Anda di halaman 1dari 5

METODOLOGI PENELITIAN

KASUS PELANGGARAN ETIK PENELITIAN ILMIAH

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Citranggun Junisa S
2. Elfina Tri Tasya
3. Hanika Febti
4. Nala Miratul Sholeha
5. Sofyan syahro R
6. Nur Aisyah
7. Agung Epriyansyah
Kelas : 3A DIII Keperawatan
Dosen Pembimbing:
Ns. Hermansyah., S.Kep., M.Kep.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AJARAN 2019/2020
Prinsip
Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama
yang perlu dipahami oleh pembaca, yaitu: menghormati harkat dan martabat manusia (respect
for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy
and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness), dan
memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)
(Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004).
PERBUATAN TERCELA DALAM ILMU PENGETAHUAN

 FABRIKASI : mengarang dan membuat data atau hasil penelitian


 FALSIFIKASI : mengubah atau salah melaporkan data atau hasil penelitian, termasuk
pembuangan data yang bertentangan secara sengaja untuk mengubah hasil
 PLAGIARISME : menggunakan ide atau kata-kata orang lain tanpa memberikan kredit
atau pengakuan (acknowledgement)
 Misappropriation of others’ ideas : penggunaan informasi khusus tanpa izin (misalnya
pelanggaran kerahasian pada waktu penelaahan atau review oleh teman sejawat, atau
 Praktek lain yang menyimpang dari yang sudah diterima umum dalam suatu komunitas
ilmiah dalam mengajukan proposal penelitian, melakukan penelitian, atau melaporkan
hasil penelitian

Kasus
Pelanggaran Etika Ilmiah:
Faktor yang merumitkan pendeteksian penipuan saintifik adalah karena begitu banyaknya
publikasi-publikasi yang diterbitkan setiap tahun di dunia. Lebih daripada 40,000 jurnal dan ratusan ribu
artikel ilmiah setiap tahun telah diterbitkan. Sangatlah susah untuk meneliti apakah sebuah artikel
mengandung penipuan atau tidak, walaupun paper tersebut telah dipublikasikan melalui penjurian
(reviewing process). Salah satu kasus yang terkuak kepermukaan adalah kasus Elias A. K. Alsabti pada
akhir 1970 dan awal 1980. Alsabti adalah seorang warganegara Irak, memperoleh sarjana kedokteran di
Irak dan datang ke Amerika Serikat pada 1977 untuk bekerja dalam bidang immunologi di Temple
University di Philadelphia, dan dilanjutkan di beberapa institute lainnya. Alsabti didapati terlibat dalam
penipuan saintifik. Dalam sebuah kasus penipuan, rekan kerjanya menemukan bahwa dia telah mengubah
data dalam sebuah publikasi ilmiah. Dalam beberapa contoh yang lain, Alsabti melakukan perbuatan
plagiat, mengambil data dari jurnal, dan mempublikasikannya lagi dalam jurnal yang lain. Dalam
beberapa kasus yang lain, plagiat yang dilakukan oleh Alsabti dengan mudah dapat ditemukan karena
kecerobohan dia dalam menghilangkan tanda-tanda bahwa data tersebut telah diambil dari artikel orang
lain. Sebelum kasus ini ditemukan Alsabti tealah memperoleh posisi di enam buah institut yang berbeda
dan mendapatkan izin untuk membuka praktek kedokteran di dua negara bagian di Amerika Serikat.
Kasus ini telah dipublikasikan di Nature, the British Medical Journal dan disebuah buku yang berjudul
Stealing Into Print oleh Marcel C. Lafollette. Kasus ini ditutup setelah Alsabti ditemukan tewas
kecelakaan mobil pada tahun 1991. (Nur, 2001)

Analisis Kasus Pelanggaran Ilmiah

Dari kasus Elias A. K. Alsabti diatas terdapat dua pelanggaran etika ilmiah. Pertama terkait
falsifikasi data, yaitu kegiatan mengubah suatu informasi supaya sesuai dengan keinginan penulis.
Falsifikasi biasanya dilakukan terhadap data yang diperoleh. Data, kemudian dirubah agar
selaras dengan simpulan yang ingin diambil dari sebuah penelitian. Jika data tidak difalsifikasi,
dikhawatirkan simpulan yang diambil tidak sesuai dengan teori yang ada dan ini akan sulit
mempertahankannya di depan penguji/reviewer sehingga falsifikasi dianggap sebagai jalan
keluar terbaik. Hal ini dibuktkan oleh rekan kerjanya yang menyatakan bahwa ada manipulasi
data yang dilakukan Alsabti untuk mampu lolos publikasi jurnal ilmiah.
Pelanggaran kedua adalah plagiasi, ketika Alsabti dengan sengaja “mengambil data dari
jurnal, dan mempublikasikannya lagi dalam jurnal yang lain” tanpa memberikan keterangan sumber data
tersebut dari artikel atau sumber publikasi ilmiah penulis lain sebelumnya. Permasalahan yang terjadi
menggambarkan bahwa proses filter/seleksi dari penulisan ilmiah yang ada tidak terlalu bagus dan
profesional. Sehingga kesalah-kesalahan (pelanggaran) etika ilmiah tetap saja terjadi, bahkan pada orang
yang sama dan berada pada sistem ilmiah di negara maju (Amerika Serikat) masih bisa dikelabuhi.

Dari kasus dan penjelasan di atas, kita dapat mengatakan, jika etika ilmiah secara benar
diajarkan dan diterapkan, maka kita dapat menjawab pertanyaan: Apakah aspek etika ilmiah
dapat membentuk pribadi yang jujur, disiplin, betanggung jawab dan sportif? Melihat peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam penipuan ilmiah, secara umum, ada tiga hal yang memotivasi orang
untuk melakukan penipuan saintifik:
a) Tekanan karir, dimana untuk melancarkan karir, seseorang terpaksa untuk melakukan
penipuan. Tekanan ini dapat terlihat bagi para mahasiswa program doktor di Jepang yang
rata-rata harus mempunyai publikasi di jurnal dalam bidangnya untuk memperoleh gelar
doktor.
b) Mengetahui atau berusaha menjawab pertanyaan dari riset tanpa susah payah melakukan
eksperimen yang memakan waktu dan tenaga di laboratorium.
c) Bekerja pada bidang dimana hasil eksperimen tidak akan selalu sama jika diulang
(reproducible). Hal ini dapat menjelaskan mengapa penipuan saintifik banyak terjadi
pada bidang biologi dan biomedik, karena sulit mendapatkan data-data yang betul-betul
bisa diulang, karena tergantung kepada banyak faktor yang susah dikontrol.
Referensi:
Blaxter, Loraine, et.al. (2001). How to Research, Second Edition. McGraw-Hill. Nur, Hadi.
(2004). Etika Sains dalam Riset dan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Dipetik pada
tanggal 15 April 2014, dari:www.hadinur.com/proceedings/etika_versicetak.pdf
Gustiawan, Wilsson. 2011. Artikel “Plagiarisme, “Dosa Besar” Penulis Ilmiah”. dikutip dari
http://www.harianhaluan.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=9512:pl agiarisme-dosa-besar-penulis-
ilmiah&catid=11:opini&Itemid=83 (15 April 2014 pukul 16.30 wib)
Jacob, T. 2004. Etika Penelitian Ilmiah. Warta Penelitian Universitas Gadjah Mada
(Edisi Khusus), 60-63.
Loiselle, C.G., Profetto-McGrath, J., Polit, D.F., & Beck, C.T. 2004. Canadian
Essentials of Nursing Research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Milton, C.L. 1999. Ethical Issues From Nursing Theoretical Perspectives. Nursing
Science Quarterly, 12(1): 20-25.
Nur, Hadi. 2001. Etika sains: aspek penting dalam riset dan pendidikan tinggi di
Indonesia. diakses di http://www.hadinur.com/diskusi3.html (tanggal 15 April
2015 pukul 16.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai