Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dhea Eriska Triana

Nim : 201301090
Pertemuan ke- : 13
ANALISA KASUS KODE ETIK PSIKOLOGI

DESKRIPSI KASUS
Andy merupakan lulusan S2 Magister Psikologi Sains dalam bidang psikologi. Setelah beberapa
bulan dari kelulusannya, ia direkrut menjadi dosen di sebuah Sekolah Tinggi di salah satu
lembaga pendidikan yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Suatu hari ia diminta oleh pihak
pengelola SMA Swasta di daerahnya untuk melakukan tes psikologi yang bertujuan untuk
melihat minat dan bakat untuk penjurusan studi di perguruan tinggi pada para siswa kelas XII
SMA tersebut. Mendapat tawaran untuk melakukan pengetasan semacam itu, tanpa berpikir
panjang Andy langsung menerima dan melakukan tes psikologi serta memberikan hasil tes
penjurusan studi para siswanya kepada pihak sekolah. Andy melakukan tes tersebut tidak
sendirian. Ia bekerja sama dengan Melati (perempuan) seorang Psikolog yang merupakan
sahabat karib Andy. Melati merupakan adik kelas Andy waktu SMA dan dulu mereka sempat
menjalin hubungan dekat, sehingga Melati merasa sungkan jika menolak kerja sama dengan
Andy. Melati bertugas memberikan tes psikologi serta melakukan skoring tes. Sedangkan Andy
bertugas membuat laporan hasil tes psikologi serta menentukan jurusan studi siswa.
Pro :
1. Kewenangan Psikolog:
Andy, sebagai lulusan S2 Magister Psikologi Sains, sesuai dengan pedoman umum, memiliki
kewenangan untuk memberikan layanan psikologi, termasuk dalam penyelenggaraan tes asesmen.
Tindakannya mengatur tes asesmen minat dan bakat sesuai dengan bidang kewenangannya
sebagai lulusan S2 Magister Psikologi.
2. Ruang Lingkup Kompetensi:
Tes psikologi yang dilakukan oleh Andy untuk menentukan penjurusan studi siswa kelas XII
SMA sesuai dengan Pasal 7 tentang Ruang Lingkup Kompetensi. Andy memberikan layanan
dalam bentuk intervensi sosial sesuai dengan kompetensinya, didasarkan pada pendidikan dan
pelatihan yang dimilikinya.
3. Bekerjasama dengan Psikolog Lain:
Kerja sama antara Andy dan Melati, seorang psikolog, dapat dijustifikasi berdasarkan Prinsip
Umum Pasal 2, Prinsip C tentang Profesional. Psikolog dan Ilmuwan Psikologi diizinkan untuk
berkonsultasi dan bekerja sama dengan teman sejawat atau profesional lain untuk memberikan
layanan terbaik. Namun, penting untuk memastikan bahwa orang yang terlibat memiliki
kompetensi yang sesuai.
4. Kerahasiaan Data:
Tindakan Andy memberikan hasil tes penjurusan studi kepada pihak sekolah sesuai dengan Pasal
24 tentang Mempertahankan Kerahasiaan Data. Data hasil tes dapat dibagikan kepada pihak yang
berwenang dan berkepentingan, seperti guru bimbingan konseling atau wali kelas, dengan
memastikan kepatuhan pada aturan kerahasiaan yang berlaku.
Dalam keseluruhan kasus, Andy telah menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan dan
ruang lingkup kompetensinya sebagai lulusan S2 Magister Psikologi. Namun, penting untuk
tetap memastikan bahwa setiap kerja sama melibatkan individu yang memiliki kompetensi yang
sesuai, dan kerahasiaan data tetap dijaga sesuai dengan ketentuan etika psikologi.

Kontra:
1. Kewenangan Psikolog: Dalam konteks peraturan yang dijelaskan, Andy, meskipun memiliki
gelar S2 Magister Psikologi Sains, tidak memenuhi syarat sebagai psikolog yang memiliki
kewenangan untuk memberikan layanan psikologi. Oleh karena itu, tindakan Andy melakukan
tes psikologi pada siswa kelas XII SMA tanpa izin praktik psikologi tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Pendelegasian Pekerjaan: Kerja sama antara Andy dan Melati juga menunjukkan pelanggaran
terhadap peraturan pendelegasian pekerjaan. Melati, meskipun merupakan seorang psikolog,
harus memenuhi standar kompetensi dan tidak boleh mendelegasikan pekerjaan kepada orang
lain yang tidak memiliki kompetensi yang sesuai. Pemilihan Melati sebagai rekan kerja
seharusnya tidak hanya didasarkan pada hubungan pribadi, melainkan pada kompetensinya
dalam bidang psikologi.
3. Sikap Profesional: Keterlibatan Melati dalam proyek ini, terutama karena hubungan dekat
dengan Andy, menciptakan konflik kepentingan dan tidak mencerminkan sikap profesional.
Sikap profesional menuntut bahwa keputusan dan tindakan psikolog harus didasarkan pada
keahlian dan kewenangannya, bukan faktor-faktor personal seperti hubungan pribadi atau
perasaan sungkan.
Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Profesional: Tindakan Andy yang menerima tawaran
tanpa berpikir panjang dan tanpa mempertimbangkan dasar-dasar pengetahuan ilmiah dan sikap
profesional yang teruji menunjukkan kurangnya pertimbangan etika dan keprofesionalan.
Pengambilan keputusan yang ceroboh seperti ini dapat membahayakan integritas dan kredibilitas
profesi psikologi.
Dengan merinci pelanggaran-pelanggaran ini, dapat disimpulkan bahwa tindakan Andy dan
Melati tidak sesuai dengan standar etika dan profesionalisme yang ditegaskan dalam peraturan
psikologi. Kesalahan seperti ini dapat membahayakan kesejahteraan individu yang mengikuti tes
psikologi dan merusak citra profesi psikologi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk
mematuhi peraturan dan etika yang berlaku dalam praktik psikologi untuk memastikan
keamanan dan kesejahteraan individu yang menerima layanan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai