Anda di halaman 1dari 20

MENINGITIS

Kelompok 4
ANGGOTA KELOMPOK 4 :

1. Rizal nurul fadhilah


2. Rizma Tri Lestari
3. salista Aurelinisa
4. salma khoerunisa
PENDAHULUAN
penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama salah satu
penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. penyebab infeksi susunan sarap
pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. meningitis merupakan penyakit
infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
bakteri penyebab meningitis ditekan diseluruh dunia, dengan segala angka kejadian
penyakit yang bervariasi. di Indonesia dilaporkan bahwa haemophilus influenzae tipe B
ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis.
pada penelitian lanjutan, dilaporkan 38% penyebab meningitis pada anal kurang dari 5
tahun di Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebutkan Neisseria meningitis 2,1
kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 0-4 tahun dan 15-19 pertahun
sedangkan kasus per meningitis yang disebabkan steptoccocus pneumonie angka
kejadian pertahun 10-100 per 100.000 populasi pada anak kurang dar 2 tahun dan
diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia, dengan angka
kematian pada anak sebesar 15%, retardasi 17%,kejang 14% dan gangguan pendengaran
28%.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami tentang pengertian meningitis
2. Memahami tentang epidemiologi meningitis
3. Memahami tentang etiologi meningitis
4. Memahami tentang tanda dan gejala
meningitis
5. Memahami tentang pathway meningitis
6. Memahami tentang Patofisiologi meningitis
7. Memahami tentang pemeriksaan penunjang
pada meningitis
8. Memahami tentang Komplikasi Pada
meningitis
9. Memahami tentang penatalaksanaan
meningitis
10. Memahami tentang diagnosa keperawatan
meningitis
11. Memahami tentang Perencanaan meningitis
12. Memahami tentang implementasi
meningitis
13. Mengetahui tentang evaluasi meningitis
PENGERTIAN

meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dam spinal
column yang menyebabkan proses infeso pada sistem infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita Yuliani 2006.). pengertian lain juga menyebutkan bahwa meningitis adalah
inflamasi arakhnoid dan pia meter yang mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi
menyebar ke subrachnoid darimotak dam medual spinalis biasanya dari ventrilel
(Battivaca, Fransisca, 2008). Dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu reaksi yang
terjadi dari peradangan yang terjadi akibat infeksi karena bakteri, virus maupun jamur
pada selaput otak (araknoid dan piameter) yang ditandai dengan adanya sel darah putih
dalam cairan serebrospinal dan menyebabkan perubahan pada struktur otak.
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi meningitis bervariasi antar wilayah, dengan
jumlah kasus meningitis sekitar 1,38 kasus per 100.000 di
benua Amerika dengan case fatality rate sebesar 14.3%.
Menurut WHO, belum ada estimasi akurat mengenai
prevalensi kejadian dan mortalitas meningitis di dunia.
Didapatkan data bahwa terdapat negara-negara endemik
tinggi meningitis, yaitu negara Afrika Sub Sahara dengan >10
kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan
data Kementerian Kesehatan tahun 2011, didapatkan jumlah
kasus meningitis terjadi pada laki-laki sebanyak 12.010 pasien
dan wanita sebanyak 7.371 pasien dengan jumlah kematian
sebesar 1.025. Insidens meningitis di Indonesia pada tahun
2016 diketahui melebihi 78.000 kasus, dengan angka
kematian lebih dari 4.000 kasus.
ETIOLOGI

Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai


macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus),
Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi
predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal,
dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.
A. Meningitis bakteri (piogenik)
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam
bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit,
limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri dari
bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan
serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran
serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat
granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang
subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebihlanjut dan peningkatan tekanan intrakranial.
Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan
menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau
keluar dari sel.

B. Menigitis Virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis. Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari
berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex dan herpes. zoster.
Pembentukan eskudatpada umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan meningens.
Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus
herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi enzim
atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan neurologi.
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitis ada 2 yaitu:
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan Neiseria meningitidis,
stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan diplococcus
pneumonia.
TANDA DAN GEJALA
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
a. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
b. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif dan koma
c. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
• Rigiditas nukal ( kaku leher ).5 Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
• Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan
dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat
di ekstensikan sempurna.
• Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan
maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila
dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang
berlawanan.
d. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral
dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
f. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang
menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.
FATOFISIOLOGI
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan
bagian dalam piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus
choroid yang kemudian dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat
tembus pada CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang
subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada
ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf
kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel
yang mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada
lapisan araknoid dari meningintis.
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi,
prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia
luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan pada pia,
araknoid, cairan serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan
masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus
(Widagdo, dkk, 2013).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fungsi tumbal
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,sel darah putih dan protein meningkat,
glukosa dan protein, kultur(-).
b. Pada Meningitis Purulenia terdapat tekanan intrakranial meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan
protein meningkat, glukosa menurun, kultur(+) beberapa jenis bakteri.

2. Pemeriksaan darah
Dilakukan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada Meningitis Tuberkolosa
didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenia didapatkan peningkatan leukosit.

3. pemeriksaan radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan
b. Pada Meningitis Purulenia dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada
(Smeltzer, 2002).
KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus
2. Infark serebral
3. Syndrome waterhouse Friederichsen : hipotensi, perdarahan kulit
4. kelenjar adrenal
5. Defisit saraf kranial
6. Ensefalitis
7. Abses otak
8. Kerusakan visual
9. Deficit intelektual
10. Kejang
11. Endokarditis
12. Pneumonia
13. Gangguan pembekuan darah
14. Syok septic
15. Efusi subdural
16. .Demam yang memanjang
17. Peningkatan intrakranial
PENATALAKSANAAN
A. penatalaksanaan non famakologi
1. isolasi
2. pertahankan teknik aseptik
3. Istirahatkan total atau bedrest
4. pemberian kompres hangat
5. dengan memberikan lingkungan yang tenang. ruangan yang aga gelap

B. farmakologi
antibiotik yang umum diberikan Ampisilin, gentamisin, kloromfenikol, selalosporin steroid untuk mengatasiinflamasi
1. antipiretik untuk mengatasi demam
2. antikonvulsant untuk mencegah kejang
3. neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
4. (hydrosephalus) Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak.
5. (infark serebral) Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen, karena terhambatnya
aliran darah kedaerah tersebut
6. (abses otak): Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah didalam otak serta pembengkakakan.
7. (kejang): Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak
terkendali dan hilangnyakesadaran.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler


2. Hipertermi yang berhubungan dengan penyakit
3. Risiko injuri berhubungan dengan kejang tonik klonik, disorientasi.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi

BBersihan jalan nafas tidak efektif •Bantu berikan posisi semi


• membantu memberikan posisi
S S: pasien mengatakan sesak
berhubungan dengan fowler atau fowler semi fowler atau fowler sudah mengurang
neuromaskular •monitor status respirasi dan
• memonitor status respirasi dan
saturasi saturasi O O : irama nafas pasien tampak
•auskultasi suara nafas, catat
• mengauskultasi suara nafas dan teratur dan tidak ada suara
jika ada suara nafas tambahan catat jika ada suara nafas nafas tambahan dengan
•kolaborasi pemberian tambahan Frekuensi nafas 18x/menit
oksigen • mengkobarasi terapi oksigen
A A : masalah belum teratasi

P P : intervensi dilanjutkan
HHipertermi yang • monitor suhu tubuh pasien •
berhubungan memonitor suhu tubuh pasienS S : pasien mengatakan demam
dengan proses Penyakit • berikan kompres hangat • memberikan kompres hangat munurun dan mengerti apa
• anjurkan pasien untuk pada pasien yang dianjurkan
memakai pakaian tipis • menganjurkan pasien memakai
• anjurkan pasien untuk banyak pakaian tipis O O : pasien tampak tidak lemas,
minum • menganjurkan pasien untuk akral hangat, suhu tubuh
• kolaborasi pemberian obat banyak minum 36,5°C
antipiretik • mengkolaborasi pemberian obat
antipiretik A A: masalah belun teratasi

P P :Intervesi dilanjutkan
3.
resiko injuri berhubungan •sediakan lingkungan yang aman • S : S : Pasien mengatakan aman dan
dengan kejang tonik klonik, •pasang gelang resiko jatuh •menyediakan lingkuangan yang nyaman, dan keluarga memahami
disorientasi •monitor kesadaran pada pasien aman apa yang dianjurkan

•anjurkan keluarga pasien untuk •memasangkan gelang rsiko jatuh


O O: kesadaran tampak stabil dan tidak
menemani pasien memonitor kesadaran pada pasien
pucat
•menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
A A: masalah belum teratasi

P P: intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai