Anda di halaman 1dari 3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Negara Hukum

2.1.1. Pengertian Negara Hukum

Negara menurut M. Tahir Azhari yang dikutip oleh M. Iwan

Sastriawan dan Siti Khoiriah dalam Buku Ilmu Negara didefinisikan

sebagai suatu kehidupan manusia yang berkelompok menggunakan

dasar perjajnjian bermasyarakat, tidak hanya itu tujuan adanya

contract social di sini sebagai wujud manifestasi bahwa manusia

merupakan khalifah di muka bumi yang berkewajiban untuk

mengemban suatu amanah, menjaga dan melindungi bumi dari

berbagai macam ancaman kerusakan.1

Latar belakang lahirnya suatu pemikiran tentang negara hukum

adalah tidak dapat dilepaskan dari adanya suatu peristiwa yang mana

penguasa kala itu dalam aktivitasnya selalu melakukan tindakan yang

sewanang-wenang (tidak ber-prikemanusiaan) kepada rakyat,

sehingga atas permasalahan tersebutlah kemudian terjadi suatu reaksi,

dimana perbincangan tentang konsepsi negara hukum (penguasa

diatur oleh hukum) sudah mulai dibicarakan sejak Magna Charta 1215

dan secara serius dilakukan pada abad ke-XVII.2

1
M. Iwan Sastriawan dan Sitti Khoiriah, Ilmu Negara Ed.1, Cet. II Depok, Rajawali
Pers, 2017. hlm. 3.
2
Janpatar Simamora, Tafsir Makna Negara Hukum Dalam Perspektif Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. XIV, No. III
September 2014, hlm. 549-550.
Negara Hukum mengutip pendapat Adnan Jamal dalam Buku

“Konfigurasi Politik Dan Hukum Institusionalisasi Judicial Riview di

Indonesia” apabila ditinjau dari segi historis akar pemikirannya

diintrodusir atau dikenakan oleh Plato (429-347 SM) kemudian

selanjutnya dielaborasi oleh muridnya yakni Aristoteles (384-322

SM).3 Negara yang baik menurut Arisoteles adalah negara harus

berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan bagi warga negara.

Artinya dengan menempatkan hukum sebagai suatu instrumen

tertinggi dalam negara, berarti penyelenggaraan kekuasaan negara

harus tunduk di bawah kendali hukum.4

Teori negara yang berdasarkan atas hukum bermakna bahwa

hukum merupakan supreme dan kewajiban bagi setiap penyelenggara

kekuasaan negara (pemerintah) harus tunduk dibawah naungan hukum

(subject to the law), sehingga tidak boleh ada kekuasaan yang berada

di atas hukum (above the law) maksudnya semua penyelenggara

negara harus berada di bawah hukum (under the rule of law),

demikian apabila terjadi arbitrary power (kekuasaan yang sewenang-

wenang) atau misuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) akan

mampu dinetralisir oleh hukum.5

2.1.2. h
3
Adnan Jamal, Konfigurasi Politik Dan Hukum Institusionalisasi Judicial Riview Di
Indonesia, Makssar, Pustaka Refleksi, 2009. hlm. 21.
4
Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, Jakarta, Prenadamedia Group, 2014.
hlm. 48.
5
Romi Librayanto, Ilmu Negara Suatu Pengantar, Cet.2. Makassar, Pustaka Refleksi,
2012, hlm. 154.
2.2. Teori Demokrasi

2.2.1. S

2.2.2. h

2.3. Kajian Umum Tentang Sistem Pemerintahan

2.3.1. D

2.3.2. D

2.4. Kajian Umum Tentang Sistem Pemerintahan Presidensiil

2.4.1. D

2.4.2. S

2.5. Kajian Umum Tentang Presidential Threshold

2.5.1. J

2.5.2. S

Anda mungkin juga menyukai