Anda di halaman 1dari 19

“ETIKA PENELITIAN

DENGAN
MENGGUNAKAN
ORGANISME HIDUP”

Kelompok 4
Alifya putri diva
Desi fitria
Feri andista
“ETIKA PENELITIAN DENGAN
MENGGUNAkAN ORGANISME HIDUP”

1 A.Pengertian Etika

2 B. Etika Dalam Melakukan Uji Coba Hewan Dalam Penelitian

3 C.Komite Etik Penelitian

4 D.UU Yang Mengatur Standar Etik di Indonesia


5 E. Prinsip Dasar Penelitian

6 F. Konsekuensi pelanggaran regulasi etika penelitian kesehatan


A.Pengertian Etika
Dalam bahasa sehari-hari, perbedaan antara istilah “etika” dan “moral” atau “moralitas”
tidak selalu jelas. Bahkan di beberapa nas filsafat keduanya digunakan sebagai sinonim,
sementara pada nas yang lain tampak jelas perbedaan antara keduanya. Secara historis,
istilah ‘etika’ berasal dari kata dalam bahasa Yunani “ethos” yang berarti kebiasaan atau
adat-istiadat masyarakat. Sedangkan istilah ‘moralitas’ berasal dari bahasa Latin “mos”
(jamak= “mores”) yang artinya kurang lebih sama dengan ethos. Istilah “moralitas”
diperkenalkan oleh Cicero yang maknanya setara dengan “ethos” dalam bahasa Yunani
(Resnik, 2013). Dengan demikian, secara etimologis kata “etika” mempunyai makna
yang sama dengan “moral”.
Ada 2 macam etika :

 1. Etika deskriptif : etika yang menelaah secara kritis


dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya
sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya, etika deskriptif
berbicara mengenai fakta secara apa adanya.
 2. Etika deskriptif : etika yang menelaah secara kritis
dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya
sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya, etika deskriptif
berbicara mengenai fakta secara apa adanya.
Nilai Nilai Dasar Pelaksanaan Penelitian
1. Kejujuran, yaitu jujur dalam pengumpulan bahan pustaka,
pengumpulan data, pelaksanaan metode dan prosedur penelitian,
publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang
dilakukan. Jujur untuk mampu menghargai rekan peneliti dan tidak
mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan sendiri dinyatakan
sebagai pekerjaan sendiri .

2. Profesionalisme, yaitu sebagai individu peneliti bekerja sesuai dengan


standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan dan hasil yang
akan dicapai sesuai dengan hal yang telah ditentukan.

3. Efektivitas, yaitu seberapa jauh target atau hasil yang diperoleh melalui
penelitian yang dilakukan, sehingga semakin tinggi target yang dicapai
maka semakin tinggi pencapaian efektifitas dari tujuan penelitian.
4. Produktivitas, yaitu upaya peneliti untuk membaktikan diri
pada pencairan kebenaran ilmiah demi memajukan BAB II
Kode Etik Penelitian dan Karya Ilmiah UHAMKA | 13 ilmu
pengetahuan, menemukan teknologi dan menghasilkan inovasi
bagi peningkatan peradaban dan kesejahteraan manusia.

5. Kesetaraan, yaitu upaya peneliti untuk menghindari


pembedaan perlakuan pada rekan kerja karena alasan jenis
elamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain yang sama sekali tidak
ada hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah.

6. Keadilan, yaitu peneliti melakukan penelitian tanpa harus


melihat siapa rekan kerja, untuk memperoleh porsi yang sama
dalam berpendapat dan memberikan masukan terhadap
penelitian yang dilakukan.
7. Objektifitas, yaitu upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam
rancangan percobaan, analisis dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan
peneliti, keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana/sponsor penelitian.

8. Saling Menghargai, yaitu upaya peneliti mengelola penelitian secara


bernurani dan berkeadilan terhadap lingkungan penelitiannya,
menghormati obyek penelitian manusia, sumber daya alam hayati dan non
hayati secara bermoral, berbuat sesuai dengan perkenan kodrat dan
karakter objek penelitiannya, tanpa menimbulkan rasa merendahkan
martabat sesama ciptaan tuhan. 14 | Kode Etik Penelitian dan Karya Ilmiah
UHAMKA

9. Amanah, yaitu upaya peneliti untuk mampu mengelola sumber daya


keilmuan yang dimiliki dengan penuh rasa tanggungjawab kepada Allah
SWT dan kepada umat manusia umumnya, terutama dalam pemanfaatan
hasil penelitian serta mampu mensyukuri nikmat anugerah Allah SWT atas
kemampuan sumber daya keilmuan yang dimilikinya dengan penuh rasa
syukur.
10. Keterbukaan, yaitu secara terbuka, saling berbagi data,
hasil, ide, alat dan sumber daya penelitian, termasuk terbuka
terhadap kritik dan ide-ide baru.

11. Kelayakan, yaitu upaya membahas secara mendalam


mengenai objek yang dijadikan penelitian agar memperoleh
hasil penelitian yang baik dan sebenar – benarnya

12. Menjunjung tinggi sikap ilmiah, yaitu kritis dalam


pencarian kebenaran dan terbuka untuk diuji

13. Bebas dari kepentingan dan persaingan untuk


keuntungan pribadi agar hasil penelitian yang diperoleh
bermanfaat untuk orang banyak.
14. Arif, tanpa mengorbankan integritas ilmiah dalam berhadapan
dengan kepekaan yang berbasis ras, agama, budaya, ekonomi dan
politik dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Kode Etik Penelitian
dan Karya Ilmiah UHAMKA
15. Berperilaku hormat pada martabat untuk saling menghormati hak
hak peneliti serta ikut menolak dalam suatu penelitian yang penuh
prasangka.
ETIKA PENELITIAN

Dalam kegiatan penelitian, peneliti harus mematuhi etika penelitian dan/atau


hukum (peraturan) penelitian yang berlaku. Etika, menurut Cooper &
Schindler, dapat diartikan sebagai norma atau standar perilaku yang memandu
pilihan moral mengenai perilaku kita dan hubungan kita dengan orang lain.
Jika kita lihat asal dari kata etika dari bahasa Yunani, yakni ethos, maka etika
artinya adalah “adat istiadat” atau yang berkaitan dengan kebiasaan hidup
yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu kelompok/masyarakat.
Dalam kegiatan penelitian, maka etika penelitian bertujuan untuk menjamin
bahwa tidak seorangpun yang dirugikan atau menanggung konsekuensi yang
merugikan dari kegiatan penelitian (Kuncoro, 2003:62).
B. Etika Dalam Melakukan Uji Coba Hewan Dalam Penelitian

CONTOH : Mus muculus


1. Hewan dengan tingkat reproduksi tinggi
Alasan yang pertama adalah tikus merupakan hewan yang tidak akan terancam punah.
Penyebabnya adalah tikus memiliki proses reproduksi yang tidak terlalu lama. Selain itu, jangka
waktu hidup mereka hanya berkisar antara dua hingga tiga tahun. Itulah mengapa tikus sering
digunakan oleh peniliti dalam percobaannya.
2. Tikus gampang adaptasi
Selain dari sisi populasi, pertimbangan lain adalah perilaku tikus itu sendiri. Hewan ini
sangat gampang untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, bentuk tikus yang kecil
membuat para peneliti mudah dalam menanganinya.
3.Harga tikus yang murah
Harga hewan ini tergolong murah. Hal ini akan menghemat biaya penelitian jika
membutuhkan jumlah tikus yang banyak dalam percobaannya. Di sisi lain, tikus juga bisa dibeli
dalam jumlah banyak.
gen yang mirip dengan manusia juga membantu hasil penelitian yang lebih akurat.
ada lima etika dalam penelitian yang harus dihormati oleh setiap peneliti:

1. Peneliti tidak dapat memaksa seseorang untuk ikut serta dalam suatu penelitian.

2. Peneliti tidak boleh memberikan keterangan yang keliru untuk mendorong subyek agar
mau ikut serta dalam suatu penelitian.

3. Tidak boleh membawa cedera (fisik maupun psikologis) bagi para subyek penelitian:
subyek penelitian adalah anonim (tidak dikenal) dan confidential (rahasia).

4. Peneliti dituntut untuk menyajikan data penelitian secara jujur.

5. Hipotesis harus dibuat sebelum penelitian diawali, bukan setelah hasil penelitian
diketahui Babbie (Sunarto, 1993:230) .
 4. Struktur tubuh tikus yang mudah dipahami
Perubahan pada struktur anatomi, fisiologi, dan genetika pada tikus saat
percobaan lebih mudah dipahami oleh para peneliti. Selain itu, penyebab
dari perubahannya juga mudah untuk dianalsisis. Itulah mengapa hampir
95% laboratorium menggunakan tikus dalam penelitiannya.

 5.Karakteristik tikus yang mirip dengan manusia


Beberapa kajian tentang diabetes, obesitas, kanker, dan penyakit jantung
menggunakan tikus dalam percobaannya. Hal ini dikarenakan karakter
biologis dan tingkah lakunya yang mirip dengan manusia. Bahkan penyakit
manusia juga bisa dimasukkan ke dalam tubuh tikus. Selain itu, struktur
gen yang mirip dengan manusia juga membantu hasil penelitian yang lebih
akurat.
C.Komite Etik Penelitian

Merupakan badan independent yang dibentuk untuk mengawasi agar penelitian pada
manusia dilaksankan sesuai primsip-prinsip ICH-GCP
Bertujuan menilai proposal penellitian yang akan dilakukan di rumah-rumah sakit ,
pusat penelitian atau riset.
Fungsi :
Komisi etik penelitian memiliki peran sebagai pengkaji/penelaah secara ilmiah dan etis
terhadap semua usulan penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek secara langsung
maupun menggunakan informasi tertentu tentang kesehatan.
D.UU Yang Mengatur Standar Etik di Indonesia
Diatur dalam UU Kesehatan no.23/1992 dan lebih lanjut diatur dalam PP no. 39/1995
tentang penelitian dan pengembangan kesehatan.

Disini Penelitian /riset yang dimaksud adalah penelitian biomedik, mencakup riset
farmasetik, radiasi, sampel biologik, dll

Menurut UU ini, Pemerintah berfungsi menumbuh kembangkan motivasi, memberikan


stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di
Indonesia (Pasal 18).

Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat,


bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup. Untuk itu pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan
penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang beresiko tinggi
dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara
internasional (Pasal 22).
.
E. Prinsip Dasar Penelitian
1.Kejujuran,
yaitu jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan metode dan
prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang
dilakukan. Jujur untuk mampu menghargai rekan peneliti dan tidak mengklaim pekerjaan
yang bukan pekerjaan sendiri dinyatakan sebagai pekerjaan sendiri .

2. Profesionalisme,
yaitu sebagai individu peneliti bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang
ditentukan oleh pekerjaan dan hasil yang akan dicapai sesuai dengan hal yang telah
ditentukan.

3. Efektivitas,
yaitu seberapa jauh target atau hasil yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan,
sehingga semakin tinggi target yang dicapai maka semakin tinggi pencapaian efektifitas
dari tujuan penelitian.
 4. Produktivitas, yaitu upaya peneliti untuk membaktikan diri pada
pencairan kebenaran ilmiah demi memajukan BAB II Kode Etik
Penelitian dan Karya Ilmiah UHAMKA | 13 ilmu pengetahuan,
menemukan teknologi dan menghasilkan inovasi bagi peningkatan
peradaban dan kesejahteraan manusia.

 5. Kesetaraan, yaitu upaya peneliti untuk menghindari pembedaan


perlakuan pada rekan kerja karena alasan jenis elamin, ras, suku,
dan faktor-faktor lain yang sama sekali tidak ada hubungannya
dengan kompetensi dan integritas ilmiah.

 6. Keadilan, yaitu peneliti melakukan penelitian tanpa harus


melihat siapa rekan kerja, untuk memperoleh porsi yang sama
dalam berpendapat dan memberikan masukan terhadap penelitian
yang dilakukan.
F. Konsekuensi pelanggaran regulasi etika penelitian kesehatan

Konsekuensi yang harus dilakukan oleh peneliti jika melanggar regulasi etika penelitian
kesehatan adalah:

1.Aspek keperdataan
Apabila karena kesalahan /kelalaian menimbulkan kerugian , maka wajib mengganti rugi.

2.Aspek pidana
Apabila dalam pelaksanaan penelitian tidak memperhatikan norma yang berlaku dalam
masyarakat, tidak memperhatikan kesehatan, keselamatan, maka dikenakan penjara 7
tahun dan membayar denda 140 juta rupiah yang ada dalam PP No.39 Tahun 1995 pasal 5
ayat 2 dan 9

Anda mungkin juga menyukai