Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMY

(PRAKTIKUM SISTEM ORGAN MANUSIA)


Dosen : Kristiawan Prasetyo Agung Nugroho, M.Si.

Disusun Oleh :

Andrean Eki Pratama (472023009)

Louisa Dheya Marilla (472023011)

Jelita Dwi Maharani Solisa (472023028)

Kevin Arya Mahendra (4720230263)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI GIZI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pencernaan manusia adalah suatu sistem dalam tubuh yang berperan sebagai
penerima makanan dari luar, yang kemudian diproses di dalam organ-organ
pencernaan manusia, dimulai dari menerima makanan dari luar, mencerna, menyerap
bahan yang dapat diserap, serta mengeluarkan sisa-sisa pencernaan. Hasil-hasil
pencernaan kemudian diserap, sedangkan sisa-sisa pencernaan dibuang melalui alat-
alat pengeluaran khusus. Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan
berbagai kelenjar aksesoris yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran
(ductus) ini melalui saluran (Campbell et al., 2004 : 29). Jumlah makanan yang
dicerna ditentukan oleh hasrat intrinsic untuk makan yang dinamakan lapar dan jenis
makanan yang disukai ditentukan oleh selera (Guyton, 1990:576).

Tahapan pengelolaan makanan terdiri dari ingesti, digesti, absorpsi dan eliminasi
(Campbell et al., 2010:35). Ingesti merupakan merupakan tindakan makan. Makanan
dapat ditelan dalam bentuk cair maupun padat. Pada tahap digesti (pencernaan),
makanan nantinya akan dipecah menjadi molekul-molekul kecil untuk diabsorpsi oleh
tubuh. Digesti kimiawi dibantu oleh enzim. Berbagai jenis enzim mengatalisis
pencernaan molekul-molekul besar dalam makanan. Digesti mekanis adalah proses
pemecahan makanan menjadi potongan kecil sehingga meningkatkan area permukaan
untuk proses-proses kimiawi (Campbell et al., 2010:36). Dua tahap terakhir
pengolahan makanan terjadi setelah makanan dicerna. Pada tahap absorpsi, sel-sel
menyerap molekul kecil seperti asam amino dan gula sederhana. Sistem pencernaan
memecah gumpalan besar makanan yang dimakan menjadi bagian yang cukup kecil
untuk melewati dinding usus dan larut dalam darah. Eliminasi merupakan tahapan
terakhir, saat zat-zat yang tidak tercerna dikeluarkan dari system pencernaan
(Campbell et al., 2010:36).

Mempelajari dan mengetahui sistem pencernaan pada manusia dan gangguannya


sangat penting untuk dapat menjaga kesehatan tubuh. Sistem pencernaan adalah
bagian penting dari tubuh manusia dan memahaminya cara kerjanya membantu kita
memahami bagaimana cara menjaga kesehatan diri. Dengan pengetahuan tentang
bagaimana makanan diproses dan diserap, kita dapat membuat pilihan makanan yang
lebih sehat dan menghindari dari masalah pencernaan. Memahami sistem pencernaan
membantu kita juga dalam mengidentifikasi berbagai masalah kesehatan seperti Maag
dan GERD. Memahami gejalanya membantu kita mencari pertolongan medis dengan
cepat dan mengelola kondisi tersebut dengan lebih baik.

1.2 Tujuan
 Penugasan bertujuan untuk membantu praktikan memahami bagaimana
proses usus halus untuk mencerna makanan di dalam sistem pencernaan.
 Penugasan bertujuan untuk mengetahui dan menambah pemahaman
praktikan tentang fungsi masing-masing organ usus halus secara detail.
 Penugasan bertujuan untuk mengetahui dan menambah pemahaman
praktikan tentang enzim yang terdapat pada usus halus.
 Penugasan bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang
proses penyerapan dan pencernaan pada usus halus dilengkapi dengan
mekanisme sistem organ.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil

Tabel gambar organ


No GAMBAR KETERANGAN
1. 10. Duodenum
Terletak langsung setelah keluar dari lambung,
berbentuk “C” di sekitar kepala pancreas.

14. Ileum
Strukturnya berlipat-lipat, terletak diantara jejunum
dan usus besar, panjangnya sekitar 2-4 meter, untuk
penyerapan zat gizi.

