Anda di halaman 1dari 4

PENGELOLAAN INDUSTRI ALA KAPITALISME VS KHILAFAH

Oleh : M. Amien Saputra

Industri adalah suatu bidang atau kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan
pengadaan atau pembuatan bahan baku atau pembuatan barang jadi di pabrik dengan
menggunakan keterampilan dan tenaga kerja dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan
hasil bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat
dengan tanah. Industri merupakan bagian dari proses produksi dan kegiatan proses industri
itu disebut perindustrian.

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang diadopsi secara luas dimana terdapat
kepemilian pribadi atas alat produksi. Sistem kapitalis modern biasanya mencakup ekonomi
yang berorientasi pasar, dimana produksi dan penetapan harga barang, serta pendapatan
individu lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar yang dihasilkan dari interaksi antara
bisnis swasta dan individu dibandingkan oleh perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah
atau lembaga setempat. Kapitalisme dibangun diatas konsep kepemilikan pribadi, motif
keuntungan dan persaingan pasar.

Dalam kapitalisme, industri diberikan kebebasan untuk memiliki atau mengelola


lahan yang berpotensi mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Bahkan kapital
mendapatkan perizinan usaha pertambangan yang tertuang pada pasal PP No 23 tahun 2010,
tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara. Sehingga dengan
adanya perizinan usaha pertambangan memberikan angin segar kepada seorang pemodal
untuk mengeruk sebanyak-banyaknya sumber daya alam negeri ini. Bahkan ada 11
Perusahaan besar tambang batu baru, yang nilai pendapatan sangat fantastis. Pada tahun 2022
PT BUMI RESOURCES Tbk (BUMI) yang dimiliki keluarga Group Bakri, produksi batu
Bara BUMI mencapai 70-75 juta ton pertahunnya. Sedangkan harga batu bara pada tahun
yang sama pada tanggal 5-9-2021 mencapai US$ 463,75 per tonnya. Itu baru satu perusahaan
bagaimana dengan yang 10 perusahaan lainnya, dimana pendapatan terkecilnya sebanyak
9,84 juta ton 75 juta ton per tahunnya.

Bukan hanya sektor pertambangan saja yang diberikan perizinan untuk melakukan
pengolahan sumber daya alam. Ada juga yang bergerak di industri air kemasan. Yang dimana
air kemasan tersebut diambil dari sumber daya alam negeri ini. Ada perusahaan yang
bergerak dalam air kemasan seperti PT Aqua Golden Mississippi, PT Tri Banyan Tinta Tbk
(ALTO), PT Sariguna Primatirta Tbk (Cleo), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk - ICBC
(merk Club), PT. Mayora Indah Tbk - MYOR (merk Le Mineral) dan lain-lain. Dalam sebuah
wawancara media Bisnis.com yang telah mewawancarai Wakil Direktur Utama Sariguna
Primatirta yang bernama Melisa Patricia menjelaskan kapasitas produksi pabrik Cleo saat ini
mencapai 4 miliar liter pertahunnya, pada tahun 2022. Kami juga sedang dalam proses
membangun tiga pabrik baru, yang jika dimulai beroperasi akan produksi meningkatkan
kapasitas produksi sampai 33 persen menjadi 5,3 miliar liter pertahunnya. Penjualan emiten
(pihak utama yang menerbitkan saham) Cleo itu tercatat naik 26,35 persen secara Year on
Year (YOY) dari Rp 802, 94 miliar pada sembilan bulan pertama 2021 menjadi Rp 1.01
triliun per september 2022. Lantas bagaimana dengan perusahaan air minum lainnya, bisa
saja pendapatan pertahunnya bisa lebih rendah atau lebih tinggi dari produk Cleo.

Dari dua perusahaan yang dipaparkan di atas, yang bergerak dalam mengelolah
sumber daya alam di negeri ini, penghasilannya begitu sangat fantastis dan bombastis.
Industri dalam kapitalisme bukan hanya diberi kebebasan untuk mengelola sumber daya
alam. Industri dalam kapitalisme tak mengenal produk yg ia hasilkan halal ataukah haram,
karena yang diutamakan adalah keuntungan. Pemikiran dasar kapitalisme ialah sekulerisme
yang memisahkan agama dengan kehidupan. Dalam sistem Kapitalisme, dengan
Demokrasinya, yang menempatkan kekuasaan di tangan rakyat, memang telah terjadi
simbiosis mutualisme antara penguasa dan pengusaha. Penguasa untuk berkuasa
membutuhkan modal besar. Modal yang besar ini diperoleh dari pengusaha. Setelah penguasa
yang didukung pengusaha ini sukses menjadi penguasa, maka para cukong ini mendapatkan
konsesi, berupa proyek dari penguasa. Akibatnya, penguasa di negara Kapitalis tidak ada
yang merdeka. Mereka dinaikkan oleh para cukong. Para cukong itu bisa menjatuhkan
mereka melalui partai, opini yang digalang di media, dan people power bayaran. Para cukong
ini pun tidak sendiri, mereka bisa bekerjasama dengan konglomerasi global, dan negara-
negara penjajah. Pendek kata, para penguasa itu tak ubahnya seperti boneka para cukong di
belakangnya.

