Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SITI NUR SYAHIDAH

JURUSAN/SEMESTER : PAI 1/V


NO UAS : 02.2223.1.5.248
MATA KULIAH : MANAJEMEN LPI

INOVASI PENDIDIKAN DI PESANTREN DAN MADRASAH

A. Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin innovation. Ini berarti
pembaruan atau perubahan. Kata kerja innovo berarti memperbarui dan mengubah.
Inovasi adalah perubahan baru untuk perbaikan, berbeda dari perubahan sebelumnya,
atau perubahan sebelumnya yang disengaja, dan direncanakan. Ada perbedaan dan
persamaan dalam perubahan dan pemutakhiran istilah.
Inovasi adalah penemuan suatu hal yang sama sekali baru yang merupakan hasil
ciptaan manusia. Setelah itu, penemuan sesuatu (objek) yang sebelumnya tidak ada
dilakukan dengan penciptaan bentuk baru. Discovery sebenarnya merupakan penemuan
(objek) yang sudah ada sejak lama, namun belum diketahui manusia. Oleh karena itu,
inovasi merupakan upaya untuk menemukan objek baru dengan melakukan kegiatan
penemuan.
Ketika kita berbicara tentang inovasi (pembaruan), kita ingat dua istilah,
yakni invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar
baru dari hasil kerja manusia. Dalam konteks ini, Ibrahim (1989) menyatakan bahwa
inovasi adalah suatu penemuan yang dapat dianggap baru bagi ide, objek, peristiwa,
individu atau kelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat merupakan hasil dari suatu
penemuan atau discovery. Inovasi dilakukan untuk tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah.
Proses dan tahapan perubahan pada pendidikan berkaitan dengan pengembangan,
diseminasi, perencanaan, rekrutmen, implementasi, dan evaluasi. Contohnya sebuah
“model top-down” yang merupakan sebuah inovasi pendidikan yang diciptakan oleh
pihak tertentu sebagai pimpinan atau supervisor dan diterapkan pada bawahan seperti
Inovasi pendidikan yang telah dilaksanakan Kemendiknas selama ini. Kedua “bottom-up
model” tersebut merupakan model inovasi yang diperoleh, dibuat dan dilaksanakan dari
bawah untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.

B. Sasaran Dari Inovasi Pendidikan

Dalam penerapannya, inovasi pendidikan memiliki sasaran atau bentuk yang terkena
dampaknya, seperti berikut ini:
o Guru
o Siswa
o Kurikulum

C. Bentuk- Bentuk Inovasi Pendidikan Dan Contoh Inovasi Pendidikan

1. Model top-down
Model top-down adalah model inovasi pendidikan yang dibuat atau diciptakan
oleh atasan dan ditujukan kepada bawahan. Misalnya, inovasi-inovasi yang
diciptakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Iptek, dan menyasar
semua lembaga pendidikan yang didukungnya. Penerapan inovasi ini dapat
dilakukan dengan ajakan, saran, atau bahkan sedikit paksaan.
2. Model dari bawah ke atas
Model bottom-up adalah model inovasi pendidikan yang diciptakan dari bawah
untuk menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan. Inovasi ini tergolong
inovasi yang berkesinambungan dan tidak mudah berhenti.

D. Kendala Pada Inovasi Pendidikan

Keterbatasan yang mempengaruhi keberhasilan dalam inovasi pendidikan adalah


seperti berikut ini:
o Perkiraan inovasi yang tidak akurat
o Konflik dan motif tidak sehat
o Berbagai faktor pendukung yang lemah menyebabkan belum berkembangnya
inovasi yang dihasilkan
o Perbendaharaan (Keuangan)
o Penolakan kelompok tertentu dari hasil inovasi
o Hubungan sosial dan kurangnya publikasi

E. Faktor Yang Perlu diperhatikan Dalam Inovasi Pendidikan

Untuk menghindari penolakan misalnya yang disebutkan di atas, faktor-faktor primer


yang perlu diperhatikan pada penemuan pendidikan merupakan pengajar, anak didik,
kurikulum, fasilitas, dan lingkungan masyarakat seperti penjelasan berikut ini:
o Pengajar Atau Guru
o Siswa
o Kurikulum
o Fasilitas
o Lingkup Sosial Masyarakat
Inovasi Pendidikan Pesantren dan Madrasah Zaman Now

Lembaga Pendidikan Islam adalah penyelenggara proses pendidikan yang


mempersiapkan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama dan mampu mengamalkannya.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis masyarakat bertujuan menanamkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah swt, akhlak mulia, mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik.

Pesantren berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang


memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya, berwawasan luas, kritis, kreatif,
inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa,
dan berakhlak mulia.

Lembaga Pendidikan Keagamaan menyelenggarakan pendidikan bersumber dari ajaran


agama, memadukan ilmu agama dan ilmu umum/keterampilan dan mempersiapkan peserta didik
melanjutkan ke pendidikan pada jenjangberikutnya.Pesantren menyelenggarakan berbagai satuan
pendidikan dan/atau program pendidikan jalur formal, nonformal, daninformal.

Pendidikan anak usia dini berisiprogrampengembangannilaiagamadan moral, motorik,


kognitif, bahasa, sosial-emosional danseni. Peserta didik berada di usia emas pembentukan otak.
Peran guru TK/RA ujung tombak pengenalan nilai moral, religius, dan sosial pada anak-anak
sejak dini. Para guru TK/RK niscaya dihindarkan dari beban tugas adminsitratif yang berlebihan.

Madrasah Ibtidaiyah menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama


Islam. Struktur Kurikulum MI antara lain terdiri atas muatanpendidikanagama,
pendidikankewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuanalam, ilmu
pengetahuansosial, seni danbudaya, serta muatanlokal.

Porsi muatan pendidikan dan pelajaran pada Madrasah Ibtidaiyah patut dipertimbangkan
agar pelajar tidak memikul beban belajar berlebihan. Seyogianya setiap madrasah memiliki
keleluasaan untuk memberi bobot dan porsi setiap mata pelajaran sesuai dengan visi dan
misinya. Teknik evaluasi pembelajaran tidak melulu menggunakan tes objektif pilihan ganda.
Siswa dilatih untuk menjawab pertanyaan secara subjektif.

Madrasah Tsanawiyah menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama


Islam. Kurikulum MTs terdiri atasmuatan pendidikanagama, kewarganegaraan, bahasa,
matematika, ilmu pengetahuanalam, sosial, seni danbudaya. Mata pelajaran tersebut dapat
diorganisasikan dalam satu atau lebih mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan. Siswa dilatih
untuk menjawab pertanyaan subjektif untuk mengembangkan daya kritis dan analitisnya.

Madrasah Aliyah menyelenggarakan pendidikan menengah sebagai lanjutan dari


SMP/MTs. Muatan kurikulum MA meliputi pendidikan agama Islam yang terdiri dari al-Qur’an
Hadits, akidah akhlaq, fiqih, dan sejarah kebudayaanIslam, pendidikankewarganegaraan,
bahasaIndonesia, bahasaArab, bahasaInggris, matematika, dan lain-lain.

Sebagaimana muatan kurikulum MTs, mata-mata pelajaran tersebut dapat


diorganisasikan dalam satu atau lebih mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan
dan programpendidikan. Siswa dilatih lebih banyak lagi untuk menjawab pertanyaan evaluasi
pembelajaran secara subjektif, kritis dan analitis, sebagai bekal menempuh pendidikan di
perguruan tinggi.

Madrasah dikelola dengan menerapkan manajemen berbasis madrasah dengan prinsip


keadilan, kemandirian, kemitraan dan partisipasi, nirlaba, efisiensi, efektivitas, danakuntabilitas.
Pesantren menjujung tinggi dan mengembangkan nilai-nilai Islam Rahmatan Lil-’alamin,
Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tungga Ika, keadilan, toleransi, kemanusiaan,
keikhlasan, kebersamaan dan nilai-nilai luhur lainnya.

Pesantren mengupayakan sarana pendukung pendidikan, seperti perpustakaan yang


menyediakan kitab-kitab, buku-buku teks dan buku penunjang dalam berbagai mata pelajaran
umum, baik yang diajarkan melalui tatap muka maupun buku-buku mata pelajaran yang
diajarkan melalui non tatap muka.
Pondok menerapkan manajemen berbasis pesantren dengan prinsip partisipasi, kemitraan,
kamandirian, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas. Tata pengelolaan peserta didik
mencerminkan tingkah laku/akhlaq mulia, yakni menghormati dan berkomunikasi yang baik
antara peserta didik dan pendidik, semangat gotong-royong, hidupsederhana, mandiri, menjaga
kebersihan, dan disiplin.

Penyeragaman pola pembelajaran dan sistem evaluasi membelunggu siswa dan guru.
Iklim pembelajaran di lembaga pendidikan formal pada semua jenjang yang demikian itu tak
dapat diharapkan menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter.

Masing-masing lembaga pendidikan seyogianya diberi keleluasaan untuk mengatur


kurikulum dan menetapkan perimbangan antara muatan pendidikan formal maupun muatan
pendidikan non-formal di pesantren dan madrasah. Siapa saja yang mampu dan berkualitas dapat
mengajar mata pelajaran di sekolah sesuai bidang keahliannya, tanpa terjebak aturan dan
persyaratan formal adminsitratif yang kaku dan membelenggu.

Pesantren dan madrasah dapat memanfaatkan lingkungan sekitar, kearifan maupun


potensi lokal untuk memperkaya sumber belajar. Guru tertantang untuk kreatif mengatur
aktivitas di dalam maupun di luar kelas dan membuat rancangan pembelajaran yang tidak copy
paste guna mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Pembelajaran
mata pelajaran apa pun dan pada jenjang mana pun akan efektif apabila dilakukan dalam suasana
menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai