Anda di halaman 1dari 8

Volume 1 (1) September 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-11 1

KUMPULAN PUISI AKU INGIN JADI PELURU


KARYA WIJI THUKUL: TINJAUAN SEMIOTIK

THE POEM COLLECTION OF WIJI THUKUL’S AKU INGIN JADI PELURU:


SEMIOTIC REVIEW

Moh. Anas Irfan, Sunarti Mustamar, Sri Ningsih.


Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
moh.anasirfan@gmail.com

Abstrak

Puisi diciptakan penyair untuk seluruh lapisan masyarakat, dan di dalamnya terkandung peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa tersebut bersifat universal dan kompleks yang mencerminkan segala hal tentang
kehidupan manusia, termasuk di dalamnya menyangkut kehidupan rakyat dan penguasa. Kumpulan puisi Aku Ingin
Jadi Peluru karya Wiji Thukul merupakan puisi yang mengungkapkan realitas sosial rakyat dengan penguasa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur dan keterjalinan antarunsur struktur yang membangun kelima judul
puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru dengan menggunakan pendekatan semiotik. Metode
yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ditemukan analisis struktur meliputi tema,
diksi, dan bunyi yang menunjukkan adanya keterjalinan yang dapat membentuk makna yang utuh dalam kelima judul
puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru, dan analisis semiotik yang meliputi penggantian arti,
penyimpangan arti, dan penciptaan arti.

Kata kunci: puisi, realitas sosial, dan kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru.

Abstract
The poem is created by the poet for all of society, and inside of it contains of some events that happen in the society life.
The event can be universal and complex reflecting to everything about human life especially for people and the
authorities’ life. The poem collection of ”Aku Ingin Jadi Peluru” by Wiji Tukul is the poem that expresses the social
reality of people to the authorities. This aim of research is to know the element and the entanglement other elements to
create five titles of poem”Aku Ingin Jadi Peluru” using semiotic approach. The used method is the qualitative and
descriptive research method. The report of this research found the structure analysis such as theme, diction, sound to
show the entanglement that can make the whole meaning in five titles of poem which is in the poem collection of ”Aku
Ingin Jadi Peluru” and the semiotic analysis pervades the displacing of meaning, the distorting of meaning and the
creating of meaning.

Keywords: poetry, social reality, and a collection of poems Aku Ingin Jadi Peluru

Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat


Pendahuluan dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji
berdasarkan struktur-strukturnya karena puisi adalah
Puisi diciptakan oleh pengarang sebagai sarana untuk struktur yang tersusun dari bermacam-mcam unsur dan
mengekspresikan pengalaman batin dan untuk sarana kepuitisan (Pradopo, 1997:3). Unsur bahasa pada
berkomunikasi dengan penikmat. Menurut Pradopo puisi digunakan semaksimal mungkin dalam arti,
(1997:7) puisi merupakan rekaman dan interpretasi intensitas, irama, bunyi, dan kata.
pengalaman manusia yang penting dan oleh penyair Bahasa puisi berbeda dengan bahasa umum atau
digubah dalam wujud yang paling berkesan. Penggunaan bahasa sehari-hari. Menurut Riffaterre (1978:1) puisi
bahasa tertentu pada puisi dapat menunjukkan ciri khas mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung, yakni
penyair sehingga berbeda dengan karya sastra yang lain. menyatakan sesuatu hal dengan maksud sesuatu yang
lain. Menurut Pradopo (1997:123) puisi merupakan
sistem tanda, yang mempunyai satuan-satuan tanda
Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa 2013
Volume 1 (1) September 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-11 2

seperti kosakata dan bahasa kiasan. Puisi merupakan Warsini’, ‘Bunga dan Tembok’, serta ‘Kemarau’ karya
kumpulan dari sistem tanda yang digunakan oleh penyair Wiji Thukul; menganalisis puisi dengan kajian semiotik
untuk mengungkapkan perasaannya. Cara pengungkapan dengan melihat ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan
yang tidak langsung tersebut membuat puisi sulit dipahami heuristik, pembacaan hermeneutik, matriks, model, dan
oleh masyarakat awam. Oleh karena itu, dalam memahami varian, serta hipogram.
pesan dan makna yang terkandung dalam puisi tersebut
dengan terlebih dahulu berusaha memahami arti sistem Hasil dan Pembahasan
tanda yang digunakan oleh penyair.
Puisi diciptakan penyair untuk seluruh lapisan Langkah awal dalam sebuah penelitian karya
masyarakat, dan di dalam puisi tersebut terkandung sastra adalah dengan menggunakan analisis struktural.
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Analisis awal diarahkan pada keterjalinan antarunsur
masyarakat. Peristiwa tersebut bersifat universal dan struktur yang membangun kelima puisi yang terdapat
kompleks yang mencerminkan segala hal tentang dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji
kehidupan manusia, termasuk di dalamnya menyangkut Thukul. Kelima puisi tersebut adalah sebagai berikut.
kehidupan rakyat dan penguasa sehingga memunculkan
pemikiran peneliti untuk menyikapinya. A) ‘Nyanyaian Akar Rumput’
Kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji
Thukul dijadikan objek penelitian disebabkan kumpulan jalan raya dilebarkan
puisi tersebut mengungkapkan masalah realitas sosial kami terusir
rakyat dengan penguasa. Kumpulan puisi tersebut mendirikan kampung
merupakan perwujudan pengalaman hidup dan pola digusur
berpikir penyair yang dari waktu ke waktu mengalami kami pindah-pindah
perubahan karena situasi dan kondisi sosial pada masa menempel di tembok-tembok
pemerintahan Orde Baru. Berdasarkan hasil analisis dicabut
peneliti, Wiji Thukul telah mewakili penderitaan terbuang
kelompoknya yang tertindas dalam sebuah puisi.
Ketertindasan yang menimpa dirinya dan kelompoknya, kami rumput
mendorong Wiji Thukul melakukan perlawanan terhadap butuh tanah
pemerintahan Orde Baru yang semena-mena terhadap dengar!
rakyat. Puisi Wiji Thukul yang berjudul ‘Peringatan’, Ayo gabung ke kami
mengingatkan pemerintahan Orde Baru yang selalu Biar jadi mimpi buruk presiden!
membungkam kebebasan rakyat. Bahkan orang-orang yang (Thukul, 2004:9)
tidak sependapat dengan pemerintahan Orde Baru dilabeli
sebagai orang-orang yang subversif sehingga dapat B) ‘Kuburan Purwoloyo’
dipenjarakan. Hal tersebut melatarbelakangi peniliti untuk
mangkaji bentuk-bentuk protes sosial yang ada pada di sini terbaring
kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul. mbok Cip
Kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji yang mati di rumah
Thukul terdiri atas 140 judul puisi. Pada skripsi ini peneliti karena ke rumah sakit
membahas lima judul puisi yaitu ‘Nyanyian Akar Rumput’, tak ada biaya
‘Kuburan Purwoloyo’, ‘Ayolah Warsini’, ‘Bunga dan
Tembok’, serta ‘Kemarau’ dengan alasan adanya kedekatan di sini terbaring
tema, kesamaan karakteristik, banyaknya sistem tanda yang pak Pin
menyangkut ketidaklangsungan ekspresi (penggantian arti, yang mati terkejut
penyimpangan arti, dan penciptaan arti), pembacaan karena rumahnya digusur
heuristik, pembacaan hermeneutik, matriks atau kata kunci,
varian, dan model, serta hipogram. Penelitian ini bertujuan di tanah ini
untuk mengetahui unsur dan keterjalinan antarunsur terkubur orang-orang yang
struktur yang membangun kelima judul puisi yang terdapat sepanjang hidupnya memburuh
dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru dengan terhisap dan menanggung hutang
menggunakan pendekatan semiotik. di sini
Dalam penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan gali-gali
dalam menganalisis kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru tukang becak
karya Wiji Thukul meliputi: penentuan lima judul puisi orang-orang kampung
sebagai objek penelitian; mengklasifikasikan data; yang berjasa dalam Pemilu
menganalisis struktur puisi yang terdapat dalam puisi terbaring
‘Nyanyian Akar Rumput’, ‘Kuburan Purwoloyo’, ‘Ayolah dan keadilan masih hanya janji

Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa 2013


Volume 1 (1) September 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-11 3

di sini
kubaca kembali seumpama bunga
: sejarah kita belum berubah! kami adalah bunga yang
(Thukul, 2004:27) dirontokkan di bumi kami sendiri

C) ‘Ayolah Warsini’ jika kami bunga


engkau adalah tembok
Warsini! Warsini! tapi di tubuh tembok itu
apa kamu sudah pulang kerja Warsini telah kami sebar biji-biji
apa kamu tidak letih suatu saat kami akan tumbuh bersama
seharian berdiri di pabrik Warsini dengan keyakinan: engkau harus hancur!
ini sudah malam Warsini
apa celana dan kutangmu digeledah lagi dalam keyakinan kami
karena majikanmu curiga di manapun tirani harus tumbang!
kamu menyelipkan moto (Thukul, 2004:73)
ini malam minggu Warsini
berapa utangmu Minggu ini E) ‘Kemarau’
apa kamu bingung hendak membagi gaji ember kosong
apakah kamu masuk salon gentong melompong
potong rambut lagi baju jemuran
seng atap rumah
ayolah Warsini menyilaukan mata
kawan-kawan sudah datang
kita sudah berkumpul di sini bumi menguap
kita akan latihan sandiwara lagi blingsatan anjing
kau nanti jadi Mbok Bodong kucing kurap
si Joko biar jadi rentenirnya dan gelandangan
jangan malu Warsini berjingkat-jingkat
jangan takut dikatakan kemayu melewati restoran
kamu tak perlu minder dengan pekerjaanmu dan supermarket
sebab mas Yanto juga tidak sekolah Warsini yang mewah dan angkuh
ia pun cuma tukang pelitur
Mami juga tidak sekolah ada bau bensin
kerjanya cuma mbordir sapu tangan di rumah di parkiran mobil
Wahyuni juga tidak sekolah ada bau parfum
bapaknya tak kuat mbayar uang pangkal SMA setelah pintu dibanting
Partini? Ia pun penjahit pakaian jadi
di perusahaan konveksi milik tante Lili ada lalat hijau
mendengung
ayolah Warsini berputar-putar
ini malam Minggu Warsini di kotamu
kami menunggumu di sini mencari bangkai
kita akan latihan sandiwara lagi barangkali
(Thukul, 2004:68) itu dirimu
atau diriku
D) ‘Bunga dan Tembok’
seumpama bunga siapa tahu
kami adalah bunga yang tak kita telah membusuk
kaukehendaki tumbuh diam-diam
engkau lebih suka membangun (Thukul, 2004:159)
rumah dan merampas tanah
Analisis Struktural
seumpama bunga Analisis struktural meliputi tema, diksi, dan bunyi
kami adalah bunga yang tak yang menunjukkan adanya keterjalinan yang dapat
kaukehendaki adanya membentuk makna yang utuh. Pada puisi berjudul
engkau lebih suka membangun ‘Nyanyian Akar Rumput’, ‘Kuburan Purwoloyo’,
jalan raya dan pagar besi

Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa 2013


Volume 1 (1) September 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-11 4

