1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh bawang putih
terhadap keawetan tahu.
1 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antimikroba
Penambahan tambahan seperti pengawet pada bahan pangan merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan
maupun penurunan mutu bahan pangan. Bahan pengawet dapat
mencegahkerusakan biologi yang disebabkan oleh mikroorganisme atau disebut
dengan antibakteri. Antimikroba alami adalah senyawa yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur pada
bahan pangan yang berasal dari bahan – bahan alami seperti bawang putih, minyak
esensial, madu, dan bahan – bahan alami lainnya. Antimikroba yaitu suatu zat-zat
kimia yang diperoleh atau dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme, zat
tersebut mempunyai daya penghambat aktifitas mikororganisme lain meskipun
dalam jumlah sedikit Penggunaan antimikroba alami dapat menjadi alternatif
pengawetan yang lebih aman dan efektif dari pada antibiotik sintetis yang dapat
menimbulkan resistensi antimikroba yang ada bahan pangan (Febriani et al., 2021).
2 Universitas Sriwijaya
3
2.3. Pengawetan
Penambahan bahan yang memiliki antimikroba dan antibakteri untuk menjaga
kualitas dan kesegaran makanan agar dapat disimpan lebih lama dikenal sebagai
pengawetan makanan. Pengawetan dengan suhu rendah, seperti pembekuan dan
pendinginan, dapat menghentikan perkembangan bakteri dan mengurangi
kerusakan enzimatik pada makanan. Pengawetan dengan penggunaan bahan
pengawet alami atau sintetis seperti garam, gula, cuka, asam sitrat, dan natrium
benzoat, yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada makanan.
Pengawetan dengan pengasapan adalah proses mengasapi makanan dengan kayu
atau bahan organik lainnya untuk membunuh bakteri dan memberinya aroma yang
unik, jika menggunakan bahan pengawet, perhatikan dosis dan cara
menggunakannya dengan benar agar tidak menimbulkan efek samping.
Penggunaan bahan pengawet sintetis yang berlebihan pada bahan pangan dapat
menimbulkan resistensi mikroorganisme terhadap bahan pengawet tersebut,
sehingga bahan pengawet alami lebih aman dan efektif (Nihali et al., 2020).
2.4. Tahu
Tahu adalah makanan yang populer di banyak negara Asia, terutama Indonesia,
Tiongkok, dan Jepang dan juga telah menjadi bagian dari banyak masakan global.
Kedelai direndam, direbus, dan kemudian digiling menjadi pasta. Pasta kedelai ini
kemudian dicetak menjadi berbagai bentuk dan diendapkan atau diproses lebih
lanjut untuk menghasilkan tahu yang solid. Tahu memiliki tekstur yang lembut dan
netral dalam rasa, yang memungkinkannya menyerap rasa bumbu dan saus yang
digunakan dalam masakan. Bentuk tahu bervariasi dari tahu putih yang lembut
hingga tahu kuning yang lebih padat. Tahu sebagai sumber protein nabati yang
tinggi, sering digunakan oleh vegan dan vegetarian sebagai pengganti daging
karena mengandung banyak nutrisi penting seperti vitamin B, kalsium, magnesium,
dan zat besi. Produksi tahu memerlukan lebih sedikit sumber daya dari pada
produksi daging hewan, tahu juga merupakan bahan makanan yang ramah
lingkungan, karena memiliki keanekaragaman jenisnya dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai bumbu dan sifatnya yang netral, tahu serbaguna
dalam masakan dan digunakan diberbagai hidangan (Herdhiansyah et al., 2022).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
4 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari pengamatan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tahu
Uji Organoleptik
Hari ke- Warna
Tekstur Aroma
0 Lembut Tidak menyengat L*= 88.92
C*= 3.29
h* = 282.05
1 Lembut Agak menyengat -
2 Lembut Menyengat -
3 Agak keras Menyengat -
4 Keras Menyengat L*= 88.98
C*= 15.09
h* = 73.49
5 Universitas Sriwijaya
6
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang pengawetan bahan pangan menggunakan
pengawet alami. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah tahu putih Tahu
adalah salah satu bahan pangan yang umur simpannya relatif singkat apabila
dibiarkan dalam suhu ruang dan jika dibiarkan dalam suhu dingin akan terbentuk
lendir karena pada pembuatan tahu memerlukan perendaman sehingga dapat
terkontaminasi oleh air perendaman. Parameter yang akan diuji pada pengamatan
kali ini antara lain warna, tekstur dan bau dari tahu yang digunakan pengawet alami.
Pengujian warna dengan menggunakan color reader dalam sistem nilai L*
(lightness) menunjukkan gelap terangnya warna suatu bahan pangan dengan nilai 0
untuk warna hitam sampai dengan 100 untuk menyatakan warna putih, C* (chroma)
menunjukkan semakin rendah nilai chroma, maka warna tersebut akan semakin
pudar atau pucat, dan h* (hue) adalah nilai yang menunjukkan panjang gelombang
sehingga menentukan dapat warna bahan yang diukur pada hari ke 0 dan hari ke 4.
Tahu yang sudah dioleskan dengan bawang putih yang sudah dihaluskan
menjadi lebih awet, terlampir pada hasil pengamatan tahu yang dioleskan dengan
bawang putih yang dihaluskan pada hari ke-2 masih memiliki tekstur yang sama
dengan hari ke-0 walaupun mempunyai aroma yang menyengat yang berasal dari
bawang putih, hal ini dikarenakan bawang putih mengandung allicin. Allicin,
senyawa aktif bawang putih, memiliki kekuatan bakteriostatik dan antimikroba
terhadap berbagai jenis bakteri gram positif dan gram negatif. Allicin menghentikan
dan menghancurkan berbagai jenis bakteri. Bawang putih dapat menghentikan
pertumbuhan bakteri, membuatnya sangat baik sebagai pengawet. Mekanisme kerja
allicin yaitu dengan cara merusak membrane sitoplasma dari sel bakteri yang
berfungsi mengatur masuknya bahan makanan atau nutrisi dan menghilangkan
komponen pada permukaan sel sehingga terjadi penipisan. Perbedaan tahu pada hari
ke-0 dan hari ke-4 memiliki perbedaan yang cukup signifikan yang dimana pada
hari ke-0 tahu masih memiliki tekstur yang lembut dan aroma yang tidak menyengat
sedangkan pada hari ke-4 tahu sudah memiliki perubahhan yang cukup signifikan
karena terjadi perubahan terhadap tekstur menjadi keras, hal ini karena kehilangan
kandungan air yang ada didalam bahan tersebut sebab pada kandungan bawang
putih terdapat kandungan yang bisa mengikat air dalam bahan (Moulia, 2018).
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Tahu yang sudah dioleskan dengan bawang putih yang sudah dihaluskan
menjadi lebih awet.
2. Allicin, senyawa aktif bawang putih, memiliki kekuatan bakteriostatik dan
antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri gram positif dan gram negatif.
3. Mekanisme kerja allicin yaitu dengan cara merusak membrane sitoplasma dari
sel bakteri yang berfungsi mengatur masuknya bahan makanan atau nutrisi dan
menghilangkan komponen pada permukaan sel sehingga terjadi penipisan.
4. Perubahan terhadap tekstur menjadi keras, hal ini karena kehilangan
kandungan air yang ada didalam bahan tersebut sebab pada kandungan bawang
putih terdapat kandungan yang bisa mengikat air dalam bahan.
5. Bawang putih dapat menghentikan pertumbuhan bakteri, membuatnya sangat
baik sebagai pengawet pada bahan pangan.
7 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Herdhiansyah, D., Reza, R., Sakir, S., dan Asriani, A. 2022. Kajian Proses
Pengolahan Tahu Studi Kasus Industri Tahu di Kecamatan Kabangka
Kabupaten Muna. Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 24(2), 231-237.
Moulia, M. N. 2018. Antimikroba ekstrak bawang putih. Jurnal Pangan, 27(1), 55-
66.
Nihali, M. P., Sulistijowati, R., dan Yusuf, N. 2020. Pengawetan Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis) Menggunakan Sari Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
Selama Penyimpanan Suhu Ruang. Jambura Fish Processing Journal, 2(2),
68-76.
Raudoh, A., Miftah, A. M., dan Kurniaty, N. 2019. Efektivitas Kombinasi Bawang
Putih (Allium sativum L.) dan Wortel (Daucus carota L.) sebagai Pengawet
Ikan Bandeng (Chanos chanos). Prosiding Farmasi, 5 (2), 789-795.
8 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN GAMBAR
Hari ke-4
9 Universitas Sriwijaya