24. Jejunum
Terletak ditengah (antara duodenum dan ileum),
terdapat villi dan microvilli pada permukaan
dindingnya.

Gambar 1 : Usus halus manusia

2. Bagian dari duodenum


1. Pars Superior
Terletak pada ostium pyloricum gaster
sampai collum vesicae fellea.
2. Pars Descendens
Terletak pada collum vesicae fellea sampai
ke tepi bawah vertebra L3.
3. Pars Inferior
Bagian terpanjang dan menyilang pada
vena cava inferior, aorta dan columna
vertebralis.

Gambar 2 : Bagian usus halus (duodenum)


3.
1. Papilla Duodeni Major
Tempat di mana empedu dari kantong
empedu dan cairan pankreas bercampur
dengan makanan yang diencerkan dari
lambung.
2. Papilla Duodeni Minor
3. Duodenum, Pars Ascendens
4. Duodenum, Pars Horizontalis

Gambar 3 : Bagian dari Duodenum


5. Duodenum, Pars Descendens
6. Duodenum, Pars Superior

4.
1. Mucosa
2. Submucosa
3. Muscularis
4. Intestinal Glands (kelenjar pada usus halus
untuk produksi enzim pencernaan)
5. Muscularis Mucosae
6. Duodenal Gland (kelenjar pada dinding
duodenum)
7. Villi (struktur kecil mirip jari-jari)

Gambar 4 : Kenampakan sel vili pada dinding duodenum 8. Lumen of Duodenum


(perbesaran lensa 45x)
5.
1. Villi
2. Brush border
Serangkaian microvilli
3. Goblet cell
Berbentuk seperti gelas atau kendi
4. Intestinal glands
5. Absorptive cell
Bertugas menyerap zat gizi dari saluran
pencernaan ke sistem peradaran darah
Gambar 5 : villi pada dinding duodenum (perbesaran lensa
160x)

6.

1. Duodenum
2. Jejunum
3. Ileum
Lokasi titik di mana bagian terakhir dari usus
halus, yang disebut ileum, berakhir dan
bertemu dengan bagian awal dari usus besar,
yang disebut cecum.

Gambar 6 : Usus halus manusia (animasi)


7.
Jejunum
1. Vascular arcade
2. Vasa recta

Ileum
1. Multiple vascular arcades
2. Vasa recta
Gambar 7 : jejunum dan ileum Jaringan pembuluh darah untuk reabsorpsi dan
sekresi

8.

1. Glandulae duodenales
2. Tela submucosa
3. Tunica muscularis
Stratum circulare
4. Tunica muscularis
Stratum longitudinale
Gambar 8 : struktur dinding duodenum

2.2 Pembahasan

Usus Halus (Intestinum Tenue)

Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.

1. Duodenum (Usus Duabelas Jari)


Bagian pertama dari usus halus adalah duodenum. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Duodenum
merupakan tabung berbentuk “C” letaknya dekat dengan caput pankreas dan berada
di atas umbilicus. Panjang Duodenum sekitar 20-25 cm dan memiliki lumen paling
lebar dibanding dengan bagian lainnya. Duodenum adalah tempat di mana saluran
empedu (disebut common bile duct) dan saluran pankreas (disebut pancreatic duct)
bergabung dan membuka ke dalam lumen duodenum. Di sini, makanan dicerna
lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan yang diproduksi oleh pankreas, seperti
lipase, amilase, dan tripsin, serta oleh empedu yang mengandung emulsi lemak.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari yang


merupakan bagiam pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalu sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk mengalirkan makanan.
Aktivitas duodenum diatur oleh berbagai hormon dan sinyal saraf, termasuk
hormon gastrin yang merangsang produksi asam lambung, dan hormon sekretin
serta kolesistokinin (CCK) yang merangsang pelepasan cairan pankreas dan
empedu.Duodenum terbagi menjadi 4 bagian, yaitu :

