Anda di halaman 1dari 6

ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

Implementasi Program Asuransi Kesehatan


Masyarakat Miskin di Nusa Tenggara Timur

Tri Rini Puji Lestari*

Abstrak
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, sehingga upaya pelayanan pengobatan untuk penduduk miskin tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang kon-
sumsi, tetapi sebagai investasi untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang akses penduduk miskin
pada pelayanan rumah sakit melalui program Askeskin di Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan kun-
ci adalah pejabat di RSU Prof. DR. W.Z. Johannes NTT dan PT Askes cabang Kupang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jumlah kartu yang diterbitkan
tidak sesuai dengan realita jumlah maskin dan ada oknum tidak maskin yang menggunakan fasilitas Askeskin. Juga ditemukan beberapa obat yang tercan-
tum dalam formularium Askeskin tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Sehingga pasien miskin terpaksa diberi obat sejenis dari luar formularium dengan kon-
sekuensi harga yang lebih mahal dan harus ditanggung oleh pihak rumah sakit karena tidak dapat diklaim. Selain itu, ketiadaan dukungan dana dari peme-
rintah daerah, mengakibatkan segala pembiayaan di luar pertanggungan Askeskin harus dibebankan pada rumah sakit penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kata kunci : Asuransi kesehatan, masyarakat miskin, pelayanan kesehatan, akses

Abstract
Public health improvement, especially for under-privilege, needs more attention. Health issues should not be considered as a matter of mere consumption.
Health should be viewed as an investment in order to achieve welfare as one of many faces of human rights. This research was aim at gathering information
on the improvement of health access at the hospital designated for under-privilege through Askeskin by PT Askes in East Nusa Tenggara (NTT). The research
used qualitative approach with key informants of official at Prof. DR. W.Z. Johannes General Hospital of NTT and PT Askes Kupang branch. The research
shows that the total number of distributed cards was not a reflection of the actual number of poor people and there were individuals that not fall into poor ca-
tegory using Askeskin facilities. There were also finding on drugs other than formularium, which brought it to an increase in price and the hospital has to be
responsible for the additional cost for they could not claim it. Moreover, there were no financial support from local government, causing a delay on the pay-
ment other than Askeskin and the health service provider, e.i. hospital held responsible to it.
Key words : Health insurance, poor people, health service, access

*Pusat Pengkajian Pengolah Data dan Informasi Setjen DPR RI, Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Gatot Subroto Jakarta 10270 (e-mail : tririni@yahoo.com)

264
Lestari, Implementasi Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin

Kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks mampu dibayar oleh pemerintah (Pasal 17 ayat (4).
karena menggantungkan penghidupan masyarakat pada Dengan penetapan PT Askes sebagai pengelola dana sub-
kondisi alam yang berat dan sumber daya alam yang sa- sidi bidang kesehatan bagi gakin, maka tantangan yang di-
ngat terbatas. Namun, menurut data BPS, sejak tahun hadapi adalah cara PT Askes melaksanakan tanggung
2001, jumlah orang miskin di Indonesia memperlihatkan jawab mengelola dana gakin yang dapat menjamin pene-
kecenderungan yang menurun. Sampai Februari tahun rimaan pelayanan kesehatan tepat sasaran.
2004, angka kemiskinan menurun menjadi 36,1 juta atau Berdasarkan fakta dilapangan, tunggakan pemba-
16,6 % dari total jumlah penduduk yang mencapai 217 yaran klaim asuransi kesehatan untuk keluarga miskin ke
juta. Jumlah penduduk miskin di daearah perkotaan fasilitas pelayanan kesehatan tidak dapat dihindari.
adalah 11,5 juta (12,6 %) dan di daerah pedesaan 24,6 Kejadian tersebuti dipicu oleh keterlambatan pencairan
juta (19,5 %).1 Dibandingkan dengan tahun 2003 de- dana pemerintah dan kelambanan proses verifikasi pe-
ngan angka kemiskinan 37,3 juta(17,42 %), saat ini, jum- manfaatan askeskin. Selain itu, terjadi peningkatan pe-
lah orang miskin menurun sekitar 0,96%. Perhitungan manfaatan fasilitas askeskin yang menyebabkan dana
BPS tersebut didasarkan pada pemakaian kalori 2.100 yang tersedia tak mencukupi. Hingga 31 Desember 2006,
per kapita per orang dan pencukupan kebutuhan non kewajiban PT Askes mencapai Rp. 545 miliar. Sebagian
pangan. Setiap orang di wilayah perkotaan dan pedesaan kewajiban itu telah dilunasi dari sisa dana askeskin tahun
yang mengkonsumsi kalori kurang dari standar tersebut 2006 sebesar Rp 126 miliar dengan tambahan uang mu-
dikelompokkan sebagai penduduk miskin. Sementara itu, ka yang telah disetor ke seluruh rumah sakit senilai Rp.
seorang penduduk dinyatakan miskin apabila tak dapat 171 miliar. Dengan demikian, masih ada kekurangan
memenuhi 28 kebutuhan hidup non pangan seperti kain, dana askeskin tahun 2006 sebesar Rp 248 miliar.3
sabun, sikat gigi dan sebagainya. Penulis tertarik untuk mengetahui implementasi kebi-
Dalam upaya meningkatkan akses pelayanan kese- jakan pengentasan kemiskinan di bidang kesehatan
hatan bagi masyarakat miskin, sejak Januari tahun 2005, dalam rangka meningkatkan akses pelayanan rumah sak-
Departemen Kesehatan meluncurkan Program Jaminan it bagi masyarakat miskin melalui program di NTT.
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (PJKMM).
Program tersebut merupakan reformasi program kese- Metode
hatan bagi masyarakat miskin yang telah berlangsung se- Penelitian dilakukan dengan menggunakan pen-
belumnya seperti Jaring Pengaman Sosial Bidang dekatan kualitatif dengan studi kasus, untuk menda-
Kesehatan (JBSBK) dan Program Penanggulangan patkan informasi yang mendalam tentang pelaksanaan
Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) atau asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin di RSU Prof.
Bahan Bakar Minyak (PKPSBBM). Perbedaan mendasar DR. W.Z. Johannes NTT. Data primer didapat dengan
antara PJKMM dengan program sebelumnya terletak pa- melakukan wawancara mendalam pada informan kunci
da pengelola dan mekanisme pengelolaannya. Sebe- yaitu para pejabat di RSU Prof. DR. W.Z. Johannes NTT
lumnya, pengelolaan dilakukan secara langsung oleh dan PT Askes cabang Kupang. Adapun fokus penelitian-
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) atau tidak langsung nya adalah telaah pelaksanaan program Askeskin oleh PT
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Pemeliharaan Askes di RSU Prof. DR. W.Z. Johannes NTT. Informan
Kesehatan Masyarakat yang berorientasi non-for-profit. pada penelitian ini meliputi: 1) para pejabat di RSU Prof.
Sedangkan program PJKMM dikelola seragam dan DR. W.Z. Johannes NTT yang terdiri dari direktur RS,
tersentralisir oleh PT. Askes. Kebijakan tersebut me- kepala bagian (Kabag) Keuangan RS, Kabag. Unit Rawat
ngacu pada Keputusan Menteri Kesehatan No. jalan, Kabag. Unit Rawat Inap, Kabag. Farmasi, dan
1241/Menkes/SK/XI/2004 dan Keputusan Menteri Kabag. Rekam Medis; 2) para pejabat di PT Askes ca-
Kesehatan No. 56/Menkes/SK/I/2005 tentang Penye- bang Kupang yang terdiri dari Kepala Cabang PT. Askes
lenggaraan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan Kabag. Keuangan PT Askes cabang Kupang.
Masyarakat Miskin tahun 2005.2 Data dikumpulkan dengan menggunakan metode
Hal tersebut sejalan dengan amanat Undang-Undang wawancara mendalam dengan menggunakan instrumen
No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial pedoman wawancara mendalam. Wawancara dilakukan
Nasional (SJSN) yang tertuang pada Pasal 19 ayat (1) bah- atas persetujuan para informan. Untuk menjaga validi-
wa Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional tas data digunakan triangulasi sumber. Data yang dida-
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas pat dilakukan pengolahan dengan membuat catatan la-
(keadilan). Pada ayat (2) ditentukan bahwa jaminan kese- pangan menjadi transkrip, melakukan analisis dan in-
hatan diselenggarakan untuk menjamin agar peserta mem- terpretasi dengan menggunakan metode analisis isi.
peroleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindu- Analisis temuan penelitian juga didukung dengan data
ngan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Iuran sekunder yang didapat dari instansi tersebut di atas,
program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang tidak BPS, surat kabar dan bahan-bahan kepustakaan lainnya.

265
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 6, Juni 2009

Hasil peserta sehingga memperlambat proses penerbitan kartu


Secara umum Nusa Tenggara Timur (NTT) meru- peserta Askeskin. Walau demikian, selama belum memi-
pakan salah satu provinsi termiskin di Indonesia. Tingkat liki kartu peserta Askeskin, peserta dapat menggunakan
kemiskinan di propinsi ini lebih tinggi dari rata-rata Kartu Sehat, Kartu JPK-Gakin atau Surat Keterangan
tingkat kemiskinan nasional. Data BPS 2004 menye- Tidak Mampu (SKTM) dari kelurahan tempat penduduk
butkan bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia men- miskin berdomisili. Jumlah penduduk maskin pada peri-
capai 17%, sementara jumlah penduduk miskin di NTT ode 2005 - 2007 adalah: pada tahun 2005 (1.152.085 ji-
adalah 28%. wa), tahun 2006 (2.652.342 jiwa) dan tahun 2007
Di bidang kesehatan, NTT dihadapkan pada masalah (2.798.871 jiwa).
penyakit menular, khususnya malaria dan TBC (tubercu- Di lapangan ditemukan seorang pasien yang datang
losis), kematian ibu melahirkan dan kematian bayi yang berobat ke rumah sakit dengan menggunakan mobil
tinggi. Kasus malaria dan TBC yang tinggi memengaruhi memiliki Kartu Sehat. Dalam kasus seperti ini. biasanya
kondisi kesehatan dan produktivitas masyarakat dan pihak rumah sakit tidak dapat berbuat banyak, tetap
menyebabkan kematian ibu melahirkan yang tinggi. melayani sesuai prosedur pelayanan pasien Maskin di
Selain itu, kematian ibu melahirkan yang tinggi juga rumah sakit. Selain itu, pernah juga ditemukan pasien
dipengaruhi oleh cara pertolongan persalinan. Survei yang pada awal masuk rumah sakit menggunakan Kartu
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 sehat dan dirawat di ruang rawat kelas III, tetapi setelah
di NTT menemukan bahwa meskipun program bidan de- beberapa lama pasien tersebut mengajukan pindah ke
sa telah dikembangkan, 72% kelahiran dilakukan di ruang rawat VIP. Pernah juga ditemukan pasien yang ma-
rumah dan 54,2% kelahiran ditolong oleh dukun be- suk rumah sakit dengan membawa Kartu Sehat atau JPK-
ranak.4 Status gizi balita pada tahun 2004 menunjukkan Gakin, tetapi ketika akan dirawat inap dengan fasilitas
status gizi sedang (28,65%) dan status gizi buruk ruang rawat kelas III mereka menolak dan memilih tidak
(15,68%). Proporsi balita dengan status gizi sedang dan menggunakan fasilitas Maskin serta memilih dirawat di
buruk relatif besar serta tingkat kematian balita yang ju- ruang selain kelas III.
ga relatif tinggi (49 kematian per 1000 kelahiran). Hal ini Penelitian juga menemukan bahwa tidak sedikit
mengindikasikan bahwa kemampuan orang tua mengu- pasien yang semula berobat ke rumah sakit ternyata tidak
payakan kesehatan yang lebih baik bagi anaknya relatif mampu dan tidak mempunyai Kartu Sehat, Kartu JPK-
terbatas sebagai akibat kemampuan ekonomi serta pen- Gakin atau SKTM. Apabila pasien harus di rawat, bia-
didikan yang rendah.4 sanya pasien diizinkan dirawat dan keesokan harinya
Perbaikan sistem pelayanan kesehatan pada tahun 2007 keluarga pasien harus mengurus SKTM sebagai ke-
dilakukan melalui dua program utama meliputi: Pertama, lengkapan administrasi. Namun, tidak jarang pasien yang
program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana tidak mampu tersebut, merupakan rujukan lintas kabu-
dan prasarana kesehatan melalui kegiatan pembangunan paten dan tidak mampu membiayai kehidupan keluarga
38 pustu, rehabilitasi 29 pustu, 7 puskesmas dan 1 penga- sehari-hari selama keluarga di rumah sakit apalagi untuk
daan sarana dan prasarana puskesmas, pustu dan pusling. ongkos mengurus SKTM di wilayah domisili mereka.
Kedua, Program Kemitraan, Peningkatan Pelayanan Dalam kondisi seperti ini, tidak jarang pihak rumah sa-
Kesehatan melalui “Pemberian Jaminan Kesehatan khusus- kit membebaskan pasien dari pembiayaan yang harus di-
nya bagi 78.524 jiwa penduduk miskin yang belum terdata tanggung.
dalam Askeskin”. Secara keseluruhan, kebijakan pe-
ningkatan sistem pelayanan kesehatan menyerap dana se- Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Masyarakat Miskin
kitar Rp. 44 Milyar (10%) dari total dana perimbangan Dalam melaksanakan pembayaran biaya pelayanan
sekitar 18,6 Milyar yang dialokasikan untuk penyediaan rumah sakit, PT. Askes cabang Kupang mengacu pada
sarana prasarana kesehatan, (sekitar Rp. 4 Milyar untuk Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
membayar tambahan penghasilan 4.239 tenaga medis dan Masyarakat Miskin Departemen Kesehatan. Dengan
gaji para medis (sekitar Rp. 21 Milyar). demikian pelayanan kesehatan dilakukan secara kompre-
hensif sesuai kebutuhan medis dan ketersediaan dana di
Pelaksanaan Program Askeskin fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan PT. Askes,
Kebijakan Kepesertaan terutama fasilitas kesehatan pemerintah. Sistem
Penetapan keluarga miskin sebagai peserta program pelayanan kesehatan yang diterapkan menggunakan pen-
Askeskin didasarkan pada kuota Menteri Kesehatan. dekatan konsep wilayah (desentralisasi), sistem rujukan
Setelah mendapat pengesahan dari Bupati/Walikota, PT. terstruktur dan berjenjang, penjagaan mutu dan pengen-
Askes berhak mengeluarkan kartu peserta Askeskin. dalian biaya, gawat darurat di fasilitas kesehatan terdekat.
Namun, data dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Berbagai pihak yang terlibat meliputi unsur pemerintah
yang dikirim ke PT. Askes belum dilengkapi dengan nama daerah, unsur pusat pelayanan kesehatan dan unsur lain.

266
Lestari, Implementasi Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin

Unsur pemerintah daerah meliputi Dinas Kesehatan si 1 gram, Ampicilin injeksi, dan lain-lain; atau adrenalin,
Provinsi dan Kabupaten/Kota, Badan Pusat Statistik atropin sulfat, dan lain-lain). Akibatnya, pihak rumah
Provinsi dan Kabupaten/Kota, BKKBN Provinsi dan sakit terpaksa memberikan obat diluar formularium obat
Kabupaten/ Kota, Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota maskin yang sejenis, tetapi dengan harga yang lebih ma-
dan Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota. Unsur hal dan harus di tanggung oleh rumah sakit.
Pusat Pelayanan Kesehatan (PPK) meliputi Puskesmas,
RSU Pemerintah, RS Swasta, RS POLRI dan Apotik. Kebijakan Keuangan
Unsur lain meliputi legislatif (DPR/DPRD) dan Lembaga Sumber dana pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Swadaya Masyarakat (LSM). miskin hanya berasal dari APBN/Pemerintah Pusat. Dana
Mekanisme kerja berupa koordinasi berbagai pihak untuk pelayanan kesehatan maskin di Rumah Sakit dis-
terkait sesuai Keputusan Gubernur NTT No. alurkan oleh Departemen Kesehatan melalui PT. Askes
294/KEP/HK/2006 tentang Pembentukan Sekretariat (Persero) untuk pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut
Bersama Tim Koordinasi dan Forum Komunikasi (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL), obat dan
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi transportasi rujukan.
Masyarakat Miskin (JPKMM)/Askeskin Provinsi Nusa Pelaksanaan klaim dilakukan setelah pihak rumah
Tenggara Timur. Kegiatan koordinasi dilakukan melalui sakit mengentri semua data periode satu bulan dari
pertemuan tim koordinasi di tingkat Provinsi/ tanggal 1 sampai tanggal 31. Kemudian, data tersebut
Kabupaten/Kota secara berkala dan pertemuan terbatas diverifikasi oleh petugas Askes yang khusus ditem-
dengan instansi terkait sesuai kebutuhan. patkan di rumah sakit. Pengajuan klaim dilakukan seti-
Agar dapat menggunakan fasilitas pelayanan kese- ap tanggal 10 sampai tanggal 15 bulan berikutnya dan
hatan bagi masyarakat miskin di rumah sakit, pasien dana turun sekitar 3 sampai 4 bulan setelah diajukan.
harus melengkapi persyaratan berbagai persyaratan Contohnya: tagihan bulan Januari 2006, klaim diajukan
berikut: Pasien Maskin dengan kasus non gawat darurat pada tanggal 15 Pebruari 2006 dan realisasi pemba-
harus membawa surat rujukan dari Puskesmas yang dis- yaran dilakukan pada tanggal 18 Mei 2006 dan 24 Juni
ertai kartu peserta Maskin. Pasien yang belum memiliki 2006, sesuai besaran klaim yang diajukan. Selama reali-
kartu peserta Maskin, dapat menggunakan SKTM dan sasi pembayaran belum diturunkan, pihak rumah sakit
diberikan kesempatan untuk mengurus SKTM selambat- harus menanggung biaya terlebih dahulu. Kondisi terse-
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam; Untuk pasien Maskin but menjadi tantangan pihak rumah sakit untuk tetap
dengan kasus Gawat dan Darurat, dapat langsung di- menjalankan kegiatan operasional rumah sakit dengan
layani di unit gawat darurat tanpa harus membawa surat menutupi kebutuhan biaya dari sumber dana yang lain.
rujukan dengan syarat menunjukkan kartu peserta Hal tersebut dilakukan melalui subsidi silang paviliun
Maskin/SKTM. Semua persyaratan tersebut harus diser- swasta.
ahkan diloket Askes (gabungan antara Askes maskin, Pengajuan klaim dilakukan berdasarkan pada jenis
sosial dan sukarela). kelamin, jumlah biaya yang dikeluarkan oleh rumah sa-
Fasilitas rawat jalan yang didapat oleh pasien maskin kit sesuai Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan
berupa semua pelayanan kesehatan dasar sesuai kebu- dan Menteri Dalam Negeri No. 616A/Menkes/SKB/VI/
tuhan dan standar pelayanan seperti, pemeriksaan medis, 2004 dan No. 155a/tahun 2004. Realisasi klaim yang di-
obat-obatan sesuai formulir maskin, tindakan medik dan ajukan pihak rumah sakit kepada PT. Askes, biasanya
non medik (sesuai indikasi), pemeriksaan penunjang baru dapat diwujudkan bila dana dari Departemen
sesuai indikasi (laboraturium, radiologi, dll), dan rujukan Kesehatan sudah turun. Penelitian juga menemukan
ke sarana pelayanan yang lebih tinggi (sesuai indikasi) bahwa PT. Askes tidak menyediakan uang muka untuk
dengan biaya ambulan ditanggung rumah sakit. Fasilitas biaya transportasi pasien yang dirujuk, semua biaya
rawat inap yang didapat oleh pasien maskin berupa se- tersebut dibebankan pada pihak rumah sakit. Selain itu,
mua pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan dan sampai saat ini masih belum ada alokasi dana khusus
strandar pelayanan seperti, akomodasi, makan-minum, untuk mensubsidi biaya pelayanan kesehatan masya-
obat-obatan sesuai formularium Askeskin, tindakan rakat miskin yang tidak terakomodasi dalam paket
medik dan non medik (sesuai indikasi), pemeriksaan pe- pelayanan Askeskin, seperti untuk obat-obatan, tin-
nunjang sesuai indikasi (laboraturium, radiologi, dll), dakan medis, rujukan, dan lain-lain. Pihak Pemerintah
dan rujukan ke sarana pelayanan yang lebih tinggi (sesuai Daerah NTT masih membebankan biaya tersebut pada
indikasi) dengan biaya ambulan ditanggung rumah sakit. rumah sakit.
Berkaitan dengan pelayanan pemberian obat pada
pasien, seringkali pihak rumah sakit dihadapkan pada Pembahasan
item obat yang yang tidak tercantung dalam formularium Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting
obat maskin (seperti Amoxycicilin capsul 500 mg/injek- dalam kehidupan manusia sehingga negara berkewajiban

267
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 6, Juni 2009

memelihara kesehatan rakyat. Penunjukkan PT Askes se- punyai keterbatasan dana operasional.
bagai lembaga pengelola program Askeskin masih me- Faktor lain yang memberatkan pihak rumah sakit
nuai kekecewaan pihak rumah sakit yang memberikan adalah belum ada subsidi dana transportasi pasien
pelayanan kesehatan. Selain itu, acuan data yang digu- yang dirujuk. Padahal, berdasarkan hasil wawancara
nakan ada perbedaan ketentuan kuota penduduk miskin, pihak PT Askes dan buku Pedoman Pelaksanaan
Pemerintah Pusat dalam menentukan berdasarkan data Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat miskin
jumlah penduduk maskin per kepala keluarga, semen- pelayanan transportasi untuk rujukan emergency, ru-
tara menentukannya berdasarkan jumlah masyarakat jukan non emergency yang diperlukan dan pemulan-
miskin per jiwa. Akibatnya, jumlah masyarakat miskin gan pasien/jenazah maskin merupakan salah satu fasil-
yang ada di daerah lebih banyak daripada jumlah kuota itas yang dapat diterima dalam program Askeskin. Hal
peserta Askeskin yang sudah ditentukan oleh Pemerintah ini menunjukkan bahwa tidak semua fasilitas yang
Pusat. 5 Fakta tersebut mengakibatkan Pemerintah tersedia dalam program Askeskin dapat dinikmati oleh
Daerah harus menanggung semua biaya pelayanan kese- maskin dan jika harus dilaksanakan tidak dapat dia-
hatan yang tidak termasuk dalam jumlah kuota maskin. jukan klaim sehingga harus dibebankan pada rumah
Pemerintah Daerah NTT yang tidak tergolong kaya tidak sakit.6-8
mampu untuk menanggung anggaran tersebut. Agar Jumlah obat yang termasuk dalam DPHO sangat ter-
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin tetap dapat batas, sehingga pihak rumah sakit harus mengganti de-
dilaksanakan, semua pembiayaan pelayanan kesehatan ngan obat-obatan diluar DPHO dengan harganya yang
bagi Maskin di rumah sakit dibebankan pada RSU Prof. lebih mahal tersebut membuat beban pihak rumah sakit
DR. W.Z. Johannes. semakin besar. Banyak obat-obatan yang termasuk dalam
Seringkali pihak rumah sakit dihadapkan pada tidak DPHO yang tidak tersedia di pasaran menghambat
tersedianya item obat yang tercantum dalam formulari- pelayanan kesehatan yang diberikan pihak rumah sakit.
um obat maskin (Amoxycicilin capsul 500 mg/injeksi 1 Hal lain yang dapat menghambat pemberian pelayanan
gram, Ampicilin injeksi, dan lain-lain; atau adrenalin, at- kesehatan adalah pedoman pelaksanaan yang terlambat
ropin sulfat, dan lain-lain). Akibatnya pihak rumah sakit sampai setelah 4 bulan program berjalan. Kondisi ini
terpaksa memberikan obat diluar formularium obat tidak sejalan dengan kebijakan makro strategis pemerin-
maskin yang sejenis dengan harga yang lebih mahal dan tah yang diterjemahkan kedalam Kebijakan Makro
harus di tanggung oleh rumah sakit karena tidak dapat Operasional atau Program Utama, sebagai berikut:
diklaim. Penyakit menular dan gangguan gizi banyak menyerang
Salah satu sebab kemiskinan di Provinsi NTT antara penduduk miskin sehingga memerlukan pelayanan kese-
lain disebabkan oleh penghidupan masyarakat yang sa- hatan dasar dan rujukan secara gratis pada penduduk
ngat tergantung pada kondisi alam yang berat dan sum- miskin.9
ber daya alam yang sangat terbatas. Akibatnya Hal lain yang terkait kebijakan kepesertaan adalah
masyarakat NTT mengalami ketertinggalan yang tercer- jumlah kuota yang tidak disertai dengan nama dan iden-
min pada rendahnya tingkat pendapatan, angka kemiski- titas maskin. Hal tersebut mengakibatkan Pemerintah
nan yang tinggi, dan tingkat pendidikan, kesehatan, dan Daerah harus melakukan pendataan ulang yang beraki-
akses terhadap kondisi kehidupan layak yang rendah.4 bat pada perlambatan proses penerbitan kartu peserta
Selain itu, jumlah kuota peserta Askeskin yang relatif Askin ke masyarakat. Selama belum memiliki kartu pe-
lebih rendah daripada jumlah masyarakat miskin yang serta Askeskin, masyarakat miskin dapat menggunakan
ada, menyebabkan pembengkakan anggaran yang harus Kartu Sehat, Kartu JPK-Gakin atau Surat Keterangan
ditanggung pihak rumah sakit. Hat tersebut dapat juga Tidak Mampu (SKTM) dari kelurahan tempat Maskin
membuka peluang pemanfaatan fasilitas Askeskin oleh berdomisili.
pihak-pihak yang tidak memenuhi kriteria masyarakat Pengajuan klaim sampai dana klaim diturunkan
miskin (Maskin). Temuan di tentang oknum tidak memerlukan waktu rata-rata 3 – 4 bulan dan dana yang
maskin yang memiliki Kartu Sehat dan memanfaatkan turun tidak 100%. Hal tersebut menyebabkan beban
fasilitas Askeskin merupakan salah satu bukti bahwa pe- tambah bagi pihak rumah sakit. Karena pihak rumah sa-
manfaatan Askeskin belum tepat sasaran. Menghadapi kit harus membiayai terlebih dahulu operasional pelak-
kasus seperti itu, biasanya pihak rumah sakit berada sanaan pelayanan kesehatan maskin. Selain itu, petugas
dalam posisi yang terjepit. Karena berpengaruh pada PT Askes di rumah sakit yang masih kurang dan belum
cash flow rumah sakit yang pada akhirnya mempe- ada petugas PT Askes di rumah sakit yang bertugas 24
ngaruhi kegiatan operasional rumah sakit. Bagi pihak jam, juga merupakan penghambat dalam proses pegajuan
rumah sak, Kondisi seperti ini merupakan dilema, di satu klaim.
sisi pihak rumah sakit harus tetap memberikan pelayanan Kebijakan keuangan yang berkaitan penyelenggaraan
bagi Maskin, tetapi dilain pihak rumah sakit juga mem- program Askeskin, di Provinsi NTT yang tidak tergolong

