1. Penyuluh Pertanian beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
senantiasa menghormati dan memperlakukan petani-nelayan beserta keluarganya
sederajat dengan dirinya.
Dalam konteks ini, "beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa" mengacu pada pentingnya
dimensi spiritual dalam kehidupan seorang Penyuluh Pertanian. Mereka diharapkan memiliki keyakinan,
nilai-nilai moral yang kuat, dan komitmen untuk menjalankan tugas mereka dengan integritas dan
bertanggung jawab.
Pengertian dari aturan ini adalah bahwa seorang Penyuluh Pertanian harus memiliki keyakinan
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka juga diharapkan untuk menghormati dan
memperlakukan petani-nelayan beserta keluarganya dengan sederajat atau setara dengan
dirinya sendiri.
Contoh penerapan aturan ini adalah ketika seorang Penyuluh Pertanian memberikan layanan
dan informasi kepada petani-nelayan tanpa membedakan atau memihak pada kelompok
tertentu. Mereka menghormati pengetahuan dan pengalaman petani-nelayan, mendengarkan
pendapat mereka dengan penuh perhatian, dan membangun hubungan yang saling
menghormati dan bermartabat.
Aturan ini menggarisbawahi pentingnya dedikasi dan pengabdian Penyuluh Pertanian dalam membela
kepentingan petani-nelayan berdasarkan kebenaran. Mereka diharapkan menunjukkan perilaku teladan
yang serasi, selaras, dan seimbang kepada semua pihak yang terlibat dalam tugas penyuluhan pertanian.
Dedikasi dan pengabdian Penyuluh Pertanian tercermin dalam upaya mereka untuk secara aktif
memperjuangkan kepentingan petani-nelayan. Mereka harus berkomitmen untuk menjunjung tinggi
kebenaran dan objektivitas dalam menyampaikan informasi kepada petani-nelayan. Mereka tidak boleh
terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau pihak lain yang dapat merugikan petani-nelayan.
Contoh penerapan aturan ini adalah ketika seorang Penyuluh Pertanian memperjuangkan
kepentingan petani-nelayan dalam forum pertemuan atau diskusi dengan pihak terkait. Mereka
harus mengungkapkan fakta secara jujur dan berdasarkan data yang valid untuk mendukung
argumen mereka. Mereka juga harus menjaga sikap objektif dan tidak memihak agar dapat
mencapai keadilan dan keseimbangan dalam pengambilan keputusan.
Aturan ini menekankan pentingnya memelihara kesetiakawanan dan citra korps Penyuluh Pertanian
dalam menjalankan tugas mereka. Prinsip "silih asuh, silih asih, dan silih asah" menjadi landasan dalam
menjalin hubungan baik dengan petani-nelayan serta semua pihak terkait. Selain itu, Penyuluh Pertanian
diharapkan senantiasa bersikap dan bertingkah laku yang menghormati agama, kepercayaan, aturan,
norma, dan adat istiadat setempat.
Melalui prinsip "silih asuh, silih asih, dan silih asah", Penyuluh Pertanian menunjukkan sikap saling
mengasuh, saling menyayangi, dan saling mengasah dengan petani-nelayan. Mereka harus menjalin
hubungan yang erat dengan petani-nelayan, membantu mereka dalam memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan, memberikan dukungan moral, serta mendorong mereka untuk mencapai
kemajuan dan keberhasilan dalam usaha pertanian mereka.
Contoh penerapan aturan ini adalah ketika seorang Penyuluh Pertanian mengadakan pertemuan
dengan kelompok petani-nelayan yang memiliki latar belakang agama atau kepercayaan yang
berbeda. Penyuluh Pertanian harus menghormati keyakinan dan praktik agama atau
kepercayaan mereka, dan tidak melakukan tindakan atau perkataan yang melanggar nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh kelompok tersebut. Mereka juga harus memastikan bahwa program
atau kegiatan penyuluhan yang disampaikan tidak bertentangan dengan aturan, norma, atau
adat istiadat setempat.