Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOMETRI
PERKEMBANGAN TEORI
Dosen Pengampu: Dr. Netty Herawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Oleh Kelompok 6:

1. Ulfa Lailatul Jannah


170541100019

2. Laili Isnaini Rahmah 170541100021

3. Mita Lufianah 170541100025

4. Asita Rofiatul Adawiya 170541100028

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini,
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun terlepas dari itu
semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari pembaca
kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.
Bangkalan, 2 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Psikometri atau Psychometric didefinisikan dalam Chambers Twentieth-


Century Dictionary sebagai “branch of psychology dealing with measurable
factors’. Menurut ilmu psikometri saat benda baik hidup ataupun mati yang di
dalamnya tedapat energi yang di dalamnya terdapat benada sendiri. namun di
dalam dunia psikologi dalam hal ini juga bisa dikatakan sebagai sebuah aura.
Abad ke – 19 merupakan masa kebangkitan minat pada pengobatan yang
lebih manusiawi terhadap orang – orang gila dan keterbelakangan mental.
Sebelum itu orang – orang ini lazimnya diabaikan,dicemooh, bahkan disiksa.
Dengan munculnya kepedulian akan perawatan yang lebih layak bagi orang –
orang yang memiliki masalah mental, semakin disadari perlunya kriteria untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kasus keterbelakangan mental.
Di dalam psikometri manusia memusatkan perhatiannya dalam sebuah
pengukuran dimana di dalamnya terdapat psikologis manusia. Kemudian, di
dalam sejarah psikometri yang namanya pengukuran tingkah laku secara
kuantitatif berhubungan dengan psikologi perkembangan yang dilakukan oleh
seorang ahli bernama Francis Galton (1883) pada awalnya galton mengukur
kemampuan visualnya, lalu dia mendengar, mengenai sebuah kecepatan reaksi
melalui ambang pengindraan.
Kemudian Galton melakukan kerja sama dengan Karl Pearson, dimana di
dalam penelitian tersebut terdapat hal yang berkaitan dengan ebuah kemampuan
ketajaman penglihatan. Di dalam hal tersebut membuat spekulasi orang yang
memiliki ketajaman penglihatan memiliki hasil belajar yang cukup tinggi. Dalam
pernyataan ini juga dapat menjawab berbagai pertanyaan yang muncul, bahwa
terdapat teknik korelasi diantara product moment dari pearson.
BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan teori dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin yang tampak


dari pendapat atau studi-studi yang dilakukan oleh Galton yang sangat
mempercayai teori evolusi ini yang kemudian mempengaruhinya dalam menyusun
teori tentang genius. Galton pada tahun 1869 menulis Hereditary Genius: An
Inquiry into its Laws and Consequences. Galton melakukan studi geneologi
terhadap keluarga-keluarga terkemuka di bidang sains dan berpendapat bahwa
kegeniusan yang bersifat genetikaini ditemukan dalam keluarga-keluarga ini
termasuk di keluarganya sendiri. Pada akhir abad XIX akhirnya berkembang
pendapat di Inggris bahwa ras kulit putih, bangsa Inggris, kelompok kelas
menengah adalah merupakan puncak dari evolusi ini.
Francis Galton adalah bapak psikometri. Ia adalah orang yang bertanggung
jawab atas peluncuran gerakan tes. Factor pemersatu dalam berbagai aktifitas
penelitian Gaton adalah minatnya terhadap hereditas manusia. Dalam rangka
penelitiannya atas hereditas, Galton menyadari perlunya mengukur ciri – ciri
orang yang masih hubungan keluarga dan yang tidak punya hubungan saudara.
Galton membantu mendorong sejumlah lembaga pendidikan
menyelenggarakan pencatatan anthropometris sistemantis tentang siswa – siswa
mereka. Dia juga mendirikan laboratrium antropometri di South Kensington
exhibition tahun 1883, disana orang-orang yang menghadiri eksibisi itu bisa diuji
kecerdasan mereka melalui tiga hal, dan data yang diperoleh dari tes itu dan studi
lain memberi materi mentah untuk pengembangan alat-alat yang bisa dijual. Dia
juga melakukan studi kembar sebagai teknik meneliti keturunan, dan bersama
koleganya, Karl Pearson, dia menciptakan Koefisien Korelasi Product-Moment
untuk menganalisis data ini. Sebenarnya, usaha untuk mengukur kecerdasan
dengan tes yang dia lakukan itu mengalami kegagalan, karena sedkitnya
pengukuran yang dibuat Galton – variabel visual, auditory and weight
discrimination, dan varibel psikofisik lain yang saling berhubungan. Galton juga
mengembangkan kurva normal sebagai model untuk distribusi skor tes.
Pearson terus mengembangkan matematika korelasi, yaitu dengan
menambahkan koefisien korelasi parsial dan ganda serta uji chi kwadrat. Charles
Spearman (1904) mantan tentara yang menjadi psikolog, lebih jauh
mengembangkan proseduranalisis matriks korelasi yang lebih kompleks yang
kemudian menjadi dasar analisis faktor.
Galton sendiri sebagian besar tes – tes sederhana yang diselenggarakan
pada laboratoriumnya. Galton yakin bahwa tes – tes pembeda indrawi bisa
berfungsi sebagai sarana untuk mengukur kecerdasan seseorang. Dalam hal ini, ia
dipengaruhi oleh sebagian oleh teori – teori Locke. Galton juga merintis
penerapan metode skala – pemeringkatan dan kuisioner, dan juga penggunaan
tekhnik asosiasi bebas yang selanjutnya diterapkan ke berbagai tujuan. Galton
menyeleksi dan mengadaptasi sejumlah tekhnik yang sebelumnya diturunkan oleh
matematikawan.

