Tugas Stilistika: Gaya Bahasa Pada Puisi Wiji Thukul "Bunga Dan Tembok"
Tugas Stilistika: Gaya Bahasa Pada Puisi Wiji Thukul "Bunga Dan Tembok"
Wiji Thukul “Bunga dan Tembok” Abstrak harus memuat tiga poin utama, diantaranya: tujuan penelitian
ini dibuat, metodologi yang kamu gunakan saat melakukan penelitian
ini, dan apa kesimpulan singkat dari penelitian kamu. Jabarkan ketiga
hal tersebut dengan baik ebanyak 200-250 kata
https://fsbk.uad.ac.id/ fsbk@uad.ac.id
2 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi ISSN 2964-2817
jurnal sastra
pengembangan ilmu linguistik dan sastra serta menginspirasi pembaca untuk menghargai
keindahan bahasa dan mendalami makna pesan sastra yang tersembunyi di balik puisi ini.
2. Metodologi
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif bertujuan
untuk memahami dan mendeskripsikan karakteristik teks atau fenomena secara mendalam. Dalam
konteks ini, penelitian akan fokus pada menganalisis gaya bahasa dan pesan politis dalam puisi
tersebut.
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teks puisi "Bunga dan Tembok"
karya Wiji Thukul. Data teks puisi ini merupakan data tekstual yang telah tersedia dan bisa diakses
secara publik melalui sumber-sumber terpercaya seperti buku puisi atau situs sastra. Pengumpulan
data akan dilakukan dengan mencatat teks puisi lengkap untuk analisis lebih lanjut.
1. Metafora:
"Seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kau kehendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah"
Pada bagian ini, bunga digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan kelompok tertindas atau
rakyat kecil yang berusaha tumbuh dan berkembang, tetapi dihadapkan pada penindasan dan
kesulitan yang disebabkan oleh "engkau," yang mewakili penguasa atau orang-orang yang
Untung Nurhidayat
ISSN 2964-2817 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi 3
2. Pengulangan:
"Seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kaukehendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi"
Pada bagian ini, pengulangan kata "Seumpama bunga" di awal tiap bait menciptakan ritme dan
menguatkan pernyataan bahwa kelompok "kami" (bunga) diabaikan atau dianggap tidak
dikehendaki oleh kelompok "engkau" (tembok). Ini menunjukkan ketidakseimbangan kepentingan
dan kekuasaan dalam masyarakat.
3. Antitesis:
"Seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri
jika kami bunga
engkau adalah tembok"
Bagian ini menunjukkan antitesis antara "kami" sebagai bunga yang menderita akibat penindasan,
dan "engkau" sebagai tembok yang membatasi dan menindas bunga tersebut. Hal ini
mencerminkan konflik antara kelompok tertindas dan kelompok yang berkuasa.
4. Personifikasi:
"dirontokkan di bumi kami sendiri"
Pada bagian ini, "kami" sebagai bunga diberi personifikasi karena "dirontokkan di bumi kami
sendiri." Hal ini mencerminkan perasaan dikhianati dan diperlakukan dengan tidak adil di tanah
kelahiran mereka.
5. Imbuhan:
"kaukehendaki" dan "kau adalah"
Untung Nurhidayat
4 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi ISSN 2964-2817
jurnal sastra
"kami adalah bunga" dan "di dalam keyakinan kami, di mana pun – tiran harus tumbang!"
Repetisi "kami adalah bunga" memperkuat identitas kelompok "kami" sebagai bunga.
Sementara itu, aliterasi pada "di dalam keyakinan kami, di mana pun – tiran harus tumbang!"
menciptakan efek ritmis yang menekankan keberanian dan tekad dalam melawan tirani.
7. Pesan politis:
Puisi ini memiliki pesan politis yang kuat, dengan mengekspresikan aspirasi untuk
perubahan dan keadilan sosial, dan menentang tirani.
Secara keseluruhan, puisi "Bunga dan Tembok" oleh Wiji Thukul menggunakan berbagai
gaya bahasa, seperti metafora, pengulangan, antitesis, personifikasi, imbuhan, repetisi, dan aliterasi,
untuk menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan bersemangat. Puisi ini
menyampaikan aspirasi dan semangat perjuangan dalam mencari keadilan dan kemerdekaan, serta
menentang segala bentuk penindasan dan tirani.
4. Penutup
Dalam analisis gaya bahasa puisi "Bunga dan Tembok" karya Wiji Thukul dengan
pendekatan teori stilistika, dapat disimpulkan bahwa puisi ini menggunakan berbagai alat bahasa,
seperti metafora, pengulangan, antitesis, personifikasi, imbuhan, repetisi, dan aliterasi, untuk
mencapai efek sastra yang mendalam dan bersemangat. Penggunaan metafora "bunga" dan
"tembok" merepresentasikan konflik antara kelompok tertindas dan kelompok berkuasa.
Pengulangan "Seumpama bunga" dan "kami adalah bunga" menciptakan ritme yang memperkuat
tema bahwa kelompok tertindas diabaikan dan dianggap tidak dikehendaki. Personifikasi
"dirontokkan di bumi kami sendiri" memberikan emosi dan makna tambahan pada penderitaan
kelompok tertindas.
References
● Faizum, Mochammad. “ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI ADA
TILGRAM TIBA SENJA KARYA W.S. RENDRA: KAJIAN STILISTIKA.” Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra, 2019, p. 16.
● Faizum, Mochammad. “ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI ADA
TILGRAM TIBA SENJA KARYA W.S. RENDRA: KAJIAN STILISTIKA.” Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra, 2019, p. 16.
● Khusnia, Putri Alvi. “GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5
MENARA KARYA AHMAD FUADI.” Skripsi, 2016, p. 9.
Untung Nurhidayat
ISSN 2964-2817 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi 5
Untung Nurhidayat