a. Pars superior : secara harafiah diterjemahkan sebagai “bagian atas


duodenum”. Bagian ini terletak pada ostium pyloricum gaster sampai collum
vesicae fellea dan sering disebut sebagai ampulla. Peran penting pars superior
duodenum adalah untuk menerima makanan yang telah dicerna dari lambung
dan memulai proses pencernaan lebih lanjut. Pars superior duodenum memiliki
struktur yang dilapisi oleh lapisan epitelium dan dilengkapi dengan lipatan-
lipatan vili yang meningkatkan permukaan penyerapan nutrien.
b. Pars descendes : Pars descendens duodenum adalah bagian dari duodenum
yang merujuk pada segmen vertikal atau turun yang terletak tepat di bawah
sudut superior duodenum. bagian ini terletak pada collum vesicae fellea sampai
ke tepi bawah vertebra L3 , pada pars descendens terdapat papilla duodeni
major dan papilla duodeni minor. Juga di sini, kelenjar duodenal minor
(kelenjar Brunner) yang memproduksi lendir untuk melindungi dinding
duodenum dari asam lambung di lambung.
c. Pars inferior : Merujuk kepada bagian bawah atau bagian inferior dari
duodenum, yaitu bagian terbawah dari usus halus yang terletak tepat sebelum
jejunum. Ini adalah bagian terakhir dari duodenum sebelum makanan atau
cairan pencernaan bergerak ke jejunum. Dalam struktur anatomi, pars inferior
duodenum berada di bawah bagian superior duodenum dan merupakan bagian
yang lebih pendek.
d. Pars ascendes : Pars ascendens duodenum relatif terhadap organ-organ lain
dalam rongga perut, seperti hati, kantong empedu, dan ginjal kanan. Bagian ini
diperkirakan berjalan di sisi kiri atau naik dari aorta sampai tepi atas vertebra
L2 dan berakhir menjadi flexura duodenojejunalis.

Dinding dari duodenum terdiri dari 4 lapisan. Lapisan pertama adalah


lapisan mukosa, lapisan kedua adalah jaringan ikat submukosa dengan kelenjar
duodenal (Brunner), lapisan ketiga adalah dua lapisan otot polos pada muskularis
eksterna, dan lapisan terakhir adalah serosa peritoneum visceralis. Meskipun
sebagian besar penyerapan zat gizi terjadi di jejunum dan ileum, duodenum juga
memiliki peran dalam penyerapan beberapa zat gizi, terutama mineral seperti besi
dan kalsium.

Usus halus memiliki beberapa ciri yaitu tonjolan seperti jari yang disebut
vili, lapisan sel epitel kolumner berjajar dengan mikrovili yang membentuk striated
borders, dan kelenjar intestinal yang tubular dan pendek (kripte Lieberkuhn). Vili
merupakan mukosa yang mengalami modifikasi. Diantara vili terdapat intervillous
space. Setiap vili berisi inti yaitu lapisan propria, serabut otot polos yang menonjol
dari muskularis mukosa ke vili, dan pembuluh limfatik sentral yaitu lacteal.

Masing-masing dari segmen usus halus memiliki perbedaan khusus yang


membuat kita mengenal masing-masing segmen secara mikroskopik. Duodenum
memiliki karakteristik :

A. Memiliki Glandula Brunner pada lapisan submucosa. Glandula ini akan


memproduksi senyawa alkaline dengan pH 8.8 hingga 9.3 untuk
menetralkan kimus yang bersifat asam dari lambung.
B. Vili duodenum luas dan pendek seperti daun (leaflike shape).
C. Duodenum dikelilingi lapisan serosa inkomplit dan lapisan
adventitianya lebih luas dari lapisan serosa.
D. Duodenum mengumpulkan empedu dan sekresi pancreas dari saluran
empedu dan ductus pancreas. Sfingter oddi terdapat pada ampula
terminal dari dua ductus yang saling berhubungan.

2. Jejunum (Usus Kosong)


Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
inggris modern. Arti aslinya berasal Latin, jejunum yang berarti “kosong”. Usus
kosong adalah bagian kedua dari usus halus. Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus diantara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Jejunum merupakan bagian kedua dari usus halus, dimulai dari flexura
duodenojejulis dimana trakus gastrointestinalis kembali menjadi intraperitoneal.
Sebagian besar jejunum berada di kuadran kiri atas abdomen dan lebih besar
diameternya serta memiliki dinding yang lebih tebal dibandingkan dengan ileum.
Lapisan bagian dalam mukosa jejunum diandai dengan adanya banyak lipatan
menonjol yang mengelilingi lumenya (plika sirkularis). Karakteristik unik jejunum
adanya arcade arteriae yang kurang jelas dan vasa recta yang lebih panjang
dibandingkan dengan ileum.
Permukaan dalam usus kosong berupa membrane muncus dan terdapat
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Dibandingkan dengan
jejunum, ileum memiliki dinding yang lebih tipis, lipatan lipatan mukosa yang
lebih sedikit dan kurang menonjol. Jejunum memiliki karakteristik :
1. Vilinya memiliki bentuk yang mirip jari tangan.
2. Jejunum tidak memiliki glandula Brunner pada lapisan submukosa.
3. Plaque peyeri pada lamina propria dapat ada, tetapi tidak sedominan seperti di
ileum.
4. Sel paneth ditemukan pada dasar kripte Liberkuhn.

3. Ileum (Usus Penyerapan)


Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Ileum memiliki panjang
sekitar kurang lebih 4-5 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum merupakan usus halus yang terletak disebelah
kanan bawah berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orisofisum
ileohsekalis yang diperkuat oleh sfingter dan katup valvula ceicalis yang berfungsi
mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum. Dibandingkan
dengan jejunum, ileum memiliki dinding yang lebih tipis, lipatan-lipatan mukosa
(plika sirkularis) yang lebih sedikit dan kurang memonjol, vasa recta yang lebih
pendek, lemak mesenterium lebih banyak, dan lebih banyak arcade arteriae.
Ileum berfungsi untuk menyerap sari sari makanan dan juga zat gizi. Ileum
memiliki ciri ciri karakteristik sebagai berikut :
1. Vilinya menyerupai jari tangan, tetapi lebih pendek dibandingkan jejunum.
2. Tidak terdapat glandula Brunner.
3. Plaque peyeri, folikel limfoid (nodul) ditemukan pada mukosa dan merupakan
bagian dari submukosa.
4. Sel Paneth dapat ditemukan pada dasar kripte Lieberkuhn.

Enzim yang terdapat pada usus halus (microvilli membrane)

BAB III
KESIMPULAN

Usus halus adalah tempat terminal untuk pencernaan makanan, absorpsi zat gizi
dan sekresi endokrin. Usus halus merupakan bagian terpanjang dari traktus
gastrointestinalis dan terbentang dari ostium pyloricum gaster sampai plica
ileocaecale. Struktur berupa tabung yang panjangnya sekitar 6-7 meter dengan
diameter menyempit dari permulaan sampai ujung akhir, yang terdiri dari
duodenum, jejunum dan ileum.
Pada Duodenum makanan dicerna lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan
yang diproduksi oleh pancreas, seperti lipase, amilase dan tripsin serta oleh
empedu yang mengandung emulsi lemak. Pada Jejunum terjadi penyerapan
gula, asam amino dan asam lemak. Pada Ileum terjadi penyerapan zat gizi yang
tidak diserap dengan baik oleh Duodenum dan Jejunum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Campbell, N.A., Jane B. R., Laurence G. M. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta : Erlangga.
2. Campbell, N. A., Jane B. R., Lisa A. U., Michael L. C., Steven A. W., Peter V. M.,
and Robert B. J. (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
3. Guyton. (1990). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Sakit. Jakarta : Erlangga.
4. Kimball, J. W. (1983). Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta Erlangga.
5. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
6. Wulandari, E. M & Hendarmin, L. A. (2010). Integrasi Biokimia dalam Modul
Kedokteran. Jakarta : Cipta Karya Mulia.
7. Junqeira, L.C & Jose Carneiro. (1980). Basic Histology. California : Lange Medical
Publications.
8. Raven, P.H., and Johnson, G.B. (1986). Biology. Times Mirror/Mosby Collage
Publishing.
9. Rohon, Yokochi, Luthen-Drecoll. (2011). Color Atlas of Anatomy : A
Photographic Study of the Human Body 7th Edition. New York : Schattauer.
10. Santoso Gunardi, F. Paulsen, Jens Waschke. (2019). Sobotta Atlas of Human
Anatomy 24th Edition. Singapore : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai