Anda di halaman 1dari 56

Sebuku

Seni Meratap di Gayo


L.K. A R A

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

;NI M E R A T A P DI G A Y O

PPS/Gy/2/78
Mllik Dep. P dan K
Tidak diperdagangkan

SEBUKU
Seni Meratap di Gayo

Dikumpulkan oleh

L.K. A R A

DEPARTEMEN PENDIDIKAN D A N K E B U D A Y A A N
PROYEK PENERBITAN B U K U B A C A A N D A N SASTRA
INDONESIA D A N D A E R A H
Jakarta 1979

KATA PENGANTAR
Bahagialah kita, bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap
daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karyakarya sastra lama, yang pada hakikatnya adalah cagar budaya
nasional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan ilmu, di segala bidang.
Karya sastra lama akan dapat memberikan khazanah ilmu
pengetahuan yang beraneka macam ragamnya. Dan penggalian karya sastra lama, yang tersebar di daerah-daerah ini, akan
menghasilkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi
pula pandangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan
tinggi nilainya. Modal semacam ini, yang tersimpan dalam karya-karya sastra daerah, akhirnya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya.
Pemeliharaan, pembinaan, dan penggalian sastra daerah jelas
akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan pada khususnya.
Saling pengertian antar daerah, yang sangat besar artinya
bagi pemeharaan kerukunan hidup antar suku dan agama, akan
dapat tercipta pula, bila sastra-sastra daerah, yang termuat dalam
karya-karya sastra lama itu, diterjemahkan atau diungkapkan
dalam bahasa Indonesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra-sastra daerah
tersebut. Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari dalamnya tidak hanya berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan juga akan dapat menjelma menjadi
sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra dunia.
5

Sejalan dan seirama dengan pertimbangan tersebut di atas,


kami sajikan pada kesempatan ini suatu karya sastra Daerah
Istimewa Aceh, dengan harapan semoga dapat menjadi pengisi
dan pelengkap dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat kita terhadap karya sastra, yang masih dirasa
sangat terbatas.
Jakarta, 1979
Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra
Indonesia dan Daerah

ISI
Pengantar

1. Sebuku
2. Sebuku Man Penan (Anak)

U
..

17

3. Sebuku (Ine)

21

4.

25

Sebuku (Anak)

5. Sebuku (Ine)

29

6. Sebuku (Anak)

31

7.

Sebuku (Ine)

32

8. Sebuku (Inen Majak ku Pong-ponge)

33

9.

34

Sebuku (Anak)

10. Sebuku (Ine)

37

11. Sebuku (Anak)

38

12. Sebuku (Mah Kero)

40

'3.

43

Sebuku Memanas

14. Sebuku jema Gere Manak

45

15. Sebuku Mate

47

PENGANTAR
Naskah Sebuku ini merupakan kumpulan sebuku (ratap tangis), pertama diterbitkan dalam bentuk stensil pada tahun 1972,
oleh Dokumentasi L . K . Ara.
Isinya memperlihatkan jenis sebuku perkawinan dan sebuku
kematian. Contoh-contoh sebuku perkawinan memperlihatkan
ratap tangis dari anak (pengantin) kepada sang ibu dan dari
ibu kepada anak. Ada pula ratap tangis anak kepada ayah. Sedangkan ratap tangis dari ayah ke anak tidak ada.
Ratap tangis
pengantin kepada sahabat-sahabatnya diperlihatkan di sini. Ratap tangis jenis terakhir ini ditampilkan karena ia akan meninggalkan sahabat-sahabatnya dan ikut suami.
Prosa liris sebuku dalam naskah ini dikumpulkan dari berbagai fihak. Ada dari majalah Renggali (majalah khusus memuat kebudayaan Gayo), ada pula dari teks sandiwara radio berbahasa Gayo karangan A . R . Hakim. Prosa liris sebuku ini ada
pula yang disalin dari rekaman yang disebukukan (dituturkan)
oleh Ine Reje Dagang (65 th) dan Ine Inen Mudebale (60 th).
Dan sebuah uraian tentang sebuku itu sendiri ditulis oleh M . J .
Melalatoa yang dipetik dari majalah Bina Pancasila terbitan P N
Balai Pustaka.
Sebagai salah satu bentuk kesenian Gayo yang dapat dianggap tertua, Sebuku sudah selayaknya mendapat perhatian.
Selain ia bisa memperlihatkan keindahan irama pada bahasa yang digunakan, juga dapat mengguratkan betapa dekatnya
penciptanya dengan alam sekitar. Alam secara murni terungkap dalam Sebuku dengan bagusnya.
Contoh Sebuku dalam kumpulan ini baru sebagian kecil saja.
Tapi hal-hal yang pokok yang biasanya digunakan dalam Sebuku agaknya memadai jugalah.
Dengan terbitnya buku kecil ini sudah pula kita berusaha

menyelamatkan hasil sastra Gayo yang bernama Sebuku dari


kepunahannya. Betapa tidak karena akhir-akhir ini pengantin
yang bisa bersebuku dengan baik bisa dihitung dengan jari. Bahkan beberapa pengantin yang melangsungkan perkawinannya
pada tahun 1979 sudah tidak bersebuku lagi.
Semoga buku kecil ini merangsang peminat sastra Gayo untuk mencipta, mengumpul, dan meneliti sastra daerah itu.

10

SEBUKU
Berdeklamasi dengan Tangisan
Kata sebuku yang kita jumpai dalam bahasa Gayo kira-kira
berarti ratap atau ratapan. Bersebuku artinya meratap, atau
lebih jelasnya menangis dengan ratapan dalam mengungkapkan rasa haru. Bersebuku ini terjadi pada saat adanya kematian
dan dalam upacara perkawinan. Kedua peristiwa ini mengandung unsur perpisahan, yaitu antara simati dengan yang masih
hidup, antara seorang yang pergi (karena kawin, dalam hal ini
seorang gadis mengikuti suaminya patrilokal) dan yang ditinggal. Dalam kedua peristiwa ini sebuku itu selalu dilakukan
oleh kaum wanita dan sangat luculah kalau seorang laki-laki
yang melakukannya. Pantanglah menangis bagi seorang lakilaki, apalagi bercengeng-cengeng dengan ratapan. Sebaliknya
sangat menariklah bila didendangkan oleh
seorang wanita, terlebih dengan suara empuk dan lagu yang merdu.
Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah sebuku dalam
rangka upacara perkawinan. Dalam upacara ini sang pengantin
wanita, pada suatu malam tertentu diwajibkan bersebuku ditengah-tengah para tamu, meratapi seorang demi seorang. Ibunya sendiri, ayahnya, saudara-saudara ayah, dan ibunya, para
sahabat karibnya, dan sebagainya secara bergilir. Pada kesempatan inilah yang merupakan yang terakhir baginya, untuk mencurahkan perasaannya sehabis-habisnya kepada seseorang di
hadapan umum. Ia boleh menangis berjam-jam di hadapan simpuh seseorang, ia boleh meratap sepuas-puasnya. Memang dalam tangisannya ia berusaha menggugah perasaan orang yang
dihadapinya, sesuai dengan apa yang sedang dirasakannya.
Jadi samalah dengan seseorang yang sedang berdeklamasi
dalam rangka pengungkapan perasaan yang tersirat didalam
sajak, syair, pantun (puisi) yang sedang dibawakannya. Istimewanya dalam bersebuku ini, ia bertindak sebagai deklamator
11

dengan lagunya sendiri, sekaligus sebagai penyair yang mencipta pada saat itu juga.
Berbicara tentang tema sebuku ini, maka siapakah memang
yang tak terharu biru pada saat harus berpisah dengan orangorang yang dikasihi dan mengasibi diri kita, dengan para karib
yang sebantal tidur, terlebih dengan masa remaja yang tak akan
pernah berulang kembali untuk seumur hidup.
Sebuku Adalah Puisi
Menyebukukan perasaan-perasaan itu dalam prakteknya tidaklah akan dilakukan dengan sembarangan atau sembrono
saja. Seseorang akan menjelmakan dirinya menjadi seorang penyair yang baik pada saat itu, sehingga perasaan yang menyesakkan dadanya akan meneruskan bait-bait di dalam rangkaian kata-kata yang puitis.
Sangat terhukumlah perasaan seorang pengantin wanita di
tengah-tengah khalayak ramai, apabila ia hanya menyodorkan
kekakuan 'deklamasi'nya dan kementahan puisinya. Tapi entah karena terus berlatih pada masa remaja seseorang karena
dorongan resam ini, atau karena sudah menjadi naluri bagi gadis-gadis Gayo, sehingga sampai pada saat yang diperlukan biasanya menunjukkan kemampuannya.
Pada saat ini telah disediakan segala bekalku berangkat. Mulai saat ini nasi ibu 'kan menjadi dingin karena telah berkurang
orang yang memakannya. Demikian sayur ibu 'kan
menjadi
basi dengan kepergianku Kepergianku ini janganlah ibu harapkan lagi untuk kembali. Lantai ini tak mungkin kuinjak lagi,
pintu ini tak 'kan kuketuk dan terbuka buatku, karena diriku
telah terhalau dari rumah ini.
Ratapan ini dengan rasa pedih ditelan oleh sang ibu. Sesungguhnya seorang ibu tidaklah pernah bermaksud mengusir anaknya sendiri. Tapi demikianlah seolah-olah yang dirasakan oleh
anaknya ini dimaklumi oleh ibunya.
Semua ini tidaklah kubuat-buat
12

dan

tidak

kuada-adakan,

anakku, demikian jawaban ibunya. Karena sudah menjadi hukum di dalam hidup itu sendiri, sudah demikian kehendak Yang
Mahakuasa. Memang akan berubah dunia yang kau hadapi, sudah
lain orang yang kaurawat. Bapakmu bukan lagi bapak yang sekarang, rumah bukan lagi rumah yang biasa, pandai-pandailah engkau meniti buih agar selamat ke seberang. Bijaksanalah mengambil hati orang. Hati-hati pulalah menempuh semak belukar hidup
dan kehidupan itu.
Pandai-pandailah engkau membawa diri di tempat yang baru.
Jagalah nama baik keluarga yang ditinggalkan, agar orang tidak mengaji dan mencaci untungku yang sakit ini.
Kepada ayahnya pun ia menghadap dengan tangisnya. Dikadukannya pula segala isi hatinya dengan kerendahan hati. Ia
pamit karena akan menghadapi hidup baru dengan segala masalahnya yang berat dan rumit.
Dengan keberangkatanku ini semoga ayah tidak repot lagi.
Beban ayah akan jauh menjadi kurang, pikiran ayah akan lebih
senggang dan lega. Tidur menjadi nyenyak pulas dan makan
ayah pun menjadi lahap kembali.
Dan dalam tekuk lututnya di hadapan sila ayahnya, ia seolah
bertanya kepada dirinya.
Aduh, pandaikah nanti hamba mengikuti tata cara di rumah
orang. Tidakkah nanti kaku dan canggung menghadapinya. Untuk mana ia ingin mendapat petuah dan gembiengan dari ayahnya. Pikiran ini terungkap dalam puisi berikut.
Seorang ayah akan menjawab keharuan ini dengan kebisuan. Tapi di bak itu harapannya akan begitu penuh semoga anaknya menjadi orang yang baik dan berbakti dalam hidupnya.
Kepada teman sepergaulan, sahabat-sahabat karibnya selama
masa remajanya sang pengantin pun bertembang dengan berbagai harapan dan pesan.
Seandainya nanti aku telah meninggalkan tempat ini, tolonglah lihat dan jenguk orang-orang yang kukasihi yaitu ayah bun13

daku. Tolonglah, kalau kebetulan mereka tersungkur di jalanan.


Karena aku sudah tiada, janganlah hubungan dengan ayah bundaku seolah terputus sudah. Kalau dapat aku berharap, kalianlah menjadi gantiku buat menutupi kesunyian rumah ini. Tapi
kalau ada orang bertanya tentang diriku, katakanlah telah hanyut bersama arus deras air di sungai. Katakan diriku tak lagi
kena hembusan angin dan sinar matahari.
Sebaliknya apabila sang pengantin ini berhadapan dengan
seorang tua lain mungkin bibinya atau uaknya yang kebetulan
tak punya anak, tak punya tempat bergantung di hari tuanya,
maka kemurahan hati pengantin ini kelak diharapkannya melalui sebukunya.
A k u tidak mengharapkan apa-apa dari engkau kelak selain
tegur sapamu. Itulah yang penting baginya. Dalam bait berikut
ini nyata harapan itu.
kena naku roh rejekingku
sembilang kayu si sebatang karang
ike i gertak gere berpucuk
ike i kuruk gere beruyet
keta ini kase
sentan sawah langkahku kutete gergelmu
kelaman pantas kase talue
kelemempe jurahe
kelaman pantas kase lewene
kelemempe osahe
Bait-bait yang diterakan di atas hanya sekedar bahan peneliti masalah ini. Yang sebenarnya setiap bagian mempunyai kekayaan bait-bait yang hampir dapat dikatakan tak terhingga. Kelelahan dan kepuasanlah, merrbuat yang bersangkutan berhenti.
Meneliti uraian beserta contoh di atas, nyata bahwa napas
pesimistis begitu bertimbun. Seolah memasuki dunia rumah
tangga ini sama seperti akan memasuki penjara atau neraka.
Selintas kejengkelan dan kebosanan kita pun akan timbul.
14

Tapi bagi pelaku ini, sang pengantin jauh sebelumnya telah


melihat sinar terang, sinar kebahagiaan dan sinar harapan yang
beraneka warna. Cuma alangkah baiknya bagi seorang yang akan
berjuang itu pada saat-saat akan memasuki gelanggang, dibarengi kerendahan hati. Kerendahan hati inilah yang menjadi bekalnya.
Maksud inilah yang tersirat di balik sebuku itu menurut pendapat kami selain memang kesedihan itu sudah seharusnya ada,
dari sudut manapun kita melihatnya.
M.J. Melalatoa
Dari majalah Bina Pantjasila, 1967

15

S E B U K U M A N PEN AM
(anak)
wo ine o
tar bilangan sijeroh
tar ketike sibise
nge susim lagu felo
nge rempak lagu re
ingi si sara ingini
iyon si sara iyoni
bulet lagu umut
tirus semperti gelas
mugenap pakat
i atani ruhul
i toyohni asar
male munosan bebalun petangasanku
ku rakan sebetku
ku kaum segenapku
mu rai rakan sebetku
mu rai kaum segenapku
rupen se pe ine
berhejet niet berangan kasat
mu nosanan lemak urum lungi
mu nosanan catan urum cati
kin pesirang sayang
urum rakan sebetku
kin pecere kasih
urum paong segenapku
muneldusen aku
ari tenumpit ni ine rapat
mulekohen bedenku
ari nemenen si eking

17

munuhen sejuk ine urum tawar


munuhen nung urum longoh
sejuk tawar si mubatang tebeh
nungen longoh si mu kayu atu
sejuk tawar si mu batang
nung longoh si muperdu
ine
nge berosop peninget
nge bebene perasa
nu natangan beret
muluahi sinte
berkecut salak
berlelayu rupe
ine nge bertungkah
mumerah pengulni tubuhku
ine nge berdewe
mumerah penaru ni ruesku
si kerna tubuhku
ine gere mis nome
si kerna bedenku
ine gere rapat kunul
mumikiri pengul ni tubuhku
mumikiri penaru ni bedenku
si turun terjun
kite bertenge
si turun soboh
si munyang senye
masuk uten
keluer uten
ine mumerah
penaru ni ruesku
munangkoki bur
mungilihi arul
mumerah pengul ni tubuhku
18

murorohi uyet
si telam timul
murorohi ulung ni kayu
si lintang bujur
mu melteki ulung ni kayu
si gere mu merin pit
mu melteki uah ni kayu
si gere mumerin mabuk
ulung ni kayu
si gere bertungkah
uah ni kayu
si gere berdewe
keta
ibobon ine mi kelsih
urum serapa
kuatan bedenku
keti mulemas mujadi poa
keti muamus mujadi wih
keti osop si berkata
keti bene si bernyawa
keti enti engon ine iibet kawatku
keti enti erah ine ring baringku
keti enti ine ternenange kin ara ni
bedenku
oya keti kutiro kelsih ku ine
oya keti kutiro serapa
ni aku pe ine
keti enti ku engon
libet kawat ni inengku
keti enti ku engon
ring baring ni inengku
ijinen aku ku atan langit
relanan aku ku tuyuh ni bumi
19

oya keti kutiro kelsih ku inengku


oya keti kutiro serapa
keti gembali kejangku
keti gembali payah ni inengku
gere ne ara beden tubuhku

20

SEBUKU
(Ine)
wo anakku
enti jauh pikirenmu
enti ues atemu
nge edete urum hukume
hadise urum pirmane munetahe
nge sawah hate
nge terus hinge e
anakku
kutatangan kin beret
kuluahi kin sinte
keti kin kayu kul pelongohenku
keti kin daling kolak seserenku
keti mutuah anakku
keti mubahgie anakku
ara kin tempuhku
ara kin tulungku
kin tempatku kejet
kin tonku menye anakku
keti nguk kin tempuh tulungku
keti nguk kin pembantungku
nti tiroko kelsih
nti tiroko serapa kuaku anakku
keti ku ko aku bertunel
keti ku ko aku bertumpu
keti kin gagah tegerku
keti kin kuet kuasangku
mumerah pengul ni engimu
kin pongku mugenap
keti kin pongku mupakat

21

ini kumanatan mulo ku ko


nti datenko kase aku mudongkor
i tanoh teger
nti datenko kase aku mukerlop
i tete tebel
wo anakku si mutuah
wo anakku si mubahgie
nti datenko kase engimu
pesesuk iawah ni pintu
ke lemempe jurahe
kelaman pantas talu e
ke tuke si mulape nge murasa korong
ke rongok si gerahan nge murasai wih
oya keti kumanatan ku ko anakku
tubuhku nge tue
kulitku nge kenur
tulenku nge rige
keti kin imel bedel
kin tuker ganti
nti osanko kase sintak senengak
ku engimu
nti osanko kase ng keras ku ngimu
gelah mudelah paseh ko ku ngimu
gelah mutangan murah ko ku ngimu
i seran ko anakku penejerenku
ku utok kepalamu
i seran rasanko wo anakku
manat petenahku
kin denujungni ulumu
naku nasibku
lagu lumut berdirin ku atu
lagu belo berdirin ku kayu
berpangkalan kupunce ni upuh
22

berbeienyen ku tapak ni pumu


gere mu ama ngah ko bayakku
gere mu ine ncu upuh bajungku
mupakat aku urum rohku
mugenap aku urum bebayangku
kupikiri urum atengku
kulangkahan kin kidingku
kupikiri urum atengku
kualihen urum pumungku
ke gelep gere ternantin aku terang
ku uren gere ternantin sidang
ni aku pikiren ku muningeti anakku
berupuhen ku nami si ruluh
roh rejeki teniro ni tubuh
muningeti nasib ni anakku
kutangakan ku langit
munamuren luh
mu manang beden ni anakku
langit nge musingip
bumi nge runtuh
mumikiri nasib ni anakku
berbeienyen ku jejari si sepuluh
iyone lubuk iyone munime
iyone duduk iyone bersinte
betunel aku ku karang
bertumpu aku ku guhe
oya keti kutiro tulung ku anakku
gelah mutuah urum mubahgie
beles ni hine kese buge mulie
i panang kaum biak
i erah saudere
wo anakku si mutuah
wo anakku si mubahgie
genap mulo ingen oya ejer marahku
ku ko
23

genap mulo orop oya manat petenahku


ku ko

24

SEBUKU
(Anak)
terabu karnis
termegue besar
teratas ni ruhul
tetuyuh ni asar
berasup angan inengku
ari uien ini ku uien sarami
kati lepas
aku i weten inengku
ari sari buien kugenap tige puluh
urum sahan die
inengku berpakat
inengku sara pertik
sara cabang
gere mu engi
gere mu abang
semangat ninengku kedie
pong ninengku berpakat
arwah ninengku kedie begenap
ike sarani pake
duk mulo laki bini
kuwen urum kiri
allahe inengku
kesarani pake
cukuple si uwetne urum siparene
allahe inengku
aku iluwahi inengku
muluwahi beret kin tubuhku
muluwahi sinte kin bedenku
iluwahi inengku

25

turun tenge
munaik iyo
turun soboh munaik senye
kati lepas aku kaul
kati lugen aku naru
sana kene liman mamur ni kaum biak
kati lepas aku kul
kati lepas alihku
sara nalih ganti nama
beserta doa ni ine urum ama
kati lepas aku berlangkah
sehiringen urum beras padi
tungket imen
dedingin urum celala
sejuk urum tawar
wo ama
nge gegalaken ama
menerime emas silebih kuninge
kupang busuk silebih putehe
mas pirak si betimang
kupang busuk si berbilang
wo ama
kune diye kase nasibku ama
tamsilni tongar manut
isihen sergen
isone sangkut
lagu lelayang siputus tali
silelang kulangit
silolo kubumi
ike kulangit
nge sawah kujerak cene e
ke kubumi
nge sawah kubatu ampare
gelah dedemu asapni langitmi
26

aku urum amangku


ama o
warusku nge iwajibni ama
ringenku nge i beratni ama
nge luju penggelih i rongokku
nge tak' perapus ipumungku
gelah dedemu akal a jangkarmi
asap nirarangku urum amangku
gelah dedemu itepni
langit urum bumi
tulen amis-amis ku urum amangku
wo
wo tete
wo gergel
bersumpahmi ko kutaringen
wo taringmi taring
belang penyemuren
bur perutemen
wih wunen
telege tetiduk ku
taringmi ko tete si rapat jalene
taringmi gergel si limus tarahe
gelah selayu dun aku mumake bunge
selayu cacar aku mumake denie
dum sara ini metusse
cerengku urum ine amangku
gelah pejejik mi aku lagu tersik
gelah pejenyongmi aku lagu tolong
gelah petangak aku kulangit
gelah petungkuk aku kubumi
bersumpah serapa mi ine kin tubuhku
pane kediye kase aku
munyapui langit si beta kolakke
27

munitiwi bumi si beta luwese


pane ke aku
munibuk oros wan beberasan
munuwet poa wan tampene
imanat petenah ine mulo aku
iejer marahi ama mulo aku
ama o
(Ari a.r. hakim, "Puket Ujung Purih",
sandiwara radio basa Gayo)

28

SEBUKU
(Ine)
wo allahe
enti jauh pikirenmu anakku
enti datang rasa ni anakku
kati warus kuwajiben
kati ringen kubereten
gere sahpe pongku bepakat
gere sahpe pongku begenap
ini warus ni anakku nge berwajib
ringen nanakku nge kubereten
male kin biak seserenku
nge kububun kin tempuh tamahku
kin tulung bantungku
ike bercakap enti sintak
urum senengakmu
ike berperi enti sebegoramu
gelah santan mulimah ibibirmu
gelah tikel berbunge idelahmu
kati enti musebut suet
kati enti musidik sasat
anakku
sigere bermanat petenah
si berejer marah
enti kase
anakku minah ine i tiroko
enti nge minah ama i taluiko
kati enti musebut suet
kin upuhku sigere tumung
kin tukengku sigere korong