268
Lestari, Implementasi Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin

kaya, sumber dana hanya berasal dari APBN yang di- rumah sakit. Bagaimanapun, program pelayanan kesehatan
salurkan oleh Departemen Kesehatan melalui PT. Askes. bagi maskin yang dikelola PT Askes berkontribusi besar
Dana tersebut digunakan untuk pelayanan Rawat Jalan membantu maskin mendapatkan hak pelayanan kesehatan
Tingkat Lanjut (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL), di rumah sakit.
obat dan transportasi rujukan. Hal tersebut berbeda de-
ngan Provinsi Bali yang mendapat bantuan dana dari Saran
APBD Propinsi dan APBD Kabupaten. Akibatnya talangan Penentuan kuota kepesertaan bagi penduduk miskin
dana klaim yang belum turun dibeban pada ketersediaan sebaiknya mengacu pada penghitungan oleh pemerintah
dana yang dimikili oleh pihak rumah sakit. Keterbatasan daerah. Selain itu, penentuan jumlah maskin sebaiknya
dana pihak rumah sakit akan berdampak pada penurunan didasarkan pada jumlah maskin per-jiwa, bukan jumlah
kualitas pelayanan rumah sakit yang akan diberikan. maskin per-kepala keluarga dan perlu dipertimbangkan
Kondisi ini menjadi dilema pihak rumah sakit, di satu sisi juga indikator khusus untuk maskin yang sesuai dengan
rumah sakit mempunyai kewajiban sosial untuk mem- budaya setempat. Perlu penjabaran lebih lanjut kebi-
berikan pelayanan kesehatan bagi maskin. Namun, di sisi jakan umum yang dijadikan pedoman pelaksanaan pem-
lain pihak rumah sakit juga mempunyai kebutuhan agar berian pelayanan kesehatan bagi maskin. Berbagai kebi-
operasional rumah sakit tetap berjalan. jakan lokal pelayanan kesehatan bagi maskin di rumah
Temuan lain yang berkaitan dengan kebijakan keua- sakit dapat tetap dimasukkan dalam pertanggungan
ngan adalah perhitungan lama rawat inap yang digu- Askeskin. Selain itu, fleksibilitas kebijakan pendanaan
nakan pihak Askes dengan pihak rumah sakit berbeda. dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi maskin
Akibatnya selalu ada selisih penghitungan yang seharus- perlu disesuai dengan kemampuan daerah.
nya ditanggungkan menjadi tidak ditanggung oleh Askes
yang dibebankan pada pihak rumah sakit. Kebijakan Daftar Pustaka
keuangan lain yang berbeda dengan kondisi di lapangan 1. BPS. Jumlah penduduk miskin turun. [diakses tanggal 16 Agustus
dan membebani pihak rumah sakit adalah biaya pe- 2007]. Diunduh dari: http://www.tempointeraktif.com.
meriksaan penunjang pasien rawat jalan yang hanya di- 2. Badan Litbang Depkes RI. Laporan penelitian asesmen determinan util-
tanggung satu kali pemeriksaan oleh Askes. Padahal, pa- isasi, askes dan kepuasan konsumen pel.kes, khusunya pada masyarakat
da kenyataannya seringkali pasien rawat jalan memer- miskin di daerah sulit, terpencil dan daerah miskin perkotaan. Cisarua:
lukan lebih dari satu kali pemeriksaan penunjang. Litbang Depkes RI; 2006.
3. Asuransi Kesehatan. Tunggakan askeskin. [diakses tanggal 30 Maret
Kesimpulan 2007]. Diunduh dari: http://www.kompas.co.id
Sejak Januari 2006, program program pelayanan kese- 4. Widjajanti S. Tantangan pembangunan di Nusa Tenggara Timur.
hatan maskin yang dikelola oleh PT Askes persero men- Jurnal SMERU. 2006; 20.
cakup pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan 5. Arifianto & Ruly. Program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi kelu-
jaringannya serta pelayanan rujukan di rumah sakit. arga miskin. Jakarta: Diklat Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi;
Beberapa kendala yang mengganggu kelancaran pelak- 2005.
sanaan program tersebut antara lain terkait dengan kebi- 6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penyelenggaraan program jaminan
jakan kepesertaan, jumlah kartu yang diterbitkan tidak pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin tahun 2005. Jakarta:
sesuai dengan realita jumlah maskin. Selain itu, ditemukan Departemen Kesehatan RI; 2005.
juga oknum yang bukan maskin yang menggunakan fasili- 7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan jaminan pemeli-
tas Askeskin. Beberapa obat dalam formularium Askeskin haraan kesehatan bagi masyarakat miskin (Askeskin) tahun 2006.
tidak tersedia ketika dibutuhkan, sehingga harus diberikan Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006.
obat sejenis di luar formularium yang lebih mahal dan 8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan jaminan pemeli-
harus ditanggung oleh pihak rumah sakit. Di Provinsi NTT haraan kesehatan bagi masyarakat miskin (Askeskin) tahun 2007.
program pelayanan kesehatan bagi maskin tidak menda- Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2007.
patkan dukungan dana dari Pemerintah Daerahnya. 9. [diakses tanggal 2 Mei 2005]. www.//bppt.go.id/rakorbangnas03/dep-
Akibatnya, dana pertanggungan dibebankan pada pihak kes4.pdf.

269

Anda mungkin juga menyukai