Suatu perkembangan lainnya dalam sejarah psikologi ialah yang


dipelopori oleh Sigmund Freud, seorang psikiater Austria (1856-1939) yang
secara sistematis dan empiris telah menunjukkan bawa pergolakan jiwa manusia
tidak hanya melibatkan alam sadar bagi diri orang yang bersangkutan, tetapi juga
melibatkan pergolakan yang tidak sadar (alam bawah sadar) pada diri orang
tersebut. Kemudian teori dikembangkan oleh beberapa murid dan pengikut Freud

Abad ke-20 melihat reaksi Edward Titchener kritik 's empirisme Wundt.
Ini berkontribusi pada perumusan behaviorisme oleh John B. Watson , yang
dipopulerkan oleh BF Skinner . Behaviorisme diusulkan menekankan studi
perilaku terbuka, karena yang bisa diukur dan mudah diukur. Behavioris awal
dianggap studi tentang " pikiran "terlalu samar untuk penelitian ilmiah produktif.
Namun, Skinner dan rekan-rekannya melakukan studi berpikir sebagai bentuk
perilaku rahasia yang mereka bisa menerapkan prinsip yang sama seperti nyata
(diamati publik) perilaku. Dekade akhir abad ke-20 melihat munculnya ilmu
kognitif , pendekatan interdisipliner untuk mempelajari pikiran manusia. Ilmu
kognitif lagi menganggap "pikiran" sebagai subjek untuk penyelidikan,
menggunakan alat-alat psikologi evolusioner , linguistik , ilmu komputer , filsafat
, behaviorisme , dan neurobiologi . Bentuk penyelidikan telah mengusulkan
bahwa pemahaman yang luas dari pikiran manusia adalah mungkin, dan bahwa
pemahaman semacam itu dapat diterapkan untuk domain penelitian lain, seperti
kecerdasan buatan.

A. Sejarah Perkembangan Psikologi


1. Periode Pra berdirinya Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos =
kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung
karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi
dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan
proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah
perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan
laboratoriumnya tahun 1879 – yang dipandang sebagai kelahiran psikologi
sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa
Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan
perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk
pragmatisnya di benua Amerika. Berdasarkan pandangan tersebut, bagian
Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode dengan
berbagai tokohnya.
2. Psikologi sebagai Ilmu yang Otonom
Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah
Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920)
mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik
awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai tokoh
Psikologi Eksperimental, Wundt memperkenalkan metode Introspeksi
yang digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai
tokoh penganut Strukturalisme karena ia mengemukakan suatu teori yang
menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari
elemen-elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa
yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya
sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut
asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh
Asosianisme.
Edward Bradford Titchener (1867-1927) mencoba
menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke Amerika. Akan tetapi, orang
Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis kurang suka pada teori
Wundt yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan secara
langsung dalam kenyataan. Mereka kemudian membentuk aliran sendiri
yang disebut Fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya antara lain: William
James (1842-1910) dan James Mc Keen Cattel (1866-1944). Aliran ini
lebih mengutamakan fungsi-fungsi jiwa dari pada mempelajari
strukturnya. Ditemukannya teknik evaluasi psikologi (sekarang psikotest)
oleh Cattel merupakan bukti betapa pragmatisnya orang-orang Amerika.
Meskipun sudah menekankan pragmatisme, namun aliran Fungsionalisme
masih dianggap terlalu abstrak bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka
menghendaki agar Psikologi hanya mempelajari hal-hal yang benar-benar
objektif saja. Mereka hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata (dapat
dilihat dan diukur) sebagai objek Psikologi (Behaviorisme). Pelopornya
adalah John Broades Watson (1878-1958) yang kemudian dikembangkan
oleh Edward Chase Tolman (1886-1959) dan B.F. Skinner (1904).
Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat
kritik dan koreksi-koreksi. Salah satunya dari Oswald Kulpe (1862-1915),
salah seorang muridnya yang kurang puas dengan ajaran Wundt dan
kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran Wurzburg
menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image
(bayangan dalam alam pikiran). Kulpe berpendapat, pada tingkat berpikir
yang lebih tinggi apa yang dipikirkan itu tidak lagi berupa image, tapi ada
pikiran yang tak terbayangkan (imageless thought).
Di Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari aliran Gestalt.
Aliran Gestalt menolak ajaran elementisme Wundt dan berpendapat bahwa
gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang banyak diteliti aliran ini)
haruslah dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh (suatu gestalt) yang
tidak terpecah dalam bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah Max
Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler
(1887-1967) .Di Leipzig, pada tahun 1924 Krueger memperkenalkan
istilah Ganzheit (berasal dari kata da Ganze yang berarti keseluruhan).
Meskipun istilah Ganzheit masih dianggap sama dengan istilah Gestalt dan
aliran ini sering tidak dianggap sebagai aliran tersendiri, namun menurut
tokohnya, Krueger, Ganzheit tidak sama dengan Gestalt dan merupakan
perkembangan dari psikologi Gestalt. Ia berpendapat bahwa psikologi
Gestalt terlalu menitikberatkan kepada masalah persepsi objek, padahal
yang terpenting adalah penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang dan
waktu, bukan persepsi saja atau totalitas objek-objek saja.
Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah munculnya
“Teori Medan (Field Theory)” dari Kurt Lewin (1890-1947). Mulanya
Lewin tertarik pada faham Gestalt, tetapi kemudian ia mengeritiknya
karena dianggap tidak adekuat. Namun demikian, berkat Lerwin, sebagai
perkembangan lebih lanjut di Amerika Serikat lahir aliran “Psikologi
Kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme yang
tahun 1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran Gestalt yang dibawa
oleh Lewin. Aliran psikologi Kognitif sangat menitikberatkan proses-
proses sentral (seperti sikap, ide, dan harapan) dalam mewujudkan tingkah
laku. Secara khusus, hal-hal yang terjadi dalam alam kesadaran (kognisi)
dipelajari oleh aliran ini sehingga besar pengaruhnya terutama dalam
mempelajari hubungan antar manusia (Psikologi Sosial). Diantara
tokohnya adalah F. Heider dan L. Fertinger.Akhirnya, lahirnya aliran
Psikoanalisa yang besar pengaruhnya dalam perkembangan psikologi
hingga sekarang, perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun peranan
beberapa dokter ahli jiwa (psikiater), seperti Jean Martin Charcot (1825-
1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak kurang pentingnya dalam
menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud-lah (1856-1939) yang
dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa. Karena
Psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang
tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa
yang terjadi di dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka Psikoanalisa
dikenal juga sebagai “Psikologi Dalam (Depth Pshology)”.
3. Perkembangan Psikologi Modern
Sejarah Perkembangan Psikologi mengenai pendapat-pendapat para
tokoh-tokoh sejarah ilmu jiwa yang mengungkapkan tentang ilmu
kejiwaanya. Seperti yang telah diketahui dimana sejarah telah membawa
kita kedalam masa yang modrn seperti pada saat ini. Terbentuknya
perkembangan psikologi modern yang tidak terlepas dari pengaruh tokoh-
tokoh aliran psikologi yang muncul mulai abad ke 20. Beberapa para
ilmuan biologi dan fisika mempunyai minat untuk mempelajari dan
mengembangkan ilmu jiwa menurut prosedur ilmiyah modern. Bukti dari
mempelajari ilmu jiwa maka muncul beberapa aliran yaitu Strukturalisme
sebagai pemula yang mengangkat psikologi sebagai disiplin ilmu yang
otonom, dengan didirikan laboratorium psikologi yang pertama dengan
menggunakan prosedur penelitian. Dan terjadi pro dan kontra karena
banyak pendapat yang munculan membentuk aliran-aliran psikologi lainya
seperti:
a. Strukturalisme
Psikologi muncul dan berkembang mulai tahun 1879 yaitu
setelah didirikan laboratorium psikologi yang pertama di Leipzig oleh
Wilhem Wundt yang dikenal sebagai bapak pendiri psikologi. Dalam
laboratorium ini Wundt mempelajari dan meneliti jiwa lebih langsung
dari filosof-filosof dan meniru kemajuan yang telah dicapai dalam ilmu
pengetahuan lainnya. Dengan menggunakan metode introspeksi secara
eksperimental mencoba melakukan penelitian yang dilakukan secara
analisa elementer untuk menentukan pengalaman kesadaran dengan
menganalisa ke dalam unsur-unsurnya. Terbentuknya aliran ini didasari
pada pendapat bahwa psikologi sudah seharusnya mempelajari jiwa dari
segi unsur-unsurnya dimana jiwa tersebut tersusun. Helmhotz yang
telah melatih Wundt dalam penelitian psikologi secara eksperimen dari
Inggris.
Selain Wundt tokoh strukturalisme adalah Titchener, yang telah
membawa paham strukturalisme Wundt dan menyebarkan paham
tersebut di Amerika Serikat. Paham dan pandangan psikologi Wundt
jug dikembangkan oleh murid-muridnya seperti Mc. Keen Cattel, Hugo
Munsterberg dan psikiater Kraeplin seperti yang telah diuraikan dalam
sejarah.
b. Fungsionalisme
Seorang tokoh psikologi Amerika dan pelopor aliran
fungsionalisme yaitu Wiliam James (1842-1910), telah beranggapan
bahwa pendapat Wundt dan pendapatnya telah keliru dan sesat apabila
mengambil sasaran penelitian / percobaan psikologinya untuk
menemukan struktur dari pada pengalaman kesadaran manusia. James
berpendapat pengalaman kesadaran itu hakekatnya adalah suatu
peristiwa atau proses bukan diuraikan unsur-unsurnya. Aliran ini juga
merumuskan jiwa adalah pemelihara kelangsungan hidup sesorang
dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Aliran fungsionalisme
memandangnya secara dinamis yaitu sebagai proses mental yang terjadi
dalam suatu aktivitas psikologi tujuan dan fungsi. Tokoh-tokoh yaitu
John Dewey (1859-1952), James Mc Kenn Cattel (1866-1944), E.L.
Trondike (1874-1949), dan R.S.Woodworth (1969-1962).
c. Behaviorisme
Aliran Psikology Behaviorisme pertama kali ditemukan di rusia
dan dikembangkan oleh John B. Watson ialah seorang Psikolog
Amerika dengan makalahnya berjudul “Psychology as the Behaviorist
Views It” dan dipublikasikan pada tahun 1913. Watson mengusulkan
peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan
psikologi bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung
perilaku tampak yang dapat diamati sebagai satu-satunya subjek
pembahasan yang masuk akal bagi ilmu pengetahuan psikologi.
Behaviorisme adalah aliran dalam Psikology yang hanya mempelajari
tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat di ukur secara
objektif, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari
kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku
yang berdasarkan kenyataan.
Psikology Behaviorisme lebih menekankan pada kekuatan-
kekuatan luar yang berasal dari lingkungan, mereka berpendapat bahwa
manusia adalah korban yang fleksibel, dapat dibentuk dari lingkungan
yang menentukan tingkah lakunya.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya
manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang
berdasarkan stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan
yang baik akan menghasilkan manusia baik.
John B. Watson berpendapat bahwa Behaviorisme adalah sebuah
aliran dalam psikologi yang perilakunya harus merupakan unsur subyek
tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat
dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan
juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak
tampak).John mengadakan eksprimen mengenai kondisi yoning pada
anak, sebagai akibat pengaruh pavlov salah satu ekperimennya iyalah
dengan menggunakan bayi sebagai objek coba yang diberikan minuman
dari botol. Sebelum minuman botol diberikan terlebih dahulu
dibunyikan bel, dan hal tersebut dilakukan ber ulang kali 1. Langkah
jhon tersebut sampai pada kesimpulan bahwa pada bayi terbentuk
respon berkondisi sekalipun tidak diberikan minuman dari botol, bayi
akan tetap menunjukan gerakan mulut seperti mengeyut dot dari botol
d. Gestalt Psychology
Aliran ini merupakan suatu protes terhadap pandangan
strukturalisme. Pemikiran tentang gestalt ini ditemukan oleh MaX
Werthiemer (1880-1943) seorang psikolog Jerman. Gestalt berarti
bentuk, pola keseluruhan, dasarnya adalah unit (kesatuan) sedangkan
alatnya yang dijadikan dasar adalah persepsi (pengamatan/ penalaran).
Para psikologi ini kebanyakan perhatian/studinya ditujukan kepada
prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan proses pengamatan. Pemuka
yang lain adalah Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1886-
1967). Psikologi gestalt sesungguhnya menyetujui perlunya
memahami unsur kejiwaan, tetapi unsur-unsur itu tidak difahami
secara terpisah, tetai dalam satu kesatuan. Hubungan antar unsur itulah
yang menjadi dasar dari fenomena jiwa, bukan unsur pilah-pilah yang
tidak memberi sumbangan apapun dalam memahami tingkah laku.
e. Psychanalytic psychology
Aliran ini muncul pada tahun 1900 dan aliran ini muncul
pandangan psikologi yang dikembangkan melalui dasar-dasar tinjauan
klinis-psikiatris oleh aliran psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund
Freud seorang Psikiater Austria. Psikoanalisis adalah aliran Psikologi
yang memandang manusia adalah makhluk yang hidup atas bekerjanya
dorongan–dorongan (id) dan memandang manusia sangat ditentukan
oleh masa lalunya.
Freud mengungkapkan satu–satunya hal yang mendorong
kehidupan manusia adalah dorongan id (libido seksualitas) dan
mendapat tantangan keras. Teori ini dipandang menyederhanakan
kompleksitas dorongan hidup manusia. Pengobatan dilakukan melalui
kejadian-kejadian yang dialami pasien yang mengalami gangguan
kejiwaan, disinilah teori kepribadian dan suatu pendekatan psikoterapi
dikarenakan mental manusia itu berbeda.
f. Humanistic Psychology
Aliran humanisme sebagai bantahan dan kurangnya aliran
behaviorisme dan psikoanalisa. Aliran humanisme ini pada dasarnya
mengakui bahwa pengalaman dan masa lalu itu mempengaruhi
kepribadian, tetapi harus diakui pentingnya kedudukan “free will” yaitu
dasar kemauan bebas manusia untuk membuat keputusan bagi dirinya
untuk menentukan dirinya sendiri. Aliran ini tidak menggunakan
eksperimen dilaboratorium seperti penelitian dengan mengawasi
tingkah laku dan perkembangan pada binatang akan tetapi humanisme
lebih menekankan pentingnya peran factor suyektif seperti : gambaran
dari seseorang, penilaian diri dan kerangka sasaran atau cita-cita ideal
BAB III
KESIMPULAN

Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari


ilmu filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa, sementara
metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Psikologi,
dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri oleh Wilhelm Wundut
dengan didirikannya laboratorium psikologi pertama di dunia, di
Leipzig, pada tahun 1879. Pada tahun 1880 Wilhelm Wundut mulai
mempelajari psikologi rakyat (folk psychology) dan menyejerkannya
dengan psikologi individual dalam eksperimen-eksperimennya.
Eksperimen Wundut dalam bidang psikologi rakyat itu, antara lain,
untuk menemukan proses mental yang lebih tinggi (higher mental
process).
Perbedaan antara psikologi lama dan psikologi modern adalah
sebagai berikut Psikologi lama (kuno), psikologinya adalah psikologi
unsur, yaitu mendasarkan pandangan pada elemen dan unsur-unsur
yang berdiri sendri dan di selidiki sendiri-sendiri. dalam peninjuannya,
mencari hokum sebab akibat, hokum kausal, dan bersifat mekanis.
meninjau kehidupan kejiwaan secara terpisah dari subjeknya, yaitu
manusia. Oleh karena itu , di sebut kehidupan jiwa yang pasif.
Sedangkan, psikologi modern mendasarkan peninjauannya pada
psikologi totalitas, yaitu berpangkal pada keseluruhan psychopolysis.
dalam meninjau kehidupan kejiwaan, melihat hubunga kejiwaan
sebagai bagian dari kehidupan manusia yang mempunyai trujuan
tertenyu. Psikologi dalam peninjauannya, selalu mendasarkan pada
peninjauan kehidupan kejiwaan dalam hubungan dengan subjeknya.
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne & Susana Urbina. 2007. Psychological Testing.


Jakarta:Indeks.
Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Dosenpsikologi. 2018. Sejarah Psikometri dalam Psikologi.
Dosenpsikologi.com.
Iwin. History of psychology. agustus 2009.
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_psychology (diakses mei 2015).

Anda mungkin juga menyukai