Kebijakan Khilafah dalam Mengelola Sumber Daya Alam

Berbeda dengan sistem kapitalis yang menyerahkan kepemilikan dan pengelolaan


SDA kepada swasta atau individu. Dalam pandangan Islam, sumber daya alam yang jumlah
atau depositnya banyak merupakan milik umum atau milik rakyat yang wajib dikelola oleh
Negara. Rasulullah telah menjelaskan sifat kebutuhan umum tersebut:

‫ اْلَكاَل ُء َو اْلَم اُء َو الَّناُر‬: ‫الَّناُس ُش َر َك اء ِفي َثالِث‬

Manusia berserikat dalam tiga hal yaitu: air, padang rumput dan api (HR Abu Dawud).

Barang-barang tambang seperti minyak bumi beserta turunannya seperti bensin, gas,
dan lain-lain, termasuk juga listrik, hutan, air, padang rumput, api, jalan umum, sungai dan
laut; semuanya telah ditetapkan oleh syariat sebagai kepemilikan umum. Negara mengatur
produksi dan distribusi aset-aset tersebut untuk rakyat.

Secara adminstrasi pengelolaan sumberdaya alam (SDA) yang masuk kategori milik
umum, dalam sistem ekonomi Islam menggunakan sistem sentralisasi. Artinya, SDA yang
ada di sebuah negeri bukan hanya milik negeri tersebut, tetapi milik seluruh kaum Muslim.
Setelah negeri tersebut terpenuhi kebutuhannya, SDA tersebut akan dialokasikan ke negeri-
negeri lain yang membutuhkan sehingga akan terjadi pemerataan pemanfaatan SDA.

Secara teknis pengelolaan kepemilikan umum oleh negara dapat dilakukan dengan
dua cara, yakni:

Pertama, pemanfaatan secara langsung oleh masyarakat umum. Air, padang rumput,
api, jalan umum, laut, samudra, sungai besar adalah benda- benda yang bisa dimanfaatkan
secara langsung oleh setiap individu. Siapa saja dapat mengambil air dari sumur, mengalirkan
air sungai untuk pengairan pertanian, juga menggembalakan hewan ternaknya di padang
rumput milik umum. Dalam konteks ini negara tetap mengawasi pemanfaatan milik umum ini
agar tidak menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat.

Kedua, pemanfaatan di bawah pengelolaan negara. Kekayaan milik umum yang tidak
dapat dengan mudah dimanfaatkan secara langsung oleh setiap individu masyarakat karena
membutuhkan keahlian, teknologi tinggi serta biaya yang besar, seperti minyak bumi, gas
alam dan barang tambang lainnya langsung dikelola oleh negara. Negaralah yang berhak
mengelola dan mengeksplorasi bahan tersebut.

Hasilnya dimasukkan ke dalam kas Baitul Mal. Khalifah adalah pihak yang
berwenang dalam pendistribusian hasil tambang dan pendapatannya sesuai dengan ijtihadnya
demi kemaslahatan umat.

Dalam mengelola kepemilikan tersebut, negara tidak boleh menjualnya kepada rakyat
untuk konsumsi rumah tangga dengan mendasarkan pada asas mencari keuntungan. Harga
jual kepada rakyat hanya sebatas harga produksi. Namun, boleh menjualnya dengan
mendapatkan keuntungan yang wajar jika dijual untuk keperluan produksi komersial. Jika
kepemilikan umum tersebut dijual kepada pihak luar negeri, boleh pemerintah mencari
keuntungan semaksimal mungkin.

Hasil keuntungan penjualan kepada rakyat untuk kepentingan produksi komersial dan
ekspor ke luar negeri digunakan:

Pertama, dibelanjakan untuk segala keperluan yang berkenaan dengan kegiatan


operasional badan negara yang ditunjuk untuk mengelola harta pemilikan umum, baik dari
segi administrasi, perencanaan, eksplorasi, eksploitasi, produksi, pemasaran dan distribusi.

Kedua, dibagikan kepada kaum Muslim atau seluruh rakyat. Dalam hal ini Pemerintah
boleh membagikan air minum, listrik, gas, minyak tanah, dan barang lain untuk keperluan
rumah tangga atau pasar-pasar secara gratis atau menjualnya dengan semurah-murahnya, atau
dengan harga wajar yang tidak memberatkan.

Barang-barang tambang yang tidak dikonsumsi rakyat, misalnya emas, perak,


tembaga, batubara dijual ke luar negeri dan keuntungannya, termasuk keuntungan pemasaran
dalam negeri, dibagi keseluruh rakyat, dalam bentuk uang, barang, atau untuk membangun
sekolah-sekolah gratis, rumah-rumah sakit gratis, dan pelayanan umum lainnya.

Regulasi Ekonomi dan Bisnis Khilafah

Sebagai negara yang berdiri di atas landasan akidah Islam dan terikat sepenuhnya
dengan ketentuan syariah, maka struktur ekonomi dan bisnis Khilafah pun sepenuhnya terikat
dengan ketentuan syara’. Khilafah tidak membatasi pemilikan dan pengembangan harta
dengan jumlah, sebagaimana yang dianut Sosialisme-Komunisme, atau dengan liberalisasi,
sebagaimana yang dianut Kapitalisme. Tetapi, pemilikan dan pengembangan harta diatur
berdasarkan syariah.

Dalam hal ini, semua warga negara mempunyai hak yang sama, baik Muslim maupun
non-Muslim, apapun etnis, suku dan bangsanya. Semuanya juga mempunyai kewajiban yang
sama, terikat dengan hukum syariah. Meski mereka bukan Muslim. Jika melanggar, mereka
pun dikenai sanksi yang sama dengan orang Islam. Karena itu, semua warga negara bisa
berkompetisi dengan sehat dan profesional, karena negara berdiri dalam posisi yang sama
bagi mereka.

Empat sumber ekonomi utama, seperti pertanian, perdagangan, jasa dan industri bisa
dimiliki dan dijalankan oleh seluruh rakyat, sesuai dengan ketentuan syariah. Setiap rakyat
bisa memiliki lahan pertanian, dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya. Begitu juga
setiap rakyat bisa melakukan jual-beli, menyediakan dan memanfaatkan jasa yang halal.
Sedangkan industri, bergantung pada barang yang diproduksi. Jika industri tersebut berasal
dari kepemilikan umum, negara wajib mengelolanya untuk hasilnya yang akan diberikan atau
dikembalikan kepada umat.

Karena itu, industri Migas, Batubara, Listrik, Panas Bumi, Perhutani dan kepemilikan
umum lainnya, serta industri strategis dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus
dikuasai dan dijalankan oleh negara. Tidak diserahkan kepada swasta, baik domestik maupun
asing, apapun pertimbangannya. Dengan demikian, Negara Khilafah menjadi negara yang
kuat, karena mempunyai sumber pendapatan yang luar biasa, dan nyaris tak terhingga. Pada
saat yang sama, dengan ketersediaan sumber kekayaan yang berlimpah, kewajiban negara
untuk menjamin distribusi barang dan jasa juga bisa dilakukan dengan sempurna.

Di sisi lain, regulasi, dominasi, kontrol dan posisi negara yang menjaga jarak yang
sama terhadap seluruh rakyatnya, membuat Negara Khilafah dan Khalifah tidak bisa
dikontrol oleh kelompok atau etnis tertentu. Satu-satunya yang bisa mengendalikan dan
mengontrol negara adalah hukum syariah. Karena itu, di dalam Negara Khilafah tidak akan
pernah ada simbiosis mutualisme, antara Penguasa dan Pengusaha, atau Penguasa dengan
etnis tertentu.

Kolusi, korupsi dan nepotisme tidak ada. Praktik suap dan sejenisnya juga tidak ada.
Karena seluruh rakyat dan aparatur negara terikat dengan hukum syariah, apapun agama
mereka. Ketakwaan yang menjadi pondasi Negara Khilafah, individu dan masyarakat juga
menjadikan mereka sangat disiplin, bersih dan profesional. Bahkan, jika ada indikasi KKN,
Negara Khilafah akan mengambil tindakan tegas terhadap pelakunya. Dengan sistem politik,
ekonomi dan peradilan seperti ini, serta dasar akidah Islam dan terikat sepenuhya pada
hukum syara’, Negara Khilafah merupakan satu-satunya negara yang benar-benar kuat,
merdeka, bersih, profesional dan bisa bertahan selama ribuan tahun. Prestasi seperti ini belum
pernah bisa diraih oleh peradaban manapun dalam sejarah, kecuali Islam.

Inilah uniknya sistem Khilafah. Keunikan yang tidak terdapat dalam sistem manapun
di muka bumi ini, kecuali sistem Khilafah. Hanya orang yang buta mata dan hatinya, yang
selalu menutup mata terhadap realitas ini.

Sumber :
1. Koran Tempo Jum'at, 7 Juli 2023
2. CNBC : Harga Batu Bara tahun 2022
3. Bisnis.com : Air Minum Cleo, Tambah Pabrik Tambah Cuan
4. https://www.mahadsyarafulhara main.sch.id/cara-khilafah-agar-tidak-dikuasai-
konglomerat/
5. https://al-waie.id/iqtishadiyah/kebijakan-khilafah- dalam-mengelola-sumber-daya-
ekonomi/

Cileungsi, 9 Maret 2024

Anda mungkin juga menyukai