Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM


UNIVERSITAS PRISMA
MANADO

JUDUL MAKALAH : PERIZINAN TERHADAP PEMBATALAN REKLAMASI


PANTAI

NAMA-NAMA KELOMPOK 1

JOSHUA Y DEDEDAKA (10221003)


PAMELA K WOWOR (10221004)

PRODI : ILMU HUKUM


MATA KULIAH : HUKUM PERIZINAN
DOSEN : SANDRA BINAMBUNI,SH,MH
BAB I PENDAHULUAN …….….……………………………………………...............

1.1Latar Belakang …………………...…………………………………………


1.2 Rumusan Masalah …………….……………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………...........


BAB III PENUTUP …………………….…....….………………………..…...................

Kesimpulan …………………………………………………..………………..................
Saran …………………….…………………………………………….............................
BAB I
PENDAHULUAN

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian
yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.
Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota, dan izin
untuk melakukan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi
perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau
tindakan.

Merujuk pandangan M. Hadjon dalam bukunya yang berjudul Pengantar Hukum


Administrasi, perizinan sebagai salah satu keputusan dalam rangka ketentuan-ketentuan
larangan dan atau ketentuanketentuan perintah. Larangan ini tidak dimaksudkan secara
mutlak namun untuk dapat bertindak dan mengendalikan masyarakat dengan cara
mengeluarkan izin, khususnya dengan menghubungkan peraturan-peraturan pada izin itu

Reklamasi pantai adalah,ucapaya yang di lakukan oleh manusia untuk mengubah suatu
lingkungan buatan.pada dasarnya,reklamasi merupakan kegiatan mengubah wilayah perairan
pantai menjadi daratan,dengan cara mengubah garis pantai atau kontur kedalaman perairan.

Tujuan reklamasi pantai adalah untuk meningkatkan sumber daya lahan yang awalnya tidak
mempunyai manfaat atau kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat apabila di tinjau dari
aspek lingkungan,aspek sosial,dan aspek ekonomi wilayah setempat.lahan yang dapat di
jadikan tempat untuk melakukan reklamasi adalah kawasan pantai,lepas pantai atau
offshore,danau,rawa-rawa maupun sungai yang luas.
Kawasan yang dilakukan reklamsi selanjutnya dapat memanfaatkan untuk kawasan
pemukiman,perindustrian,bisnis dan pertokoan,pertanian,serta objek wisata.

1.1 LATAR BELAKANG

Reklamsi teluk jakarta di mulai pada tahun 1995,ketika Presiden soeharto menerbitkan
Keputusan Presiden Nomor 52 tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta.Waktu
itu,reklamasi bertujuan memperluas daratan Jakarta dengan cara mengeruk laut.

Baru pada 2012,lewat Pergub No.121 Tahun 2012 yang di keluarkan Gubernur Fauzi
Bowo,desain reklamasi berubah menjadi pembentukan 17 pulau baru.Pulau-Pulau itu akan
digunakan sebagai permukiman,wisata,perdagangan,dan distribusi barang.

Setelah itu sempat terjadi tarik-menarik antara pemerintah pusat dan pemprov DKI Jakarta
soal reklamasi.Pada Mei 2016,KLHK menyegel pulau C,D,dan G selama 120 hari.tapi
kemudian Pemprov DKI kembali menerbitkan izin lingkuan pada April 2017.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah yaitu :
Apakah Perizinan Pembatalan Reklamasi Pantai dapat di batalkan?
BAB II
PEMBAHASAN
Tahun 2012, Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo kembali
mengukuhkan rencana reklamasi. Regulasi soal reklamasi ini diperbarui lagi dengan
disahkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
2030. Gubernur Fauzi Bowo memberikan izin persetujuan prinsip reklamasi untuk 12
pulau kepada tujuh pengembang. Melanjutkan dikeluarkannya Izin Prinsip dan Peraturan
Gubernur di masa Fauzi Bowo itulah, Gubernur Basuki Cahya Purnama pada periode
2014-2015 menandatangani Izin Pelaksanaan Reklamasi. Mengiringi izin tersebut, pada
tanggal 25 November 2015 Gubernur Basuki Cahya Purnama menyerahkan Rancangan
Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara
Jakarta kepada DPRD DKI Jakarta. Di Raperda inilah, Gubernur Basuki Cahya Purnama
menambahkan klausul untuk meminta tambahan kontribusi dari pihak pengembang
sebesar 15 persen dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) total lahan yang dapat dijual.
Klausul inilah yang kemudian menjadi pangkal skandal suap reklamasi Teluk Jakarta.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam
hal ini Pemerintah Kota/Kabupaten yang sudah memiliki peraturan walikota/ peraturan
bupati yang mengatur tentang reklamasi pantai di Kota/Kabupaten, maka Pemerintah
Kota/Kabupaten tersebut memiliki dasar hukum yang kuat untuk melaksanakan perizinan
reklamasi, yaitu dengan dibuatnya Peraturan Walikota Kota/ Peraturan Bupati yang
mengatur tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil untuk
Kota/Kabupaten. Semenjak UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dalam Pasal 27, kewenangan untuk memberikan izin kegiatan reklamasi pantai
tidak lagi pada kewenangan Pemerintah Kota/Kabupaten, melainkan kewenangannya ada
pada Pemerintah Daerah Provinsi. Keputusan Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi
haruslah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, hal ini dapat dilihat baik dari sisi kewenangan, prosedur maupun substansi,
dimana syarat sah Keputusan Pemerintahan harus didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Keputusan yang
tidak memenuhi persyaratan aspek wewenang merupakan Keputusan yang tidak sah,
sedangkan Keputusan yang tidak memenuhi persyaratan aspek prosedur dan substansi
merupakan Keputusan yang BATAL atau dapat DIBATALKAN.

Secara prosedural jenis Perizinan Reklamasi pantai di atur dalam Pasal 15 Peraturan
Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang yang akan melaksanakan
reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi. Izin lokasi menurut
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28/PERMEN-KP/2014 Tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2013
tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dibagi menjadi dua
bagian, Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Lokasi Sumber Material reklamasi.

Kemudian kasus ini ditolak dengan tegas oleh beberapa aktivis lingkungan hidup karena
menurut mereka rencana reklamasi ini akan mencemari lingkungan sekitar dan
menghancurkan ekosistem bawah laut. Limbah dari hasil pembangunan pulau reklamasi juga
belum dikelola dengan baik oleh para pekerja, hal ini membuat resah masyarakat sekitar
pulau reklamasi. Pulau reklamasi letaknya juga berdekatan dengan hutan bakau yang ada di
pantai utara. Ketika air pasang maka akan terlihat seperti air laut pada umumnya sedangkan
ketika air sedang surut maka yang terlihat hanya genangan lumpur dari hasil pembangunan
pulau reklamasi.

Selain berdampak dengan lingkungan, reklamasi juga berdampak pada perekonomian


masyarakat sekitar. Pendapatan para nelayan menurun drastis karena ikan-ikan yang dulunya
ada di perairan dangkal saat ini sudah tidak ada, walaupun ada itu pun sangat sedikit
jumlahnya sedangkan modal untuk melaut.

BAB III

PENUTUP

Perizinan reklamasi pantai Utara Jakarta dinilai tidak sesuai, karena Gubernur DKI telah
mengeluarkan izin terlebih dahulu sebelum adanya Peraturan Daerah Reklamasi. Pemprov
DKI Jakarta juga tidak dapat membuktikan tentang adanya Peraturan Daerah Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil (RZWP-3-K) sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan
Pasal 7, Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil.

KESIMPULAN :
Terhadap semua pertimbngan di atas,Maka Gubernur Anies Baswedan MENCABUT semua
IZIN REKLAMASI PANTAI DKI JAKARTA.

SARAN
Perizinan reklamasi Pantai Utara Jakarta yang dilakukan oleh perusahan maupun
perseorangan harus memperhatikan keseimbangan ekosistem darat dan ekosistem laut serta
lingkungan hidup sehingga ekosistem yang ada tidak rusak dan mengalami kepunahan serta
memperhatikan keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitar wilayah pesisir. Untuk
Pemerintah hendaknya segera mengsahkan draf Rancangan Peraturan Daerah Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) untuk wilayah Jakarta yang
merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, hal ini dimaksudkan untuk menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap
satuan perencanaan disertai dengan penetapan alokasi ruang pada kawasan perencanaan yang
memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Dan juga Pemerintah segera MENCABUT Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995
Tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta karena Keppres tersebut tidak sesuai Undang-
Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Anda mungkin juga menyukai