahad lebih
2 Sunnah memilih Amalan
memilih Ra’yu
Penduduk Madinah

3 Ijma’ Sahabat ✔️ ✔️
4 Amalan Penduduk
Madinah
✔️

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 28


4 Ijtihad Sahabat ✔️ ✔️
5 Qiyas ✔️ ✔️
6 Istihsan ✔️
7 Urf ✔️ ✔️
8 Saddu Adz Dzariah ✔️
9 Mashlahat Mursalah ✔️

PERTEMUAN #4
● Hari : Ahad, 4 Pebruari 2024
● Materi : Mengenal Mazhab Syafi’i dan Hambali

Mengenal Mazhab Syafi’i


78. Siapakah imam Syafi’i itu ?

Jawab :

Beliau adalah Muhammad bin Idris Asy Syafi’i. Nasaab beliau ketemu dengan nabi Muhammad
Shallallohu alaihi wa salam pada kakek beliau Abdul Manaf . Imam syafi’i adalah Al Muthaliby .
Beliau adalah seorang qurasy.

Beliau lahir 150 H ( tahun di mana Abu Hanifah wafat) di Ghuzzah ( Gaza Palestina) , wafat 204
H . Beliau adalah anak yatim , setelah bapak beliau meninggal , Ibu Imam Syafi’i membawa
beliau ke Mekkah supaya bisa bersambung kembali dengan nasab sodara-sodara ayah beliau .

Beliau bernama Muhammad dengan kunyah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah
Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd
bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan
nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk
sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau, yaitu Hasyim
bin al-Muththalib. Sumber: https://muslim.or.id/61-imam-syafii-sang-pembela-sunnah-dan-hadits-nabi.html

Adapun nasab Nabi Muhammad adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr
bin Malik bin An Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma’ad bin Adnan. Sampai disini, tidak ada perbedaan diantara para ulama. Adnan dipastikan

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 29


merupakan keturunan Nabi Isma’il, namun para ulama berselisih pendapat mengenai silsilah
nasab dari Adnan hingga Nabi Isma’il.
Sumber: https://muslim.or.id/10484-nama-dan-nasab-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

79. Sebutkan beberapa pujian ulama kepada imam Syafi’i !

Jawab :

1) Rabi bin Sulaiman al Muradi , - beliau adalah murid imam Syafi’i ( saat beliau sdh di
mesir) dan perawi kitab-kitab imam syafi’i ketika di mesir - berkata “ Asy Syafi’i
mengkatamkan al Quran 2 kali sehari di bulan Ramadhan .”
2) Sufyan bin Uyainah , - beliau adalah guru imam Syafi’i saat di mekkah- berkata : “ Asy
Syafi’i adalah manusia terbaik di zamannya.”
3) Ahmad bin Hambal , - beliau adalah murid imam Syafi’i , pendiri mazhab Hambali , Ahlu
Hadits dan memiliki kitab masnad - berkata : “ Tidak ada satu orangpun yang memegang
pena dan tinta , pasti ada jasa Syafi’i pada dirinya . “

Catatan : Suatu saat ketika Ahmad bin Hambal bersama Yahya bin Ma’in ( teman imam
Ahmad) dan yang lain-lain ingin mengambil hadits dari Al Imam Abdur Razzaq Ash
Shan'ani di Yaman ( ibukota Yaman Shan’a) . Perjalanan beliau
dari Baghdad ( Iraq ) menuju Yaman tapi singgah ke Mekkah
dahulu utk umroh . Ternyata ketika di Mekkah tersebut ada Al
Imam Abdur Razzaq Ash Shan'ani , sehingga teman-temannya
mengatakan berarti kita tidak perlu ke Yaman . Tapi Imam
Ahmad bin Hambal tidak mau dan mengatakan : ” Saya sudah
berAzam dari Iraq untuk mengambil hadits dari Al Imam Abdur
Razzaq Ash Shan'ani di Yaman , sedangkan ketika di mekkah ini saya akan belajar dari
imam Asy Syafi’i

80. Dalam sejarah Mazhab Syafi’i terbagi dalam 3 fase , sebutkan !

Jawab :

1) Fase Pembentukan Mazhab → di masa Imam Syafi’i


2) Fase Perkembangan
3) Fase Penyaringan Pendapat Mazhab

81. Sebutkan kelebihan atau keistimewaan imam Syafi’i dibanding 3 mazhab yang lain terkait
pembentukan mazhab mereka !

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 30


Imam Syafi’i menuliskan sendiri fiqh dalam kitab tulisan beliau ( kitab Al Umm) ,
Sekaligus beliau juga menuliskan ushul pendalilan atau ushul fiqh nya ( kitab ar Risalah) .
Bahkan dikatakan beliau adalah penyusun kitab ushul fiqh yang pertama yaitu kitab Ar
Risalah .

Imam Abu Hanifah tidak menulis fiqh beliau sendiri , namun pendapat-pendapatnya
diriwayatkan oleh murid-muridnya seperti Abu Yusuf Al Qadhi dan Muhammad bin Hasan
Ash Shaibani . Dan juga metode yang beliau gunakan adalah metode diskusi .

Imam Malik juga tidak menuliskan fiqh nya secara tersendiri tetapi diletakkan dalam
kitab Muwatha’ nya dalam judul-judul bab nya yang merupakan kesimpulan fiqh beliau
yang diambil dari hadits-hadits yang beliau kumpulkan dalam kitab muwatha’ . Kitab
Muwatha’ adalah kitab hadits bukan kitab Fiqh . Dan juga beliau tidak menulikan ushul
fiqhnya .

Imam Ahmad bin Hambal juga tidak menuliskan fiqh nya m namun para muridnya lah
yang mengumpulkan jawaban-jawaban , fatwa-fatwa imam Ahmad bin Hambal dalam
kitab-kitab mereka . Meskipun Imam Ahmad bin Hambal menulis kitab hadits tapi
bentuk kitab hadits tersebut adalah kitab musnad yaitu kitab kumpulan hadits yang
disusun berdasarkan perawi bukan berdasar bab permasalahan beda dengan kitab
muwatha yang sama-sama kitab hadits tapi disusun berdasarkan judul-judul bab . Jadi
bisa dikatakan Mazhab Hambali memang dibentuk dengan pengumpulan jawaban atau
fatwa-fatwa imam Ahmad oleh para murid beliau .

82. Dalam mazhab Syafi’i dikenal dengan adanya dua qoul/perkataan Jadid dan Qadim . Apa yang
dimaksud dengan qoul Jadid dan qoul Qadim itu ?

Jawab :

Untuk memahami qoul Jadid dan Qadim perlu mengetahui lebih dahulu tentang perjalanan
imam Syafi’i dalam menuntut ilmu . Imam Syafi’i awalnya belajar di mekkah dengan
ulama-ulama mekkah seperti Sufyan bin Uyainah , Muslim bin Khalid Az Zinji dan yang lain .
Dan beliulah (Muslim bin Khalid Az Zinji , Imam di Masjid Haram , Mufti Mekkah ) yang
memberikan ijin kepada imam Syafi’i untuk mulai berfatwa meskipun saat itu usia beliau baru
15 tahun. Karena kecerdasan beliau sudah terlihat oleh Imam Muslim bin Khalid Az Zinji .
Dimana memang beliau sudah hafal al Quran umur 7 tahun , hafal kitab Muwatha’ usia 10 tahun
. Umur 16 atau 17 atau 18 Imam Syafi’i ingin belajar kepada Imam Malik di Madinah . Saat itu
imam Malik sudah melihat potensi dan kecerdasan imam Syafi’i dan beliau berkata kepada
imam Syafi’i dengan ucapan yang mashur : “ Aku telah melihat bahwa Allah subhanahu wa
taala telah memberikanmu cahaya ilmu dalam hatimu . Maka jangan sekali-kali kau padamkan
cahaya ilmu tersebut dengan kegelapan maksiat . “

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 31


Jadi beliau belajar di Madrasah Makkah Kemudian beliau belajar di Madrasah Madinah .
Kemudian beliau Pergi Ke Yaman. Beliau banyak melakukan rihlah . Imam Syafi'i Kemudian
beliau bertemu dengan Muhammad bin Hasan Ash Shaibani ( Sahabat Abu Hanifah) di Irak
beliau belajar di sana juga . Beliau menceritakan -saat belajar dengan Muhammad bin Hasan
Ash Shaibani- bahwa beliau menulis ilmunya Muhammad bin Hasan Ash Shaibani itu sebanyak
buku yang bisa dibawa oleh seekor unta , gambaran banyak sekali yang beliau pelajari dari
Muhammad bin Hasan Ash Shaibani . Beliau juga berdebat dengan Muhammad bin Hasan Ash
Shaibani seperti dalam perdebatan yang dikisahkan oleh para ulama . Kesimpulannya bahwa
Imam Syafi’i terkenal banyak rihlah beliau untuk menuntut ilmu . Sehingga sampailah beliau bisa
menjadi seorang mujtahid yang membuat dan menulis ushul fikihnya sendiri dengan
pengambilan dalil-dalil yang ada dan beliau menyimpulkan usul fikihnya tersendiri dalam kitab
Ar Risalah.

Dan dari situlah terbentuknya mazhab Imam Syafi'i, beliau mulai berfatwa sendiri yang mana
sebelumnya beliau terikat dengan fatwanya Imam Malik rahimahullah . Kemudian beliau bisa
berfatwa sendiri .

Ketika beliau di Iraq , di situlah mulai keluar qoul qadim yaitu perkataan-perkataan atau
fatwa-fatwa lamanya Imam Syafi'i . Dan Imam Ahmad bin Hambal adalah salah satu yang
meriwayatkan pendapat-pendapat atau fatwa-fatwa lamanya Imam Syafi'i . Kerena Imam
Ahmad bin Hambal adalah salah satu murid beliau saat di Iraq . Selain Imam Ahmad bin
Hambal ada juga Abu Tsur dan yang lain nya .

Kemudian beliau pernah sempat balik lagi ke Makkah baru setelah itu beliau ke Iraq lagi dan
memutuskan untuk pergi ke Mesir . Maka perjalanan beliau dari mulai beliau seorang mujtahid
yang sudah lepas dari gurunya Imam Malik , kemudian beliau punya ijtihad-ijtihad dan
fatwa-fatwa sendiri sampai sebelum beliau masuk ke Mesir itu dinamakan qoul qadim . Maka
semua fatwanya Imam Syafi'i sebelum masuk Mesir itu dinamakan qoul qadim atau perkataan
lama atau pendapat lama beliau .

Baru ketika di Mesir , beliau mengulang kembali fikih beliau yang lalu . Beliau keluarkan kitab
Al Umm , beliau koreksi kembali , beliau baca lagi fikih-fikih beliau yang lalu . Selain kitab Al
Umm beliau juga keluarkanlah kitab risalah . Beliau tulis Ar Risalah dua kali , yang pertama saat
di Baghdad yang kedua ketika di Mesir . Dan saat di mesir inilah yang dinamakan dengan qoul
Jadid atau perkataan baru atau pendapat barunya Imam Syafi'i .

Tapi jangan dipahami bahwasanya semua qoul qadim ini berubah menjadi qoul Jadid berubah
total 100%. Bukan demikian tapi hanya beberapa permasalahan saja yang berbeda antara
pendapat yang lama dan pendapat yang yang baru .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 32


Lalu dari dua qoul tersebut mana yang dianggap sebagai pendapat mazhab ? Pada asalnya
yang dianggap pendapat mazhab adalah qoul Jadid atau perkataan baru atau pendapat baru
Imam Syafi'i tapi ada juga beberapa permasalahan malah pendapat lama (qoul qadim) yang
dijadikan pendapat mazhab karena dalam permasalah tesebut lebih sesuai dengan dalil dan
juga Imam Syafi'i rahimahullah sendiri mengatakan kalau seandainya hadits itu shahih, maka
itulah mazhabku .

83. Siapa murid imam Syafi’i yang dikatakan oleh imam Syafi’i sendiri sebagai pewaris ilmu beliau
dan apa judul kitab karya beliau ?

Jawab :
Murid Imam Syafi’i yang dikenal sebagai pewaris ilmu Imam Syafi’i adalah Al Buwaithi . Beliau
menulis kitab Mukhtashar yang berisi kumpulan fatwa-fatwa gurunya yaitu Imam Syafi’i . Beliau
sebagai penerus majelis Imam Syafi’i.

84. Dan siapa murid Imam Syafi’i yang dikatakan oleh Imam Syafi’i sendiri sebagai penolong
mazhab Syafi’i dan apa judul kitab karya beliau ?

Jawab :
Murid Imam Syafi’i yang dikenal sebagai penolong mazhab syafi’i adalah Imam Muzani dan
katab yang beliau tulis berjudul Mukhtashar ( sama judulnya dengan kitab karya Al Buwaithi) .
Beliau menguasai terkait pendalilan mazhab dan juga berdebat , sehingga dikenal sebagai
penolong Mazhab . Kitab mukhtashar Muzani ini menjadi perhatian ulama-ulama setelah beliau
.

85. Dan siapa murid Imam Syafi’i yang menjadi perawi kitab-kitab Imam Syafi’i seperti kitab Al
Umm , Sang murid tersebutlah yang menulis kitab apa yang didektekan oleh imam Syafi’i ?

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 33


Murid yang menuliskan kitab-kitab Imam Syafi’i dari apa yang didektekan beliau adalah imam
Rabi bin Sulaiman al Muradi .

86. Pada fase perkembangan mazhab Syafi’i terdapat banyak ulama-ulama yang berpengaruh
dalam prases perkembangan mazhab . Sebutkan beberapa diantara mereka dan andil atau
kitab-kitab yang mereka tulis !

Jawab :

1) Ibnu Suraij →
2) Al Qaffal Al Mawarzy ( Al Qaffal Shogir) → Metode Khurasaniyyin ( Syam)
3) Al Isfirayini → Metode Iraqiyyin ( Iraq)
4) Al Mawardi → Kitab Al Hawy . Kitab yang sangat bagus dalam belajar fiqh mazhab Syafi’i
karena di kitab tersebut ditulis dalil-dalil dan pendalilan -pendalilan mazhab Syafi’i .
5) Al Juwaini → dikenal sebagai Imamul Haramain . Menulis kitab ashul fiqih yang ringkas
untuk pemula bernama Al Waraqat . Menulis kitab Fiqh Nihayatul Mathlab .
6) Asy Syirazi → kitab Al Muhadzab . Banyak kitab-kitab beliau sebagai rujukan
ulama-ulama syafi’i setelahnya . Kitab Al Muhadzab ini disyarah oleh imam Nawawi
dengan judul Kitab Al Majmu’ syarah Al Muhadzab . Kitab Syarah ini merupakan kitab
panjang dalam mazhab Syafi’i . Sebelum beliau sempat menyelesaikan kitab ini , beliau
wafat . Dan diteruskan oleh As Subki . Begitu juga As Subki belum sempat
menyelesaikan kitab ini beliau wafat dan diteruskan penulisan kitab syarah ini oleh
Muhammad bin Najib Al Muthi’i. Jadi Kitab Al Majmu’ syarah Al Muhadzab ditulis oleh 3
ulama : 1) An Nawawi , 2) As Subki 3) Muhammad bin Najib Al mUthi’i
7) Al Ghazali → Murid dari Al Juwaini ( Imamul Haramain) . Beliau memiliki kitab Al Wasith .
Sebenarnya beliau memiliki 3 tingkatan kitab yaitu :
(a) Al Wajiz → ringkas , untuk pemula
(b) Al wasith → tengahan agak panjang
(c) Al Basith → kitab yang panjang .

Dengan tingkatan kitab ini memberikan kesan yang ingin disampaikan Al Ghazali bahwa
menuntut ilmu itu harus TADARUJ , secara bertahap .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 34


87. Setelah fase perkembangan mazhab , fase setelahnya adalah fase Penyaringan ( fase tankih)
apa maksud dari fase tersebut ?

Jawab :

Fase dimana mulai dipilah-pilah atau diseleksi atau disaring pendapat-pendapat yang banyak di
fase sebelumnya (fase pembentukan) , mana pendapat yang lebih sesuai dengan ushul fiqh nya
atau kaidah pendalilan Imam syafi’i sehingga pendapat tersebut bisa dijadikan pendapat
Mazhab Syafi’i . Mengapa hal ini ( penyaringan pendapat) penting supaya jika ada
permasalahan baru yang belum ada fatwa Imam Syafi’i terkait permasalahan baru tersebut
sedangkan Imam Syafi’i sudah meninggal maka ulama-ulama mazhab Syafi’i bisa melihat
bagaimana pendapat atau fatwa Imam Syafi’i seandainya masih hidup terkait permasalahan
tersebut dilihat dari ushul-ushul dan pendapat-pendapat Imam Syafi’i yang telah ditulis semasa
hidupnya .

88. Fase Penyaringan ( fase tankih) terbagi dalam dua fase sebutkan kedua fase tersebut dan
ulama-ulama yang berperan dan kitab-kitab mereka !

Jawab :

Fase Pertama → akhir abad 5 sampai abad 6 . Ada dua ulama yang berpengaruh di fase
pertama ini yaitu :

1) Imam Rafi’i → menulis kitab Al Muharrar . Di kitab tersebut menyaring


pendapat-pendapat mana yang lebih pas untuk dikatakan sebagai pendapat mazhab
Syafi’i .
2) Imam Nawawi → menulis kitab Minhajut Thalibin ada juga kitab Raudatut Thalibin ada
juga kitab Al Majmu’ ( yang merupakan kitab panjang karena menghimpun perbedaan (
khilaf) antara mazhab Syafi’i dengan mazhab yang lain ( khilaf Ali) .

Fase Kedua → akhir abad 10 sampai abad 11 . Ada dua ulama yang berpengaruh di fase kedua
ini yaitu :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 35


1) Imam Ramli → menulis kitab Nihayatul Muhtaj yang merupakan syarah kitab Minhajut
Thalibin karya Imam Nawawi .
2) Imam Ibnu Hajar Al Haitamy → menulis kitab Tuhfatul Muhtaj yang merupakan syarah
kitab Minhajut Thalibin karya Imam Nawawi juga .

89. Sebutkan Ushul Mazhab Syafi’i dan


berikan penjelasan secukupnya !

Jawab :

1) Al Quran →
2) As Sunnah → Mendahulukan sunnah , berbeda dengan Imam Malik yang lebih
mendahulukan amalan penduduk Madinah . Hal ini merupakan manfaat rihlah perjalanan
menuntut ilmu imam Syafi’i ke banyak tempat sehingga beliau melihat perbedaan
pendapat yang banyak . Di Mekkah beliau belajar dengan Sofyan bin Uyainah dan
ulama-ulama mekkah , di madinah belajar kepada Imam Malik , di Iraq belajar kepada
Muhammad bin Hasan Ash shaibani - muridnya Imam Abu Hanifah- , di mesir beliau
belajar kepada murid-murid imam Laits bin Saad . Sehingga beliau tidak hanya terpaku
kepada amalan penduduk madinah saja . Kerena memang para shahabat nabi tersebar
sehingga ilmu pun tersebar . Beliau juga ahlul hadits walaupun terkait ilmu hadits tidak
sedalam imam Ahmad , mengingat beliau juga murid imam Malik yang termasuk ahlul
hadits .
3) Ijma’ Sahabat →
4) Qiyas →
5) Istishab → mengambil hukum asalnya ( hukum sebelumnya) . Istishab ini diambil jika di
dalam Al Quran , As Sunnah , Ijma Sahabat dan qiyas tidak ditemukan hukum
pengharaman maka suatu perkara tersebut dihukumi dengan asalnya yaitu halal .

90. Bagaimana urutan penyaringan pendapat mu’tamad dalam mazhab Syafi’i itu ?

Jawab :

Pendapat mu’tamad dalam mazhab Syafi’i adalah :

1) Pendapat yang disepakati oleh Rafi’i dan Nawawi

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 36


2) Jika mereka berdua tidak sepakat maka dikuatkan pendapat Imam Nawawi . Mengapa ?
karena imam Nawawi termasuk Ahlul Hadits , lebih menekuni hadits dibanding imam
Rafi’i .
3) Jika tidak ada pendapat dari keduanya maka dikuatkan pendapat dari Ibnu Hajar Al
Haitami dan Ramli .
91. Di negara-negara mana mazhab Syafi’i ini banyak tersebar ?

Jawab :

1) Mesir
2) Yaman
3) Sri Lanka
4) Indonesia
5) Malaysia
6) Suriname
7) Kenya
8) Somalia

Mengenal Mazhab Hambali


92. Siapa nama , nasab , tempat dan tahun lahir imam Mazhab Hambali itu ?

Jawab :

Nama beliau adalah : Ahmad bin muhammad bin Hambal Asy Syaibani . Lahir tahun 163 H dan
wafat tahun 241 H . Jadi Hambal adalah nama kakek beliau .

93. Sebutkan sebagian pujian-pujian ulama kepada imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal !

Jawab :

1) Imam Syafi’i ( guru beliau ) berkata : “ Ahmad adalah Imam dalam 7 bidang ; Hadits , Fiqh
, Bahasa Arab , Al Quran , Kefakiran , Zuhud , Wara dan Sunnah .”
2) Abu Zur’ah berkata kepada Abdullah ( Anak beliau) : “ Ayahmu hafal 1 juta hadits . Aku
pernah bermudzakarah dengannya dalam banyak bab.”
3) Abdul Razzaq As Shan’any ( guru beliau ) berkata : “ Aku tidak pernah melihat orang yang
lebih paham fiqh dan lebih wara dari Ahmad bin Hambal .”

94. Dalam sejarah Mazhab Hambali terbagi dalam 3 fase , sebutkan !

Jawab :

1) Fase Pembentukan Mazhab ( sampai 403 H) → di masa Imam Ahmad dan


murid-murid beliau.

2) Fase Penyaringan ( sampai 885 H )

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 37


3) Fase Stabilisasi ( Istiqrar ) Mazhab

95. Dalam fase pembentukan mazhab Hambali bagaimana fiqih mazhab ditulis sedangkan imam
Ahmad bin Hambal tidak menulis kitab fiqih tapi menulis kitab musnad ?

Jawab :

Pada masa ini tentunya dimulai dari Imam Ahmad . Diketahui bahwa imam Ahmad tidak
menulis sendiri mazhab fiqihnya dan juga tidak menulis ushul fiqihnya . Tetapi beliau menulis
kitab Musnad yaitu kumpulan hadits yang disusun berdasar nama sahabat yang meriwayatkan
bukan berdasarkan bab-bab pembahasan . Jadi Kitab musnad Imam Ahmad ini berbeda dengan
kitab Muwatha’ Imam Malik . Sehingga dari kitab Musnad Imam Ahmad ini kita belum bisa
mengetahui fiqihnya beliau .

Kalau demikian dari mana kita bisa mengetahui fiqih beliau ? yaitu dari Ashhabul Masail ,yaitu
murid-murid beliau yang datang kepada beliau untuk menanyakan fatwa suatu hukum
permasalahan dan mereka mencatat dalam kitab-kitab mereka .

Ulama yang termasuk Ashhabul Masail tersebut adalah :

1) Abu Dawud → penulis kitab sunan Abu Dawud . Beliau banyak mengetahui hadits nabi
tapi tetap bertanya terkait fiqih kepada Imam Ahmad bin Hambal . Dan mengumpulkan
jawaban-jawaban dari Imam Ahmad bin Hambal tersebut dalam kitab Masail Abu Dawud
. Hal ini adalah sebuah pembelajaran besar bagi kita untuk tidak bermudah-mudahan
dalam berfatwa.
2) Abdullah bin Ahmad bin Hambal → Anak Imam Ahmad bin Hambal juga memiliki
kumpulan jawaban dari bapaknya .
3) Shalih bin Ahmad bin Hambal →Anak Imam Ahmad bin Hambal juga memiliki kumpulan
jawaban dari bapaknya .
4) Ishaq Al Kausaj → juga memiliki kumpulan pertanyaan dan jawaban dari Imam Ahmad
bin Hambal .

96. Siapa saja ulama-ulama setelah Ashhabul Masail yang berperan besar dalam fase
pembentukan mazhab Syafi’i ?

Jawab :

1) Abu Bakar Al Khallal → beliau tidak ketemu langsung dengan Imam Ahmad bin Hambal .
Beliau menulis kitab Al Jami’ yaitu kumpulan semua masail yang dikumpulkan dari
Ashhabul masail yang berisi fatwa-fatwa dari Imam Ahmad bin Hambal . Namun kitab
ini hilang , dan hanya tersisa beberapa pembahasan yang sampai kepada kita sekarang .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 38


Ulama sekarang ada mengulang kembali apa yang pernah dilakukan Abu Bakar Al Khallal
yaitu mengumpulkan masail-masail yang ada dalam satu kitab .

2) Al Khiraqy → meringkas ilmu-ilmu Imam Ahmad bin Hambal ini dalam kitab Mukhtashar
Al Khiraqy . Dan kitab inilah ( Mukhtashar Al Khiraqy) yang disyarah oleh Ibnu Qudamah
dengan judul kitab Al Mughni .
3) Hasan bin Hamid → menulis kitab Tahdzibul Ajwibah yaitu beliau mengeluarkan
kaidah-kaidah yang digunakan Imam Ahmad bin Hambal berdalil dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan oleh Ashhabul Masail .

97. Dalam fase pembentukan Mazhab Syafi’i terlihat betapa teraturnya perjalanan pembentukan
mazhab tersebut . Jelaskan secara ringkas bukti keteraturan pembentukan mazhab ini !

Jawab :

Kalau dibuat ringkas fase pembentukan mazhab sebagai berikut :

Ashhabul masail menulis hasil tanya jawab dan fatwa Imam Ahmad bin hambal dari
pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan kepada beliau . Kemudian dikumpulkan masail
tersebut jadi satu kitab Al Jami’ oleh Abu Bakar al Khallal . Kemudian dibuat ringkasan dalam
kitab Mukhtashar Al Khiraqi oleh Al Khiraqi . Kemudian bagaimana cara Imam Ahmad berdalil
dalam menjawab pertanyaan yang ada ini disimpulkan dalam kumpulan kaidah-kaidah oleh
Imam Hasan bin Hamid dalam kitab Tahdzibul Ajwibah .

98. Setelah fase pembentukan selanjutnya adalah fase penyaringan . Sebutkan ulama-ulama yang
berpengaruh di fase ini beserta kitab-kitab karya mereka !

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 39


1) Qadhi Abu Ya’la → dikenal dengan sebutuan Al Qadhi , memiliki kitab Riwayatain wal
Wajhain. Beliau juga memiliki kitab dalam ushul fiqh mazhab hambali yaitu Al-'Uddah Fi
Ushul Al-Fiqh .
2) Ibnu Qudamah → memiliki kitab Al Muqni’ . Beliau juga memiliki kitab yang disusun
secara bertingkat dari yang ringkas meningkat yang lebih detail seperti karya imam
Ghozali . Kitab tersebut adalah :
a) Umdatul Fiqh → dasar sekali ( gambaran maslah fikih) dan tidak disebutkan
khilaf di kitab ini .
b) Al Muqni’ ( ‫ → ) المقنع‬pembahasan masalah-masalah fikih dan dibawakan
perbedaan pendapat di mazhab Imam Ahmad dan biasanya dibawakan dua
riwayat atau dua pendapat . Kitab ini yang kemudian banyak ulama-ulama yang
mensyarahnya seperti kitab AL-MUBDI' ( ‫ ) المبدع‬SHARH AL-MUQNI' karya Ibnu
Muflih Al Maqdisi.
c) Al Kaafi → mulai dibahas banyak perbedaan pendapat tetapi masih dalam satu
mazhab .
d) Al Mughni ( ‫ → ) المغني‬di kitab ini baru dimunculkan khilaf dengan mazhab yang
lain .
3) Ibnu Taimiyyah → memiliki kitab Al Muharrar. Beliau ini bukan ibnu taimiyyah yang kita
kenal sebagai Syaikul Islam tapi nama beliau adalah Abdus Salam , kakek dari ibnu
Taimiyyah Syaikul Islam . Nama Ibnu Taimiyyah Syaikul Islam adalah Ahmad bin Abdul
Halim bin Abdus Salam .
4) Ibnu Muflih Al Maqdisi → memiliki kitab Al Furu’ . Beliau juga menulis kitab Al Mubdi’
syarah kitab al Muqni’ . Beliau adalah muridnya Ahmad ibnu Taimiyyah ( Syaikul Islam ) .
Beliau ini yang mengetahui fikih-fikihnya Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah . Ibnu Qoyyim (
murid ibnu taimiyyah juga) kalau bertanya terkait fikih , apa pendapat ibnu Taimiyyah
terkait suatu persoalan maka beliau bertanya kepada ibnu Muflih Al Maqdisi .
5) Al Mardawy → menulis kitab syarah Al Maqni’ dengan judul Al Inshaf (Al-Inshaf Fii
Ma’rifati Ar-Rajih Minal Khiilaf) . Kitab ini ( Al Inshaf) menjadi rujukan ulama-ulama
setelahnya terkait mazhab Hambali .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 40


99. Setelah fase penyaringan selanjutnya adalah fase istiqrar ( stabilisasi) mazhab . Sebutkan
ulama-ulama yang berperan dalam fase ini beserta kitab-kitab karya mereka !

Jawab :

1) Al Hajjawy → memiliki kitab Al Iqna ‘ dan kitab Zaadul Mustaqni’ . Kitab Zaadul
Mustaqni’ inilah yang disyarah Syikh Utsaimin dalam kitab beliau Syarah Mumti’ . Matan
kitab Zaadul Mustaqni’ inilah yang saat ini banyak dihafal oleh penuntut ilmu hanabilah di
saudi arabiyah .
2) Al Najjar → memiliki kitab Al Muntaha Al Iraadat .
3) Mar’i Al Karmi → memiliki kitab Ghayatul Muntaha .Dalam kitab ini Imam Mar’i Al Karmi
menggabungkan pendapat di kitab Al Iqna’ dan kitab Al Muntaha .
4) Al Buhuty → nama beliau Muhammad bin Yunus Al Buhuty .
a) Menulis kitab KasySyaful Qina’ ini adalah kitab syarah Al Iqna’ .
b) Beliau juga memiliki kitab Raudhul Murbi’ yaitu kitab syarah Zaadul Mustaqni’ .
Kitab Raudhul Murbi’ ini juga menjadi muqarar atau kitab yang digunakan di
kampus-kampus di Saudi Arabiya .

100. Sebutkan ushul-ushul dalam mazhab Hambali dan berikan penjelasan singkat !

Jawab :

Salah satu ciri khas dari mazhab Hambali adalah mengedepankan riwayat daripada pendapat
sendiri .

1) Al Quran → sudah jelas


2) As sunnah →sudah jelas
3) Ijma’ Sahabat → sudah jelas
4) Ijtihad Sahabat → kalau ada perbedaan pendapat sahabat maka beliau lebih memilih
pendapat yang menurut beliau lebih pas sesuai dalil tanpa menyalahkan pendapat
sahabat yang lain .
5) Hadits Dhoif → Beliau lebih memilih menggunakan hadits dhoif ( bukan hadits palsu )
daripada menggunakan pendapat sendiri.

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 41


6) Qiyas → Mengunakan qiyas ketika semua tidak ada . Tidak ada di Al quran , tidak ada di
As Sunnah , tidak ada ijma’ Sahabat , tidak ada ijtihad sahabat dan tidak ada hadits dhoif
baru menggunakan qiyas . Sehingga mazhab Hambali sangat mengedepankan riwayat .

101. Bagaimana menentukan pendapat yang mu’tamad dalam mazhab hambali ?

Jawab :

Pendapat mu’tamad dalam mazhab Hambali adalah :

1) Jika ada kesepakatan antara pendapat Al Hajjawy dalam kitab Al Iqna’ dan pendapat
Ibnu Najjar dalam kitab Al Muntaha.
2) Jika ada perbedaan pendapat dari keduanya maka yang dipilih adalah pendapat Mar’i Al
Karmi dalam kitab Ghayatul Muntaha .
102. Dimana saja tempat tersebarnya mazhab Hanafi ini ?

Jawab :

1) Palestina ( Baitul Maqdis )


2) Arab Saudi
3) Dunia Maya saat ini .

PERTEMUAN #5
● Hari : Ahad, 11 Pebruari 2024
● Materi : Sebab dan Menyikapi Perbedaan Fiqh

103. Apakah perbedaan pendapat sempat terjadi di zaman nabi ?

Jawab :

Perbedaan pendapat sudah pernah terjadi di Zaman nabi , yaitu setelah perang Ahzab . Saat itu
yahudi ( Bani Quraidhoh) melanggar perjanjian piagam Madinah yaitu mereka saat perang
Ahzab membantu kaum kafir Quraisy . Nabi setelah peperangan Ahzab langsung menyuruh
sahabat untuk mengusir yahudi bani Quraidah , karena Jibril memerintahkan yang demikian.
Nabi bersabda supaya para shabat segera sampai ke tempat bani Quraidah dengan sabdanya :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 42


Ketika masuk waktu ashar dan mereka belum sampai di bani Quraizhah maka ada perbedaan
dalam memahami sabda nabi tersebut :

1) Tidak sholat Ashar kecuali sudah sampai bani Quraizhah walaupun waktu ashar
sudah habis atau waktu magrib baru sampai sana . Karena para sahabat
memahami bisa jadi hal ini adalah taksis atau pengkhususan bagi nabi dimana
bisa jadi Alloh memperbolehkan seseorang untuk menunda sholat karena kondisi
genting . Karena yang bersabda nabi seorang pembawa syariat dari Alloh . Beda
kondisinya kalau terjadi saat sekarang , saat kenabian sudah berakhir .
2) Sebagian lagi berkata bukan demikian maksud nabi tetapi maksud nabi itu agar
kita cepat ke Bani quraidah , Kalau bisa shalat asarnya di Bani quraidah tapi kalau
seandainya tidak memungkinkan kita untuk salat di Bani Quraidah sementara
waktu shalat ashar akan keluar waktunya maka mereka memegang hukum asal
yaitu hukumnya tetap Shalat di mana kita berada, baru setelah itu berangkat lagi
ke Bani Quraidah.

104. Dalam kisah terjadinya perbedaan pendapat para sahabat terkait sholat ashar saat diutus
ke bani Quraizhah seperti dikisahkan dalam hadits di atas . Beliau - Nabi Muhammad
Shallallohu Alaihi wa Sallam- tidak menyalahkan kedua belah pihak apakah hikmahnya ,
bukannya yang benar hanya satu diantara dua pendapat tersebut ?

Jawab :
1) Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seolah ingin mengajarkan kepada para sahabat hal-hal
yang seperti ini memang dibolehkan dalam syariat untuk berijtihad dalam kondisi-kondisi
seperti itu.
2) Kalau seandainya ada dalil dari Al Quran dan As Sunnah membuat seseorang berbeda
pemahamam bukan dalam hal yang ada ijma bukan hal yang disepakati tetapi memang
Allah subhanahu wa taala memang menakdirkan bahwasanya ini ini bisa dipahami

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 43


seperti A bisa dipahami seperti B dan Allah membiarkan itu agar ada orang-orang yang
berijtihad .
3) Mengapa Allah tidak menjadikan satu pendapat saja supaya adabeda antara seorang
ulama dan orang yang bukan ulama dan ada ibadah khusus untuk seorang ulama ,
seorang Alim yaitu berijtihad. Kalau semuanya satu pendapat kalau semuanya
disepakati, apa perbedaannya antara ulama dan orang awam , tapi ketika terjadi
perbedaan pendapat inilah ada tugas baru untuk seorang ulama yang tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak belajar (orang awam) . Karena yang bisa berijtihad
hanyalah orang-orang yang memang memiliki keilmuan . Dan ini keutamaan yang Allah
berikan kepada orang-orang yang berilmu sehingga Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam
mengatakan kalau ijtihad mereka salah dapat satu pahala kalau benar dapat dua pahala.
4) Ibadah ijtihad memang dibiarkan Allah subhanahu wa taala takdirkan ada seperti itu
tapi bukan dalam masalah ushul. Karena masalah-masalah ushul yaitu masalah-masalah
dasar yang menjadi pokok agama Islam tidak ada perbedaan pendapat karena sudah
jelas dalilnya.
105. Apa saja penyebab adanya perbedaan pendapat para ulama ? Sebutkan secara ringkas !

Jawab :

Penyebab perbedaan pendapat para ulama ada 6 sebab , yang bisa dibagi dalam dua aspek
sebab yaitu :

1. Perbedaan pendapat disebabkan karena keberadaan DALIL yaitu ada 3 sebab :


1.1. Tidak mengetahui ada dalilnya . Sehingga bisa jadi ulama berijtihad dan ijtihadnya
ternyata menyalahi dalil yang ada sedangkan dalil tersebut belum sampai
kepadanya .
1.2. Ada dalil yang sampai kepada ulama tapi menurut ulama lain dalil yang dimaksud
tidak Shahih .
1.3. Dalil yang digunakan oleh ulama lain bagi ulama tersebut bukan menjadi hujjah
dalam masalah yang dimaksud . Misal amalan penduduk madinah bagi imam
Malik adalah dalil tapi bagi ulama lain amalan penduduk madinah bukan dalil atau
hujjah .
2. Perbedaan pendapat disebabkan perbedaan pemahaman terhadap dalil . Dalilnya ada ,
dalilnya shahih dan dalinya bisa dijadikan hujjah tetapi ada perbedaan pemahaman
terhadap dalil tersebut .
2.1. Ada yang memalingkan dalil dari makna zhahirnya .
2.2. Perbedaan dalam memahami maksud dari teks dalil . Ada dalil umum ( mujmal )
atau khusus ( muqayyad) , ada mutlak ada khash , ada mantuk ada mafhum .
2.3. Perbedaan dalam mempraktekkan dalil .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 44


106. Berikan contoh perbedaan pendapat yang disebabkan belum diketahui adanya dalil terkait
masalah tersebut !

Jawab :

1) Abu Bakar Ash Shiddiq tidak mengetahui hadits tentang bagian warisan nenek (HR. Abu
Dawud) . Padahal ada hadits yang diriwayatkan sahabat lain bahwa bagian warisan
nenek dari cucu mereka adalah ⅙ bagian .
2) Umar bin Khattab tidak tahu tentang maksimal minta izin 3x saat berkunjung ( HR.
Bukhari no.2062) . Demikian kisahnya :

Abu Musa Asyari datang ke rumah Umar ketika Umar jadi khalifah dengan minta izin
ketok-ketok dan memberikan salam Asalamualaikum Asalamualaikum tapi tidak
diizinkan karena Umar lagi sibuk di belakang . Setelah tiga kali Abu Musa al-asyari
pulang . Kemudian Umar melihat keluar lalu bertanya ke orang-orang yang ada di dalam
rumahnya: “ Tadi saya mendengar suara Abu Musa mana dia ? ” Dijawab dia pulang dan
Umar marah mengapa pulang kemudian Abu Musa dipanggil Umar dan ditanya kenapa
ٌ َ‫َثال‬
pulang. Abu Musa menjelaskan bahwasanya ‫ث‬ ُ‫اَاْل سْ ِتْئ َذان‬ isti’dzan itu Tsalaatsun
kalau tidak diizinkan farji kata Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kalau tidak diizinkan juga
setelah tiga kali maka pulang balik , maka Umar mengatakan : “Dari ana hadits
tersebut. Coba carikan ada orang lain tidak yang dengar hadits tersebut karena aku
tidak pernah mendengarnya .” Umar tidak percaya dengan perkataan Abu Musa al-asyari
. Karena kita ketahui bahwa Umar adalah termasuk sahabat terdekat Nabi Shallallahu
Alaihi Wa sallam . Rasanya tidak mungkin kalau Umar tidak mengetahu haduts tersebut .
Datanglah Abu Musa Al Asy’ary kepada kumpulan orang-orang Ansar dengan wajah yang
sedih . Ada yang bertanya : “ Ada apa ?” . Abu Musa Al Asy’ary menjawab : “ Umar tidak
tahu tentang hadits minta ijin 3 kali.” Maka kata orang-orang anshar : “ Tidak perlu sedih ,
bawa orang ini yang akan jadi saksimu bahwa hadis itu memang ada dan ia adalah orang
yang paling kecil di antara kita .” Jadi tidak perlu pembesarlah yang turun tangan dalam
masalah ini cukuplah anak kecil ini saja maka diutuslah Abu Said Al Qudry lalu Abu Said
Al Qudry pun memberikan kesaksian bahwasanya memang Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam mengatakan hadits tersebut .

Umar Bin Khattab berkaya : “ Seorang Umar tidak tahu hadis ini”. Kemudian beliau
mengatakan : “ Memang di masa nabi Shallallahu alaihi wa sallam aku disibukkan
dengan perdagangan.”

Kita ketahui bahwasanya Umar bergantian dengan sahabat Anshar dalam menuntut
ilmu dan mencari nafkah . Mungkin di saat beliau tidak hadir di kajian nabi Shallallahu
alaihi wa sallam disampaikan hadits tersebut .

Hadits tersebut adalah sebagai berikut :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 45


َ ‫ َف ِانْ ُأذ َِن َل‬،‫ث‬
ْ‫ك َو ِاالَّ َفارْ ِجع‬ ٌ َ‫اَاْل سْ ِتْئ َذانُ َثال‬

Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiallahu’anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu
(masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!'”

Catatan PENTING :
Umar radhyiallahu ‘anhu mengatakan bahwa mereka bergantian mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetangganya yang pergi satu hari dan besoknya Umar yang
pergi satu hari.

Ini adalah apa yang dilakukan oleh Umar bin Khattab radhyiallahu ‘anhu bersama
tetangganya orang Anshar bernama Itban ibnu Malik. Dan ini menunjukkan bagaimana
mulianya ilmu dan bagaimana para sahabat Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar
memuliakan ilmu. Terlihat bagaimana ketamakan mereka terhadap ilmu. Terlihat
bagaimana mereka benar-benar mengorbankan banyak hal dalam dunia mereka untuk
menimba ilmu agama dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketika bertemu dua kewajiban. Umar dan tetangganya tidak mau menyepelekan dua
kewajiban ini. Kewajiban menimba ilmu dan kewajiban mencari nafkah. Akhirnya mereka
berdua membuat kesepakatan untuk bergantian .

3) Ibnu Abbas tidak mengetahui haramnya nikah mut’ah ( HR.Bukhari no. 5115)
Imam Ibnu Abbas mengatakan masih bolehnya nikah mut'ah sampai Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu taala Anhu mengatakan bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak
mengizinkan lagi nikah mut'ah tersebut ketika perang khaibar. Ibnu Abbas mengetahui
hadits yang membolehkan nikah mut'ah tapi tidak mengetahui hadits yang telah
menghapus hukum nikah mut'ah sampai diberitahukan oleh Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu taala Anhu dan beliau rujuk dari pendapatnya.

107. Berikan contoh perbedaan pendapat yang disebabkan dalil yang sampai tidak Shahih !

Jawab :

Contohnya adalah ketika Imam Ahmad bin Hambal mendhaifkan hadits : “ Kulit bangkai
yang sudah disamak itu suci “ ( HR. Ahmad no.2435) .

Dan beliau menshahihkan hadits : “ Jangan manfaatkan kulit bangkai ( HR. Ahmad
no.18780) .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 46


Imam Ahmad bin Hambal bukannya tidak mengetahui adanya hadits sucinya kulit bangkai
yang sudah disamak , bahkan beliau sendiri yang meriwayatkannya . Tapi beliau
mendhaifkan hadits tersebut dan sebaliknya beliau menshahihkan hadits tentang larangan
memanfaatkan kulit bangkai .

Tapi ulama-ulama lain malah sebaliknya , menshahihkan hadits pertama dan mendhaifkan
hadits yang kedua yang berarti diperbolehkan memanfaatkan kulit bangkai yang sudah
disamak termasuk mazhab Syafi’i . Begitu juga ada alasan lain bahwa hadits ke-2 Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam hanya mengatakan “kulit bangkai” sedangkan hadits yang
pertama “kulit bangkai dengan syarat sudah disamak” .

108. Berikan contoh perbedaan pendapat yang disebabkan dalil yang sampai tidak dianggap
sebagai hujjah !

Jawab :

Contohnya tentang kaffarah sumpah yaitu ketika orang bersumpah lalu dia batalkan
sumpahnya atau dia langgar sumpahnya maka dia wajib kaffarah .

‫هّٰللا‬
ْ‫ار ُت ٗ ٓه ا ِْط َعا ُم َع َش َر ِة َم ٰس ِكي َْن ِمن‬ َ ۚ ‫اَل ُيَؤ اخ ُِذ ُك ُم ُ ِباللَّ ْغ ِو ِفيْٓ اَ ْي َما ِن ُك ْم َو ٰل ِكنْ ُّيَؤ اخ ُِذ ُك ْم ِب َما َع َّق ْد ُّت ُم ااْل َ ْي َم‬
َ ‫ان َف َك َّف‬
َ ‫َّام ٰۗذل َِك َك َّف‬
‫ارةُ اَ ْي َما ِن ُك ْم‬ ٰ ْ
ٍ ‫اَ ْو َسطِ َما ُتط ِعم ُْو َن اَهْ لِ ْي ُك ْم اَ ْو ِكسْ َو ُت ُه ْم اَ ْو َتحْ ِر ْي ُر َر َق َب ٍة ۗ َف َمنْ لَّ ْم َي ِج ْد َفصِ َيا ُم َثل َث ِة اَي‬
‫ظ ْٓوا اَ ْي َما َن ُك ْم‬ ُ ‫ا َِذا َح َل ْف ُت ْم َۗواحْ َف‬

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja,
maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu
dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada
mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang
demikian, maka kafaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jangalah sumpahmu”
[Al-Maidah : 89]

Pada surat al-Maidah [5] ayat 89, Ubai bin Ka’ab, Abdullah ibn Mas’ud dan Ibnu Abbas
‫َأ‬
membaca ٍ ‫َف َمنْ َل ْم َي ِج ْد َفصِ َيا ُم َثاَل َث ِة ي‬
‫َّام‬ dengan meriwayatkan tambahan kata ٍ ‫ُم َت َت ِاب َعا‬
‫ت‬ .
Riwayat ini tidak mutawatir seperti ini juga termasuk dalam kategori syadzdzah karena
hanya diriwayatkan oleh tiga ulama, dan jika digunakan sebagai hujjah pasti akan berbeda
makna dan konsekwensi hukumnya dengan riwayat lain. Dengan qira’ah syadzdzah tersebut
ٍ ‫) ُم َت َت ِاب َعا‬.
menimbulkan konsekuensi hukum berpuasa 3 hari secara berurutan (‫ت‬

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 47


Dan ulama sepakat bahwa qira’ah syadzdzah BUKAN TERMASUK AL QURAN. Karena yang
disebut Al Quran adalah yang diriwayatkan secara mutawatir dan dituliskan dalam mushaf
Utsmani . Di luar itu disepakati bukan Al Quran .

Kemudian apakah qira’ah syadzdzah bisa dijadikan dalil ? Menurut Imam Ahmad bin
hambal menganggap qira’ah syadzdzah bisa dijadikan dalil . Telah kita ketahui dalam
mazhab hambali bahwasanya Imam Ahmad sangat mengutamakan riwayat daripada
qiyasnya. Sehingga menurut beliau kalau ada riwayat dari sahabat (Ibnu Mas’ud dll)
ٍ ‫ ) ُم َت َت ِاب َعا‬secara berurutan maka tidak boleh berselang-seling atau tidak
membacanya (‫ت‬
boleh bolong-bolong . Misal puasa 3 hari Selasa-Rabu-Kamis dan tidak boleh
Selasa-Jumat-Ahad

Mazhab yang lain seperti Mazhab Syafi'i mengatakan tidak harus berurutan karena menurut
madzab Syafi’i qira’ah syadzdzah bukan dalil sehingga riwayat bacaan dari ibnu mas’ud
tersebut tidak bisa digunakan sebagai hujjah .

Perbedaan ini terjadi bukan karena perbedaan dalam kesahihan hadits atau riwayatnya
tetapi perbedaan terjadi dalam menentukan apakah qira’ah syadzdzah termasuk dalil atau
bukan dalil . Begitu juga dengan amalan Ahlul Madinah sebagian menganggap sebagai
dalil ( Madzab Maliki ) dan sebagian lainnya tidak menjadikan amalan Ahlul Madinah
sebagai dalil .

Catatan :

Qira’at syadzdzah adalah qira’at yang tidak memenuhi semua kriteria keabsahan yang
ditetapkan oleh ulama. Qira’at ini mungkin sesuai dengan rasm mushaf Utsmani atau ejaan
yang dipakai oleh kebanyakan umat islam dan memenuhi tata bahasa Arab tetapi tidak
mempunyai sanad (riwayat) yang shahih, atau mempunyai sanad yang shahih dan sesuai
tata bahasa Arab tapi tidak sesuai rasm mushaf Utsmani. Qira’at syadzdzah juga bisa
berarti qiraat yang mempunyai sanad yang shahih dan sesuai tata bahasa Arab, namun
tidak diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak ulama) tapi hanya oleh ulama tertentu
saja.

109. Berikan contoh perbedaan pendapat yang disebabkan ada yang memalingkan dalil dari
makna Zhahirnya !

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 48


Contoh perbedaan pendapat dari sebab ini adalah apakah jual beli boleh dibatalkan
sebelum berpisah keduanya ( khiyar majelis) ?

‫ك َل ُه َما فِي َب ْيع ِِه َما َوِإنْ َك َت َما َو َك َذ َبا‬ َ ْ‫ار َما َل ْم َي َت َفرَّ َقا َأ ْو َح َّتى َي َت َفرَّ َقا َفِإن‬
ِ ‫صدَ َقا َو َب َّي َنا ب‬
َ ‫ُور‬ ِ ‫ان ِب ْال ِخ َي‬
ِ ‫ْال َبي َِّع‬
‫ت َب َر َك ُة َب ْيع ِِه َما‬
ْ ‫ُم ِح َق‬

Jual beli itu dengan al-khiyâr (hak pilih) selama belum berpisah atau hingga keduanya
berpisah. Apabila keduanya jujur dan menjelaskan (aib barang dagangannya-red) maka jual
beli mereka mendapatkan barakah dan bila keduanya menyembunyikan aib dan berdusta
maka barakah jual beli mereka dihapus. (HR. al-Bukhâri no. 1737)

Para ulama berbeda pendapat terkait hal ini . Imam Malik mengatakan “berpisah” disini
dimaknai dengan berpisah secara perkataan ; yaitu seandainya pembeli secara perkataan
dia sudah menyatakan beli dan penjualnya secara perkataan dia sudah menjual (bukan
masih proses tawar menawar) berarti sudah dianggap berpisah mereka .

Ulama lain berpendapat bahwa “berpisah” adalah berpisah badan sesuai makna zhahir
haditsnya . Mengapa imam Malik memalingkan zhahir hadits makna “berpisah” dengan
makna “berpisah perkataan” bukan “berpisah badan atau fisik” ? Karena ada dalil lain yang
memalingkan makna zhahir hadits tersebut yaitu amalan penduduk madinah . Karena
ulama-ulama madinah tidak melakukan khiyar majelis tersebut . Dan menurut beliau Ilmu itu
di madinah dan amalan penduduk madinah seperti kesepakatan para ulama di zaman
tersebut . Sehingga menurut imam Malik tidak mungkin hadits tersebut dipahami sesuai
zhahirnya sedangkan penduduk madinah sepakat meninggalkannya , maka beliau
berpendapat bahwa makna “berpisah” di hadits tersebut bukan makna zhahir tapi bermakna
“berpisah secara perkataan” .

Ingat tentang kisah Imam Malik yang diprotes terkait pemahaman beliau terkait khiyar
majelis ini , yaitu : :

Ada yang menanyakan kepada Imam Malik dengan nada protes , “Apakah anda tidak
mengetahui adanya hadits tentang hak Khiyar Majlis ?” , Imam Malik menjawab “ Bahkan
kami yang meriwayatkan hadits tersebut saat kamu masih bermain-main di kuburan baqi’ .

Yang lain menanyakan kepada beliau : “ Mengapa engkau meriwayatkan hadits ini di
Muwattha’ , sedangkan engkau tidak mengamalkannya?” Imam Malik menjawab : “ Agar
orang bodoh sepertimu paham , aku meninggalkannya karena ilmu .” ( Intisyarul Fariqis Salik)
.

110. Berikan contoh perbedaan pendapat yang disebabkan perbedaan dalam memahami
maksud teks dalil !

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 49


Contoh perbedaan pendapat dari sebab ini adalah Apakah air menjadi najis ketika ada najis
yang jatuh ke dalam air yang tidak sampai dua qullah ?

– ‫ َقا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم‬:‫َو َعنْ َأ ِبي َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ – رضي هللا عنه – َقا َل‬
‫صحَّ َح ُه َأحْ َم ُد‬
َ ‫ِإنَّ اَ ْل َما َء َطهُو ٌر اَل ُي َنجِّ ُس ُه َشيْ ٌء – َأ ْخ َر َج ُه اَ َّلثاَل َث ُة َو‬

Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya (hakikat) air adalah suci dan mensucikan, tak ada sesuatu pun
yang dapat menajiskannya.” (Dikeluarkan oleh Imam Tiga dan dinilai sahih oleh Ahmad).
[HR. Abu Daud, no. 66; Tirmidzi, no. 66; An-Nasai, 1:174; Ahmad, 17:190. Hadits ini shahih
karena memiliki penguat atau syawahid. Lihat Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram,
1:29].

Teks Hadits : Jika najis jatuh dalam air , selama tidak berubah warna , rasa dan baunya
maka air tersebut tidak najis . ( umum )

Ulama sepakat jika tidak berubah sifatnya , air tersebut tidak najis dengan kejatuhan najis ,
baik air tersebut mencapai dua qullah atau kurang darinya . Teks hadits tersebut bersifat
umum .

Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

َ ‫ْن َل ْم َيحْ م ِِل اَ ْل َخ َب‬


‫ث‬ ِ ‫ان اَ ْل َما ُء قُلَّ َتي‬
َ ‫ِإ َذا َك‬
“Jika banyaknya air telah mencapai dua qullah (kulah) maka ia tidak mungkin mengandung

najis.” (HR. Abu Daud, no. 63; Tirmidzi, no. 67; An-Nasai, 1:75:46; Ibnu Majah, no. 517. Hadits

ini adalah hadits yang sahih. Lihat Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:36).

Makna Kebalikan Hadits : Jika air tidak mencapai dua qullah , lalu jatuh najis ke dalamnya
maka air tersebut menjadi najis walaupun tidak berubah sifatnya . ( khusus )

Jumhur ulama mengatakan makna hadits yang khusus bisa mengkhususkan teks hadits
yang umum . Jadi kalau air kurang dua qullah dan kemasukan najis maka air tersebut najis
walaupun tidak merubah sifat airnya . Ini adalah pendapat Hanafi, Syafi’i dan Hambali.

Sedangkan menurut Imam Malik berpendapat tidak bisa , karena hadits yang pertama
jelas-jelas sesuai teks nya bahwa air tersebut tidak najis sedangkan hadits yang kedua
hanya berdasarkan pemahaman kita saja , karena di hadits kedua tersebut nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengatakan kalau air kurang dua qullah maka najis . Nabi

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 50


shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya menyampaikan kalau airnya dua qullah sedangkan kalau
kurang dua qullah maka tidak disebutkan hukumnya . Menurut pendapat ini hukumnya
dikembalikan kepada teks hadits yang pertama yaitu tidak najis kecuali berubah sifatnya .

Catatan :
❖ Syaikh Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaily mengatakan bahwa dua qullah itu sekitar 200 kg
air atau 200 liter. Lihat Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii, 1:41. Gambarannya air dua
qullah itu bervolume, 1 m x 1 m x 20 cm.
❖ Ada juga yang mengatakan 212 Liter .

111. Berikan contoh perbedaan pendapat yang disebabkan perbedaan dalam mempraktekkan
dalil dalam kasus tertentu (tahqiqul manath) !

Jawab :

Contoh perbedaan pendapat yang disebabkan karena perbedaan dalam mempraktekkan


dalil adalah :

1) Praktek gharar yang merusak akad jual beli . Ulama sepakat bahwa nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengharamkan praktek gharar dan mereka sepakat jika ghararnya sedikit
maka diperbolehkan sedangkan kalo ghararnya banyak di larang tetapi dalam
mempraktekan dalil tersebut ke dalam permasalahan tertentu mereka beda pendapat .
Contoh permasalahan :
a) masuk ke WC umum yaitu ada gharar banyaknya air yang kita pakai dengan
pembayaran tetap .
b) retoran All You Can Eat yaitu ada gharar banyaknya makanan yang kita makan
tidak tertentu sedangkan besarnya pembayaran tetap .
c) pondasi rumah yang sudah dibangun utk mengetahui tidak mungkin dengan
membongkar rumahnya .

Ulama yang menentukan apakah permasalahan-permasalahan tertentu tersebut


termasuk gharar ringan atau gharar berat dan dalam hal inilah yang berpotensi
menimbulkan perbedaan pendapat karena mempraktekkan dalil dalam permasalahan
tertentu .

2) Hukum foto kamera . Ulama sepakat bahwa menggambar makhluk hidup dengan tangan
dalah haram . Tetapi mereka berbeda pendapat ketika mempraktekkan hukum tersebut
dalam foto yang dihasilkan dengan kamera apakah hadits yang melarang melukis
makhluk hidup berlaku juga untuk foto kamera atau tidak . Sebagian mengatakan sama
hukumnya maka foto dari kamera dan juga video berhukum haram . Sebagian yang lain

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 51


mengatakan tidak sama karena gambar yang dihasilkan dari kamera adalah sejatinya
bayangan yang direkam bukan hasil lukisan tangan . Sehingga ulama yang berpendapat
demikian memperbolehkan foto kamera dan juga video .
3) Hukum Diskon dari Go Pay . Mereka sepakat kalau riba hukumnya haram . Tapi
bagaimana dengan Go Pay , ada beda pendapat terkait sudut pandangnya . Sebagaian
ulama mengatakan go-pay seperti halnya saldo di Bank , maka kalau memanfaatkan
adanya cashback atau diskon-diskon maka termasuk riba dan haram . Tetapi sebagian
ulama yang lain mengatakan bahwa go-pay itu seperti uang bahkan BI sendiri
mengatakan go-pay sebagai uang elektronik maka diskon yang didapat saat pembelian
hukumnya halal .
4) Hukum tarik tunai dari bank lain . Saat kita mengambil dana tunai via ATM ada biaya
administrasi jika beda bank . Bagaimana hukum biaya administrasi tersebut ? Misal uang
kita ada di bank A dan kita mengambil uang tunai di bank B dengan biaya administrasi Rp
6.500 sekali tarikan . Bagaimana hukumnya biaya tersebut karena sejatinya uang kita
tidak ada di bank B ? Sebagian ulama mengatakan haram karena saat kita menarik uang
kita di bank B padahal uang kita sejatinya ada di bank A maka kita dipinjami oleh bank B
dulu kemudian bank B mengambil uang kita dari bank A dengan tambahan uang
Rp.6.500 . Sehingga ada tambahan Rp. 6.500 sebagai pengembalian pinjaman . Maka
hukumnya haram . Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan riba
, karena sejatinya kita menyuruh bank B untuk mengambilkan uang kita yang ada di bank
A dengan upah Rp.6.500 tersebut . Jadi Rp.6.500 tersebut bukan riba tapi uang upah
jasa pengambilan uang kita dari bank A

112. Bagaimana cara yang benar dalam menyikapi perbedaan pendapat dalam fikih ?

Jawab :

Kalau kita melihat dan mempelajari bagaimana para ulama dalam mengeluarkan fatwa
hukum ternyata begitu komplek pertimbangan yang harus mereka pikirkan. Sehingga ada
salah satu murid imam Malik yaitu imam Sahnun yang banyak pertanyaan yang ditujukan
kepadanya tapi beliau tidak mau menjawab walaupun dipaksa dan dipuji-puji supaya mau
menjawab dan beliau malah menjawab dengan perkataan kurang lebihnya sebagai berikut :
“ Perkataanmu tadi yang memuji-mujiku bahwa aku bisa menjawab hal ini tidak akan
membuatku berani untuk membahayakan diriku masuk api neraka .” Demikian kewara'an
para ulama dalam berfatwa.

Sehingga cara-cara berikut inilah yang seharusnya kita ambil dalam menyikapi perbedaan
pendapat diantara mereka :

1) Tidak menjadikan perbedaan pendapat tersebut sebagai alasan untuk bermusuhan dan
berpecah belah , karena kita tahu bahwa permasalahan ini adalah masalah ijtihadiyah

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 52


dan Allah memang memperbolehkan untuk berbeda pendapat dalam hal ini . Kita yang
masih dalam tahap taklid hanya tinggal mengikuti ulama yang kita percayai . Ini bukan
dalam masalah ushul tapi sebatas masalah ijtihadiyyah .
2) Memberikan udzur dalam masalah ijtihadiyyah .
3) Tidak boleh mengambil rukhshah karena hawa nafsu . Tidak boleh memilih pendapat
yang ringan sesuai hawa nafsunya , tetapi seharusnya memilih pendapat yang
menenangkan hatinya dari sisi ustadz yang menurutnya lebih alim , lebih menguasai dalil
dalam beragumentasi . Ada kecondongan perasaan untuk lebih percaya terhadap ustadz
yang dipilihnya.
4) Pendapat yang benar hanya satu . Walaupun ada beda pendapat tapi di sisi Alloh hanya
ada satu yang benar , sehingga bagi para mujtahid jika fatwanya benar mendapat dua
pahala dan jika salah mereka mendapat satu pahala .

Catatan TAMBAHAN :

Terdapat tiga istilah dalam masalîkul ‘illah yang mirip, yaitu Takhrijul Manath, Tanqihul Manath,
dan Tahqiqul Manath. Meskpun, sama-sama penelaahan untuk menemukan manath atau illat,
ketiganya mempunyai pengertian yang jauh berbeda. Berikut perbedaan ketiganya berdasar
penjelasan Imam Tajuddin Al-Subki dalam Jam’ul Jawami’ dan Jalaluddin Al-Mahalli dalam
syarahnya (juz II, hal. 273 dan 292-293).

‫وهو أي تخري ُج المناط َتعيينُ العلة بإبدا ِء مُناسب ٍة بين المُعيَّن والح ُْك ِم َمع االقتِران َبينهما والسالم ِة‬
‫ِح في ال ِعلِّيَّة‬
ِ ‫للمُعيَّن َعن ال َقواد‬
“Takhrijul Manath adalah penentuan illat sebuah hukum dengan menunjukkan bentuk
kesesuaian (munâsabah) antara keduanya, sementara keduanya tersebut bersamaan di dalam
teks dalil dan tanpa ada hal-hal yang membatalkan illat (qawâdiḫ).”

Takhrijul Manath dicontohkan dengan menelaah hadits “semua yang memabukkan haram.” (HR.
Muslim). Dalam redaksi ini, terdapat pernyataan hukum haram dan kriteria sesuatu yang
memabukkan.

Apakah memabukkan adalah illat hukum? Secara literal, redaksi hadits tidak menunjukkannya
baik secara sharih maupun îmâ’. Sharih artinya keberadaan illat ditunjukkan sebuah kata yang
secara bahasa menunjukkan arti alasan. Sementara istilah îmâ’ mempunyai pengertian adanya
pernyataan sebuah hukum dan sebuah kriteria yang disebutkan dalam sebuah dalil, yang jika
keduanya tidak dipahami sebagai hubungan hukum dan illat maka sangat jauh.

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 53


Dari hadits di atas, illat ditentukan oleh Imam Syafi’i dengan menunjukkan adanya kesesuaian
(munâsabah). Bukankah memabukkan dapat merusak akal manusia? Dan di antara tujuan
syariat adalah menjaga akal manusia? Kesimpulannya, Takhriijul Manaath adalah penentuan
illat dengan menggunakan teori munâsabah.

Sedangkan Tanqihul Manath adalah:

ُ ‫ف فيُحْ َذفُ ُخصوصُه عن االعتبار باالجتهاد وي‬


‫ُناط الحك ُم باألع ِّم‬ ٍ ْ‫أن َي ُد َّل نصٌّ ظاه ٌر على التعليل َبوص‬
ُ ‫ُحذفُ بعضُها عن االعتبار باالجتهاد وي‬
‫ُناط الحك ُم بالباقي‬ َ ‫أو تكونُ أوصافٌ في مح ِّل الحكم في‬
ِ
“Ketika terdapat dalil secara dhahir menunjukkan illat sebuah hukum, imam mujtahid
melakukan ijtihad dengan mengabaikan aspek khusus dari sifat tersebut dan menjadikan aspek
umumnya menjadi illat hukum, atau ketika terdapat beberapa sifat yang dimungkinkan menjadi
illat sebuah hukum, imam mujtahid melakukan ijtihad dengan mengabaikan sebagian sifat dan
menjadikan yang lain menjadi illat.”

Misalnya hadits yang menyebutkan ada “seorang ‘arabi (orang Arab pedalaman) menghadap
Rasulullah, mengaku telah menjimak istrinya di siang hari bulan Ramadhan, lalu Rasulullah
memerintahkannya untuk memerdekakan budak....”

Di dalam hadits ini, Rasulullah menetapkan hukum wajib membayar kafarat kepada ‘arabi
tersebut. Secara dhahir teks, ada beberapa sifat atau kriteria yang dimungkinkan menjadi illat
atas hukum wajib kafarat; (1) tindakan jimak, (2) pelaku jimak yaitu ‘arabi, (3) perempuan yang
dijimak yang berstatus istri dan (4) tindakan jimak dilakukan di kemaluan depan atau qubul
(pengertian diambil dari kata wathi yang terdapat dalam hadits).

Imam Syafi’i dengan ijtihadnya hanya menjadikan “jimak” sebagai illat dan mengabaikan kriteria
lain. Artinya, tindakan jimak saat keadaan puasa Ramadhan saja menyebabkan kafarat, baik
dilakukan seorang ‘arabi atau tidak, dilakukan di qubul atau dubur (selain hukum haram), yang
dijimak istri atau tidak.

Sedangkan Imam Malik dan Imam Abu Hanifah memilah “jimak (wiqâ’) dengan mengabaikan
aspek khususnya dan mengambil aspek umumnya sebagai illat yaitu tindakan sengaja
membatalkan puasa. Artinya, setiap tindakan sengaja membatalkan puasa baik dengan jimak
atau yang lain menyebabkan wajib kafarat. Penentuan illat dengan dua pendekatan di atas
termasuk Tanqihul Manath.

Sementara itu, Tahqiqul Manath adalah penelaahan untuk menemukan illat hukum (yang sudah
ditemukan imam mujtahid) di dalam far’u (maqîs) yaitu masalah (wâqi’ah) yang dibahas:

‫فإثبات ال ِعلَّة في آحا ِد ص َُو ِرها‬


ُ ُ ‫َت‬
ِ‫حقيق المَناط‬

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 54


Imam Tajuddin Al-Subki mencontohkan dengan masalah nabbâsy, yaitu orang yang mengambil
kafan jenazah di dalam kubur. Fenomena nabbâsy adalah baru; belum ada pada zaman
Rasulullah. Untuk menentukan hukum nabbâsy, apakah sama dengan pencuri maka perlu
memastikan apakah apa yang dilakukannya terdapat unsur pencurian (sariqah) yang menjadi
illat hukuman potong tangan. Pencurian sendiri mempunyai pengertian mengambil harta orang
lain dengan sembunyi-sembunyi. Maka penelitian untuk mencari illat ini pada nabbâsy adalah
penelitian Tahqiqul Manath.

Dapat disimpulkan, Takhrijul Manath dan Tanqihul Manath adalah ranah khusus mujtahid,
karena merupakan pencarian dan penentuan illat dengan menelaah teks dalil. Keduanya
mempunyai objek dalil.

Sedangkan Tahqiqul Manath mempunyai objek masalah yang akan dihukumi. Tahqiqul Manath
termasuk bagian tashawwur atas sebuah masalah. Pertanyaan “apakah sebuah masalah
terdapat illat hukum yang sudah ditentukan mujtahid” hanya bisa dijawab dengan Tahqiqul
Manath melalui tashawwur yang tepat dan menyeluruh atas masalah yang dibahas. Ini adalah
pintu masuk fuqaha dalam memutuskan hukum atau memberi fatwa termasuk mereka yang
masuk dalam klasifikasi para penukil mazhab (ḫuffadhul mazhab wa naqalatuhu). Seorang
mufti yang mengikuti mazhab, dalam menetapkan hukum (tanzîlul aḫkâm) harus memastikan
bahwa illat yang ditetapkan dalam mazhab ada di dalam masalah yang dibahas. (Lihat pula
“Tiga Tingkatan Fiqih menurut Imam Taqiyyudin As-Subki”) Meskipun mengikuti pendapat
mazhab yang sama, dengan hukum dan illat yang sama, jika terdapat perbedaan hasil Tahqiqul
Manath maka pastinya akan menyebabkan perbedaan hukum yang diputuskan atau difatwakan.
(Lihat pula “Perbedaan Fatwa meskipun dalam Satu Mazhab”). Wallahu a’lam.

{Ustadz Muhammad Faeshol Muzammil, Wakil Ketua LBM PWNU Jawa Tengah, Muhadlir
Ma'had Aly Pesantren Maslakul Huda, Sumber:
https://islam.nu.or.id/syariah/posisi-tahqiqul-manath-dalam-fatwa-9WNI2 }

PERTEMUAN #6
● Hari : Ahad, 18 Pebruari 2024
● Materi : Hukum Bermazhab , Taklid dan Ijtihad

113. Apa yang dimaksud Ijtihad ?

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 55


ِ ‫ِاسْ ِت ْف َرا ُغ ْالوُ سْ ِع ْالمُعْ َت َب ِر لِدَ رْ ِك ح ُْك ٍم َشرْ ِعيٍّ َفر‬
ِ ‫ُوع َي ِبااِل سْ ِت ْن َب‬
‫اط‬
Mengerahkan segala kemampuan untuk mengetahui hukum syariat yang bersifat furu’
dengan cara istinbath ( menarik hukum dari dalil-dalil yang ada).

114. Dari pengertian dan batasan ijtihad di atas dikatakan hukum syariat furu’ apa artinya ?

Jawab :

Artinya pembahasan ijtihad HANYA terbatas kepada permasalahan-permasalahan yang


furu’ artinya HANYA untuk permasalahan-permasalahan yang memang diperbolehkan
syariat untuk berijtihad BUKAN hal-hal yang ushul (hal-hal pokok yang sudah disepakati).
Contoh hal-hal yang bersifat ushul dalam aqidah adalah bahwa Alloh itu ada , Al quran
kalamulloh . Dalam fiqh contohnya sholat subuh itu wajib , puasa ramadhan wajib dll.
Dalam hal ushul tersebut tidak boleh ada ijtihad .

115. Sebutkan salah satu hikmah dengan adanya perbedaan pendapat !

Jawab :

yaitu supaya ada ibadah khusus untuk para ulama-ulama mujtahidin , kalau tidak ada
Ijtihad maka tidak ada bedanya orang yang belajar dengan orang yang tidak belajar .
Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menafikan persamaan antara orang-orang yang
berilmu dengan selain mereka di surat Az-Zumar: 9

َ ‫ُون َوالَّ ِذ‬


َ ‫ين اَل َيعْ َلم‬
‫ُون‬ َ ‫قُ ْل َه ْل َيسْ َت ِوي الَّ ِذ‬
َ ‫ين َيعْ َلم‬
“Katakanlah,Apakah sama antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak
berilmu.” (QS. Az-Zumar[39]: 9)

116. Apa itu taqlid ( ‫?) التقليد‬


Jawab :

Taklid adalah lawan ijtihad , jadi kalau seseorang tidak bisa berijtihad berarti dia harus
taklid . Sedangkan pengertian taqlid adalah :

‫ْس َق ْولُ ُه حُجَّ ًة ِب َن ْف ِس ِه‬ ِ ‫ال َّت َعلُّ ُق ِب َم ْذ َه‬


َ ‫ب َمنْ َلي‬
Bergantung dengan pendapat seseorang yang pada asalnya bukan hujjah

Dengan pengertian seperti diatas maka dikatakan mengharuskan taqlid bagi seseorang
yang bukan mujtahid . Sedangkan yang dicela adalah taklid buta yaitu merasa paling benar

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 56


dan yang lain salah . Bagaimana dia bisa menyalahkan orang lain kalau dia sendiri tidak tau
dalil sehingga dia sendiri mengikuti pendapat seseorang yang pada asalnya bukan hujjah.

117. Apa saja syarat-syarat seseorang bisa menjadi mujtahid itu ?

Jawab :

Seseorang harus menguasai ilmu tentang 5 hal berikut :

1) Ushul Fikih . Tujuan belajar Ushul fikih adalah untuk memahami dalil , memahami apa
yang diinginkan oleh Allah subhanahu wa taala dan apa yang diinginkan oleh Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam . Dengan belajar usul fikih untuk mengetahui apa maksud
lafaz ini, apa maksud lafaz itu .
2) Nahwu dan Bahasa Arab. Sebagian ulama mengatakan harus menguasainya sampai
puncaknya . Sebagian yang lain mengatakan tidak sampai seperti itu tapi cukup dengan
mempelajari Nahwu dan bahasa arab untuk bisa memahami Al Quran dan As Sunnah
yang dengannya dia bisa mengambil hukum dari dalil .
3) Dalil-dalil hukum Islam. Memahami shahih , dhoif , naskh dll .
4) Sebab nuzul ayat .
5) Pembahasan yang ijma’ dan khilaf .

Lima hal diatas bikan hanya sekedar mengetahui saja tapi sampai ke tahap malakah =
menguasai kelima keahlian tersebut .

118. Sebutkan jenis-jenis mujtahid itu !

Jawab :

Mujtahid ada dua yaitu :

1) Mujtahid mutlaq : mampu berijtihad dalam semua bab fikih .

2) Mujtahid Juz’iy : Mampu berijtihad dalam pembahasan fikih yang ia kuasai saja.

119. Apakah pengertian pendapat yang rojih dalam bahasan ijtihad ?

Jawab :

Pendapat rojih itu adalah pendapat yang kuat berdasarkan ijtihadnya seorang Alim. Jadi
pendapat rojih itu bukan dalil, Mengapa ? karena satu ulama dengan ulama lainnya
memungkinkan berbeda dalam masalah pendapat yang rojih ini.

Jadi pendapat yang Rojih itu adalah hasil Ijtihad ulama .

120. Apakah kewajiban bagi seorang muqallid ?

Jawab :

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 57


Kewajiban seorang muqallid ( orang yang taqlid ) adalah bertanya kepada ulama.
Sebagaimana firman Alloh ta’aala dalam surat Al Anbiya :7 .

ِّ ‫َفسْ ـَٔلُ ٓو ۟ا َأهْ َل‬


َ ‫ٱلذ ْك ِر ِإن ُكن ُت ْم اَل َتعْ َلم‬
‫ُون‬
“Bertanyalah kepada ahli ilmu, jika kalian tidak mengetahui .”

kemudian ikuti pendapat yang menenangkan hati dan pendapat yang paling aman bukan
karena hawa nafsu .

121. Apakah At Tamadzhub itu dan hal-hal apa saja yang disepakati dalam At Tamadzhub ?

Jawab :

At Tamadzhub artinya bermadzhab atau mengikuti madzhab tertentu dalam fiqih .

Hal-hal yang disepakati terkait At Tamadzhub adalah :

1) Ta’asshub ( taqlid buta ) tercela . Mengatakan madzhab nya saja yang benar dan
madzhab yang lain pasti salah . Dan ta’asshub ini bukan hanya terjadi terkait
tamadzhub saja tapi juga bisa menjangkiti kepada orang yang tidak bermadzhab
tetapi taqlid buta kepada gurunyam yang meyakini bahwa semua pendapat yang
tidak sesuai pendapat gurunya maka pendapat tersebut salah .
2) Menerima madzhab yang empat dan mengajak untuk tidak meninggalkan
kitab-kitab madzhab yang empat tersebut .
3) Jika seseorang yang sudah mencapai derajat ijtihad ( mujtahid) , lalu menyelisihi
imamnya dalam sebuah masalah karena dia melihat ada pendapat madzhab lain
yang lebih kuat , maka hal tersebut baik .
4) Menerima tamadzhub sebagai madrasah fikih . Yaitu sebagai metode dalam
pembelajaran yang benjenjang dari mempelajari kitab-kitab dasar fikih madzab
tertentu sampai terbentuk keahlian (malakah) fikih dan berlanjut sampai derajat
ijtihad. Atau dengan kata lain tamadzhub sebagai sebagai Madrasah fikih atau
tempat sekolah dalam mempelajari fikih madzhab tertentu secara lebih terstruktur
serta berkurikulum layaknya sebuah sekolah .

122. Setelah memahami pengertian tamadzhub dan hal-hal yang disepakati dalam tamadzhub ,
apakah hukum tamadzhub ( hukum mengikuti madzhab) ? Terkait hukum tamadzhub sebagai
madrasah fikih sepakat boleh . Bagaimana hukum tamadzhub dalam artian mengikuti seluruh
pendapat dari madzab yang diikuti ( melazimi pendapat madzhab) , tidak boleh keluar dari
pendapat madzab yang diikuti ?

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 58


Jawab :

Terkait hukum tamadzhub dalam artian mengikuti seluruh pendapat dari madzab tertentu
dan tidak keluar dari pendapat madzab ada 3 pendapat terkait hal ini :

1) Hukumnya Wajib. Yang berpendapat demikian salah satunya Syaikh Al Amin Syinqiti (
seorang ahli tafsir juga ulama ushuli , guru Syaikh Utsaimin , seangkatan Syaikh Bin Baz
). Apa pendapat syaikh Al Amin Sinqiti : “ Para ulama ushul fiqih belakangan dari semua
madzhab sepakat bahwa hukumnya WAJIB. Jadi bagi para muqallid hukumnya WAJIB
mengikuti pendapat madzhab sepenuh nya , pendapat yang susah atau yang mudah
semua diamalkan . Hal ini untuk menghindari adanya pemilihan pendapat sesuai hawa
nafsunya , karena ada larangan beragama sesuai hawa nafsu .
2) Hukumnya Mubah . Dan ini merupakan pendapat mayoritas ulama . Qadhi ‘Iyadh berkata
: “ Kaum muslimin sepakat untuk mengikuti mereka dan mempelajari madzab mereka.”
Ibnu Hubairah berkata : “ Umat sepakat bahwa setiap madzhab itu boleh diamalkan” .
3) Hukumnya Haram . Pendapat Ibnu Hazam : “ Perlu diketahui bahwa orang yang
mengambil SEMUA pendapat Abu Hanifah atau Malik atau Syafi’i atau Ahmad , bagi
orang yang bisa melihat dalil maka ia telah menyelisihi ijma’ “ .

Sebagaimana dikatakan oleh para imam kepada muridnya kalau seandainya kalian
melihat pendapatku bertentangan dengan Sunnah maka ambil pendapatku dan
lemparkan ke tembok , artinya ikuti sunnah dan tinggalkan pendapat imam jika
menyelisihi sunnah.

Kepada siapa para Imam ini mengatakan hal demikian ? Tentulah para Imam
menyampaikan hal ini kepada murid-murid yang sudah bisa melihat dalil karena
orang-orang yang bisa melihat dalillah yang paham bahwasanya perkataan gurunya
menyelisihi dalil atau tidak . Sedangkan orang-orang yang masih taqlid (muqalid)
bagaimana dia bisa tahu bahwasanya pendapat gurunya menyelisihi dalil sedangkan dia
sendiri belum bisa melihat dalil . Jadi tamadzhub hukumnya HARAM bagi orang yang
mampu melihat dalil bukan bagi muqallid . Inilah pendapat Ibnu Hazam .

Catatan Pribadi : Agus Isdiyanto , Pengantar Fiqh 101 59

Anda mungkin juga menyukai