;NI M E R A T A P DI G A Y O
PPS/Gy/2/78
Mllik Dep. P dan K
Tidak diperdagangkan
SEBUKU
Seni Meratap di Gayo
Dikumpulkan oleh
L.K. A R A
DEPARTEMEN PENDIDIKAN D A N K E B U D A Y A A N
PROYEK PENERBITAN B U K U B A C A A N D A N SASTRA
INDONESIA D A N D A E R A H
Jakarta 1979
KATA PENGANTAR
Bahagialah kita, bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap
daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karyakarya sastra lama, yang pada hakikatnya adalah cagar budaya
nasional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan ilmu, di segala bidang.
Karya sastra lama akan dapat memberikan khazanah ilmu
pengetahuan yang beraneka macam ragamnya. Dan penggalian karya sastra lama, yang tersebar di daerah-daerah ini, akan
menghasilkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi
pula pandangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan
tinggi nilainya. Modal semacam ini, yang tersimpan dalam karya-karya sastra daerah, akhirnya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya.
Pemeliharaan, pembinaan, dan penggalian sastra daerah jelas
akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan pada khususnya.
Saling pengertian antar daerah, yang sangat besar artinya
bagi pemeharaan kerukunan hidup antar suku dan agama, akan
dapat tercipta pula, bila sastra-sastra daerah, yang termuat dalam
karya-karya sastra lama itu, diterjemahkan atau diungkapkan
dalam bahasa Indonesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra-sastra daerah
tersebut. Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari dalamnya tidak hanya berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan juga akan dapat menjelma menjadi
sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra dunia.
5
ISI
Pengantar
1. Sebuku
2. Sebuku Man Penan (Anak)
U
..
17
3. Sebuku (Ine)
21
4.
25
Sebuku (Anak)
5. Sebuku (Ine)
29
6. Sebuku (Anak)
31
7.
Sebuku (Ine)
32
33
9.
34
Sebuku (Anak)
37
38
40
'3.
43
Sebuku Memanas
45
47
PENGANTAR
Naskah Sebuku ini merupakan kumpulan sebuku (ratap tangis), pertama diterbitkan dalam bentuk stensil pada tahun 1972,
oleh Dokumentasi L . K . Ara.
Isinya memperlihatkan jenis sebuku perkawinan dan sebuku
kematian. Contoh-contoh sebuku perkawinan memperlihatkan
ratap tangis dari anak (pengantin) kepada sang ibu dan dari
ibu kepada anak. Ada pula ratap tangis anak kepada ayah. Sedangkan ratap tangis dari ayah ke anak tidak ada.
Ratap tangis
pengantin kepada sahabat-sahabatnya diperlihatkan di sini. Ratap tangis jenis terakhir ini ditampilkan karena ia akan meninggalkan sahabat-sahabatnya dan ikut suami.
Prosa liris sebuku dalam naskah ini dikumpulkan dari berbagai fihak. Ada dari majalah Renggali (majalah khusus memuat kebudayaan Gayo), ada pula dari teks sandiwara radio berbahasa Gayo karangan A . R . Hakim. Prosa liris sebuku ini ada
pula yang disalin dari rekaman yang disebukukan (dituturkan)
oleh Ine Reje Dagang (65 th) dan Ine Inen Mudebale (60 th).
Dan sebuah uraian tentang sebuku itu sendiri ditulis oleh M . J .
Melalatoa yang dipetik dari majalah Bina Pancasila terbitan P N
Balai Pustaka.
Sebagai salah satu bentuk kesenian Gayo yang dapat dianggap tertua, Sebuku sudah selayaknya mendapat perhatian.
Selain ia bisa memperlihatkan keindahan irama pada bahasa yang digunakan, juga dapat mengguratkan betapa dekatnya
penciptanya dengan alam sekitar. Alam secara murni terungkap dalam Sebuku dengan bagusnya.
Contoh Sebuku dalam kumpulan ini baru sebagian kecil saja.
Tapi hal-hal yang pokok yang biasanya digunakan dalam Sebuku agaknya memadai jugalah.
Dengan terbitnya buku kecil ini sudah pula kita berusaha
10
SEBUKU
Berdeklamasi dengan Tangisan
Kata sebuku yang kita jumpai dalam bahasa Gayo kira-kira
berarti ratap atau ratapan. Bersebuku artinya meratap, atau
lebih jelasnya menangis dengan ratapan dalam mengungkapkan rasa haru. Bersebuku ini terjadi pada saat adanya kematian
dan dalam upacara perkawinan. Kedua peristiwa ini mengandung unsur perpisahan, yaitu antara simati dengan yang masih
hidup, antara seorang yang pergi (karena kawin, dalam hal ini
seorang gadis mengikuti suaminya patrilokal) dan yang ditinggal. Dalam kedua peristiwa ini sebuku itu selalu dilakukan
oleh kaum wanita dan sangat luculah kalau seorang laki-laki
yang melakukannya. Pantanglah menangis bagi seorang lakilaki, apalagi bercengeng-cengeng dengan ratapan. Sebaliknya
sangat menariklah bila didendangkan oleh
seorang wanita, terlebih dengan suara empuk dan lagu yang merdu.
Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah sebuku dalam
rangka upacara perkawinan. Dalam upacara ini sang pengantin
wanita, pada suatu malam tertentu diwajibkan bersebuku ditengah-tengah para tamu, meratapi seorang demi seorang. Ibunya sendiri, ayahnya, saudara-saudara ayah, dan ibunya, para
sahabat karibnya, dan sebagainya secara bergilir. Pada kesempatan inilah yang merupakan yang terakhir baginya, untuk mencurahkan perasaannya sehabis-habisnya kepada seseorang di
hadapan umum. Ia boleh menangis berjam-jam di hadapan simpuh seseorang, ia boleh meratap sepuas-puasnya. Memang dalam tangisannya ia berusaha menggugah perasaan orang yang
dihadapinya, sesuai dengan apa yang sedang dirasakannya.
Jadi samalah dengan seseorang yang sedang berdeklamasi
dalam rangka pengungkapan perasaan yang tersirat didalam
sajak, syair, pantun (puisi) yang sedang dibawakannya. Istimewanya dalam bersebuku ini, ia bertindak sebagai deklamator
11
dengan lagunya sendiri, sekaligus sebagai penyair yang mencipta pada saat itu juga.
Berbicara tentang tema sebuku ini, maka siapakah memang
yang tak terharu biru pada saat harus berpisah dengan orangorang yang dikasihi dan mengasibi diri kita, dengan para karib
yang sebantal tidur, terlebih dengan masa remaja yang tak akan
pernah berulang kembali untuk seumur hidup.
Sebuku Adalah Puisi
Menyebukukan perasaan-perasaan itu dalam prakteknya tidaklah akan dilakukan dengan sembarangan atau sembrono
saja. Seseorang akan menjelmakan dirinya menjadi seorang penyair yang baik pada saat itu, sehingga perasaan yang menyesakkan dadanya akan meneruskan bait-bait di dalam rangkaian kata-kata yang puitis.
Sangat terhukumlah perasaan seorang pengantin wanita di
tengah-tengah khalayak ramai, apabila ia hanya menyodorkan
kekakuan 'deklamasi'nya dan kementahan puisinya. Tapi entah karena terus berlatih pada masa remaja seseorang karena
dorongan resam ini, atau karena sudah menjadi naluri bagi gadis-gadis Gayo, sehingga sampai pada saat yang diperlukan biasanya menunjukkan kemampuannya.
Pada saat ini telah disediakan segala bekalku berangkat. Mulai saat ini nasi ibu 'kan menjadi dingin karena telah berkurang
orang yang memakannya. Demikian sayur ibu 'kan
menjadi
basi dengan kepergianku Kepergianku ini janganlah ibu harapkan lagi untuk kembali. Lantai ini tak mungkin kuinjak lagi,
pintu ini tak 'kan kuketuk dan terbuka buatku, karena diriku
telah terhalau dari rumah ini.
Ratapan ini dengan rasa pedih ditelan oleh sang ibu. Sesungguhnya seorang ibu tidaklah pernah bermaksud mengusir anaknya sendiri. Tapi demikianlah seolah-olah yang dirasakan oleh
anaknya ini dimaklumi oleh ibunya.
Semua ini tidaklah kubuat-buat
12
dan
tidak
kuada-adakan,
anakku, demikian jawaban ibunya. Karena sudah menjadi hukum di dalam hidup itu sendiri, sudah demikian kehendak Yang
Mahakuasa. Memang akan berubah dunia yang kau hadapi, sudah
lain orang yang kaurawat. Bapakmu bukan lagi bapak yang sekarang, rumah bukan lagi rumah yang biasa, pandai-pandailah engkau meniti buih agar selamat ke seberang. Bijaksanalah mengambil hati orang. Hati-hati pulalah menempuh semak belukar hidup
dan kehidupan itu.
Pandai-pandailah engkau membawa diri di tempat yang baru.
Jagalah nama baik keluarga yang ditinggalkan, agar orang tidak mengaji dan mencaci untungku yang sakit ini.
Kepada ayahnya pun ia menghadap dengan tangisnya. Dikadukannya pula segala isi hatinya dengan kerendahan hati. Ia
pamit karena akan menghadapi hidup baru dengan segala masalahnya yang berat dan rumit.
Dengan keberangkatanku ini semoga ayah tidak repot lagi.
Beban ayah akan jauh menjadi kurang, pikiran ayah akan lebih
senggang dan lega. Tidur menjadi nyenyak pulas dan makan
ayah pun menjadi lahap kembali.
Dan dalam tekuk lututnya di hadapan sila ayahnya, ia seolah
bertanya kepada dirinya.
Aduh, pandaikah nanti hamba mengikuti tata cara di rumah
orang. Tidakkah nanti kaku dan canggung menghadapinya. Untuk mana ia ingin mendapat petuah dan gembiengan dari ayahnya. Pikiran ini terungkap dalam puisi berikut.
Seorang ayah akan menjawab keharuan ini dengan kebisuan. Tapi di bak itu harapannya akan begitu penuh semoga anaknya menjadi orang yang baik dan berbakti dalam hidupnya.
Kepada teman sepergaulan, sahabat-sahabat karibnya selama
masa remajanya sang pengantin pun bertembang dengan berbagai harapan dan pesan.
Seandainya nanti aku telah meninggalkan tempat ini, tolonglah lihat dan jenguk orang-orang yang kukasihi yaitu ayah bun13
15
S E B U K U M A N PEN AM
(anak)
wo ine o
tar bilangan sijeroh
tar ketike sibise
nge susim lagu felo
nge rempak lagu re
ingi si sara ingini
iyon si sara iyoni
bulet lagu umut
tirus semperti gelas
mugenap pakat
i atani ruhul
i toyohni asar
male munosan bebalun petangasanku
ku rakan sebetku
ku kaum segenapku
mu rai rakan sebetku
mu rai kaum segenapku
rupen se pe ine
berhejet niet berangan kasat
mu nosanan lemak urum lungi
mu nosanan catan urum cati
kin pesirang sayang
urum rakan sebetku
kin pecere kasih
urum paong segenapku
muneldusen aku
ari tenumpit ni ine rapat
mulekohen bedenku
ari nemenen si eking
17
murorohi uyet
si telam timul
murorohi ulung ni kayu
si lintang bujur
mu melteki ulung ni kayu
si gere mu merin pit
mu melteki uah ni kayu
si gere mumerin mabuk
ulung ni kayu
si gere bertungkah
uah ni kayu
si gere berdewe
keta
ibobon ine mi kelsih
urum serapa
kuatan bedenku
keti mulemas mujadi poa
keti muamus mujadi wih
keti osop si berkata
keti bene si bernyawa
keti enti engon ine iibet kawatku
keti enti erah ine ring baringku
keti enti ine ternenange kin ara ni
bedenku
oya keti kutiro kelsih ku ine
oya keti kutiro serapa
ni aku pe ine
keti enti ku engon
libet kawat ni inengku
keti enti ku engon
ring baring ni inengku
ijinen aku ku atan langit
relanan aku ku tuyuh ni bumi
19
20
SEBUKU
(Ine)
wo anakku
enti jauh pikirenmu
enti ues atemu
nge edete urum hukume
hadise urum pirmane munetahe
nge sawah hate
nge terus hinge e
anakku
kutatangan kin beret
kuluahi kin sinte
keti kin kayu kul pelongohenku
keti kin daling kolak seserenku
keti mutuah anakku
keti mubahgie anakku
ara kin tempuhku
ara kin tulungku
kin tempatku kejet
kin tonku menye anakku
keti nguk kin tempuh tulungku
keti nguk kin pembantungku
nti tiroko kelsih
nti tiroko serapa kuaku anakku
keti ku ko aku bertunel
keti ku ko aku bertumpu
keti kin gagah tegerku
keti kin kuet kuasangku
mumerah pengul ni engimu
kin pongku mugenap
keti kin pongku mupakat
21
24
SEBUKU
(Anak)
terabu karnis
termegue besar
teratas ni ruhul
tetuyuh ni asar
berasup angan inengku
ari uien ini ku uien sarami
kati lepas
aku i weten inengku
ari sari buien kugenap tige puluh
urum sahan die
inengku berpakat
inengku sara pertik
sara cabang
gere mu engi
gere mu abang
semangat ninengku kedie
pong ninengku berpakat
arwah ninengku kedie begenap
ike sarani pake
duk mulo laki bini
kuwen urum kiri
allahe inengku
kesarani pake
cukuple si uwetne urum siparene
allahe inengku
aku iluwahi inengku
muluwahi beret kin tubuhku
muluwahi sinte kin bedenku
iluwahi inengku
25
turun tenge
munaik iyo
turun soboh munaik senye
kati lepas aku kaul
kati lugen aku naru
sana kene liman mamur ni kaum biak
kati lepas aku kul
kati lepas alihku
sara nalih ganti nama
beserta doa ni ine urum ama
kati lepas aku berlangkah
sehiringen urum beras padi
tungket imen
dedingin urum celala
sejuk urum tawar
wo ama
nge gegalaken ama
menerime emas silebih kuninge
kupang busuk silebih putehe
mas pirak si betimang
kupang busuk si berbilang
wo ama
kune diye kase nasibku ama
tamsilni tongar manut
isihen sergen
isone sangkut
lagu lelayang siputus tali
silelang kulangit
silolo kubumi
ike kulangit
nge sawah kujerak cene e
ke kubumi
nge sawah kubatu ampare
gelah dedemu asapni langitmi
26
28
SEBUKU
(Ine)
wo allahe
enti jauh pikirenmu anakku
enti datang rasa ni anakku
kati warus kuwajiben
kati ringen kubereten
gere sahpe pongku bepakat
gere sahpe pongku begenap
ini warus ni anakku nge berwajib
ringen nanakku nge kubereten
male kin biak seserenku
nge kububun kin tempuh tamahku
kin tulung bantungku
ike bercakap enti sintak
urum senengakmu
ike berperi enti sebegoramu
gelah santan mulimah ibibirmu
gelah tikel berbunge idelahmu
kati enti musebut suet
kati enti musidik sasat
anakku
sigere bermanat petenah
si berejer marah
enti kase
anakku minah ine i tiroko
enti nge minah ama i taluiko
kati enti musebut suet
kin upuhku sigere tumung
kin tukengku sigere korong
29
30
SUBUKU
(Anak)
naku iyo sisara iyoni
nge le musuket oros selpahku
nge le mulipet alas nemahku
male
male
male
male
munuruhen
munuruhen
munuruhen
munuruhen
langit si kupejujung
bumi si kupelenget
lepo kin peresek ni saputku
buntul pejeretenku
31
SEBUKU
(Ine)
gere male ku aran aran
gere male ku tos tos
lantaran nge edete urum hukume
hadise urum permane
ini kase kena nge mupinah
ama sietetahiko
kena nge mupinah
tete sijunteiko
gelah pane kase ko bertimah lemut
kin pejamut
gelah pane kase ko berturut payu
kin pentalu
gelah utus kase ko
munidesie lagu sembiding
gelah utus kase ko
munungkukie lagu semantung
kati enti kase musewak
ari ralike
kati enti kase musewak
ari perdue
kati enti kase musidik sasat
roh tenironku
kati enti kase musewak
lagu supu sange
ujunge turuh ralike sire
32
SEBUKU
(Inen Mayak ku Pong-pong nge)
o rakan sebet
o kaum segenapku
ulakmi kase ko
kubatang ruang sikupenguduk
kutete gergel si kupenaring
ilimet kawatiko kase
ine si rige tubuhe
ilimet kawatiko kase
ama si murense bedenne
enti kase datenko ine
mukerlop i tete tebel
enti datenko kase ama
musungkep idene rata
ike mungune kase
belang pediangante
isederenko kase aku
gere ne i eyopi kuyu daringi lo
ike mungune kase
telege tetibukente
iperinko kase nge manut kayu
nge manut atu
33
SEBUKU
(Anak)
turun kupeturunmi we aku ama
iyo kupe iyo mi we lao ni
esot kupe esotmi we
ari atan tete
turun kupeturunmi we aku
ari atan gergel
i engon-engon amami kahe urum inengku
ruang penomenku
erah-erah ama mi we urum inengku
remet lepo kahe jejuntenku
engon-engon amami kahe dapur penirunku
aku nge beresot
aku nge berlangkah
nti se emeh-emeh tu
kati enti talik tige e
nti se emeh-emehtu kahe amao salah bere e
gere mehat kase
nti mujurah bang aku munyintak
gere mehat kase
nta remalan bang aku begerdak
nta masebut suet bang kase
ku upuh ni ine sigere tumung
nta musewak uke bang kase
tuke ni amangku si gere korong
tiningkisku bang kase kadang ulak kubide
sesatku ulak kudene
oya kati kuperin
34
36
SEBUKU
(Ine)
wo anakku .
nge beluh kase anakku
gere ne run ranun anakku
urum rakan sebetmu
nge turun anakku
gerene run rene urum sudere
pengon engon mi kahe aku
keremet lepo jejunten anakku
pe-ah erahmi kahe aku
kudapur penirun anakku
anakku si opat nge beluh sara
taring tulu mi we
gere ne kutalui kahe anakku
gere ne kutiroi
gelah pane kase ko anakku
munanto ate ni ine si taluiko
gelah pane kase ko anakku
membeli basa nama si tiroiko
keti enti kahe musewak uke
sakit untung
keti nti musebut sapa
anakku si pedih ate
37
SEBUKU
(Anak)
ine wo
ine wo ine
aku bersirang urum inengku
aku nge mucere urum amangku
beseke musirangku urum inengku
betami mucere nyawa urum tubuhku
beta ke muceringku urum ine
betami mucere ni daging urum darahku
dum lagu ini ine metus e
dum lagu ini ine motop e
ine wo
emis pedi mata ni inengku nome
i tohi si reje ruji
wih sara tenting kero sara suep
i osah ine si kutalui
i osah ama si kutiroi
rapat pedi inengku kunul
i atan tete gergel ni
si rata tarah e ni
tete si rapat jan i
ini kase ine
nge terang kupeterangmi we lo
ni ulak kupeulakmi we ine
ari tete ni ine si kutaluini
i engon-engon inengku mi kase
wih wunen peniringku
i erah-erah ine mi kase
telege tetibuken ku
i erah-erah ine mi kase
bekas keruhku
38
39
xrksdu'i
42
SEBUKU MUNANAS
(Anak)
wo ama
mis pedi bange amangku nome
rapat pedi bang amangku kunul
itohi kero sisara suep
itohi gule sisara neles
kin pecere kasih
kin pesirang sayang
enta ini ikin amami kase mas irak
munibuki wih ari telege
enta ini kase
ikin ni amami koro kude
mumelkoki ranting
ari wan tamas karit
sebeb gere ne ara beden tubuhku
keta ejer marahi ama mulo aku
keta imanat petenahi ama mulo aku
pane kedie kase aku
munibuki oros ari beberasan engkip
pane kedie aku
munangkap poa ari kekatang rilip
ini kase
gere ne putih kuning
seri ni bedenku
sebeb sipudahni loni
ini kase
sana kene uwahni kayu
43
44
46
SEBUKU MATE
(Ine)
wo anakku
tudung payung pelongenku
daling kolak seserenku
anakku ine
kelik ni kalang rupenne kin ilamat
kuyu beremus bade remalan anakku
si munyawahan tenah
anakku
kupen male munaringen naku
si bebdedek mata
wo ipak
anak jantung atengku
oya pinte teniron ni amamu
sawah di ningko janyimu
gelah galakmi ateni amamu
gerene murui kero ipangane
nge durus waih i enome
wo ipak
kutentaman dede
kugerdakan tete anakku
keras ni sepakku
gere ke pengeko ipak
gelah engon arwahmumi
aku petangak ku langit
petungkuk kubumi
munemah emah nasip
ejel ternironku
wo anakku
dele di nge tene geh ku aku
47
48
Denang (puisi2)
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
50
S. Kilang
Yurni A.R. dkk
Harun Rasjid
L.K. Ara
Marjam Cobat
M. Adam Usman dkk
Ep Virgo
Abdurrahim Daudy
Sjehmidin
Yurni A.R. dkk
L.K. Ara
L.K. Ara