1 Yasmin-Kartikasari
1 Yasmin-Kartikasari
Yasmin Kartikasari
ABSTRACT
bedaan itu bukan untuk membuat jarak tunggal, tetapi semakin lama-lama dan
yang membuat manusia berpisah satu seiring dengan kemampuan manusia
sama lain. Perbedaan ini bukan alasan berpikir dan menafsir, realitas ini
untuk manusia menciptakan batas-batas menjadi pecah berkeping-keping dan
dengan manusia yang lain dan membuat menjadi terbagi-bagi menjadi sesuatu
perpecahan. yang sangat spesifik. Hal ini seperti
rangkaian puzzle yang membelah-belah
2. Pembahasan satu gambar menjadi banyak bagian.
2.1 Kemenyatuan: Relasi dan Hanya jika disusun dalam sebuah aturan
Ketersalingterkaitan. yang benar, kepingan-kepingan tersebut
Ruang yang pada dasarnya tersusun menjadi sebuah satu gambar
adalah sebuah wilayah tak terbatas yang utuh. Hal yang sama terjadi pula pada
menjadi tersekat dan terpilah. Konsep realitas dunia, realitas dipilah-pilah
ruang sendiri menurut Elisabet Stroker untuk dikaji, semakin lama semakin
sebagaimana dikutip Piliang (2004) tebal jaraknya, dan terlalu rumit untuk
dalam Dunia yang Dilipat, mengatakan disatukan karena pola pikir manusia
ketidakterpisahannya dari konsep dunia, yang sudah terbiasa untuk memisahkan
dengan dunia yang selalu meruang, dan dan membagi-bagi. Hal ini termasuk
ruanglah yang mendefinisikan dunia. pula dalam cara manusia memandang
Oleh sebab itu, memahami keberadaan dirinya dengan hal-hal disekitarnya dan
ruang, sesungguhnya sama dengan pilihan-pilihan yang diambilnya.
memahami dunia. Hal ini berkaitan pula Manusia yang cenderung
dengan eksistensi manusia dan dunia membedakan dirinya dengan individu
yang saling mempengaruhi. Satu hal yang lain, termasuk pula dengan ke-
hadir untuk melengkapi hal yang lain. beradaan makluk lain (binatang,
satu pihak hadir untuk melengkapi hal tanaman). Kesadaran ini sering membuat
yang lain. Manusia hadir untuk manusia merasa berkuasa atas yang lain.
melengkapi dunia di sekitarnya. Jika oleh sebab itu, manusia secara membabi
demikian, pembahasan tentang ke- buta dapat merusak lingkungan alam di
hidupan, alam, manusia, dan spiritualitas sekitarnya. Seharusnya hal ini tidak
merupakan hal-hal yang membentuk terjadi. Seharusnya manusia memiliki
kesatuan (dunia). kesadaran bahwa dirinya dan alam
Menurut Heidegger, ruang merupakan satu kesatuan yang saling
adalah mengenai ‗pembersihan‘ dari menyeimbangkan dan melengkapi.
rimba keliaran untuk dijadikan sebagai Whitehead berpendapat bahwa semua
tempat (tinggal) dan aktivitas manusia. individu memiliki nilai intrinsik (nilai
Misalnya, membuka lahan hutan dan yang dimiliki sesuatu di dalam dan bagi
dialihfungsikan untuk menjadi tempat dirinya sendiri), semua benda terhubung
tinggal manusia, demikianlah men- dengan lingkungannya, dan diri me-
ciptakan ruang, yaitu membuka suatu rupakan bagian dari diri ekologis Tidak
kemungkinan pemaknaan baru bagi ada yang lebih tinggi dibanding
manusia dari rimba misteri yang liar. keberadaan yang lain. Keberadaan
Dunia pada awalnya mungkin semua hal yang ada di dunia saling
menampakkan realitas yang satu atau melengkapi dan bersinergi.