‘Ayolah Warsini’, ‘Bunga dan Tembok’, serta ‘Kemarau’ Ketimpangan sosial antara rakyat dan
dapat disusun ke dalam bentuk tabel berikut ini. Tema
penguasa
Analisis Struktur puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ Dominan dengan penggunaan kata-kata
Diksi
denotatif dan konotatif
Protes rakyat kecil dalam menghadapi Menggunakan kombinasi bunyi kakafoni,
Tema proses penggusuran yang dilakukan oleh Bunyi efoni, sajak awal, sajak tengah, sajak
penguasa akhir, asonansi, dan aliterasi
Menggunakan kata-kata yang bermakna
Diksi Analisis struktural pada puisi ‘Nyanyian Akar
denotatif dan konotatif
Rumput’ dibatasi pada tiga struktur yaitu: tema, diksi,
Menggunakan kombinasi bunyi, efoni, dan bunyi. Tema yang terdapat dalam puisi ‘Nyanyian
Bunyi kakafoni, sajak awal, sajak dalam, sajak Akar Rumput’ adalah protes rakyat kecil dalam
akhir, asonansi, dan aliterasi menghadapi proses penggusuran yang dilakukan oleh
penguasa. Diksi yang terdapat dalam puisi ‘Nyanyian
Analisis struktur puisi ‘Kuburan Purwoloyo’ Akar Rumput’ menggunakan kata-kata yang bermakna
denotatif dan konotatif, kata-kata tersebut dipadu
Tema Kritik rakyat kecil terhadap penguasa dengan penggunaan gaya bahasa dan bahasa jawa yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dominan dengan penggunaan kata-kata Pemakaian kosa kata sehari-hari tersebut menunjukkan
Diksi
bermakna konotatif kesan bahwa isi puisi tersebut diangkat dari lingkungan
Menggunakan kombinasi bunyi kehidupan nyata. Bunyi yang terdapat dalam puisi
Bunyi kakafoni, sajak awal, sajak dalam, sajak ‘Nyanyian Akar Rumput’ menggunakan kombinasi
akhir, asonansi, dan aliterasi bunyi, efoni, kakafoni, sajak awal, sajak dalam, sajak
akhir, asonansi, dan aliterasi. Bunyi-bunyi tersebut
Analisis struktur puisi ‘Ayolah Warsini’ berfungsi untuk menciptakan suasana keterlantaran,
semangat, penegasan, sendu penuh derita, kekejaman,
dan suasana tragis.
Tema Ajakan terhadap rakyat kecil (kaum buruh) Analisis struktur puisi ‘Kuburan Purwoloyo’
yang diwakili oleh sosok Warsini untuk dibatasi tiga struktur yaitu tema, diksi, dan bunyi. Tema
tidak putus asa dan terus berjuang bersama yang terdapat dalam puisi ‘Kuburan Purwoloyo’ adalah
dengan teman-teman senasibnya kritik rakyat kecil terhadap penguasa. Diksi yang
Dominan dengan penggunaan kata-kata digunakan pada puisi ‘Kuburan Purwoloyo’ didominasi
Diksi dengan penggunaan kata-kata bermakna konotatif.
bermakna konotatif
Bunyi yang digunakan dalam puisi ‘Kuburan
Menggunakan kombinasi bunyi kakafoni,
Purwoloyo’ yaitu bunyi kakafoni, sajak awal, sajak
Bunyi efoni, sajak awal, sajak tengah, sajak
dalam, sajak akhir, asonansi, dan aliterasi. Perpaduan
akhir, asonansi, aliterasi, dan anafora
bunyi tersebut menciptakan suasana menakutkan,
menyeramkan, keputusasaan, dan ketertekanan.
Analisis struktur puisi ‘Bunga dan Tembok’ Analisis struktur pada puisi ‘Ayolah Warsini’
meliputi tema, diksi, dan bunyi. Tema puisi ‘Ayolah
Keberpihakan penguasa pada kapitalis Warsini’ adalah ajakan terhadap rakyat kecil (kaum
(pemodal yang mencari keuntungan buruh) yang diwakili oleh sosok Warsini untuk tidak
pribadi) lebih besar dibandingkan dengan putus asa dan terus berjuang bersama dengan teman-
Tema teman senasibnya. Diksi dalam puisi ‘Ayolah Warsini’
rakyat kecil (kaum buruh), yang membuat
rakyat (kaum buruh) melakukan didominasi oleh kata-kata yang bermakna konotatif.
perlawanan Bunyi dalam puisi ‘Ayolah Warsini’ meliputi bunyi
kakafoni, efoni, sajak awal, sajak tengah, sajak akhir,
Dominan dengan penggunaan kata-kata
Diksi asonansi, aliterasi, dan anafora. Bunyi-bunyi tersebut
bermakna konotatif
menciptakan suasana kemiskinan, penderitaan,
Menggunakan kombinasi bunyi kakafoni, ketertekanan, dan keputusasaan. Namun terdapat bunyi
Bunyi efoni, sajak awal, sajak tengah, sajak efoni yang menciptakan suasana penuh semangat.
dalam, sajak akhir, asonansi, dan aliterasi Analisis struktur pada puisi ‘Bunga dan Tembok’
dibatasi tiga unsur yaitu: tema, diksi, dan bunyi. Tema
Analisis struktur puisi ‘Kemarau’ dalam puisi ‘Bunga dan Tembok’ adalah keberpihakan
penguasa pada kapitalis (pemodal yang mencari
keuntungan pribadi) lebih besar dibandingkan dengan
Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa 2013
Volume 1 (1) September 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-11 5

rakyat kecil (kaum buruh), yang membuat rakyat (kaum varian-varian berupa baris-baris yang menyebar ke
buruh) melakukan perlawanan. Diksi dalam puisi ‘Bunga seluruh bait. Adapun varian yang pertama yaitu kami
dan Tembok’ didominasi dengan kata-kata yang bermakna terusir, varian kedua mendirikan kampung, varian ketiga
konotatif. Bunyi dalam puisi ‘Bunga dan Tembok’ kami pindah-pindah, varian keempat kami rumput,
menggunakan bunyi kakafoni, efoni, sajak awal, sajak varian kelima butuh tanah, dan varian keenam ayo
tengah, sajak dalam, sajak akhir, asonansi, dan aliterasi. gabung ke kami.
Bunyi-bunyi tersebut menciptakan suasana kekejaman, Puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ berhipogram
ketidakharonisan antara rakyat (kaum buruh) dengan dengan situasi yang terjadi pada pemerintahan Orde
penguasa, dan adanya semangat untuk bangkit. Baru. Puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ mengungkapkan
Analisis struktur puisi ‘Kemarau’ dibatasi pada tiga kegetiran hidup yang dialami oleh penyair pada masa
struktur yaitu tema, diksi, dan bunyi. Tema yang terdapat pemerintahan Orde Baru.
dalam puisi ‘Kemarau’ adalah ketimpangan sosial antara Analisis semiotik pada puisi ‘Kuburan
rakyat dan penguasa. Diksi yang digunakan pada puisi Purwoloyo’ terdiri atas empat bagian yaitu:
tersebut didominasi dengan penggunaan kata-kata denotatif ketidaklangsungan ekspresi meliputi penggantian arti
dan konotatif. Bunyi yang digunakan dalam puisi (displacing of meaning). Penggantian arti pada puisi
‘Kemarau’ yaitu bunyi kakafoni, efoni, sajak awal, sajak ‘Kuburan Purwoloyo’ didominasi dengan penggunaan
tengah, sajak akhir, asonansi, dan aliterasi. Perpaduan majas sinekdoke, metonimi, metafora, dan hiperbola.
bunyi-bunyi tersebut menciptakan suasana kemiskinan, Penyimpangan arti dalam puisi ‘Kuburan Purwoloyo’
mengerikan, dan kesenjangan sosial. didominasi dengan penggunaan ambiguitas dan ironi.
Penciptaan arti dalam puisi ‘Kuburan Purwoloyo’ lebih
Analisis Semiotik banyak menggunakan enjambment, namun terdapat pula
Teori semiotik yang digunakan untuk menganalisis penggunaan tanda baca berupa tanda seru (!) dan tanda
kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul titik dua (:).
yaitu teori semiotik menurut Michael Riffaterre. Di dalam Pembacaan heuristik merupakan pembacaan
teori tersebut Riffaterre mengemukakan empat hal pokok semiotik tingkat pertama yang berdasarkan konvensi
dalam memproduksi makna puisi meliputi bahasa. Pembacaan heuristik pada puisi ‘Kuburan
ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan heuristik dan Purwoloyo’ menggunakan konvensi bahasa Indonesia
hermeneutik, matriks atau kata kunci, model, varian, dan dan bahasa jawa. Pembacaan hermeneutik dalam puisi
hipogram. Analisis semiotik kelima puisi dalam kumpulan ‘Kuburan Purwolo’ yakni, mengemukakan tentang
puisi Aku Ingin Jadi Peluru berturut-turut sebagai berikut. kesengsaraan rakyat kecil (kaum buruh) dan kritik
Analisis semiotik puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ terhadap pemerintah.
karya Wiji Thukul terdiri atas empat bagian yaitu: (1) Setelah dilakukan pembacaan heuristik dan
ketidaklangsungan ekspresi; (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik, maka langkah selanjutnya untuk
hermeneutik; (3) matriks, model dan varian; serta (4) memperoleh makna puisi yang utuh dicari matriks,
hipogram. Ketidaklangsungan ekspresi meliputi model, dan varian-variannya. Matriks puisi ‘Kuburan
penggantian arti (dislacing of meaning). Penggantian arti Purwoloyo’ yaitu kuburan kode yang ekuivalen dengan
pada puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ didominasi dengan kata di sini terbaring dan tanah ini. Model kuburan
penggunaan gaya bahasa personifikasi, metafora, dan diperluas ke dalam bentuk varian-varian yang menyebar
sinekdoke. Penyimpangan arti (distorting of meaning) puisi ke seluruh bait. Varian pertama berbunyi yang mati
‘Nyanyian Akar Rumput’ didominasi dengan enjambment dirumah, varian kedua yang mati terkejut, varian ketiga
yang berfungsi menonjolkan makna dan menimbulkan efek terkubur orang-orang sepanjang hidupnya memburuh,
kepuitisan. varian keempat terbaring dan keadilan masih hanya
Pembacaan heuristik merupakan pembacaan semiotik janji, dan varian kelima kubaca kembali: sejarah berlum
tingkat pertama yang berdasarkan konvensi bahasa. berubah!.
Pembacaan heuristik pada puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ Puisi ‘Kuburan Purwoloyo’ berhipogram dengan
menggunakan konvensi Bahasa Indonesia. Pembacaan lokasi Kuburan Purwoloyo. Puisi ‘Kuburan Purwoloyo’
Hermeneutik puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ yakni, mengungkapkan tentang tempat pemakaman bagi kaum
mengangkat permasalahan rakyat kecil yang diwakili oleh buruh, dan orang-orang miskin pada masa pemerintahan
kaum buruh, yang diperlakukan sewenang-wenang oleh Orde Baru.
penguasa. Analisis semiotik dalam puisi ‘Ayolah Warsini’
Setelah pembacaan heuristik dan hermeneutik, untuk terdiri atas empat bagian. Bagian yang pertama yaitu
memperoleh makna puisi yang utuh dicari matriks, model, ketidaklangsungan ekspresi yang meliputi penggantian
dan variannya. Matriks atau kata kunci dalam puisi arti (displacingof meaning). Penggantian arti dalam
‘Nyanyian Akar Rumput’ yaitu jalan raya dilebarkan. puisi ‘Ayolah Warsini’ didominasi dengan penggunaan
Konsep yang ekuivalen dengan Jalan raya dilebarkan majas metafora, sinekdoke, dan metonimia.
adalah kami terusir, digusur, menepel di tembok-tembok, Penyimpangan arti (displacing of meaning) ‘Ayolah
dicabut, dan terbuang. Kemudian diperluas ke dalam bentuk Warsini’ di dominasi dengan ambiguitas, meskipun

Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa 2013


Volume 1 (1) September 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-11 6

kontradiksi digunakan akan tetapi pada puisi tersebut hanya bentuk varian-varian yang menyebar ke seluruh bait.
satu bait yang menggunakannya. Penciptaan arti (creating Varian yang pertama berbunyi kami adalah bunga yang
of meaning) dalam puisi ‘Ayolah Warsini’ lebih banyak tak / kaukehendaki tumbuh, varian yang kedua engkau
menggunakan enjambment, namun terdapat pula lebih suka membangun / rumah dan merampas tanah,
penggunaan tanda seru (!) dan tanda tanya (?). varian ketiga berbunyi dirontokkan di bumi kami
Pembacaan heuristik merupakan pembacaan semiotik sendiri, dan varian keempat telah kami sebar biji-biji.
tingkat pertama yang berdasarkan konvensi bahasa. Puisi ‘Bunga dan Tembok’ berhipogram dengan
Pembacaan heuristik pada puisi ‘Ayolah Warsini’ kesenjangan antara rakyat (kaum buruh) dengan
menggunakan konvensi bahasa Indonesia. Pembacaan penguasa yang berujung pada perseteruan antara rakyat
hermeneutik pada puisi ‘Ayolah Warsini’ yakni ajakan dengan penguasa pada masa pemerintahan Orde Baru.
terhadap rakyat kecil (kaum buruh) untuk bangkit dari Analisis semiotik puisi ‘Kemaru’ terdiri atas
keterpurukan. empat bagian. Bagian pertama yaitu: ketidaklangsungan
Setelah dilakuakn pembacaan heuristik dan ekspresi yang meliputi penggantian arti (displacing of
hermeneutik, maka langkah selanjutnya untuk memperoleh meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning),
makna puisi yang utuh dicari matriks, model, dan varian- dan penciptaan arti (creating of meaning).
varianya. Matriks dalam puisi ‘Ayolah Warsini’ adalah Penciptaan arti (displacing of meaning) pada puisi
ayolah warsini. Kode yang ekuivalen dengan kata kita akan ‘Kemarau’ meliputi penggunaan majas metafora,
latihan sandiwara lagi, jangan malu Warsini, jangan takut hiperbola, dan personifikasi. Penyimpangan arti
dikatakan kemayu, dan kamu tidak perlu minder dengan (distorting of meaning) pada puisi ‘Kemarau’
pekerjaanmu. Model ayolah Warsini diperluas ke dalam didominasi dengan penggunaan ambiguitas dan ironi.
bentuk varian-varian yang menyebar ke seluruh bait. Varian Penciptaan arti (creating of meaning) puisi ‘Kemarau’
yang pertama berbunyi seharian bekerja di pabrik, varian lebih banyak menggunakan enjambment yang berfungsi
kedua berbunyi kamu menyelipkan moto, varian ketiga untuk penekanan makna dan menciptakan efek
berbunyi kamu nanti jadi Mbok Bodong, dan varian kelima kepuitisan.
berbunyi kita akan latihan sandiwara lagi. Pembacaan heuristik merupakan pembacaan
Puisi ‘Ayolah Warsini’ berhipogram dengan proses semiotik tingkat pertama yang berdasarkan konvensi
ekspolitasi kaum buruh yang diwakili oleh sosok Warsini. bahasa. Pembacaan heuristik pada puisi ‘Kemarau’
Sosok Warsini dianggap sebagai korban atas proses menggunakan konvensi bahasa Indonesia. Pembacaan
industrialisasi yang digalakkan di Indonesia pada masa hermeneutik pada puisi ‘Kemarau’ yaitu
pemerintahan Orde Baru. mengungkapkan kesenjangan ekonomi antara penguasa
Analisis semiotik puisi ‘Bunga dan Tembok’ karya dan rakyat. Kesenjangan tersebut mengakibatkan
Wiji Thukul terdiri atas empat bagian yaitu: kesengsaraan dan ketertindasan yang dialami oleh
ketidaklangsungan ekspresi yang meliputi penggantian arti rakyat kecil (kaum buruh). Langkah selanjutnya untuk
(displacing of meaning). Penggantian arti dalam puisi memperoleh makna puisi yang utuh dicari matriks,
‘Bunga dan Tembok’ didominasi dengan penggunaan majas model dan varian-variannya. Matriks puisi ‘Kemarau’
metafora dan sinekdoke. Penyimpangan arti (distorting of terletak pada frasa bumi menguap. Matriks
meaning) dalam puisi ‘Bunga dan Tembok’ dominan diaktualisasikan melalui model. Matriks dalam puisi
menggunakan ambiguitas dan ironi. Namun ada pula ‘Kemarau’ adalah kata bangkai. Model yang terdapat
penggunaan majas sinisme dan sarkasme pada puisi pada puisi ‘Kemarau’ adalah kata kemarau yang
tersebut. Penciptaan arti (creating of meaning) puisi ‘Bunga mengandung makna penderitaan rakyat kecil
dan Tembok’ didominasi penggunaan enjambment, namun menghadapi kesenjangan sosial dengan para penguasa.
terdapat pula penggunaan tanda baca tanda titik dua (:) dan Konsep yang ekuivalen dengan ‘Kemarau’ membentuk
tanda seru (!). varian-varian yang menyebar keseluruh bait. Adapun
Pembacaan heuristik merupakan pembacaan semiotik varian pertama yaitu ember kosong; varian kedua
tingkat pertama yang berdasarkan konvensi bahasa. gentong melompong; varian ketiga ada lalat hijau; dan
Pembacaan heuristik pada puisi ‘Bunga dan Tembok’ varian keempat kita telah membusuk / diam-diam.
menggunakan konvensi bahasa Indonesia. Pembacaan Puisi ‘Kemarau’ berhipogram dengan kenyataan
hermenutik pada puisi ‘Bunga dan Tembok’ yakni yang terjadi semasa pemerintahan Orde Baru berkuasa.
mengungkapkan tentang perasaan penyair atas penindasan Kenyataan tersebut merupakan refleksi penyair terhadap
yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Langkah terhadap kesenjangan sosial yang terjadi antara rakyat
selanjutnya untuk memperoleh makna puisi yang utuh dan penguasa.
dicari matriks, model dan varian-variannya. Matriks puisi
‘Bunga dan Tembok’ adalah bunga dan tembok kode Kesimpulan
ekuivalen dengan kata tak kaukehendaki tumbuh,
membangun rumah dan merampas tanah, tak kaukehendaki Berdasarkan analisis struktural dan analisis
adanya, jalan raya dan pagar besi, dirontokkan, biji-biji, dan semiotik terhadap kumpulan puisi “Aku Ingin Jadi
harus hancur. Model bunga dan tembok diperluas ke dalam Peluru” karya Wiji Thukul yang terdiri atas lima puisi

Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa 2013


Volume 1 (1) September 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-11 7

yaitu puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’, puisi ‘Kuburan Kelima judul puisi dalam kumpulan puisi Aku
Purwoloyo’, puisi ‘Ayolah Warsini’, puisi ‘Bunga dan Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul merupakan puisi
Tembok’, dan puisi ‘Kemarau’ peneliti menyimpulkan yang diangakat dari realitas kehidupan pada masa
sebagai berikut. Analisis struktural pada kelima puisi yang pemerintaha Orde Baru yang sedang menggalakan
terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru program pembangunan yang mengakibatkan
meliputi tiga unsur struktur yaitu: tema, diksi, dan bunyi. penggusuran, kematian, perburuhan, sehingga
Setelah menemukan unsur struktur, dilanjutkan memunculkan dendam rakyat terhadap penguasa, serta
dengan analisis semiotik. Berdasarkan analisis semiotik muncul kesenjangan sosial yang terjadi antara rakyat
ditemukan ketidaklangsungan ekspresi yang meliputi dan penguasa.
penggunaan arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti.
Penggantian arti pada puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ Daftar Pustaka
menggunakan majas personifikasi, metafora, dan sinekdoke
pars pro toto. Penggantian arti pada Puisi ‘Kuburan Anoegrajekti, Novi. 2006. Telaah Puisi II. Departemen
Purwoloyo’ menggunakan majas sinekdoke pars pro toto, Pendidikan Nasional Universitas Jember.
metonimia, hiperbola, dan metafora. Penggantian arti pada
puisi ‘Ayolah Warsini’ menggunakan majas metafora dan Arikunto, Suharsini. 1989. Prosedur Penelitian Suatu
sinekdoke pars pro toto. Penggantian arti pada puisi ‘Bunga Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina Aksara.
dan Tembok’ menggunakan majas metafora dan sinekdoke Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:
totem pro parte. Penggantian arti pada puisi ‘Kemarau’ Gramedia.
menggunakan majas metafora, hiperbola, dan personifikasi.
Penyimpangan arti kelima judul puisi tersebut Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra: Prosa, Puisi,
menggunakan ambiguitas. Penciptaan arti pada kelima puisi Drama. Jember: UNEJ Press.
tersebut menggunakan enjambment. Secara heuristik kelima Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi.
puisi tersebut menggunakan konvensi bahasa Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pembacaan hermeneutik kelima puisi tersebut
mengungkapkan protes sosial rakyat kecil terhadap Pradopo, Rahmat Djoko.1997. Prinsip-Prinsip Kritik
penguasa pada masa pemerintahan Orde Baru. Matriks Sastra: Teori dan Penerapannya. Yogyakarta:
puisi ‘Nyanyian Akar Rumput’ terdapat pada frasa Gadjah Mada University Press.
“nyanyian akar rumput” yang kemudian dikembangkan ke Pradopo, Rahmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi.
dalam model frasa “akar rumput”. Frasa tersebut diperluas Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
dalam bentuk varian-varian, yaitu: (1) kami terusir; (2)
mendirikan kampung; (3) kami pindah-pindah; (4) kami Pradopo, Rahmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra,
rumput; (5) butuh tanah; dan (6) ayo gabung ke kami. Metode Kritik, dan Penerapannya: Yogyakarta:
Matriks puisi ‘Kuburan Purwoloyo’ terdapat pada frasa Pustaka Pelajar.
“kuburan purwoloyo” yang dikembangkan ke dalam model Riffaterre, Michael. 1999. Semiotics of Poetry.
kata “kuburan”. Kata tersebut diperluas dalam bentuk Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah
varian-varian, yaitu: (1) yang mati di rumah; (2) yang mati Mada.
terkejut; (3) sepanjang hidupnya memburuh; (4) dan
keadilan masih saja hanya janji; dan (5):sejarah belum Sugono, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia
berubah. Matriks puisi ‘Ayolah Warsini’ terdapat pada frasa (KBBI). Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia
“ayolah Warsini” yang dikembangkan ke dalam model kata Pustaka Utama
“Warsini”. Kata tersebut diperluas dalam bentuk varian- Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:
varian, yaitu: (1) seharian berdiri di pabrik; (2) kamu Gramedia.
menyelipkan moto; (3) potong rambut lagi; (4) kamu nanti
jadi Mbok Bodong; dan (5) kita akan latihan sandiwara Sungkowati, Yulitin. 2009. Sastra dan Kritik Sosial.
lagi. Matriks puisi ‘Bunga dan Tembok’ terdapat pada frasa Yogyakarta: Elmatera Publishing.
“bunga dan tembok” yang dikembangkan ke dalam model Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar
kata “bunga”. Kata tersebut diperluas dalam bentuk varian- Sastra. Bandung: Angkasa.
varian, yaitu: (1) kami adalah bunga / yang tak
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra
kaukehendaki adanya; (2) engkau lebih suka membangun /
(Pengantar Teori Sastra). Jakarta: Gramedia
rumah dan merampas tanah; (3) dirontokkan di bumi kami
sendiri; dan (4) telah kami sebar biji-biji. Matriks puisi Thukul, Wiji. 2004. Aku Ingin Jadi Peluru. Magelang:
‘Kemarau’ terdapat pada kata “kemarau” kemudian Indonesia Tera.
dikembangkan dalam model kata “bangkai”. Kata tersebut
Universitas Jember. 2011. Pedoman Penulisan Karya
diperluas dalam bentuk varian-varian, yaitu: (1) ember
Ilmiah Universitas Jember. Jember: Jember
kosong; (2) gentong melompong; (3) ada lalat hijau; (4) kita
University Press.
telah membusuk diam-diam.

Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa 2013


Volume 1 (1) September 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-11 8

Waluyo, J. Herman.1991. Teori dan Apresiasi Puisi.


Jakarta: Erlangga.
Projatmika. 2005. “Analisis Struktural dan Pesan Moral
Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru.” Karya
Wiji Thukul. Universitas Negeri Surakarta.
http://unsla.uns.ac.id/?
modul=22&act=detail&idbib=P1046&judul=Anali
sis%20struktur%20dan%20pesan%20moral
%20kumpulan%20puisi%20Aku%20ingin%20jadi
%20peluru%20Karya%20Wiji%20Thukul: [2
September 2012].

Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa 2013

Anda mungkin juga menyukai