Anda di halaman 1dari 5

Book Chapter

Judul Tema, pp. xx-xx


ISSN 2964-2817
1

Gaya Bahasa pada Puisi Wiji Thukul “Bunga dan


Tembok”
Untung Nurhidayat (2100025016)
untung2100025016@webmail.uad.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Wiji Thukul “Bunga dan Tembok” Abstrak harus memuat tiga poin utama, diantaranya: tujuan penelitian
ini dibuat, metodologi yang kamu gunakan saat melakukan penelitian
ini, dan apa kesimpulan singkat dari penelitian kamu. Jabarkan ketiga
hal tersebut dengan baik ebanyak 200-250 kata

1. Pendahuluan (Heading 1) (bold, 11 pt)


Puisi "Bunga dan Tembok" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang mengandung
keindahan bahasa dan pesan yang mendalam. Melalui puisi ini, Wiji Thukul dengan penuh emosi
mengungkapkan perasaan ketidakpuasan terhadap ketidakadilan sosial yang dialami oleh
kelompok tertindas, yang direpresentasikan dengan metafora "bunga". Di sisi lain, "tembok"
digunakan untuk melambangkan kelompok berkuasa yang menindas dan membatasi
pertumbuhan bunga.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya bahasa yang digunakan dalam puisi
"Bunga dan Tembok" dan mengeksplorasi pesan politis yang terkandung di dalamnya. Kami akan
memfokuskan analisis pada penggunaan metafora, pengulangan, antitesis, personifikasi, imbuhan,
repetisi, dan aliterasi dalam puisi ini.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan
analisis teks kritis. Metode ini memungkinkan kami untuk mendeskripsikan karakteristik teks puisi
secara mendalam dan mengeksplorasi pesan yang ingin disampaikan oleh Wiji Thukul dalam
konteks sosial dan politik pada masa penulisan puisi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks puisi "Bunga dan Tembok" yang
tersedia melalui sumber-sumber terpercaya seperti buku puisi atau situs sastra. Pengumpulan
data akan dilakukan dengan mencatat teks puisi secara lengkap untuk dianalisis lebih lanjut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan pemahaman lebih
mendalam tentang keindahan bahasa dan kekuatan pesan sastra dalam puisi "Bunga dan Tembok"
karya Wiji Thukul. Diharapkan juga penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam

https://fsbk.uad.ac.id/ fsbk@uad.ac.id
2 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi ISSN 2964-2817
jurnal sastra

pengembangan ilmu linguistik dan sastra serta menginspirasi pembaca untuk menghargai
keindahan bahasa dan mendalami makna pesan sastra yang tersembunyi di balik puisi ini.

2. Metodologi
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif bertujuan
untuk memahami dan mendeskripsikan karakteristik teks atau fenomena secara mendalam. Dalam
konteks ini, penelitian akan fokus pada menganalisis gaya bahasa dan pesan politis dalam puisi
tersebut.

2.1. Pendekatan penelitian (Heading 2)


Pendekatan kualitatif Menurut Sugiyono (2011) metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, mengambil sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball teknik
pengumpulan data dengan gabungan. Pemilihan pendekatan ini karena fokus dalam pengamatan
yang mendalam dan dapat menghasilkan kajian fenomena yang lebih komprehensif.
2.2. Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teks puisi "Bunga dan Tembok"
karya Wiji Thukul. Data teks puisi ini merupakan data tekstual yang telah tersedia dan bisa diakses
secara publik melalui sumber-sumber terpercaya seperti buku puisi atau situs sastra. Pengumpulan
data akan dilakukan dengan mencatat teks puisi lengkap untuk analisis lebih lanjut.

3. Temuan dan Pembahasan


Gaya bahasa pada puisi "Bunga dan Tembok" karya Wiji Thukul mencerminkan penggunaan
bahasa yang kuat, bersemangat, dan penuh emosi. Berikut beberapa aspek gaya bahasa yang dapat
diidentifikasi dalam puisi ini:
Baik, mari kita analisis secara lebih terperinci tiap bagian dalam puisi "Bunga dan Tembok" karya
Wiji Thukul:

1. Metafora:
"Seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kau kehendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah"

Pada bagian ini, bunga digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan kelompok tertindas atau
rakyat kecil yang berusaha tumbuh dan berkembang, tetapi dihadapkan pada penindasan dan
kesulitan yang disebabkan oleh "engkau," yang mewakili penguasa atau orang-orang yang

Untung Nurhidayat
ISSN 2964-2817 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi 3

memiliki kekuasaan dan kekayaan. Metafora ini mencerminkan ketidakharmonisan antara


kepentingan kelompok masyarakat yang berbeda.

2. Pengulangan:
"Seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kaukehendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi"

Pada bagian ini, pengulangan kata "Seumpama bunga" di awal tiap bait menciptakan ritme dan
menguatkan pernyataan bahwa kelompok "kami" (bunga) diabaikan atau dianggap tidak
dikehendaki oleh kelompok "engkau" (tembok). Ini menunjukkan ketidakseimbangan kepentingan
dan kekuasaan dalam masyarakat.

3. Antitesis:
"Seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri
jika kami bunga
engkau adalah tembok"

Bagian ini menunjukkan antitesis antara "kami" sebagai bunga yang menderita akibat penindasan,
dan "engkau" sebagai tembok yang membatasi dan menindas bunga tersebut. Hal ini
mencerminkan konflik antara kelompok tertindas dan kelompok yang berkuasa.

4. Personifikasi:
"dirontokkan di bumi kami sendiri"

Pada bagian ini, "kami" sebagai bunga diberi personifikasi karena "dirontokkan di bumi kami
sendiri." Hal ini mencerminkan perasaan dikhianati dan diperlakukan dengan tidak adil di tanah
kelahiran mereka.

5. Imbuhan:
"kaukehendaki" dan "kau adalah"

Penggunaan imbuhan "kau-" pada "kaukehendaki" dan "kau adalah" memberikan


penekanan emosi dalam ekspresi. Penggunaan ini menyampaikan perasaan ketidaksetujuan dan
ketidakpuasan terhadap perlakuan "engkau" terhadap "kami."

6. Repetisi dan aliterasi:

Untung Nurhidayat
4 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi ISSN 2964-2817
jurnal sastra

"kami adalah bunga" dan "di dalam keyakinan kami, di mana pun – tiran harus tumbang!"

Repetisi "kami adalah bunga" memperkuat identitas kelompok "kami" sebagai bunga.
Sementara itu, aliterasi pada "di dalam keyakinan kami, di mana pun – tiran harus tumbang!"
menciptakan efek ritmis yang menekankan keberanian dan tekad dalam melawan tirani.

7. Pesan politis:
Puisi ini memiliki pesan politis yang kuat, dengan mengekspresikan aspirasi untuk
perubahan dan keadilan sosial, dan menentang tirani.

Secara keseluruhan, puisi "Bunga dan Tembok" oleh Wiji Thukul menggunakan berbagai
gaya bahasa, seperti metafora, pengulangan, antitesis, personifikasi, imbuhan, repetisi, dan aliterasi,
untuk menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan bersemangat. Puisi ini
menyampaikan aspirasi dan semangat perjuangan dalam mencari keadilan dan kemerdekaan, serta
menentang segala bentuk penindasan dan tirani.

4. Penutup
Dalam analisis gaya bahasa puisi "Bunga dan Tembok" karya Wiji Thukul dengan
pendekatan teori stilistika, dapat disimpulkan bahwa puisi ini menggunakan berbagai alat bahasa,
seperti metafora, pengulangan, antitesis, personifikasi, imbuhan, repetisi, dan aliterasi, untuk
mencapai efek sastra yang mendalam dan bersemangat. Penggunaan metafora "bunga" dan
"tembok" merepresentasikan konflik antara kelompok tertindas dan kelompok berkuasa.
Pengulangan "Seumpama bunga" dan "kami adalah bunga" menciptakan ritme yang memperkuat
tema bahwa kelompok tertindas diabaikan dan dianggap tidak dikehendaki. Personifikasi
"dirontokkan di bumi kami sendiri" memberikan emosi dan makna tambahan pada penderitaan
kelompok tertindas.

Imbuhan "kaukehendaki" dan "kau adalah" menambahkan penekanan emosi dalam


ekspresi. Repetisi "di dalam keyakinan kami, di mana pun – tiran harus tumbang!" memperkuat
pesan politis dan semangat perjuangan dalam melawan tirani dan mencari keadilan sosial.
Kesimpulan tersebut menegaskan bahwa analisis gaya bahasa dengan pendekatan teori stilistika
membantu memahami kekuatan dan keindahan puisi ini, serta menyampaikan pesan yang kuat
secara sastra dan politis.

References
● Faizum, Mochammad. “ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI ADA
TILGRAM TIBA SENJA KARYA W.S. RENDRA: KAJIAN STILISTIKA.” Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra, 2019, p. 16.
● Faizum, Mochammad. “ANALISIS GAYA BAHASA DALAM PUISI ADA
TILGRAM TIBA SENJA KARYA W.S. RENDRA: KAJIAN STILISTIKA.” Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra, 2019, p. 16.
● Khusnia, Putri Alvi. “GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5
MENARA KARYA AHMAD FUADI.” Skripsi, 2016, p. 9.

Untung Nurhidayat
ISSN 2964-2817 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi 5

Untung Nurhidayat

Anda mungkin juga menyukai