Anda di halaman 1dari 3

BUMN Gulung Tikar, Tak Hanya Salah Manajemen

Penulis: Naila Zayyan (Forum Muslimah Indonesia ForMind)

Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dikabarkan mengalami gulung tikar karena
kesalahan manajemen. Akibatnya banyak yang rugi dan pailit karena banyak utang.

Toto Pranoto, Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, mengatakan penyebab beban
utang BUMN disebabkan karena dua hal. Pertama, karena dampak pandemi covid-19 yang
telah memukul kinerja semua industri, termasuk BUMN. kedua, karena kinerja BUMN yang
sudah buruk. Beberapa diantaranya yaitu Istaka Karya, Merpati Nusantara Airlines, Industri
Sandang Nusantara (ISN), Industri Gelas (Iglas), Kertas Kraft Aceh (KKA), dan Pembiayaan
Armada Niaga Nasional (PANN).

Dilansir dari cnbcindonesia.com (24/7/2022), Istaka Karya, Per tahun 2021 memiliki
kewajiban sebesar Rp1,08 triliun dengan ekuitas perusahaan tercatat minus Rp 570 miliar
dan total aset perusahaan Rp514 miliar. Dia akan membayar gaji dan pesangon kepada eks
karyawan dengan menjual seluruh aset perusahaan melalui mekanisme lelang oleh Kurator.

Merpati Airlines tidak beroperasi sejak tahun 2014. Berselang satu tahun kemudian,
sertifikat pengoperasian atau Air Operator Certificate (AOC) dicabut. Perusahaan maskapai
ini tercatat memiliki kewajiban sebesar Rp 10,9 triliun dengan ekuitas negatif Rp 1,9 triliun
per laporan audit 2020.

ISN terus merugi, sebagai informasi pada tahun 2020 sebesar Rp 52 miliar dan rugi bersih
sebesar Rp 86,2 miliar. Perusahaan ini menjual semua asetnya melalui lelang untuk
membayar pesangon karyawannya. Nasib yang serupa menimpa beberapa BUMN ini.

Oleh karenanya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan keputusan pembubaran BUMN
yang pailit tersebut diambil karena BUMN dipandang sudah tidak mampu melaksanakan
perannya dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional sesuai Undang-
Undang BUMN No. 19 Tahun 2003.

Kenapa Pemerintah Terus Menyuntik Modal ke BUMN yang Pailit?

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah berencana menggelontorkan dana segar kepada
BUMN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) sejumlah Rp 73,26 Triliun pada tahun 2023
(tempo.co, 4/7/2022). Padahal, kondisi keuangan negara Indonesia sedang tidak baik-baik
saja dan dunia tengah mengalami ancaman resesi global. Utang Indonesia hingga akhir Mei
2022 mencapai Rp 7.002,24 triliun (kompas.com, 29/6/2022).

Sepanjang 2005-2021, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menyuntikkan modal


kepada BUMN sebesar 51,8 persen dari total suntikan Rp 695,6 triliun yaitu sebesar Rp 361
triliun. Sisanya ke Badan Layanan Umum (BLU). Sekitar Rp 12,7 triliun untuk membantu
restrukturisasi badan usaha yang kesulitan keuangan (kompas.com, 15/12/2021).

Mengapa Pemerintah terus menyuntik modal ke BUMN yang pailit? Menurut Dodok Dwi
Handoko, Tenaga Pengkaji Restrukturisasi, Privatisasi dan Efektivitas Kekayaan Negara
Dipisahkan Kemenkeu, tujuannya untuk meraup keuntungan, terutama untuk BUMN yang
melakukan penugasan atau yang membangun proyek-proyek infrastruktur yang
membutuhkan waktu untuk bisa untung (idntimes, 14/1/2022).

Kesalahan Paradigma

Kebangkrutan BUMN bukan hanya karena kesalahan manajemen, namun ada paradigma
yang keliru dalam memandang aset negara (milkiyah daulah) dan aset rakyat (milkiyah
ammah).

Dalam kacamata kapitalisme, negara bisa menjual aset negara kepada publik, baik pemodal
dalam negeri maupun luar negeri. Jadi, aset BUMN dapat diperjualbelikan kepada publik.
Tanggung jawab pengelolaan aset negara akhirnya dipegang oleh individu, padahal
seharusnya ini adalah tugas penuh negara.

Aset Negara dan Aset Rakyat dalam Paradigma Sistem Islam Kaffah

Sistem Islam kaffah mengatur aset/kepemilikan rakyat (milkiyah ammah) dan


aset/kepemilikan negara (milkiyah daulah) sesuai syariat Islam secara kaffah. Keduanya
dikelola untuk kemaslahatan seluruh warga negara Islam.

Kepemilikan umum adalah izin Asy-Syari’ (Allah Swt.) kepada suatu kelompok masyarakat
untuk sama-sama memanfaatkan benda atau barang. Asy-Syari’ melarang benda tersebut
dikuasai oleh seorang saja.

Benda-benda ini tampak pada tiga macam, yaitu pertama, merupakan fasilitas umum yang
kalau tidak ada di dalam suatu negeri atau suatu komunitas, maka akan menyebabkan
sengketa dalam mencarinya. Kedua, barang tambang yang tidak terbatas. Ketiga, SDA yang
sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh individu.

Yang merupakan fasilitas umum adalah apa saja yang dianggap sebagai kepentingan
manusia secara umum. Islam menjelaskan tentang fasilitas umum ini dalam sebuah hadis,
dari segi sifatnya, bukan dari segi jumlahnya.

Ibnu Abbas menuturkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Kaum muslim bersekutu (memiliki hak
yang sama) dalam tiga hal: air, padang, dan api.” (HR Abu Dawud)

Anas meriwayatkan hadis dari Ibnu Abbas tersebut dengan menambahkan, “Wa tsamanuhu
haram (dan harganya haram).”

Bagaimana dengan aset/kepemilikan negara (milkiyah daulah)? Harta milik negara adalah
harta yang merupakan hak seluruh kaum muslim, sedangkan pengelolaannya menjadi hak
khalifah. Dalam hal ini, khalifah memiliki kekuasaan untuk mengelolanya. setiap kepemilikan
yang pengelolaannya bergantung pada pandangan dan ijtihad khalifah dianggap sebagai
kepemilikan negara.

Asy-Syari’ (Allah Swt.) telah menjadikan harta-harta tertentu sebagai milik negara. Khalifah
berhak untuk mengelolanya sesuai dengan pandangan dan ijtihadnya, semisal fai, kharaj,
jizyah, dan sebagainya. Syariat tidak pernah menentukan sasaran dari harta yang
dikelolanya.

Jika syariat setelah menentukan sasaran dari harta yang dikelola dan tidak menyerahkannya
kepada pandangan dan ijtihad khalifah, maka harta tersebut bukan milik negara, melainkan
semata-mata milik orang yang telah ditentukan oleh syariat.

Adapun zakat, misalnya, tidak termasuk milik negara, melainkan milik delapan asnaf yang
telah ditentukan syariat. Baitulmal hanya menjadi tempat penampungan zakat agar bisa
dikelola mengikuti objek-objeknya.

Demikianlah pengaturan harta milik umum dan harta milik negara. Dalam sistem Islam
kaffah, BUMN termasuk harta milik negara yang pengelolaannya bergantung pada
pandangan dan ijtihad khalifah. BUMN tidak boleh dijual ke publik/swasta, apalagi dengan
harga murah.

Wallahu a’lam.[]

Anda mungkin juga menyukai