Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Kekayaan Negara Dipisahkan

Kekayaan Negara dikelompokkan menjadi tiga bidang utama, yaitu

kekayaan negara yang dikuasai, kekayaan negara yang dimiliki, dan kekayaan

negara yang dipisahkan. Kekayaan negara yang dikuasai berarti negara

sebagai pembuat kebijakan dan mengawasi serta mengendalikan kekayaan

yang dikelola oleh negara, karena menurut Mohammad Hatta, istilah

“dikuasai” bukan berarti bahwa negara yang menjadi pemilik atau pengusaha.

Singkatnya, pemerintah Indonesia berperan sebagai badan pengatur

(regulator). Peraturan yang dibuat bertujuan untuk menciptakan pemerataan

ekonomi, karena regulasi yang dirancang bertujuan untuk membatasi

keinginan mereka yang memiliki modal untuk menindas mereka yang rentan

secara ekonomi. Kewenangan negara dalam merumuskan kebijakan

dilakukan berdasarkan secara sectoral oleh kementrian/Lembaga yang

bertanggung jawab (Hidayati, 2021).

Kekayaan negara yang dikuasai (sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 33 Ayat 3 UUD 1945) meliputi bumi, air, dan kekayaan alam yang

7
8

terkandung di dalamnya, contohnya seperti pertambangan yang ada di negeri

ini. Sebagian besar tambang yang kita ketahui, merupakan pertambangan

milik perusahaan asing, tetapi dikuasai negara. Pemerintah Indonesia

memiliki kewenangan dalam menyusun dan merumuskan peraturan terkait

industri pertambangan tersebut.

Jika dalam kekayaan negara yang dikuasai negara hanya sebagai

regulator, dalam kekayaan negara yang dimiliki, negara/daerah berperan

sebagai regulator sekaligus eksekutor atau penegak dalam mengelola aset

yang dimilikinya. Selaku pemegang kekuasaan dalam pengelolaan keuangan

negara, Presiden mendelegasikan kewenangannya kepada Menteri Keuangan

sebegai pengelola dan Kementerian/Lembaga sebagai pengguna (Hidayati,

2021).

Selanjutnya adalah Kekayaan Negara Dipisahkan (KND).

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

246/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Kekayaan Negara Dipisahkan,

KND adalah kekayaan negara yang bersumber dari APBN atau perolehan

lainnya yang diinvestasikan dalam jangka panjang serta berkelanjutan oleh

pemerintah pusat dan dikelola secara terpisah dari mekanisme APBN.

Meskipun dikelola secara terpisah dari mekanisme APBN, KND tetap

merupakan bagian dari kekayaan negara, yaitu yang dikelola sendiri atau yang

dikelola pihak lain, yang berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta

hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, serta juga termasuk kekayaan

yang dipisahkan oleh perusahaan negara (Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003


9

tentang Keuangan Negara).

Sesuai dengan Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 19 Tahun

2003 tentang BUMN, Kekayaan Negara Dipisahkan diartikan sebagai

kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/ atau

Perum serta perseroan terbatas lainnya. Sedangkan pada Pasal 1 angka 1

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang

maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang

Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada

Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan

Jawatan 11 (Perjan), Menteri Keuangan selaku pihak yang memiliki

kekuasaan untuk mengelola KND, melimpahkan kekuasaannya sebagai

Pemegang Saham atau RUPS kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara

(BUMN). Selain itu, juga pelimpahan kekuasaan kepada Menteri BUMN

dalam hal pendirian Persero dan Perum karena peleburan atau perubahan

bentuk hukum.

Mengacu pada PMK Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, pengelolaan KND dilaksanakan oleh


10

Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan (Dit. KND) yang berada di bawah

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) serta memiliki tugas yaitu

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang

KND. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dit. KND menyelenggarakan

fungsi sesuai yang dijelaskan pada PMK 217/PMK01/2018 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, diantaranya:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang kekayaan negara di

pisahkan;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan negara

dipisahkan;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang kekayaan negara dipisahkan;

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

kekayaan negara dipisahkan; dan

e. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Kekayaan Negara

Dipisahkan.

2.2. Konsep Badan Usaha Milik Negara

Konsep Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan dalam Pasal

1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa BUMN adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.
11

Berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang badan Usaha Milik

Negara, tujuan dari pendirian BUMN, yaitu sebagai berikut :

a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional

pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

b. mengejar keuntungan;

c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak;

d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

BUMN terbagi menjadi dua jenis, yaitu usaha perseroan (persero) dan

badan usaha umum (perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk

perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau

sedikitnya 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara

Republik Indonesia. Sedangkan Perum adalah BUMN yang seluruh

modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham. Persero bertujuan

untuk mencari keuntungan, sedangkan Perum bertujuan untuk memberikan

kemanfaatan umum seperti penyediaan barang/jasa yang bermutu tinggi,

sekaligus juga untuk mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan

perusahaan.
12

BUMN dalam fungsi dan peranannya memiliki berbagai macam

manfaat yang diberikan kepada negara dan rakyat indonesia. Diantara

manfaat BUMN adalah sebagai berikut :

a. memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh

kebutuhan hidup berupa barang dan jasa;

b. membuka dan memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk

angkatan kerja;

c. mencegah monopoli pihak swasta di pasar dalam pemenuhan barang

dan jasa;

d. meningkatkan kuantitas dan kualitas dalam komoditi ekspor berupa

penambah devisa baik migas maupun non migas;

e. mengisi kas negara yang bertujuan memajukan dan mengembangkan

perekonomian negara.
13

2.3. Konsep Clustering Utang

Clustering adalah metode pengelompokan data yang digunakan dalam

mengidentifikasi cluster yang dihasilkan dari pengelompokan item-item

kecil berdasarkan kesamaan/kemiripan. Kemiripan yang mendasari

pengelompokan tidak bersifat universal, sehingga ukuran-ukuran

penyamaannya haruslah dijabarkan terlebih dahulu oleh peneliti atau analis.

Setelah peneliti menjabarkan ukuran penyamaannya, maka didapatlah data

dalam suatu cluster memiliki tingkat kemiripan maksimum, dan data antar

cluster yang berbeda memiliki tingkat kemiripan yang minimum (Abdi,

2021).

Clustering memisahkan banyak data ke dalam banyak grup

berdasarkan kesamaannya, sehingga clustering juga dikenal sebagai data

segmentasi (Abdi, 2021). Untuk mendapatkan hasil yang optimal, terdapat

beberapa kondisi di mana metode clustering ini memungkinkan untuk

diterapkan, diantaranya yaitu :

a. Saat analisis dimulai dengan dataset yang besar dan tidak terstruktur.

Kondisi ini adalah kondisi yang paling tepat dalam menerapkan metode

clustering, karena clustering dapat mengelompokkan data yang sangat

banyak, untuk kemudian diubah menjadi sesuatu yang berguna.

b. Saat tidak diketahui jumlah yang ingin dibagi.

Jika ingin memulai tahap data preparasi, penggunaan metode clustering

dapat dilakukan, karena dengan metode clustering, bussines question

yang ditetapkan dapat terjawab terkait dengan dataset.


14

c. Saat ingin mencari anomali pada dataset.

Dalam mencari anomali pada dataset, penggunaan metode clustering

merupakan pilihan yang tepat, karena metode clustering dapat

mengidentifikasi anomali pada data, sehingga dapat membantu

mengoptimalkan hasil yang didapatkan.

Tujuan dilakukannya clustering ini adalah untuk menentukan mana

utang yang perlu perhatian khusus dan mana utang yang tidak membutuhkan

perhatian khusus dari manajemen perusahaan sendiri, sehingga perusahaan

dapat mengatur strategi yang tepat untuk melunasi seluruh utangnya serta

membuat perusahaan menjadi semakin berkembang.

PT PLN memiliki utang dalam jumlah yang sangat besar, sehingga

diperlukan upaya mitigasi untuk meminimalisir kemungkinan tidak

terlunasinya utang oleh pihak PT PLN. Salah satu cara yang bisa dilakukan

adalah dengan menggunakan metode clustering, yaitu dengan

mengelompokkan utang PT PLN pada empat jenis kelompok, yaitu

berdasarkan sisa pokok utang tahun 2020, periode pinjaman, mata uang, dan

tingkat suku bunga. Dari empat kelompok tersebut, dapat ditentukan mana

utang yang butuh perhatian lebih dari perusahaan, dan mana utang yang

tidak butuh perhatian lebih. Sehingga PT PLN dapat mengelola dengan baik

dalam melunasi seluruh utangnya.

Anda mungkin juga menyukai