Anda di halaman 1dari 11

Alam, Manusia, dan Spiritualitas

ALAM, MANUSIA, DAN SPIRITUALITAS

Yasmin Kartikasari

ABSTRACT

How is the position of man in existence in the world? There needs to be a


differentiator to declare the existence of a person, including the presence of nature as
the existence of human, and vice versa. However, whether the distinction should be
separate from our identity? What if the difference is precisely the part of ourselves
that need to be aware of its existence. Humans are trapped in the separation with
other niches. Humans forget to see everything as a unity, complement each
other. Each component, element, entity, has the function and nature of each; whose
existence is to feed the other, not deadly.

Keywords: relation, unity, spiritual

1. Pendahuluan penting bagi manusia di dalam


menyadari posisinya di dalam dunia;
Kehidupan dapat dilihat dari posisinya di dalam konstelasinya dengan
berbagai sudut pandang. Demikian juga, alam dan lingkungan di sekitarnya.
kehidupan dapat ditempatkan ber- Manusia selalu hidup di dalam
gantung kita memosisikannya. Ke- ruang dan waktu. Ruang bersifat
hidupan adalah serangkaian simbol- dinamis dan fleksibel. Ruang merupakan
simbol. Untuk memaknainya, diperlukan sesuatu yang abstrak. Ruang dibedakan
sebuah usaha menguraikan simbol- dengan ruangan. Ruangan bersifat
simbol tersebut. Kehidupan adalah konkret karena dibangun oleh batas-
permainan yang perlu dicari pemecahan batas fisik. Ruangan bergantung pada
atau solusi untuk menyelesaikan ber- unsur-unsur yang membangunnya.
bagai persoalan yang ada di dalamnya. Ruangan ini pun dapat dibentuk sesuai
Kehidupan pula yang menjadi akar dari dengan kemauan penghuni dan elemen-
misteri manusia untuk memahami elemen di dalamnya, yang kemudian
keberadaannya di dunia ini. Oleh sebab disekat, dikelompokkan, dan dibagi-bagi
itu, tempat kehidupan ini berlangsung, menjadi satuan-satuan terkecil yang
bukanlah suatu tempat yang begitu- dibutuhkan. Ruang dan ruangan selalu
adanya, tetapi menjadi salah satu ruang menjadi tempat bagi manusia di dalam
yang perlu dipahami. eksistensinya.
Pertanyaannya, apakah manusia Jika kita lihat sekeliling, Anda
sadar akan tempat dirinya berada? akan selalu di antara atau dikelilingi
Apakah manusia sadar bahwa ruang ini oleh tembok-tembok atau batas-batas
bukanlah suatu yang tetap, statis, rigid, fisik. Hal ini terjadi walaupun Anda
dan begitu-adanya? Pertanyaan ini berada di tempat terbuka, seperti tanpa
* ada sekat yang membatasi. Di mana pun
KK Ilmu Desain dan Budaya Visual Anda berada saat ini, sejauh jarak mata
FSRD ITB
Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1157
Alam, Manusia, dan Spiritualitas

memandang, pasti ada dinding yang Dualisme dalam kerangka


membatasi. Yang membedakan hanya- oposisi biner ini telah menjadi bagian
lah persoalan jarak, apakah batas fisik dari kehidupan: baik dan buruk,
itu berjarak dekat atau jauh, sempit atau perempuan dan lelaki, matahari dan
luas. bulan, dan seterusnya. Pembedaan ini
Hal ini selanjutnya dapat kadang dianggap sebagai sesuatu yang
dianalogikan dengan pikiran kita. sesuatu yang sama sekali berbeda dan
Pikiran manusia juga selalu berada di berlawanan. Perbedaan ini dianggap
dalam sekat-sekat. Hal ini meng- sebagai relasi polar antara dua kutub
akibatkan cara berpikir manusia cen- yang saling bertentangan. Pola pikir
derung memisahkan, membedakan, dan manusia saja yang akhirnya terjebak
mengelompokkan hal-hal yang ada di pada pertentangan yang seolah-olah
dunianya. Dunia yang hanya satu, menempatkan yang satu lebih tinggi
diartikan beragam sesuai dengan atau lebih baik dibanding yang lain.
kepentingan dan keinginannya masing- Seakan-akan tidak ada benih-benih
masing. Dunia menjadi multitafsir. Tiap- kejahatan dalam kebaikan seseorang.
tiap orang diperbolehkan untuk mem- Justru, keberadaan benih kejahatan
bangun dunia pribadinya. Pada titik itulah yang mampu memberi arti akan
tertentu, hal ini tanpa mereka sadari, kebaikan.
pelan-pelan mereka menyingkirkan diri Jika kita lihat, sesungguhnya hal-
dari keramaian (kebersamaan) dan hal yang dianggap berlawanan ini
memilih untuk menyendiri. sesungguhnya saling terhubung. Stuktur
Diferensiasi merupakan salah oposisi biner ini perlu dimaknai sebagai
satu cara manusia di dalam memandang sesuatu yang saling melengkapi. Keber-
dunia. Manusia mengelompokkan hal- adaan yang satu adalah untuk mengada-
hal yang ada di dunia berdasarkan kan yang lain. Satu sisi bukanlah untuk
perbedaan-perbedaan. Manusia mem- melenyapkan atau merendahkan yang
bedakan dirinya dari orang lain ber- lain, tetapi sebagai penegas keberadaan
dasarkan perbedaan. Manusia mengenal yang lain. Keduanya akan selalu ada
―kursi‖ sebagai benda berkaki, terbuat bersamaan. Bukan untuk meniadakan,
dari kayu atau plasik, memiliki bidang tapi untuk mewujudkan kesatuan yang
karena ada ―lemari‖ yang terbuat dari lebih besar. Oleh sebab itu, sesuatu yang
kayu, terdiri atas konstruksi untuk ―satu‖ bukanlah sesuatu yang tunggal.
menyimpan pakaian. Manusia mengenal Dengan kata lain, sebuah struktur akan
―mobil‖ sebagai kendaraan bermotor dibangun oleh struktur-struktur lain
beroda empat karena ada ―sepeda yang lebih kecil. Hal-hal kecil menyatu
motor‖ sebagai kendaraan bermotor roda membentuk sesuatu yang lebih besar. Di
dua. Pembedaan ini selanjutnya dalam struktur besar tersebut, terdapat
menyebabkan manusia mengelompok- struktur-struktur kecil yang berbeda satu
kan hal-hal yang ada di dunia. Hal ini sama lain. ―Yang satu‖ bukan sesuatu
juga selanjutnya melahirkan apa yang yang absolut.
disebut dengan oposisi biner (binary Demikian halnya dengan
opposition). manusia. Manusia berbeda antara satu
dengan yang lain. Akan tetapi, per-

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1158


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

bedaan itu bukan untuk membuat jarak tunggal, tetapi semakin lama-lama dan
yang membuat manusia berpisah satu seiring dengan kemampuan manusia
sama lain. Perbedaan ini bukan alasan berpikir dan menafsir, realitas ini
untuk manusia menciptakan batas-batas menjadi pecah berkeping-keping dan
dengan manusia yang lain dan membuat menjadi terbagi-bagi menjadi sesuatu
perpecahan. yang sangat spesifik. Hal ini seperti
rangkaian puzzle yang membelah-belah
2. Pembahasan satu gambar menjadi banyak bagian.
2.1 Kemenyatuan: Relasi dan Hanya jika disusun dalam sebuah aturan
Ketersalingterkaitan. yang benar, kepingan-kepingan tersebut
Ruang yang pada dasarnya tersusun menjadi sebuah satu gambar
adalah sebuah wilayah tak terbatas yang utuh. Hal yang sama terjadi pula pada
menjadi tersekat dan terpilah. Konsep realitas dunia, realitas dipilah-pilah
ruang sendiri menurut Elisabet Stroker untuk dikaji, semakin lama semakin
sebagaimana dikutip Piliang (2004) tebal jaraknya, dan terlalu rumit untuk
dalam Dunia yang Dilipat, mengatakan disatukan karena pola pikir manusia
ketidakterpisahannya dari konsep dunia, yang sudah terbiasa untuk memisahkan
dengan dunia yang selalu meruang, dan dan membagi-bagi. Hal ini termasuk
ruanglah yang mendefinisikan dunia. pula dalam cara manusia memandang
Oleh sebab itu, memahami keberadaan dirinya dengan hal-hal disekitarnya dan
ruang, sesungguhnya sama dengan pilihan-pilihan yang diambilnya.
memahami dunia. Hal ini berkaitan pula Manusia yang cenderung
dengan eksistensi manusia dan dunia membedakan dirinya dengan individu
yang saling mempengaruhi. Satu hal yang lain, termasuk pula dengan ke-
hadir untuk melengkapi hal yang lain. beradaan makluk lain (binatang,
satu pihak hadir untuk melengkapi hal tanaman). Kesadaran ini sering membuat
yang lain. Manusia hadir untuk manusia merasa berkuasa atas yang lain.
melengkapi dunia di sekitarnya. Jika oleh sebab itu, manusia secara membabi
demikian, pembahasan tentang ke- buta dapat merusak lingkungan alam di
hidupan, alam, manusia, dan spiritualitas sekitarnya. Seharusnya hal ini tidak
merupakan hal-hal yang membentuk terjadi. Seharusnya manusia memiliki
kesatuan (dunia). kesadaran bahwa dirinya dan alam
Menurut Heidegger, ruang merupakan satu kesatuan yang saling
adalah mengenai ‗pembersihan‘ dari menyeimbangkan dan melengkapi.
rimba keliaran untuk dijadikan sebagai Whitehead berpendapat bahwa semua
tempat (tinggal) dan aktivitas manusia. individu memiliki nilai intrinsik (nilai
Misalnya, membuka lahan hutan dan yang dimiliki sesuatu di dalam dan bagi
dialihfungsikan untuk menjadi tempat dirinya sendiri), semua benda terhubung
tinggal manusia, demikianlah men- dengan lingkungannya, dan diri me-
ciptakan ruang, yaitu membuka suatu rupakan bagian dari diri ekologis Tidak
kemungkinan pemaknaan baru bagi ada yang lebih tinggi dibanding
manusia dari rimba misteri yang liar. keberadaan yang lain. Keberadaan
Dunia pada awalnya mungkin semua hal yang ada di dunia saling
menampakkan realitas yang satu atau melengkapi dan bersinergi.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1159


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

Maka manusia menjadi sulit indra kita. Namun sains melupakan satu
untuk melihat keterkaitan satu dengan titik berat dalam diri manusia, yaitu roh
yang lain karena manusia telah (batin). Seharusnya melalui batin inilah,
dibiasakan untuk memilah dan manusia dapat mengenal dan me-
mengelompokkan segala sesuatu men- nyaksikannya, serta mengakui bahwa
jadi semakin kecil, spesifik, dan detil. Tuhan memang ada.
Dalam keadaan seperti ini, manusia Seperti yang dikatakan oleh Ken
kadang merasa dirinya memiliki posisi Wilber dalam A Theory of Everything,
yang lebih tinggi dari alam dan makhluk manusia terlahir ke dalam suatu kultur
lainnya. Hal ini kemudian menjadikan tertentu dan menghilangkan yang lain. Ia
manusia sebagai predator yang sangat hanya tahu kultur dari tempat dilahirkan,
ganas bagi alam dan makhluk lainnya. dan merasa bahwa yang lain berbeda
Pada awalnya pemikiran sepeerti ini dari dirinya (2000, hal. 1) Ia hanya
muncul pada awal zaman modern. mengakui kultur tempatnya berada
Manusia melakukan ekspansi yang luar sebagai satu-satunya ruang eksistensi
biasa di dalam merusak alam. Terjadi diri. Namun, seiring dengan era
revolusi industri yang dampaknya sangat globalisasi yang seluruh negara ter-
besar terhadap kerusakan alam. hubung satu dengan yang lainnya
Dalam pemikiran modern, dengan mudah melalui kecanggihan
Manusia selalu berpikir berdasarkan teknologi dan komunikasi, seseorang
pada rasionalitas, logika, dan ob- bisa menjadi malu dan sungkan dengan
jektivitas. Manusia berpikir tidak ada kultur ia dilahirkan. Ketika ia mampu
campur tangan Tuhan di dalamnya. membandingkan kultur yang lain dengan
Mereka hanya mengandalkan nalar yang asalinya, ia mudah terombang-
untuk menafsirkan realitas. Seperti ambing dan mengikuti apa yang
ketika Stephen Hawking ingin mencari dianggapnya lebih beradab dan modern.
jawaban mengenai cara kerja alam Namun, pengotak-kotakkan tetap
semesta, bagaimana sebuah semesta terjadi. Diri yang sungkan dengan sang
menjadi ada. Melalui pendekatan sains, liyan, sudah membuat batas-batas yang
ia mencoba mencari tesis baru tanpa memperlihatkan keberbedaan kita
berlandaskan pada unsur penciptaan dengan yang lain. Perbedaan kultur, ras,
Tuhan di dalamnya. Alam semesta ini agama, kelamin, kesejahteraan, pen-
muncul secara alami akibat hukum- didikan, selalu ada pembeda-bedaan
hukum fisika semata. yang semakin memisahkan manusia
Berlawanan dengan masyarakat dengan manusia yang lain. Semakin
pramodern yang masih berpegangan lama, perbedaan inilah yang semakin
pada hal-hal yang mistis dan Tuhan ditekankan, bukan justru mencari
sebagai sumber dari segala penyebab benang merah dan kebersamaan dari
dan muasal. Tuhan adalah yang keragaman ini. Diperlukan kesadaran
mengawali dan menutup. Akan tetapi, bahwa perbedaan dan perbandingan itu
dalam sains, Tuhan ―disingkirkan‖ relatif di dalam satu kesatuan yang serba
karena Ia tidak berwujud sehingga meliputi.
keberadaannya tidak terukur dan sahih. Seseorang menjadi tidak biasa
Sahih jika dapat menyentuh seluruh untuk melihat perbedaan, padahal

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1160


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

perbedaan adalah hal yang natural. menyebutnya empat-lipatan (the


Perbedaan hadir untuk mengimbangi fourfold). Kesatuan terdiri atas empat
keberadaan persamaan, pun keduanya hal, yaitu bumi (earth) dan langit (sky),
hadir dalam masing-masing. Dalam dewa-dewi (divinities) dan manusia
persamaan akan hadir perbedaan, begitu (mortals); kesemuanya saling ada karena
pula sebaliknya; laiknya konsep Yin dan yang lainnya. Ketika kita membicarakan
Yang yang saling mengisi dan bumi, sudah ada langit, dewa-dewi, dan
menghidupi. Namun, manusia me- manusia di dalamnya. Begitu pula ketika
lupakan prinsip dasar ini, dan cenderung kita membicarakan langit; bumi, dewa-
untuk menjadi homogen. Ada keamanan dewi dan manusia tak bisa lepas dari
dan ketenangan sebagai manusia ketika yang lainnya. Hal yang sama pula ketika
hadir sebagai masyarakat. membicarakan dewa-dewi, perihal bumi
Lain hal lagi ketika membahas dan langit serta manusia sudah termasuk
Tuhan, karena manusia dipisahkan oleh didalamnya. Tak pelak lagi,
jalannya yang berbeda. Padahal, apakah pembicaraan mengenai manusia pasti
perbedaan dan pembatasan itu relevan? akan membahas bumi, langit, dan dewa-
Di satu sisi memang iya dan akan dewi.
membantu pemahaman akan misteri Kita sering lupa mengenai hal
kehidupan ini, sedang di sisi yang lain tersebut dan merasa bahwa masing-
lagi, jika kita tidak mampu melihat masing terpisah dari yang lainnya.
menyusun keping-keping ini, kita hanya Membicarakan manusia bukanlah mem-
akan terperangkap dalam secuilnya bicarakan mengenai bumi, langit, dan
lautan pengetahuan. dewa-dewi. Begitu pula dengan
James Lovelock, dalam teorinya membicarakan bumi, tidak berarti mem-
tentang Gaia mengatakan bahwa bumi bicarakan manusia, dewa-dewi, dan
terdiri atas unsur-unsur yang saling langit. Pikiran manusia sudah dikotak-
berkaitan satu dengan lainnya. kotakkan. Batas-batas inilah yang perlu
Bukan hanya berkaitan, tapi diruntuhkan.
juga bagian dari diri yang lain. Seperti Lalu Ken Wilber menceritakan
manusia yang membutuhkan udara tentang kosmos yang berasal dari Bahasa
untuk bernapas, udara—yang merupa- Yunani yang berarti model keseluruhan
kan salah satu unsur yang ada di bumi— (Whole) akan eksistensi keseluruhan
telah menjadi bagian dari diri manusia elemen yang membangun semesta
dan manusia tidak bisa hidup tanpanya. sebagai kesatuan. Ketika kata kosmos
Namun tanpa sadar, jarak kita dengan pertama kali diciptakan, seseorang telah
yang lain menjadi jauh. Menjadikan memahami bahwa keseluruhan sistem
manusia begitu angkuh untuk berdiri yang ada di dunia ini akan berpengaruh
sendiri dan tidak membutuhkan yang pada yang lainnya. Manusia telah
lainnya. Manusia seakan mengingkari menyadari bahwa dirinya berada di
dirinya merupakan bagian dari alam; dalam sebuah konstelasi besar dengan
alam adalah bagian dari dirinya. hal-hal lain yang ada di dunia. Manusia
Yang demikian pula yang tidak tunggal.
diungkapkan oleh Heidegger ketika Sebuah relasi bukanlah terjadi
membahas kesatuan (oneness). Dia antara satu pihak dengan pihak kedua.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1161


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

Namun, satu pihak berperan dalam menghubungkan, menciptakan bersama,


sebuah jejaring besar dan memberikan dan menggabungkan.
efek yang tidak dapat diduga. Seperti Ketika meditasi, seseorang
teori chaos, kepakan sayap seekor kupu- membawa masuk dirinya ke dalam
kupu di Bandung dapat mengguncang di relung diri yang terdalam, yang ketika
kondisi di Amerika. Tidak hanya sampai, ia akan mampu melihat dirinya
manusia dengan manusia, namun juga yang asali, yang tanpa topeng dan
antara manusia dengan entitas lain diluar pengaruh dunia luar, dan pandangannya
dirinya. Tak ada yang tak saling mampu untuk terbuka dan melihat
memengaruhi. Relasi di antara semua- bahwa diri tidaklah sendiri. Ada sebuah
nyalah yang membangun sebuah sistem kekuatan yang lebih besar dari diri (ego)
semesta yang besar. yang mampu menuntun diri ini ke
Seperti yang diyakini oleh kehidupan yang sejatinya.
pandangan dunia Timur, kesadaran akan Tidak ada yang absolut,
kesatuan dan hubungan timbal balik dari kebenaran menjadi relatif. Setiap orang
segala sesuatu meruapakan manifestasi bebas untuk menemukan nilai
dari satu kesatuan dasar. Segala sesuatu (kebenarannya) yang tidak ikut-ikutan
merupakan sebab akibat dari hal lainnya, dengan yang lain. Oleh sebab itu, ketika
yang saling terkait, yang membentuk sains justru memilah-milah bidang ilmu
realitas hakiki. Oleh sebab itu, filsafat untuk mempermudah mencari jawaban
timur tidak membagi-bagi realitas akan misteri alam ini, humaniora
karena realitas adalah tentang keter- memberikan jalan yang sebaliknya
hubungan yang satu dengan yang lain. untuk menyatukan yang terpisah.
Segala sesuatu memiliki peranan dalam Mengembalikan keterpisahan untuk
membentuk realitas yang ada sekarang. memahami kesatuan. Begitu pula untuk
Semakin lama, manusia seperti memahami sesuatu, terdapat banyak
melupakan kesatuan tersebut disebabkan elemen yang saling terkait, terhubung,
kecepatan dan ritme hidup yang sangat dan bergantung satu sama lain; elemen
cepat. Manusia seperti dipaksa untuk tersebut tidak dapat dipahami sebagai
maju ke depan untuk menjadi ‗yang- entitas terisolasi, tetapi sebagai bagian
sejatinya’. Manusia harus berhenti suatu keseluruhan.
sejenak untuk diam atau merenungkan
apa yang terjadi dalam hidupnya dan 2.2 Melihat Manusia: Memahami
meikirkan keterkaitan dirinya dengan Manusia Kontemporer
dunia. Padahal manusia yang melakukan Berawal dari manusia pramodern
diam (meditasi) bukanlah manusia yang yang mistik kemudian menjadi manusia
sia-sia, dia hanya menjadi manusia yang modern yang antropocentrism hingga
mencari tahu titik dirinya dalam menjadi manusia posmodern yang
kesemestaan ini. Manusia yang berhenti konsumer. Mistik dalam artian me-
sesaat untuk menyadari dan memahami maknai hidup pada hal-hal yang
akan siapa dirinya, perannya untuk transendental, lalu antroposentrisme
mewujud bersama yang lain dan yang berfokus pada manusia semata dan
membangun semesta. Bahwa dirinya meniadakan yang lain, kini sampai pada
dalah bagian dari yang lain –integral: masa a manusia memaknai kediriannya

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1162


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

berdasarkan materi-materi yang lingkaran dan kotak. Demikianlah,


dimilikinya. Tibalah kita pada masa manusia modern menjadi masyarakat
konsumsi yang dihidupi oleh masyarakat yang kering dan hampa akan interaksi.
konsumer. Kini, pada masyarakat konsumer,
Seiring waktu bergulir, zaman pengacuan pada uang tidak menghilang,
berkembang; manusia berevolusi, namun terjadi pergeseran pola pikir dan
menyesuaikan diri, dan bertahan hidup cara pandang yang baru dalam
di masanya. Oleh sebab itu, sejatinya memaknai diri. Menurut Piliang (2004)
manusia mengenal dirinya, bukan dalam Dunia Yang Dilipat konsumi
mengikuti arus zaman. zaman akan terus adalah sebuah proses objektivikasi, yaitu
berubah, tetapi diri yang sejati tidaklah proses eksternalisasi dan internalisasi
berubah. Hal ini karena mengenal diri diri lewat objek-objek sebagai medianya
sama dengan mengenal Tuhan. Nilai-nilai dilekatkan melalui objek
Memaknai kedirian manusia sama saja sehingga manusia yang mengenakan
dengan memaknai kehidupan yang objek tersebut akan terberi nilai. Materi
berujung pada pengenalannya dirinya yang konkret bersifat semu karena
dengan Sang Maha. Kini, menjadi permainan pikiran semata. Bukan materi
manusia adalah sebuah persoalan yang memberi nilai bagi dirinya sendiri,
individu. Jika pertanyaan diri ini mampu tetapi pikiran manusialah yang me-
terjawab, sungguh ringanlah beban nyematkannya dalam kebendaannya.
kehidupan kita karena kita berhasil Dari manusia yang mengejar dan
mengusik kabut-kabut jaman yang mencari-cari uang, kini diganti dengan
semakin menebal. manusia yang mengejar materi atau
Perilaku manusia yang seperti barang. Nilai uang dikonversi menjadi
diceritakan dalam novel karya Michael seonggok barang jika ingin berguna.
Ende, Momo, ketika manusia sibuk Manusia berlomba-lomba mencari uang
mencari uang sebanyak-banyaknya, sebanyak-banyaknya agar dapat ditukar
memperlihatkan sebuah masyarakat dengan berbagai macam barang terbaru,
yang mati, dingin, dan kaku. Seperti tercanggih, dan termahal agar dirinya
itulah gambaran masyarakat modern. menjadi manusia ekslusif. Demikianlah,
Kehangatan, obrolan-obrolan ringan manusia menjadi akrab dengan materi,
antartukang cukur dengan orang yang tetapi asing dengan dirinya. Ia hanya
dicukur, atau penjaga resto dengan condong pada hal-hal diluar dirinya,
konsumennya; ditiadakan, dipangkas berfokus pada apa-apa dihadapannya,
hanya atas nama efisiensi. Ketika uang lalu meninggalkan batinnya dalam
menjadi yang utama, bahkan semboyan kekosongan.
―waktu adalah uang‖, memaksa manusia Manusia berduyun-duyun me-
untuk mengejar fatamorgana di padang langkah maju ke depan, mengesamping-
pasir. Uang memang konkret, tetapi kan keheningan dan lupa untuk diam
kebahagiaan bersifat abstrak. Oleh sebab dalam kesendirian. Manusia lupa untuk
itu tidak mungkin jika keduanya memberi waktu bagi dirinya sendiri
direlasikan secara langsung, dibanding- karena disibukkan dengan ramainya lalu
kan, serta disejajarkan karena keduanya lintas kehidupan. Jika manusia sibuk
berbeda bentuk; seperti membandingkan mengejar yang semu, ruang interaksi

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1163


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

antara manusia pun menjadi dingin dan Sifat teknologi yang berlawanan
beku. Jika yang demikian terjadi di dengan yang alamiah (nature),
antara manusia apalagi antara manusia menjadikan manusia lebih meng-
dengan alam. Manusia telah menutup utamakan kemajuan teknologi dibanding
hatinya dan membuka nalarnya lebar- keberadaan alam. Alam menjadi benda
lebar, akal menjadi yang utama sehingga (objek) belaka, yang bebas dieksploitasi
hal-hal yang diluar logika menjadi tidak untuk kepentingan manusia. Inilah yang
dipercaya. mencabut keterhubungan manusia
Alam kian menjadi objek dengan alam. Ketika manusia men-
(penyedia kebutuhan) bagi manusia. jadikan dirinya sebagai penguasa, alam
Alam tidak lagi dipandang sebagai hadir sebagai yang dikuasai.
bagian dari diri, namun sebagai wadah- Sesuai dengan definisi mas-
terberi yang tidak perlu dipelihara, yarakat konsumer yang diberikan oleh
justru dieksploitasi secara membabi-buta Judith Williamson dalam buku Yasraf
demi memuaskan nafsu manusia yang A. Piliang Dunia Yang Dilipat, yang
tiada habisnya. Perilaku yang terpatri mengatakan bahwa pembelian barang-
pada pola pikir manusia sebagai pusat barang merupakan hasrat diri akan rasa
dan ukuran dari segala yang ada (humas menguasai dan mengontrol. Demikian-
as a central), menjadikan manusia me- lah manusia, selalu haus untuk menjadi
lupakan alam dan menganggap bahwa makluk yang paling tinggi, me-
alam dihadirkan untuk manusia. Bukan nyebabkan dirinya angkuh dan selalu
alam sebagai bagian dari kehidupan ingin menguasai: pada alam dan benda.
juga, yang tanpanya manusia tiada Di sinilah tantangan utama menjadi
(dapat) hidup. manusia: mengendalikan ego.
Manusia menyadari bahwa Pada masa ini pula, berkembang
dirinya memiliki keterbatasan: tidak bisa konsep-konsep lain yang selaras dengan
terbang, tidak bisa menyelam, ataupun pandangan ‘human as a central’, salah
melompat dengan tinggi dan lincah satunya adalah universalisme. Konsep
seperti monyet. Keterbatasan ini yang ini mencoba menyatukan segala per-
―memaksa‖ manusia untuk ―menggauli‖ bedaan, menjadi sebuah ketunggalan.
alam tanpa batas. Padalah keterbatasan Perbedaan dihilangkan, digantikan
ini adalah penjaga hubungan manusia dengan persamaan. Bila ditarik ke
dan alam. Namun, manusia memiliki tatanan yang lebih luas lagi, hal ini
keinginan untuk selalu lebih, mengakali terkait dengan konsep kekuasaan dan
segala keterbatasan dengan membuat keuntungan satu pihak saja. Tak ada lagi
berbagai alat-alat bantu (teknologi). konsep keseimbangan, yang ada
Kini, teknologi bukanlah menjadi alat hanyalah pertentangan, hanya ada yang
bantu semata, namun telah menyatu menguasai dan dikuasai, kaya dan
dalam keseharian manusia. Teknologi miskin, untung dan rugi. Salah satu sisi
telah hadir dan menyatu dalam hanya akan ‗memakan‘ sisi yang lain.
keseharian manusia. Manusia menjadi Hal ini juga yang terjadi antara manusia
(seperti) tak mampu hidup tanpa dan alam. Paradigma economy oriented
teknologi. Di titik ini, teknologi telah telah memengaruhi manusia dalam
mengatur cara kerja manusia di dunia. berpikir dan bersikap, juga dalam ruang

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1164


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

kehidupan manusia, termasuk secara Di sinilah, sulur-sulur kapitalis


sosial, lingkungan, dan humaniora. bekerja melalui konsumerisme. Ia hadir
Konsep menguasai dan me- dengan bujuk rayu kemewahan dan
ngambil keuntungan ada dalam kebahagiaan semu, menjadikan manusia
diskursus globalisasi dan kapitalisasi. tenggelam dalam kebiluran dan ke-
Globalisasi adalah jalan terbuka bagi hampaan. Kapitalisme melalui kon-
satu negara untuk berhubungan dengan sumerisme membuat sebuah sistem
negara lain, termasuk di dalamnya produksi hasrat yang tanpa henti,
melakukan perdagangan dan intervensi menjadikan manusia selalu merasa
kebijakan. Hilangnya batas-batas kurang, dan selalu ingin lebih. Lagi,
(regional) antarnegara, menjadikan ne- hasrat manusia untuk menjadikan
gara lain bebas untuk ‗bersikap‘ atas dirinya berbeda dengan yang lain,
yang lainnya. Biasanya, dalam tataran semakin terfasilitasi melalui benda-
ini ada sebuah negara yang berada ‗di benda yang digembar-gemborkan setiap
atas‘ negara lain sehingga ia memiliki saat dan tempat, melalui iklan.
kesempatan untuk mengambil ke- Media (iklan) berperan penting.
untungan lebih. Perlahan-lahan, ia mulai Iklan memborbardir dan memberikan
mencengkeram dan mengeluarkan sulur- sebuah kepercayaan palsu akan apa yang
sulurnya untuk mengeksploitasi negara penting dan perlu (need). Kondisi perlu
lain. menjadi bias dan tertukar dengan hasrat
Tak hanya itu, ia ―membius‖ (want). Menjadikan kita selalu ingin
pihak lain dengan ―gemerlap‖ dunia dan membeli produk terbaru untuk me-
menyoroti hal-hal yang tidak penting nentukan posisinya (eksistensi) di dunia.
menjadi penting. Manusia kini di- Materi-materilah yang kemudian me-
kungkung dalam ruang banal yang nentukan kelas seseorang, apakah ia
menjauhkannya dari yang esensial, berada di kelas bawah, menengah, atau
mengejar materi tanpa memikirkan yang atas. Karena itu, kita (seperti)
fana. Tujuan hidup laiknya bongkahan berbondong-bondong membeli materi
batu yang hampa spiritual. Kehampaan yang akan membawa diri ke tingkat
spiritual itu dirayakan oleh strategi gaya yang lebih atas. Padahal, untuk apa?
hidup. Disitulah letak permasalahannya.
Sebagai sebuah konsep tentang Semuanya berujung pada ilusi sehingga
diri, gaya hidup membuka pertarungan kita ‗dipaksa‘ untuk lupa akan hal-hal
antarindividu (atau kelompok) untuk yang esensial. Manusia terlalu sibuk
menjadi yang ter- daripada yang lain. ‗mengurus‘ dirinya sendiri, dan kian
Yang terjadi adalah pertarungan mengeskpolitasi alam untuk mewujud-
antarproduk (objek) yang dikenakan kan keinginannya. Ia akan terus menerus
masing-masing individu yang memuat menggunakan alam ‗menjadi dan
kekuatan simbolik (status, prestise). dengan‘ teknologi, hingga akhirnya
Akhirnya, bukan lagi manusia me- manusia lupa bahwa ia ada karena alam.
ngendalikan objek, tapi objek Seperti ajaran Toism, bahwa konsep yin-
mengendalikan manusia. Objek menjadi yang merupakan penyatuan dari dua
medium yang membeda-bedakan diri unsur yang saling melengkapi dan
kita atas yang lain. menyeimbangkan. Bila manusia men-

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1165


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

dominasi alam, maka dapat berakibat wujud alam yang baru. Ekosistem
pada timbulnya bencana-bencana berubah, seiring dengan perubahan yang
(alam). Untuk menyeimbangkannya terjadi diantara relasi keduanya. Wujud
kembali, membutuhkan waktu yang baru di antara semua elemennyalah yang
lama dan proses yang melelahkan. perlu untuk disadari, bukan hanya
Oleh sebab itu, dibutuhkan mengaca pada pengalaman masa lalu,
kecerdasan bagi kita (manusia) untuk tetapi menariknya pada saat ini.
mampu membaca diri dan alam. Dalam teori Chaos; ketidak-
Manusia perlu untuk membatasi diri dari teraturan pada satu titik akan membawa
ketergantungan akan teknologi, yang keteraturan (order). Kemudian, kondisi
berimbas pada keterperangkapannya yang teratur kembali mengalami
dalam genggaman teknologi. Jika gangguan (intervensi), dan kembali
demikian, manusia tidak lagi memberi mencari titik teraturnya kembali. Yang
kesempatan bagi diri untuk mengenal demikian akan berulang terus menerus.
dan memahami alam. Kita hanya Keseimbangan akan terus terjadi, hanya
‗membedah‘, bukan ‗mengalami‘. Jika wujud dan bentuk keseimbangannyalah
saja kita mau membuka diri untuk yang baru dan tidak sama. Bersifat
mengenal dan mengalami kebersamaan dinamis, fleksibel, lentur, mengalir, dan
dengan alam, akan lebih mudah untuk harmonis.
menyelesaikan semua permasalahan Yang perlu disikapi pula adalah
lingkungan. pengkotak-kotakan pemikiran manusia.
Mari membuka diri dan Pemikiran manusia yang terbiasa untuk
membiarkan alam memasuki kehidupan memilah dan memisahkan, menilai yang
kita. Merasakan bahwa kehadiran alam baik dan buruk, menjadikan manusia
dan manusia adalah sebuah ke- terkungkung dalam pemikiran dirinya
seimbangan, sebagai proses dari sendiri. Ketika manusia mampu melihat
kesalingmengisian dan menjadi satu. akan kondisi alam secara menyeluruh,
Wujud persatuan inilah yang akan tidak sebagai yang mengancaman
mendekatkan diri pada yang Satu. maupun yang terancam, justru manusia
Perlahan, biarkan alam berbicara pada telah melampaui dualisme yang berarti
kita melalui siulan burung, rintik hujan, tingkat pengenalan pada Sang Maha
gemerisik daun tertiup angin, dan suara semakin dekat. Kerusakan lingkungan
hening. Rasakan kedamaian dan tidak lagi dipandang sebagai ancaman
ketenangan yang menjalar di hati, atau ketakutan, tetapi sebagai wujud dari
biarkan pikiran rehat sesaat. Rasakan keindahan dari Realitas. Kenyataan yang
bahwa alam adalah bagian dari diri. penuh dengan kompleksitas dan
membutuhkan penafsiran manusia dalam
3. Penutup memaknai dunia. Yang demikian, sama
Jika kehidupan adalah mengenai dengan pencarian manusia akan Sang
respon dan interaksi di antara semua Maha.
elemen di dalamnya, keseimbangan
adalah keluarannya. Pola pikir manusia,
tindakan manusia terhadap alam, akan
direspon oleh alam dan memunculkan

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1166


Alam, Manusia, dan Spiritualitas

4. Daftar Pustaka
Capra, Fritjov. 2009. The Tao of
Physics: Menyingkap
Kesejajaran Fisika Modern
dan Mistitisme Timur. Edisi
Bahasa Indonesia terjemahan
Aufiya Ilhamat Hafidz.
Yogyakarta: Jalasutra
Douglas & Isherwood. The World of
Goods. 1996. London:
Routlegde
Hawking, Stephen. 2002. The Grand
Design: Rancang Agung. Edisi
Bahasa Indonesia terjemahan
Zia Anshor. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Heidegger, Martin. 1997. Building,
Dwelling, Thinking dalam Neil
Leach (ed). Rethinking
Architecture: A Reader in
Cultural Theory. London &
New York: Routledge.
Piliang, Yasraf A. 2004.
Hipersemiotika: Tafsir
Cultural Studies atas Matinya
Makna. Yogyakarta: Jalasutra
Walker, John. Design History and
History of Design. 1989.
London: Pluto Press
Wilber, Ken. 2001. Theory of
Everything: An Integral Vision
For Business, Politics, Science,
and Spirituality. Boston:
Shambala
http://www.ecolo.org/lovelock/what_is
_Gaia.html; diakses tanggal 14
Juli 2011 jam 16.30 WIB

Jurnal Sosioteknologi Edisi 24 Tahun 10, Desember 2011 1167

Anda mungkin juga menyukai