Anda di halaman 1dari 5

Anatomi Testis

Testis merupakan organ berpasangan yang terdapat di dalam skrotum dan memiliki peran

dalam reproduksi serta endokrin. Ukuran normal testis berkisar antara 4 hingga 5 cm

panjangnya, 3 cm lebarnya, dan 2,5 cm ketebalannya, dengan volume sekitar 15 hingga 25

mL. Sebelum mencapai parenkim testis, ada lapisan kuat yang melindungi dan membentuk

struktur testis, yaitu tunika vaginalis, tunika albuginea, dan tunika vasculosa dari luar ke

dalam. Tunika albuginea terdiri dari sel-sel otot polos yang berjalan di antara jaringan

kolagen. Otot polos ini memiliki fungsi untuk berkontraksi dan mempengaruhi aliran arteri ke

testis. Selain itu, otot polos juga berperan dalam meningkatkan aliran cairan dari tubulus
(Liguori et al., 2011)
seminiferus keluar dari testis .

Gambar X.X Anatomi Testis (Liu, 2019)

Pasokan nutrisi ke testis utamanya berasal dari arteri testikularis, yang merupakan cabang

dari aorta abdominalis. Cabang-cabang arteri testikularis ini saling berhubungan dengan arteri

dari duktus deferens. Pembuluh vena yang mengalirkan darah dari testis dan epididimis
dimulai dari plexus pampiniformis dan membentuk vena testikularis. Vena testikularis kanan

bergabung dengan vena cava inferior, sementara vena testikularis kiri bergabung dengan vena

renalis kiri. Saluran limfatik mengikuti pembuluh darah testikularis dalam spermatic cord dan

menuju ke nodul limfatik di daerah lateral aorta atau dua nodul limfatik di daerah lumbal dan

pre-aorta lumbal. Testis menerima persarafan dari plexus testikularis yang mengandung

serabut saraf parasimpatis dari saraf vagus, serabut sensorik visceral, dan serabut saraf
(Cameron and Hudson, 2014)
simpatis yang berasal dari segmen torakal .

Gambar X.X Anatomi sistem reproduksi pria dewasa pada manusia, menunjukkan rete testis

yang menghubungkan tubulus seminiferus ke duktus eferentes serta gambaran histologis

testis manusia dewasa, menunjukkan sistem rete dan tubulus seminiferous


(Major et al., 2021)

Testis dilapisi oleh dua lapisan tunika vaginalis, yaitu tunika vaginalis pars parietalis dan

tunika vaginalis pars visceralis, yang terpisah oleh celah yang berisi cairan serosa. Tunika ini

dilapisi oleh mesotel, sedangkan tunika albuginea memiliki jaringan pengikat fibrosa yang

padat. Tunika albuginea adalah lapisan yang melekat langsung pada parenkim testis dan

membesar membentuk septum yang memisahkan lobulus testis. Di sepanjang septum,

terdapat tunika vaskulosa yang berasal dari jaringan pengikat longgar dan terdiri dari
pembuluh darah, yang kemudian berlanjut sebagai jaringan interstitial (Liu, 2019). Interstitial

testis ini mengandung makrofag, fibroblas, mastosit, dan sel mesenkim. Sel Leydig juga

terdapat di sini, yaitu sel endokrin dalam testis yang berfungsi untuk memproduksi hormon
(Heinrich and DeFalco, 2020)
seks pria, yang dikenal sebagai hormon testosteron .

Di bagian tengah testis terdapat mediastinum, yang merupakan area penebalan di mana

septum testis berakhir atau daerah penebalan di ujung testis. Mediastinum ini berisi tubulus

rektus dan rete testis. Tubulus rektus adalah bagian akhir dari tubulus seminiferus dan dilapisi

oleh epitel kuboid berlapis tunggal. Sementara itu, rete testis adalah kelanjutan dari tubulus

rektus, ruang dengan dinding yang tidak rata dan dilapisi oleh epitel skuamosa sederhana
(Mescher, 2016)
. Rete testis kemudian berlanjut sebagai duktus efferent. Tubulus seminiferus

memiliki bentuk berkelok-kelok seperti pipa dengan diameter 150-250 µm dan berfungsi
(Major et al., 2021)
sebagai bagian sekretori dari kelenjar sitogenik .

Gambar X.X Tampilan skematis dari rete testis yang matur dan hubungannya dengan tubulus
(Major et al., 2021)
seminiferus testis
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari lapisan epitel berlapis, sekitar 4 hingga 8 lapisan. Di

dalamnya terdapat sel-sel spermatogenik, termasuk spermatogonium, spermatosit primer,

spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa. Di sana juga terdapat sel-sel Sertoli, yang

berfungsi sebagai dukungan nutrisi untuk proses spermatogenesis, dan ada juga membrana

basalis. Di lamina propria tubulus, terdapat sel-sel mesenkim dari jaringan interstitial dan sel-

sel mioid yang terdiri dari jaringan epiteloid dan kontraktil


(Holstein et al., 2003; Mescher, 2016)
.

DAFTAR PUSTAKA

Cameron, D. F. and Hudson, J. C. 2014 ‘Testicular Function’, in Reference Module in Biomedical

Sciences. Elsevier. doi: https://doi.org/10.1016/B978-0-12-801238-3.00266-X.

Heinrich, A. and DeFalco, T. 2020 ‘Essential roles of interstitial cells in testicular

development and function’, Andrology, Vol. 8 No. 4, pp. 903–914.

Holstein, A.-F., Schulze, W. and Davidoff, M. 2003 Understanding spermatogenesis is a

prerequisite for treatment. Available at: http://www.rbej.com/content/1/1/107.

Liguori, G., Ollandini, G. G., Napoli, R., Mazzon, G., Petrovic, M. and Trombetta, C. 2011

‘Anatomy of the Scrotum’, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Vol. 170 No. 2011, pp.

1–8. doi: 10.1007/174.

Liu, L. 2019 ‘Chapter 1 - Applied Anatomy of the Scrotum and its Contents’, in Yang, J.

(ed.) Scrotoscopic Surgery. Academic Press, pp. 1–8. doi: https://doi.org/10.1016/B978-

0-12-815008-5.00001-7.

Major, A. T., Estermann, M. A. and Smith, C. A. 2021 ‘Anatomy, endocrine regulation, and

embryonic development of the rete testis’, Endocrinology, Vol. 162 No. 6, p. bqab046.

Mescher, A. 2016 Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas (14th ed.).

Anda mungkin juga menyukai