Maka manusia menjadi sulit indra kita. Namun sains melupakan satu
untuk melihat keterkaitan satu dengan titik berat dalam diri manusia, yaitu roh
yang lain karena manusia telah (batin). Seharusnya melalui batin inilah,
dibiasakan untuk memilah dan manusia dapat mengenal dan me-
mengelompokkan segala sesuatu men- nyaksikannya, serta mengakui bahwa
jadi semakin kecil, spesifik, dan detil. Tuhan memang ada.
Dalam keadaan seperti ini, manusia Seperti yang dikatakan oleh Ken
kadang merasa dirinya memiliki posisi Wilber dalam A Theory of Everything,
yang lebih tinggi dari alam dan makhluk manusia terlahir ke dalam suatu kultur
lainnya. Hal ini kemudian menjadikan tertentu dan menghilangkan yang lain. Ia
manusia sebagai predator yang sangat hanya tahu kultur dari tempat dilahirkan,
ganas bagi alam dan makhluk lainnya. dan merasa bahwa yang lain berbeda
Pada awalnya pemikiran sepeerti ini dari dirinya (2000, hal. 1) Ia hanya
muncul pada awal zaman modern. mengakui kultur tempatnya berada
Manusia melakukan ekspansi yang luar sebagai satu-satunya ruang eksistensi
biasa di dalam merusak alam. Terjadi diri. Namun, seiring dengan era
revolusi industri yang dampaknya sangat globalisasi yang seluruh negara ter-
besar terhadap kerusakan alam. hubung satu dengan yang lainnya
Dalam pemikiran modern, dengan mudah melalui kecanggihan
Manusia selalu berpikir berdasarkan teknologi dan komunikasi, seseorang
pada rasionalitas, logika, dan ob- bisa menjadi malu dan sungkan dengan
jektivitas. Manusia berpikir tidak ada kultur ia dilahirkan. Ketika ia mampu
campur tangan Tuhan di dalamnya. membandingkan kultur yang lain dengan
Mereka hanya mengandalkan nalar yang asalinya, ia mudah terombang-
untuk menafsirkan realitas. Seperti ambing dan mengikuti apa yang
ketika Stephen Hawking ingin mencari dianggapnya lebih beradab dan modern.
jawaban mengenai cara kerja alam Namun, pengotak-kotakkan tetap
semesta, bagaimana sebuah semesta terjadi. Diri yang sungkan dengan sang
menjadi ada. Melalui pendekatan sains, liyan, sudah membuat batas-batas yang
ia mencoba mencari tesis baru tanpa memperlihatkan keberbedaan kita
berlandaskan pada unsur penciptaan dengan yang lain. Perbedaan kultur, ras,
Tuhan di dalamnya. Alam semesta ini agama, kelamin, kesejahteraan, pen-
muncul secara alami akibat hukum- didikan, selalu ada pembeda-bedaan
hukum fisika semata. yang semakin memisahkan manusia
Berlawanan dengan masyarakat dengan manusia yang lain. Semakin
pramodern yang masih berpegangan lama, perbedaan inilah yang semakin
pada hal-hal yang mistis dan Tuhan ditekankan, bukan justru mencari
sebagai sumber dari segala penyebab benang merah dan kebersamaan dari
dan muasal. Tuhan adalah yang keragaman ini. Diperlukan kesadaran
mengawali dan menutup. Akan tetapi, bahwa perbedaan dan perbandingan itu
dalam sains, Tuhan ―disingkirkan‖ relatif di dalam satu kesatuan yang serba
karena Ia tidak berwujud sehingga meliputi.
keberadaannya tidak terukur dan sahih. Seseorang menjadi tidak biasa
Sahih jika dapat menyentuh seluruh untuk melihat perbedaan, padahal
antara manusia pun menjadi dingin dan Sifat teknologi yang berlawanan
beku. Jika yang demikian terjadi di dengan yang alamiah (nature),
antara manusia apalagi antara manusia menjadikan manusia lebih meng-
dengan alam. Manusia telah menutup utamakan kemajuan teknologi dibanding
hatinya dan membuka nalarnya lebar- keberadaan alam. Alam menjadi benda
lebar, akal menjadi yang utama sehingga (objek) belaka, yang bebas dieksploitasi
hal-hal yang diluar logika menjadi tidak untuk kepentingan manusia. Inilah yang
dipercaya. mencabut keterhubungan manusia
Alam kian menjadi objek dengan alam. Ketika manusia men-
(penyedia kebutuhan) bagi manusia. jadikan dirinya sebagai penguasa, alam
Alam tidak lagi dipandang sebagai hadir sebagai yang dikuasai.
bagian dari diri, namun sebagai wadah- Sesuai dengan definisi mas-
terberi yang tidak perlu dipelihara, yarakat konsumer yang diberikan oleh
justru dieksploitasi secara membabi-buta Judith Williamson dalam buku Yasraf
demi memuaskan nafsu manusia yang A. Piliang Dunia Yang Dilipat, yang
tiada habisnya. Perilaku yang terpatri mengatakan bahwa pembelian barang-
pada pola pikir manusia sebagai pusat barang merupakan hasrat diri akan rasa
dan ukuran dari segala yang ada (humas menguasai dan mengontrol. Demikian-
as a central), menjadikan manusia me- lah manusia, selalu haus untuk menjadi
lupakan alam dan menganggap bahwa makluk yang paling tinggi, me-
alam dihadirkan untuk manusia. Bukan nyebabkan dirinya angkuh dan selalu
alam sebagai bagian dari kehidupan ingin menguasai: pada alam dan benda.
juga, yang tanpanya manusia tiada Di sinilah tantangan utama menjadi
(dapat) hidup. manusia: mengendalikan ego.
Manusia menyadari bahwa Pada masa ini pula, berkembang
dirinya memiliki keterbatasan: tidak bisa konsep-konsep lain yang selaras dengan
terbang, tidak bisa menyelam, ataupun pandangan ‘human as a central’, salah
melompat dengan tinggi dan lincah satunya adalah universalisme. Konsep
seperti monyet. Keterbatasan ini yang ini mencoba menyatukan segala per-
―memaksa‖ manusia untuk ―menggauli‖ bedaan, menjadi sebuah ketunggalan.
alam tanpa batas. Padalah keterbatasan Perbedaan dihilangkan, digantikan
ini adalah penjaga hubungan manusia dengan persamaan. Bila ditarik ke
dan alam. Namun, manusia memiliki tatanan yang lebih luas lagi, hal ini
keinginan untuk selalu lebih, mengakali terkait dengan konsep kekuasaan dan
segala keterbatasan dengan membuat keuntungan satu pihak saja. Tak ada lagi
berbagai alat-alat bantu (teknologi). konsep keseimbangan, yang ada
Kini, teknologi bukanlah menjadi alat hanyalah pertentangan, hanya ada yang
bantu semata, namun telah menyatu menguasai dan dikuasai, kaya dan
dalam keseharian manusia. Teknologi miskin, untung dan rugi. Salah satu sisi
telah hadir dan menyatu dalam hanya akan ‗memakan‘ sisi yang lain.
keseharian manusia. Manusia menjadi Hal ini juga yang terjadi antara manusia
(seperti) tak mampu hidup tanpa dan alam. Paradigma economy oriented
teknologi. Di titik ini, teknologi telah telah memengaruhi manusia dalam
mengatur cara kerja manusia di dunia. berpikir dan bersikap, juga dalam ruang
dominasi alam, maka dapat berakibat wujud alam yang baru. Ekosistem
pada timbulnya bencana-bencana berubah, seiring dengan perubahan yang
(alam). Untuk menyeimbangkannya terjadi diantara relasi keduanya. Wujud
kembali, membutuhkan waktu yang baru di antara semua elemennyalah yang
lama dan proses yang melelahkan. perlu untuk disadari, bukan hanya
Oleh sebab itu, dibutuhkan mengaca pada pengalaman masa lalu,
kecerdasan bagi kita (manusia) untuk tetapi menariknya pada saat ini.
mampu membaca diri dan alam. Dalam teori Chaos; ketidak-
Manusia perlu untuk membatasi diri dari teraturan pada satu titik akan membawa
ketergantungan akan teknologi, yang keteraturan (order). Kemudian, kondisi
berimbas pada keterperangkapannya yang teratur kembali mengalami
dalam genggaman teknologi. Jika gangguan (intervensi), dan kembali
demikian, manusia tidak lagi memberi mencari titik teraturnya kembali. Yang
kesempatan bagi diri untuk mengenal demikian akan berulang terus menerus.
dan memahami alam. Kita hanya Keseimbangan akan terus terjadi, hanya
‗membedah‘, bukan ‗mengalami‘. Jika wujud dan bentuk keseimbangannyalah
saja kita mau membuka diri untuk yang baru dan tidak sama. Bersifat
mengenal dan mengalami kebersamaan dinamis, fleksibel, lentur, mengalir, dan
dengan alam, akan lebih mudah untuk harmonis.
menyelesaikan semua permasalahan Yang perlu disikapi pula adalah
lingkungan. pengkotak-kotakan pemikiran manusia.
Mari membuka diri dan Pemikiran manusia yang terbiasa untuk
membiarkan alam memasuki kehidupan memilah dan memisahkan, menilai yang
kita. Merasakan bahwa kehadiran alam baik dan buruk, menjadikan manusia
dan manusia adalah sebuah ke- terkungkung dalam pemikiran dirinya
seimbangan, sebagai proses dari sendiri. Ketika manusia mampu melihat
kesalingmengisian dan menjadi satu. akan kondisi alam secara menyeluruh,
Wujud persatuan inilah yang akan tidak sebagai yang mengancaman
mendekatkan diri pada yang Satu. maupun yang terancam, justru manusia
Perlahan, biarkan alam berbicara pada telah melampaui dualisme yang berarti
kita melalui siulan burung, rintik hujan, tingkat pengenalan pada Sang Maha
gemerisik daun tertiup angin, dan suara semakin dekat. Kerusakan lingkungan
hening. Rasakan kedamaian dan tidak lagi dipandang sebagai ancaman
ketenangan yang menjalar di hati, atau ketakutan, tetapi sebagai wujud dari
biarkan pikiran rehat sesaat. Rasakan keindahan dari Realitas. Kenyataan yang
bahwa alam adalah bagian dari diri. penuh dengan kompleksitas dan
membutuhkan penafsiran manusia dalam
3. Penutup memaknai dunia. Yang demikian, sama
Jika kehidupan adalah mengenai dengan pencarian manusia akan Sang
respon dan interaksi di antara semua Maha.
elemen di dalamnya, keseimbangan
adalah keluarannya. Pola pikir manusia,
tindakan manusia terhadap alam, akan
direspon oleh alam dan memunculkan
4. Daftar Pustaka
Capra, Fritjov. 2009. The Tao of
Physics: Menyingkap
Kesejajaran Fisika Modern
dan Mistitisme Timur. Edisi
Bahasa Indonesia terjemahan
Aufiya Ilhamat Hafidz.
Yogyakarta: Jalasutra
Douglas & Isherwood. The World of
Goods. 1996. London:
Routlegde
Hawking, Stephen. 2002. The Grand
Design: Rancang Agung. Edisi
Bahasa Indonesia terjemahan
Zia Anshor. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Heidegger, Martin. 1997. Building,
Dwelling, Thinking dalam Neil
Leach (ed). Rethinking
Architecture: A Reader in
Cultural Theory. London &
New York: Routledge.
Piliang, Yasraf A. 2004.
Hipersemiotika: Tafsir
Cultural Studies atas Matinya
Makna. Yogyakarta: Jalasutra
Walker, John. Design History and
History of Design. 1989.
London: Pluto Press
Wilber, Ken. 2001. Theory of
Everything: An Integral Vision
For Business, Politics, Science,
and Spirituality. Boston:
Shambala
http://www.ecolo.org/lovelock/what_is
_Gaia.html; diakses tanggal 14
Juli 2011 jam 16.30 WIB