Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI PERMENDIKBUD NOMOR 16 TAHUN 2022

Nama : Zahara Alfina Divanti


NIM : 22010684085
Kelas : 2022-A
Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 16 Tahun 2022
Tentang Standar Proses Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah.

Bab 1 Ketentuan Umum :


A. Pasal 1, menjelaskan peraturan menteri mengenai pengertian standard proses, peserta
didik, pendidik, dan satuan pendidikan. Standard proses yaitu kriteria minimal proses
pembelajaran berdasarkan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan untuk mencapai
standard kompetensi lulusan. Peserta didik yaitu anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Pendidik yaitu tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, pamong belajar, instruktur yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dan satuan
pendidikan yaitu kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
pada jalur formal dan nonformal.
B. Pasal 2, menjelaskan standard proses. Standard proses digunakan sebagai pedoman
dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk
mengembangkan potensi, prakarsa, kemampuan, dan kemandirian peserta didik secara
optimal. Dan di dalam standard proses pada ayat (1) meliputi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian proses pembelajaran.

Bab 2 Perencanaan Pembelajaran :


A. Pasal 3, menjelaskan perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dimaksud
dalam pasal 2 ayat (2) huruf a yaitu aktivitas untuk merumuskan capaian
pembelajaran, cara mencapai tujuan belajar, dan cara menilai ketercapaian tujuan
belajar. Serta perencanaan pembelajaran dimaksud pada ayat (1) yaitu dilakukan oleh
pendidik. Perencanaan pembelajaran dimaksud pada ayat (1) disusun dalam bentuk
dokumen perencanaan pembelajaran yang fleksibel, jelas, dan sederhana.
B. Pasal 4, menjelaskan dokumen perencanaan pembelajaran. Dokumen perencanaan
pembelajaran dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) memuat tujuan pembelajaran, langkah
atau kegiatan pembelajaran, dan penilaian atau asesmen pembelajaran.
C. Pasal 5, menjelaskan capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar. Capaian
pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu unit pembelajaran yaitu
dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf a yang merupakan sekumpulan kompetensi dan
lingkup materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.
Kurikulum satuan pendidikan dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan kerangka
dasar dan struktur kurikulum yang ditetapkan secara nasional dan visi, misi, dan
karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum satuan pendidikan disusun dengan
melibatkan peserta didik, orang tua atau wali peserta didik. Selain hal tersebut yang
dimaksud pada ayat (3), penyusunan kurikulum satuan pendidikan pada pendidikan
menengah kejuruan melibatkan dunia kerja, dan pendidikan khusus yang melibatkan
ahli yang relevan.
D. Pasal 6, menjelaskan capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu
unit pembelajaran yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf a yang dirumuskan
dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan sumber daya satuan
pendidikan. Selain itu, perumusan capaian pembelajaran pada pendidikan menengah
kejuruan juga mempertimbangkan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Perumusan capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar yang dimaksud pada
ayat (2) pada pendidikan menengah kejuruan yaitu dituangkan dalam bentuk yang
mengacu pada jenjang kualifikasi kompetensi yang mengacu pada jenjang kualifikasi
keahlian tertentu atau sesuai kebutuhan hidup mandiri, dan perumusan pada ayat (1)
pada pendidikan khusus ditujukan untuk optimalisasi potensi, bakat, minat, dan
kesiapan kerja, pembentukan kemandirian, dan penguasaan keterampilan hidup sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
E. Pasal 7, menjelaskan cara untuk mencapai tujuan belajar. Cara untuk mencapai tujuan
belajar yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf b dilakukan melalui strategi
pembelajaran yang dirancang untuk memberi pengalaman belajar yang berkualitas.
Strategi pembelajaran yang dirancang ini dilaksanakan dengan memberi kesempatan
untuk menerapkan materi pada problem atau konteks nyata, mendorong interaksi dan
partisipasi aktif peserta didik, mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang
tersedia di lingkungan, dan menggunakan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi. Strategi pembelajaran ini dilaksanakan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik yaitu mencakup usia dan tingkat perkembangan, tingkat
kemampuan sebelumnya, kondisi fisik dan psikologis, dan latar belakang keluarga
peserta didik.
F. Pasal 8, menjelaskan cara menilai ketercapaian tujuan belajar yang dilakukan oleh
pendidik yaitu dengan menggunakan beragam teknik dan instrument penilaian yang
sesuai dengan tujuan belajar. Cara menilai ketercapaian tujuan belajar yaitu mengacu
pada standard penilaian pendidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bab 3 Pelaksanaan Pembelajaran :


A. Pasal 9, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran diselenggarakan dalam suasana
belajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk
berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan memberikan
keteladanan, pendampingan, dan fasilitasi.
B. Pasal 10, menjelaskan pelaksanaan pembelajatan dalam suasaa belajar yang interaktif
dirancang untuk memfasilitasi interaksi yang sistematis dan produktif antara pendidik
dengan peserta didik, sesama peserta didik, dan antara peserta didik dengan materi
belajar. Pelaksanaan pembelajaran dengan suasana belajar yang interaktif ini
dilakukan dengan cara berinteraksi secara dialogis antara pendidik dengan peserta
didik maupun dengan sesama peserta didik, berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan belajar, dan berkolaborasi untuk menumbuhkan jiwa gotong royong.
Dalam melaksanakan pembelajaran pendidik berperan sebagai fasilitator proses
pembelajaran dan tidak menjadi satu-satunya sumber pembelajaran.
C. Pasal 11, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang
inspiratif yang dirancang untuk memberi keteladanan dan menjadi sumber inspirasi
positif bagi peserta didik. Pelaksaan pembelajaran yang inspiratif ini dilakukan
dengan cara menciptakan suasana belajar yang dapat memantik ide, mendorong daya
imajinasi, dan mengeksplorasi hal baru, dan memfasilitasi peserta didik dengan
berbagai sumber belajar untuk memperkaya wawasan dan pengalaman belajar.
D. Pasal 12, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang
menyenangkan agar peserta didik mengalami proses belajar sebagai pengalaman yang
menimbulkan emosi positif. Pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan ini
dilakukan dengan cara menciptakan suasana belajar yang gembira, menarik, aman,
dan bebas dari perundungan, menggunakan berbagai variasi metode dengan
mempertimbangkan aspirasi peserta didik serta tidak terbatas hanya di dalam kelas,
dan mengakomodasi keberagaman gender, budaya, bahasa daerah, agama,
karakteristik, dan kebutuhan setiap peserta didik.
E. Pasal 13, menjelaskan pelaksanaaan pembelajaran dalam suasana belajar yang
menantang untuk mendorong peserta didik terus meningkatkan kompetensinya
melalui tugas dan aktivitas dengan tingkat kesulitan yang tepat. Pelaksanaan
pembelajaran yang menantang ini dilakukan dengan cara menggunakan materi dan
kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan dan tahapan perkembangan peserta didik,
dan memfasilitasi peserta didik untuk percaya potensi yang dimiliki dapat
ditingkatkan.
F. Pasal 14, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang
memotivasu peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Dapat dilakukan dengan cara
membangun suasana belajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berani mengemukakan pendapat dan bereksperimen, dan melibatkan peserta
didik dalam menyusun rencana belajar, menetapkan target individu atau kelompok,
dan turut memonitor pencapaian hasil belajar.
G. Pasal 15, menjelaskan perencanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dapat dilakukan
dengan cara memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan dan
mengkomunikasikan gagasan baru, membiasakan peserta didik untuk mampu
mengatur dirinya dalam proses belajar, menciptakan suasana pembelajaran yang
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengaktualisasikan diri, dan
mengapresiasi bakat, minat, dan kemampuan.
H. Pasal 16, menjelaskan pemberian keteladanan, pendampingan, dan fasilitasi dalam
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan berperilaku luhur pada kehidupan
sehari-hari. Dilakukan dengan memberi tantangan, dukungan, dan bimbingan bagi
peserta didik dalam proses belajar, dan memberikan fasilitasi dengan memberikan
akses dan kesempatan belajar bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan.
I. Pasal 17, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan menengah kejuruan
dilakukan dengan pengalaman nyata melalui praktik kerja lapangan, dan pendidikan
khusus untuk jenjang pendidikan menengah dilakukan dengan memberi pengalaman
nyata melalui program magang.
J. Pasal 18, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini
beban belajar diatur dalam bentuk satuan jam pelajaran. Dalam pelaksanaan
pembelajaran pada pendidikan kesetaraan, beban belajar diatur dalam bentuk satuan
kredit kompetensi.

Bab 4 Penilaian Proses Pembelajaran :


A. Pasal 19, menjelaskan penilaian proses pembelajaran yang merupakan asesmen
terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran
dilakukan oleh pendidik. Asesmen terhadap perencanaan dan pelaksanaaan
pembelajaran dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran paling sedikit satu kali
dalam satu semester. Asesmen terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
dilakukan dengan cara refleksi diri terhadap pelaksanaan perencanaan dan proses
pembelajaran, dan refleksi diri terhadap hasil asesmen yang dilakukan oleh sesama
pendidik, kepala satuan pendidikan, dan peserta didik.
B. Pasal 20, menjelaskan penilaian proses pembelajaran dapat dilakukan oleh sesame
pendidik, kepala satuan pendidikan, dan peserta didik.
C. Pasal 21, menjelaskan penilaian oleh sesama pendidik merupakan asesmen oleh
sesame pendidik atas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik yang bersangkutan. Penilaian bertujuan untuk membangun budaya saling
belajar, kerja sama, dan saling mendukung. Asesmen oleh sesame pendidik dilakukan
dengan cara berdiskusi mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
mengamati proses pelaksanaan pembelajaran, dan melakukan refleksi terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
D. Pasal 22, menjelaskan penilaian oleh kepala satuan pendidikan yang merupakan
asesmen oleh kepala satuan pendidikan atas perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik. Penilaian ini bertujuan untuk
membangun budaya reflektif, dan memberi umpan balik yang konstruktif.
Membangun budaya reflektif yaitu kegiatan yang dilakukan oleh kepala satuan
pendidikan untuk mendorong terjadinya refleksi atas proses pembelajaran secara terus
menerus. Memberi umpan balik yang konstruktif yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
kepala satuan pendidikan untuk memberikan masukan, saran, dan keteladanan kepada
pendidik untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan asesmen ini berlaku
mutaris mutandis bagi kepala satuan pendidikan.
E. Pasal 23, menjelaskan penilaian oleh peserta didik. Penilaian oleh peserta didik
bertujuan untuk membangun kemandirian dan tanggung jawab dalam proses
pembelajaran dan kehidupan sehari-hari, membangun budaya transparansi,
objektivitas, saling menghargai, dan mengapresiasi keragaman pendapat dalam
menilai proses pembelajaran, membangun suasana pembelajaran yang partisipatif dan
untuk memberi umpan balik kepada pendidik dan peserta didik, dan melatih peserta
didik untuk mampu berpikir kritis. Asesmen oleh peserta didik dilakukan dengan cara
melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Bab 5 Ketentuan Penutup :


Pasal 24 dan Pasal 25, menjelaskan penutupan.

Anda mungkin juga menyukai