29

gelah pane kase anakku


nemah renung urum rene e
munemah adun urum adewe
mah simah urum sime e
kena kutulaken
langit i jujungko
bumi i rorohko
enti kase jingket
kiding nanakku remalan
enti kase tangak
ulumu mujujung langit si beta kolakke

30

SUBUKU
(Anak)
naku iyo sisara iyoni
nge le musuket oros selpahku
nge le mulipet alas nemahku
male
male
male
male

munuruhen
munuruhen
munuruhen
munuruhen

langit si kupejujung
bumi si kupelenget
lepo kin peresek ni saputku
buntul pejeretenku

nge le mupue uluh sara perdu


kin penengol ni rapku
enta ini kase
tampil kupetampil mi we kero sejuk nine
taring kupetaring mi we jantar pengat
nine
enti ne kase tereroyan ine
kin tete kulenget
enti ternenalam ine
kin denget ni pintu ku uke

31

SEBUKU
(Ine)
gere male ku aran aran
gere male ku tos tos
lantaran nge edete urum hukume
hadise urum permane
ini kase kena nge mupinah
ama sietetahiko
kena nge mupinah
tete sijunteiko
gelah pane kase ko bertimah lemut
kin pejamut
gelah pane kase ko berturut payu
kin pentalu
gelah utus kase ko
munidesie lagu sembiding
gelah utus kase ko
munungkukie lagu semantung
kati enti kase musewak
ari ralike
kati enti kase musewak
ari perdue
kati enti kase musidik sasat
roh tenironku
kati enti kase musewak
lagu supu sange
ujunge turuh ralike sire

32

SEBUKU
(Inen Mayak ku Pong-pong nge)
o rakan sebet
o kaum segenapku
ulakmi kase ko
kubatang ruang sikupenguduk
kutete gergel si kupenaring
ilimet kawatiko kase
ine si rige tubuhe
ilimet kawatiko kase
ama si murense bedenne
enti kase datenko ine
mukerlop i tete tebel
enti datenko kase ama
musungkep idene rata
ike mungune kase
belang pediangante
isederenko kase aku
gere ne i eyopi kuyu daringi lo
ike mungune kase
telege tetibukente
iperinko kase nge manut kayu
nge manut atu

33

SEBUKU
(Anak)
turun kupeturunmi we aku ama
iyo kupe iyo mi we lao ni
esot kupe esotmi we
ari atan tete
turun kupeturunmi we aku
ari atan gergel
i engon-engon amami kahe urum inengku
ruang penomenku
erah-erah ama mi we urum inengku
remet lepo kahe jejuntenku
engon-engon amami kahe dapur penirunku
aku nge beresot
aku nge berlangkah
nti se emeh-emeh tu
kati enti talik tige e
nti se emeh-emehtu kahe amao salah bere e
gere mehat kase
nti mujurah bang aku munyintak
gere mehat kase
nta remalan bang aku begerdak
nta masebut suet bang kase
ku upuh ni ine sigere tumung
nta musewak uke bang kase
tuke ni amangku si gere korong
tiningkisku bang kase kadang ulak kubide
sesatku ulak kudene
oya kati kuperin

34

ku ama urum ku inengku


nti emeh-emeh ku talik tige e
nti kase emeh-emeh tu kase serah bere e
kepane kase aku menangkap poa
ari wan kantinne
ike utus kase aku
menibuk oros ari wan beberasane
gere le musebut suet
inengku si sakit untung
gere le musebut sapa
amangku si pedih ate
amangku si mu ngekop pumu e kudede e
inengku si mulawih nupuh kukerlange
si beluh soboh inengku
ulak iyo
mumerah pengulku
mungenali penarungku
kin peleme ni kerpe ijo inengku
mumerahi ulung kayu si gere pet
kin pengulku
kin penggerbes nami sesoboh
amangku
mumerah uwah kayu si gere mabuk
kin penarungku
amangku sisakit untung
inengku si pedih ate
pane ke kase aku
munanto ate ni ine si kutalui
utus ke kase aku
membeli basa nama si kutiroi
ama si kutiroi
kayu rubu si gere layu
ine si kutalui
35

daling kolak si gere mutemak


weh mu ter ine si kutalui
telege mumata ama si kutiroi
kegere aku kase pane ine
munanto ate ni ine si kutalui
ama si kutiroi
iyone le kase
musewak uke e
anak ni jema si legih
gere penah ara
anak ni jema kesin
gere penah kaya

(I sebukun Ine Reje Dagang)

36

SEBUKU
(Ine)
wo anakku .
nge beluh kase anakku
gere ne run ranun anakku
urum rakan sebetmu
nge turun anakku
gerene run rene urum sudere
pengon engon mi kahe aku
keremet lepo jejunten anakku
pe-ah erahmi kahe aku
kudapur penirun anakku
anakku si opat nge beluh sara
taring tulu mi we
gere ne kutalui kahe anakku
gere ne kutiroi
gelah pane kase ko anakku
munanto ate ni ine si taluiko
gelah pane kase ko anakku
membeli basa nama si tiroiko
keti enti kahe musewak uke
sakit untung
keti nti musebut sapa
anakku si pedih ate

37

SEBUKU
(Anak)
ine wo
ine wo ine
aku bersirang urum inengku
aku nge mucere urum amangku
beseke musirangku urum inengku
betami mucere nyawa urum tubuhku
beta ke muceringku urum ine
betami mucere ni daging urum darahku
dum lagu ini ine metus e
dum lagu ini ine motop e
ine wo
emis pedi mata ni inengku nome
i tohi si reje ruji
wih sara tenting kero sara suep
i osah ine si kutalui
i osah ama si kutiroi
rapat pedi inengku kunul
i atan tete gergel ni
si rata tarah e ni
tete si rapat jan i
ini kase ine
nge terang kupeterangmi we lo
ni ulak kupeulakmi we ine
ari tete ni ine si kutaluini
i engon-engon inengku mi kase
wih wunen peniringku
i erah-erah ine mi kase
telege tetibuken ku
i erah-erah ine mi kase
bekas keruhku
38

si nge dabuh jernih


engon-engon ine mi kase
cacar layungku
si nge dabuh mala

39

SEBUKU MAH KERO


(Anak)
wo inengku wo
rapat pedi inengku kunul
mis pedi inengku nome
o ine nge rapat ku gergel
0 ine nge rane ku tete
1 tuhi kero sara suep
i tuhi gule sara taka
nge bulet pakat ni ine
nge tirus pakat ni ama
munepatan lo e
mpuen ingi e
mujulenen wih wi sara tenting
ku batang ruang ni ine
si male kutalui
male munalik tigenen tubuhku
male munyerah berenen bedenku
ku ama si male kutalui
ku ine si male kukadui
wo inengku wo
nge berosop peninget bang ine kin
tubuhku
nge bebene perasa kin ruesku
male munuruhen tete gergel kin kenunulenku
male munuruhen batang ruang kin tonku
museger ku balik ine wo
musentaran ku kekirei
i tulak ni ine pedi ari si jejarak
i turuh ni ine pedi ari si gegip
enti mi dalih italik tigen ni ine aku
40

enti mi dalih iserah beren ni ine


i tulak ni ine pedi
urum serde kolak
i biyonen ine pedi
urum kayu luwis
gere ne ues atengku
gere juh ni aku pikirenku
sebeb ni aku gere lagu ni jema
tenironku
gere lagu ni pake roh arijekingku
ike lagu ni jema inewo
ber denujung ulu e
ike lagu ni pake
bertenemengen kumue
naku sana kene utok kepalangku
denujungku
sana kene jejari sepuluh
tenemeng ni kumungku
oya keti ku perinen ku ine
keti nti esot si mukeder
keti nti kenyel si munahma
keta ini pe inengku wo
i manat petenahi ine mulo tubuhku
i ejer marahi ine mulo bedenku
keti nti mukertek tete kulenget
keti nti mudenget pintu ku uke
umah si berpapan panak
umah si berjunger besi
si gere siet emun
si gere rulus nami
wo inengku wo
41

keti nti kase muke


anak ni jema si gere berejer marah
keti nti kase muke
anak ni jema si gere ber manat petenah
kena inengku nge pane
munentangi langit si ku pejujung
inengku si pane mumilih bumi si ku
lenget
langit si gere ne resuk
bumi si gere ne leta
langit si gere mugegur
bumi si gere ne mugempa
wo inengku wo
keti ku tiro ke manat petenah ni ine
keti ku tiro ke ejer marah ni ine
pane ka kase aku betimah lemut mutalui
ine
pane ke kase aku berturut payu mengadui ama
timah lemut si kin penjamut
turut payu si kin pentalu
daling kolak seserenku
kayu rubu pelongenku

xrksdu'i

42

SEBUKU MUNANAS
(Anak)
wo ama
mis pedi bange amangku nome
rapat pedi bang amangku kunul
itohi kero sisara suep
itohi gule sisara neles
kin pecere kasih
kin pesirang sayang
enta ini ikin amami kase mas irak
munibuki wih ari telege
enta ini kase
ikin ni amami koro kude
mumelkoki ranting
ari wan tamas karit
sebeb gere ne ara beden tubuhku
keta ejer marahi ama mulo aku
keta imanat petenahi ama mulo aku
pane kedie kase aku
munibuki oros ari beberasan engkip
pane kedie aku
munangkap poa ari kekatang rilip
ini kase
gere ne putih kuning
seri ni bedenku
sebeb sipudahni loni
ini kase
sana kene uwahni kayu
43

sigere mumerin mabuk


kin pengul ni tubuhku
sana kene ulung kayu
si beganti pucuk
lo siserlo ni
nge tungkel imen urum beras padi
kin pengul ni bedenku
ini kase keari ama si kutalun
asal keminselni kayu gelingang raya
ke wih nge mu ter
telege nge mumata
ike mas pirak
nge i suket kowan are
ike mas kuning
nge igelit kuwan gating
ini kase
nge berpayung ama turun
nge berkous ama remalan
turun ari umah
siberpapan panak
berjunger besi
gere ne siet emun
gere ne lulus nami

44

SEBUKU JEMA GERE M A N A K


(Ine)
besilo gelahmi kumanat petenahan
urum kuejer marahan
ku ko anakku
kerna naku roh rejekingku
sembilang kayu
Sisebatang karang
ike i gertak gere berpucuk
ike i kuruk gere beruyet
ike i tebang gere berbatang
nge lagu tetulen
simuregen ilahni belang
i tetok gere berutok
i sikit gere berusi
sebeb roh rejekingku
lagu ampung-ampung pulo
kuperin kir murip
uyete cimo
kuperin kire mate
ulunge ijo
keta ini kase
sentan sawah langkahku
katan tete gergelmu
kelaman pantas kase talue
kelemempe jurahe
keiaman pantas kase lewene
kelemempe osahe
kelagipe entimi kase isidikiko
45

si kujulen urum si kurai


si kuosah urum si kutiroi
asal nge mehat
munemah tukengku si mulape
urum rongok gerahan anakku
enta ara kase
ruje buruk si mutememuk
enta ara kase
ulung kayu ruluh
enta mamang serapah
ko munekarane
terujung ni lepo kutuyuh
ara kase beden tubuhku
kin taone
ara kase beden tubuhku
kin tempate

(Ari majalah Renggali, no: 4, th. II, 1962)

46

SEBUKU MATE
(Ine)
wo anakku
tudung payung pelongenku
daling kolak seserenku
anakku ine
kelik ni kalang rupenne kin ilamat
kuyu beremus bade remalan anakku
si munyawahan tenah
anakku
kupen male munaringen naku
si bebdedek mata
wo ipak
anak jantung atengku
oya pinte teniron ni amamu
sawah di ningko janyimu
gelah galakmi ateni amamu
gerene murui kero ipangane
nge durus waih i enome
wo ipak
kutentaman dede
kugerdakan tete anakku
keras ni sepakku
gere ke pengeko ipak
gelah engon arwahmumi
aku petangak ku langit
petungkuk kubumi
munemah emah nasip
ejel ternironku
wo anakku
dele di nge tene geh ku aku
47

kupene rohmu sigeh besinen


meniro manat petenah ari aku ipako
wo anakku
pejejuah bang matamu
mungenali aku anakku
sahan die simunengon
beluhni kesahmu ipako
wo ipak
mokot di nge anakku
putetenah aku
rupe e anakku male bersinen
cere kasih urum aku anakku
wo anakku
kusihmi aku beluh
nge murebah kayu pelongohenku
wo nasib
wo tubuh
wo beden
si gere mutuah
kusi kase achir kesudahne
( A r i A . R . Hakim, "Puket Ujung P u r i h "
sandiwara radio basa Gayo)

48

Sudah terbit, 1972


36.

Denang (puisi2)

37.
38.
39.

Alam Kubur (saer2)


Resam Peraturen dinegeri Gajo
Lungun (lagu dan puisi)

40.
41.
42.

Djerilep (puitisasi Qur'an)


Sedjarah daerah dan suku Gajo II (saer2)
Tawir (didong dan puisi)

43.
44.

Sebuku (seni meratap di Gajo)


Tudung (kump. puisi2)

50

S. Kilang
Yurni A.R. dkk
Harun Rasjid
L.K. Ara
Marjam Cobat
M. Adam Usman dkk
Ep Virgo
Abdurrahim Daudy
Sjehmidin
Yurni A.R. dkk
L.K. Ara
L.K. Ara

Anda mungkin juga menyukai