Anda di halaman 1dari 7

Tiga Dosa Dalam Dunia Pendidikan

Di Ajukan Kepada :
Drs. Amin Otoni Harefa, M.Pd.
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Karakter

Oleh

Nama : Yonatan Setia Waruwu


Kelas : C
Matah Kuliah : Pendidikan Karakter

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NIAS
2023

Tiga Dosa Dalam Dunia Pendidikan


1. Intoleransi
Menurut Hunsberger (1995), intoleransi adalah tindakan negatif yang dilatari oleh
simplifikasi- palsu, atau “prasangka yang berlebihan” (over generalized beliefs).Sementara,
menurut Haidt (2001), ketiga komponen prasangka cenderung saling
mempengaruhimengingat sifat pikiran dapat berpengaruh negatif dan memberi reaksi
terhadap sikap muak, dan tidak suka.

Intoleransi adalah sikap tidak toleran atau tidak mau menerima perbedaan pendapat,
agama, ras, gender, dan budaya tertentu. Intoleransi dapat bermacam-macam bentuknya,
mulai dari menolak seseorang karena perbedaan agama atau warna kulit, sampai menghina
seseorang atau kelompok tertentu karena perbedaan nilai atau pendapat.

3 Komponen Intoleransi :
1) ketidak-mampuan menahan diri tidak suka kepada orang lain
2) sikap mencampuri dan atau menentang sikap atau keyakinan oranglain
3) sengaja-mengganggu orang lain.
Jenis-jenis Intoleransi :
a) Intoleransi Agama Intoleransi agama adalah ketidakmampuan seseorang untuk menerima
keyakinan atau agama orang lain. Hal ini termasuk tidak menghormati kepercayaan atau
praktik keagamaan seseorang, serta menganggap bahwa keyakinan atau agama mereka
adalah benar dan yang lain adalah salah. Intoleransi agama seringkali menyebabkan
konflik antar kelompok agama.
b) Intoleransi Ras Intoleransi ras adalah sikap tidak toleran terhadap orang yang berbeda ras
atau warna kulit. Ini bisa berupa penghinaan atau menolak seseorang berdasarkan asal
keturunan atau bahasa mereka. Intoleransi ras dapat menyebabkan diskriminasi, rasisme
dan konflik sosial.
c) Intoleransi Gender Intoleransi gender adalah ketidakmampuan seseorang untuk menerima
orientasi seksual atau identitas gender orang lain. Orang yang intoleran terkadang
merendahkan, menghakimi, atau mengejek seseorang karena kelamin atau orientasi
seksualitas mereka. Intoleransi gender dapat menyebabkan diskriminasi, kekerasan, dan
pengucilan sosial.
d) Intoleransi Politik Intoleransi politik terjadi ketika seseorang atau kelompok tidak dapat
menerima keyakinan atau pandangan politik orang lain. Ini bisa berupa menolak
ketidaksetujuan terhadap kebijakan, teknik, atau cara berbicara yang digunakan oleh
partai politik tertentu. Intoleransi politik dapat menyebabkan perpecahan dan ketegangan
dalam masyarakat.
e) Intoleransi Budaya Intoleransi budaya adalah sikap tidak menoleransi atau tidak mau
menerima perbedaan budaya dalam suatu masyarakat. Hal ini termasuk menghina atau
tidak menghargai agama, moral, adat, dan kebiasaan yang berbeda dari milik kita sendiri.
Intoleransi budaya dapat berdampak negatif pada hubungan antar kelompok dalam
masyarakat.

Contoh Intoleransi :
Berikut ini adalah beberapa contoh intoleransi:
a) Diskriminasi rasial: Menghakimi atau menyepelekan seseorang berdasarkan warna kulit,
asal etnis, atau kebangsaan tertentu, secara tidak adil dan berlebihan.
b) Intoleransi agama: Menolak atau menghujat agama atau kepercayaan tertentu, serta
mengekspresikan ketidaksetujuan secara keras terhadap pemeluk agama atau kepercayaan
tersebut.
c) Intoleransi gender: Merendahkan atau mengejek seseorang karena kelamin atau
orientasi seksualnya, serta tidak menghargai hak dan martabat individu yang berbeda
jenis kelamin.
d) Intoleransi politik: Membenci atau membenci partai atau golongan politik tertentu, serta
menyatakan ketidaksetujuan secara berlebihan terhadap kebijakan atau tindakan yang
diambil oleh pihak yang berbeda pendapat politiknya.
e) Intoleransi budaya: Tidak menghargai adat atau tradisi tertentu, menolak memahami
atau belajar tentang kepercayaan dan praktik kebudayaan tertentu, serta mengekspresikan
ketidaksetujuan secara keras terhadap kelompok budaya atau agama tertentu.

1. Bullying
Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan
sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau be rkuasa terhadap orang
lain, dengan tujuan untuk menyakiti.

Bullying atau tindakan kekerasan merupakan masalah serius yang terjadi di berbagai
kalangan, baik di sekolah, di masyarakat, dan bahkan di rumah. Bullying mengandung makna
perlakuan yang menyakiti fisik, emosional, atau mental terhadap seseorang, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tindakan bullying dapat mengganggu kesehatan psikologis
seseorang dan mengakibatkan efek jangka panjang yang negatif bagi korban, seperti
kecemasan, depresi, dan stres yang serius..
Jenis-jenis dan Contoh Bullying
 Verbal Bullying biasanya berupa kalimat kasar atau ejekan yang ditujukan pada
seseorang.
Contoh: Tindakan mengancam, mempermalukan, merendahka n, mengganggu,
memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendah kan (put- downs),
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.

 Social Bullying: tindakan perundungan dalam lingkup sosial.


Contoh: Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga
menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.

 Cyber Bullying: Tindakan perundungan melalui dunia maya atau sarana media
elektronik.
Contoh: membuat komentar negatif atau ujaran kebencian, bisa juga pencemaran
nama baik yang dilakukan melalui sosial media. Selain itu dapat juga dapat berupa
tindakan mengunggah gambar negatif yang ditujukan pada seseorang dan obrolan via
aplikasi chat yang mengintimidasi korban.

 Physical Bullying melakukan kontak fisik dengan tujuan menyakiti atau


Mengintimidasi orang lain.
Contoh: Tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang,
mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, menc akar, juga termasuk memeras
dan merusak barang yang dimiliki orang lain.

 Sexual Bullying: tindakan berulang dan berbahaya yang menargetkan seseorang


secara seksual, dapat berupa komentar vulgar, atau sentuhan.
Contoh: memanggil seseorang dengan sebutan yang berkonotasi seksual, menyentuh
bagian badan tertentu dengan tujuan melecehkan dll.

2. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual merupakan tindakan yang sangat merusak, dan tidak manusiawi.
Tindakan ini bisa berupa pemaksaan atau tekanan dalam melakukan aktivitas seksual yang
tidak diinginkan oleh korban. Hal ini sangat mempengaruhi psikologis dan fisik korban,
bahkan dapat merusak kepercayaan diri serta menyebabkan trauma yang sangat berat.

Kekerasan seksual dapat terjadi di manapun, termasuk di tempat kerja, sekolah, dan
bahkan di rumah tangga. Tindakan ini juga sering kali dilakukan oleh orang yang dekat
dengan korban, seperti keluarga atau pasangan. Upaya untuk mengurangi atau mencegah
kekerasan seksual perlu dilakukan oleh seluruh masyarakat dengan memberikan edukasi dan
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga hak-hak dan keamanan individu.
Lebih lanjut, diperlukan hukuman yang tegas bagi pelakunya untuk menghindari
terulangnya tindakan kekerasan serupa di masa depan.
Jenis-jenis Kekerasan Seksual
Ada beberapa jenis kekerasan seksual, di antaranya:
 Pemerkosaan: yaitu tindakan memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual yang tidak
diinginkan dan secara fisik memaksa atau mengancam korban.
 Pelecehan seksual: termasuk komentar cabul, penglihatan dan perilaku yang tidak
senonoh, yang membuat korban merasa tidak aman dan tidak nyaman.
 Pencabulan: tindakan melakukan aktivitas seksual pada anak di bawah umur, atau orang
yang tidak dapat memberikan persetujuan karena keterbatasan mental atau fisiologis.
 Pernikahan paksa: tindakan memaksa seseorang untuk menikah dan kemudian melakukan
aktivitas seksual.
 Pornografi atau eksploitasi seksual: pengambilan, produksi, dan penyebaran gambar atau
video pornografi, termasuk dengan anak-anak.
Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mencegah Tiga Dosa Dalam Dunia Pendidikan

1.Intoleransi

Untuk mencegah intoleransi, pendidikan karakter dapat mengajarkan kepada murid-


murid tentang nilai-nilai seperti menghargai perbedaan, saling menghormati, serta tidak
memandang rendah atau merendahkan orang lain. Selain itu, pendidikan karakter dapat
memperkenalkan budaya dan agama yang berbeda-beda untuk membantu meningkatkan
toleransi dan pemahaman antar individu.
Program pendidikan karakter dapat melibatkan roleplay atau simulasi situasi kehidupan
sehari-hari di mana siswa harus menghadapi perbedaan dan mempraktikkan nilai-nilai yang
telah dipelajari dalam membangun toleransi dan menghargai perbedaan. Selain itu, sekolah
dan guru dapat mengadakan workshop atau seminar untuk membahas isu-isu yang berkaitan
dengan intoleransi dan bagaimana mengatasinya.

Melalui pendidikan karakter, diharapkan siswa dapat memahami pentingnya


menghargai perbedaan, memperluas pandangan dan pemikiran, serta saling menghormati
sebagai individu yang unik. Sehingga, dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan
bebas dari intoleransi.

2.Bullying
Pendidikan karakter sangat penting dalam mencegah tindakan bullying di lingkungan
sekolah. Melalui pendidikan karakter yang baik, siswa dapat memperoleh kemampuan untuk
menghargai hak-hak orang lain, memahami perasaan orang lain, dan berperilaku adil. Selain
itu, pendidikan karakter juga dapat membantu siswa memperkuat nilai altruisme dan
memperkecil kemungkinan terjadinya bullying.

Pendekatan pendidikan karakter dalam mencegah bullying dapat diwujudkan dengan


mengajarkan profil positif tentang sifat empati, keadilan, serta mengenalkan nilai-nilai
persamaan dan kebhinekaan. Melalui profil ini, siswa akan mampu memahami perasaan
korban bullying serta membantu mereka mencari solusi atas tindakan tersebut. Selain
memperkuat profil positif karakter, siswa juga harus ditanamkan bagaimana cara
menyelesaikan konflik secara baik dan tidak-kekerasan.

Melalui program pendidikan karakter, guru dan staf sekolah juga dapat meningkatkan
pengawasan terhadap tindakan bullying dan menerapkan protokol yang tepat dalam
menanganinya. Dalam hal ini, pendidikan karakter dapat memberikan fondasi yang kuat bagi
siswa dalam membangun karakter yang kuat dan tangguh, sehingga mereka dapat mengatasi
permasalahan bullying dan memperoleh lingkungan sekolah yang aman dan harmonis.

3.Kekerasan Seksual

Pendidikan karakter berperan penting dalam mencegah kekerasan seksual di lingkungan


pendidikan. Melalui pendidikan karakter yang baik, siswa akan lebih memahami nilai-nilai
penerimaan, saling menghormati, dan mempertahankan keadilan dan kesetaraan dalam
masyarakat. Oleh karena itu, implementasi pendidikan karakter dapat membantu siswa
menghindari dan mengatasi terjadinya kekerasan seksual.

Beberapa implementasi pendidikan karakter yang efektif untuk mencegah kekerasan


seksual di lingkungan pendidikan bisa dimulai dengan mengajarkan siswa menghargai privasi
dan batasan fisik dan emosional orang lain. Dalam hal ini, guru bisa menjelaskan tentang hak
asasi manusia dan bagaimana hak privacy sangat penting dalam masyarakat. Hal ini dapat
membantu siswa memahami pentingnya mempertahankan privasi sebagai hak yang harus
dihargai.
Selain itu, pendidikan karakter juga bisa diwujudkan dengan mengajarkan cara
menunjukkan empati terhadap korban kekerasan seksual. Dengan memahami perasaan
korban, siswa akan lebih sensitif terhadap arti penting dari persetujuan yang diberikan orang
lain dalam berbagai situasi.

Pendekatan pendidikan karakter juga dapat membantu siswa belajar bagaimana cara
mengekspresikan ketidaknyamanannya secara langsung atau tidak langsung. Guru bisa
mengajarkan bagaimana siswa bisa mengatakan "tidak" saat mereka merasa tidak nyaman
atau melakukan keadaan ketidaknyamanan orang lain. Dalam hal ini, pendidikan karakter
dapat membantu siswa membangun rasa percaya diri dan melindungi hak-hak yang mereka
miliki.
Pendekatan pendidikan karakter yang efektif juga harus disertai dengan pembuatan
aturan dan sanksi yang jelas terkait tindakan kekerasan seksual. Guru bisa memberikan
pedoman yang jelas pada siswa tentang tindakan kekerasan seksual, bagaimana
melaporkannya, serta dampak negatif yang dapat terjadi. Dengan demikian, siswa akan lebih
memahami konsekuensi dari tindakan yang melanggar aturan tersebut.

Dalam kesimpulannya, implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dapat


membantu siswa menghindari dan mengatasi tindakan kekerasan seksual. Hal ini dapat
membangun karakter masyarakat atau lingkungan pendidikan yang lebih baik, di mana siswa
belajar bagaimana menghargai privasi, saling menghormati, dan mempertahankan keadilan
dan kesetaraan, sehingga mereka dapat terlibat dalam lingkungan yang aman, harmonis dan
positif.

Anda mungkin juga menyukai