Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dhea Eriska Triana

Nim : 201301090

Pertemuan ke- : 15

ANALISA KASUS KODE ETIK PSIKOLOGI

Misteri 'The Little Albert', Sebuah Eksperimen Kejam Pada Bayi

Misteri seputar 'The Little Albert' terkuak sebagai hasil dari eksperimen yang kejam yang
dilakukan oleh John B. Watson pada tahun 1920 untuk membuktikan hipotesisnya tentang
kondisi klasik. Watson, yang terkenal karena penelitian revolusionernya dalam behaviorisme,
bertujuan untuk menunjukkan bahwa pasangan stimulus terkondisi dan stimulus tidak terkondisi
dapat menghasilkan respons yang serupa. Sebagai seorang profesor psikologi di Universitas
Johns Hopkins, Watson secara utamanya fokus pada perilaku hewan. Eksperimen yang
melibatkan 'The Little Albert' bermula dari ibu bayi tersebut yang hidup dalam kondisi miskin
dan setuju agar anaknya dijadikan subjek eksperimen dengan imbalan sejumlah uang. Pada fase
awal percobaan, ketika Albert, yang dijuluki 'The Little Albert,' berusia 11 bulan, John Watson
menempatkan tikus, beberapa hewan, dan objek berbulu di atas meja tepat di depan Albert.
Albert menunjukkan rasa ingin tahu tanpa tanda-tanda ketakutan. Selanjutnya, Watson
menghasilkan suara keras di belakang Albert dengan memukul-mukul batang baja menggunakan
palu, sambil menunjukkan tikus. Sebagai hasilnya, Albert menangis sebagai respons terhadap
kebisingan ini, menunjukkan keberhasilan kondisioning. Setelah periode kondisioning, Albert
tetap menangis ketakutan terhadap tikus bahkan tanpa suara keras yang menyertainya. Saat
diberikan hewan-hewan lain, Albert menunjukkan tingkat ketakutan yang beragam bahkan tanpa
suara keras. Pada akhirnya, Albert mengalami gangguan kepribadian dan fobia terhadap objek
berbulu dan sebagian besar hewan, terutama tikus putih. Meskipun peneliti menganggapnya
sebagai keberhasilan, Watson tidak pernah mencoba untuk menyembuhkan trauma Albert.
Setelah eksperimen selesai, Watson meninggalkan 'The Little Albert' begitu saja dengan luka
psikologisnya. Eksperimen ini sangat dikritik karena kekejamannya. 'The Little Albert,' yang
diduga bernama Dorlas Merrite, meninggal pada usia 6 tahun akibat hidrosefalus

PRO
1. Pentingnya Informed Consent dalam Penelitian:

Cuplikan pertama menyoroti pentingnya Informed Consent dalam penelitian. Meskipun


eksperimen 'The Little Albert' disebutkan tidak melibatkan paksaan, namun memberikan imbalan
finansial kepada ibu anak sebagai insentif untuk berpartisipasi dapat menimbulkan pertanyaan
etis. Insightnya adalah bahwa Informed Consent tidak hanya harus diperoleh secara formal,
tetapi juga harus memastikan pemahaman dan keputusan sukarela dari partisipan.

2. Tujuan Ilmiah dalam Penelitian:

Cuplikan kedua menunjukkan bahwa eksperimen 'The Little Albert' memiliki tujuan ilmiah untuk
membuktikan teori tentang pengkondisian klasik. Insightnya adalah bahwa tujuan ilmiah harus
menjadi dasar setiap penelitian, sesuai dengan prinsip Pasal 45. Penelitian harus dilakukan untuk
memperoleh fakta, menguji teori, atau menguji intervensi dengan metode ilmiah.

3. Pentingnya Rekam Psikologi:

Cuplikan ketiga menyoroti pentingnya rekam psikologi dalam konteks eksperimen. Rekam
psikologi membantu dalam mencatat dan mendokumentasikan hasil penelitian. Insightnya adalah
bahwa pencatatan yang cermat sesuai dengan Pasal 23 adalah kunci untuk pertanggungjawaban,
kemudahan penggunaan layanan psikologi di masa depan, dan pemenuhan prasyarat institusi
atau hukum.

4. Berbagi Data untuk Kepentingan Profesional:

Cuplikan keempat menunjukkan pentingnya berbagi data dalam ilmu psikologi. Psikolog dan
Ilmuwan Psikologi diharapkan tidak menyembunyikan data yang mendasari kesimpulan
penelitian. Insightnya adalah bahwa berbagi data membuka peluang bagi profesional lain untuk
melakukan analisis ulang atau menggunakannya sebagai landasan untuk penelitian mereka
sendiri, sesuai dengan prinsip Pasal 54.

5. Kontribusi pada Pengembangan Ilmu Psikologi:

Keseluruhan, eksperimen 'The Little Albert' memberikan kontribusi penting pada pengembangan
ilmu psikologi. Meskipun ada pertimbangan etis terkait imbalan finansial kepada ibu anak,
penelitian ini telah membuka jalan bagi pemahaman lebih lanjut tentang pengkondisian klasik
dan memberikan fondasi bagi teori perilaku selanjutnya. Insightnya adalah bahwa meskipun
penelitian dapat menimbulkan pertanyaan etis, kontribusi ilmiahnya dapat menjadi faktor penting
dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

KONTRA

1. Ketidaksetujuan terhadap Penanganan Albert:

Pasal 4 ayat 3 (b) menyebutkan bahwa pelanggaran sedang terjadi ketika Psikolog dan/atau
Ilmuwan Psikologi melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan standar prosedur yang
berakibat merugikan salah satu pihak terkait, termasuk individu yang menjalani pemeriksaan
psikologi. Dalam konteks ini, eksperimen 'The Little Albert' dianggap tidak sesuai standar
prosedur karena penanganan yang dilakukan terhadap Albert menyebabkan dampak psikologis
yang merugikan.

2. Eksploitasi terhadap Subjek Penelitian:

Pasal 18 (1) membahas tentang unsur eksploitasi, di mana Psikolog tidak boleh memanfaatkan
atau mengeksploitasi pihak yang berada di bawah wewenang mereka. Dalam kasus Little Albert,
pemberian imbalan uang kepada ibu Albert, yang merupakan orang miskin, untuk menjadikan
anaknya subjek penelitian dianggap sebagai unsur eksploitasi.

3. Pelanggaran Terhadap Hak dan Kesejahteraan Partisipan:

Pasal 46 ayat (2) menekankan perlindungan terhadap hak dan kesejahteraan partisipan penelitian.
Dalam kasus ini, eksperimen 'The Little Albert' dianggap melanggar prinsip ini karena Albert
mengalami dampak yang sangat buruk pada kesejahteraan dan kesehatan psikologisnya tanpa
adanya tindakan perlindungan yang memadai.

4. Tanggung Jawab Peneliti terhadap Dampak Buruk:

Pasal 48 (1) menunjukkan bahwa Psikolog harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi
perorangan atau kelompok yang menjadi partisipan penelitian dari konsekuensi yang tidak
menyenangkan. Dalam kasus Little Albert, penelitian yang menyebabkan dampak buruk pada
psikis Albert dianggap sebagai kelalaian dalam tanggung jawab peneliti untuk melindungi
partisipan.

5. Ketidakpenuhan Informed Consent:


Pasal 49 ayat (1) mengenai informed consent penelitian menyoroti pentingnya menjelaskan
proses penelitian secara rinci kepada partisipan. Dalam kasus ini, tidak adanya penjelasan yang
memadai kepada ibu Albert dan tidak adanya informed consent yang sesuai dapat dianggap
sebagai pelanggaran etika penelitian.

6. Ketidakpenuhan Kewajiban Penjelasan pada Penelitian Eksperimen:

Terdapat poin dalam Pasal 49 (a) yang menuntut penjelasan rinci tentang perlakuan yang akan
dilaksanakan pada penelitian eksperimen. Dalam kasus ini, penelitian yang dilakukan oleh
Watson terkesan kurang menjelaskan dengan rinci perlakuan yang akan diberikan kepada Albert,
sehingga ibu Albert mungkin tidak sepenuhnya memahami konsekuensi potensial dari
eksperimen.

Anda mungkin juga menyukai